Diagram Alir Perancangan Antena Perancangan T-Junction 50 Ohm

3.4 Diagram Alir Perancangan Antena

Dalam merancang antena diperlukan tahapan-tahapan untuk membantu dalam proses perancangan. Gambar 3.1 merupakan gambar diagram alir dari perancangan antena susun mikrostrip patch segiempat dual-band. Gambar 3.1 Diagram Alir Perancangan Antena Susun Mikrostrip Dual-Band Universitas Sumatera Utara

3.5 Perancangan Elemen Antena

Pada Tugas Akhir ini perancangan dimensi patch dibagi menjadi dua, yaitu dimensi patch untuk frekuensi WLAN 2,4-2,5 GHz dan frekuensi WiMAX 3,3-3,4 GHz.

3.5.1 Perancangan Dimensi Patch 2,45 GHz

Berdasarkan Persamaan 2.9 dengan frekuensi kerja 2,45 GHz diperoleh lebar patch sebesar 37,26 mm. � = 3 � 10 8 2 � 2,45� 10 9 � 4,4+1 2 = 37,26 mm Kemudian, untuk memperoleh nilai panjang patch L digunakan Persamaan 2.10 sampai dengan Persamaan 2.13.Sehingga diperoleh panjang patch sebesar 28,82 mm. eff ε = 4,4 +1 2 + 4,4 −1 2 � 1 �1+12 1,6 37,26 � = 4,0810 Δ�= 0,412 x 1,6 4,0810 + 0,3 37,26 1,6 + 0,264 4,0810 −0,258 37,26 1,6 + 0,8 = 0,7386 eff L = 3 � 10 8 2 � 2,45�10 9 √4,0810 = 30,30 mm L = eff L – 2 ΔL = 30,30 – 1,4772 = 28,82 mm. Saluran pencatu yang digunakan pada perancangan awal WLAN mempunyai impedansi masukan sebesar 50 Ω. Dengan bantuan program TXLine 2003 Universitas Sumatera Utara diperoleh lebar dan panjang pencatu sebesar 3,05 mm dan 16, 645 mm seperti terlihat pada Gambar 3.2. Gambar 3.2 Perhitungan Lebar Saluran dan Panjang Pencatu WLAN Untuk perancangan awal dari dimensi antena digunakan perhitungan pada antena mikrostrip dengan patch berbentuk persegi panjang seperti yang telah dijelaskan di Persamaan 2.9 hingga 2.13. Dari perhitungan tersebut diperoleh panjang dan lebar patch masing- masing adalah 28,82 mm dan 37,26 mm, lebar saluran pencatu dan panjang pencatu masing-masing 3,05 mm dan 16,645 mm. Untuk memudahkan dalam perancangan awal maka panjang dan lebar patch dibulatkan menjadi 29 mm dan 37 mm. Kemudian untuk lebar dan panjang pencatu menjadi 3 mm dan 17 mm seperti terlihat pada Gambar 3.3 Universitas Sumatera Utara . Gambar 3.3 Rancangan Mikrostrip Patch 2,45 GHz 3.5.2 Perancangan Dimensi Patch 3,35 GHz Untuk perancangan dimensi patch WiMAX digunakan Persamaan 2.9 dengan frekuensi kerja 3,35 GHz. Diperoleh lebar patch W = 27,24 mm. mm x x x W 24 , 27 2 1 4 , 4 10 35 , 3 2 10 3 9 8 = + = Untuk mencari nilai panjang patch L digunakan Persamaan 2.10 sampai dengan Persamaan 2.13.Terlebih dahulu mencari nilai eff ε dengan menggunakan Persamaan 2.13. 0019 , 4 24 , 27 6 , 1 12 1 1 2 1 4 , 4 2 1 4 , 4 =             + − + + = eff ε 7346 , 8 , 6 , 1 24 , 27 258 , 0019 , 4 264 , 6 , 1 24 , 27 3 , 0019 , 4 6 , 1 412 , =       + −       + + = ∆ x L Universitas Sumatera Utara eff L = 3 � 10 8 2 � 3,35�10 9 √4,0019 = 22,38 mm Sehingga diperoleh nilai panjang patch sebesar 20,91 mm dengan menggunakan Persamaan 2.12. L = eff L – 2 ΔL = 22,38 – 2 x 0,7346 = 20,91 Saluran pencatu yang digunakan pada perancangan awal WiMAX mempunyai impedansi masukan sebesar 50 Ω. Dengan bantuan program TXLine 2003 diperoleh lebar dan panjang pencatu sebesar 3,06 mm dan 12,125 mm seperti terlihat pada Gambar 3.4. Gambar 3.4 Perhitungan Lebar Saluran dan Panjang Pencatu WiMAX Seperti perancangan patch 2,45 GHz perancangan awal dari dimensi antena untuk patch 3,35 GHz digunakan perhitungan pada antena mikrostrip dengan patch berbentuk persegi panjang seperti yang telah dijelaskan di Persamaan 2.9 hingga 2.13. Dari perhitungan tersebut diperoleh panjang dan lebar patch masing- masing adalah 20,91 mm dan 27,24 mm, lebar pencatu dan panjang pencatu Universitas Sumatera Utara masing-masing 3,06 mm dan 12,125 mm. Untuk memudahkan dalam perancangan awal maka panjang dan lebar patch dibulatkan menjadi 21 mm dan 27 mm. Kemudian untuk lebar dan panjang pencatu menjadi 3 mm dan 12 mm seperti terlihat pada Gambar 3.5. Gambar 3.5 Rancangan Mikrostrip Patch 3,35 GHz 3.6 Pengaturan Jarak Antar Elemen Pada perancangan antena susun mikrostrip dual-band jarak antar elemen perlu diperhatikan. Jarak antar elemen pada antena adalah d = λ4[2]. mm x x x f c d 61 , 30 10 45 , 2 4 10 3 4 4 9 8 = = = = λ Dari hasil perhitungan diatas diperoleh jarak antar elemen adalah 30,61 mm. Untuk memudahkan perancangan dibulatkan menjadi 31mm. Universitas Sumatera Utara

3.7 Perancangan T-Junction 50 Ohm

Pada hasil rancangan elemen tunggal diketahui bahwa saluran pencatu yang digunakan adalah 50 Ω. Untuk merancang antena susun mikrostrip, dibutuhkan T-Junction 50 Ω yang berfungsi sebagai power divider. Pada pengerjaan Tugas Akhir ini, T-Junction yang digunakan adalah yang memiliki impedansi 70,7 Ω. Penggunaan T-Junction dapat mendukung untuk meminimalisir ukuran antena. Impedansi 70,7 Ω tersebut berfungsi sebagai transformator 4 λ . Untuk mendapatkan panjang dan lebar saluran pencatu agar mempunyai impedansi 70,7 Ω digunakan program TXLine 2003. Dari hasil perhitungan dengan program TXLine 2003 diperoleh lebar dan panjang pencatu sebesar 2 mm dan 17 mm seperti terlihat pada Gambar 3.6. Gambar 3.6 Tampilan TXLine 2003 Untuk Perancangan T-Junction Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Umum

Pada Tugas Akhir ini dirancang sebuah antena susun mikrostrip patch segiempat dual-band pada frekuensi kerja 2,45 GHz dan 3,35 GHz kemudian disimulasikan dengan menggunakan bantuan perangkat lunak AWR2004. Adapun parameter yang akan dibahas adalah frekuensi resonansi, bandwith, VSWR, Gain antena dan pola radiasi. Untuk frekuensi resonansi dari WLAN ialah 2,45 GHz sedangkan untuk WiMAX frekuensi resonansinya adalah 3,35 GHz. Hal ini disesuaikan dengan range frekensi dari WLAN yaitu dari 2,4 GHz hingga 2,5 GHz. Sedangkan untuk WiMAX range frekuensi kerjanya dari frekuensi 3,3 GHz hingga 3,4 GHz. Kondisi yang paling baik untuk VSWR adalah sama dengan 1 yang berarti tidak ada refleksi ketika saluran dalam keadaan matching sempurna. Namun kondisi ini dalam praktiknya sulit didapatkan. Pada umumnya nilai VSWR yang dianggap baik adalah VSWR ≤ 2.

4.2 Simulasi Elemen WLAN 2,45 GHz

Setelah semua langkah perancangan patch 2,45 GHz selesai maka dilakukan simulasi dengan perangkat lunak AWR2004. Dari hasil simulasi untuk range frekuensi 2,2 GHz hingga 2,6 GHz diperoleh nilai VSWR sebesar 2,016 terlihat pada Gambar 4.1. Universitas Sumatera Utara