Sistem Perkawinan Adat Istiadat Masyarakat Kerinci .1 Sistem Kekerabatan

g. Permenti Permenti berasal dari kata para menteri. Kedudukan permenti sama dengan kedudukan Ninik Mamak, tetapi ada perbedaannya yaitu permenti duduk bersama. Artinya, mereka tidak boleh memutuskan kalau tidak dalam musyawarah sedangkan ninik mamak boleh memutuskan sendiri suatu masalah. Ketika minta ajun arah, duduk ninik mamak adalah sebagai permenti. Dalam negerinya, seorang ninik mamak boleh memerintah Depati selaku anak kemenakannya. Akan tetapi, permenti tidak boleh sama sekali.

4.1.3 Sistem Perkawinan

Memilih jodoh dalam masyarakat Kerinci, tidak dibolehkan dari keturunan dalam satu perut. Artinya, tidak dibenarkan kawin dengan: a. kalau seayah seibu kandung b. kalau orang tua yang sejenis beradik-kakak kandung, misalnya ibu atau ayah beradik-kakak kandung c. kalau sepesusuan, misalnya ada anak orang lain yang disusukan oleh seseorang ibu, anak ibu tadi tidak dibenarkan kawin dengan anak yang disusukannya itu. Dalam adat, apalagi dalam agama, kawin seayah seibu sangat dilarang; kalau terjadi juga haram hukumnya. Baik yang kawin, maupun yang mengawinkan akan berdosa melakukannya. Efrison : Jati Diri Masyarakat Kerinci Dalam Sastra Lisan Kerinci, 2009 USU Repository © 2008 Kalau orang tua beradik kakak yang sejenis maka perkawinan anak-anaknya akan dikatakan sumbang, apalagi kalau ibunya yang bersaudara kandung. Walaupun dalam agama tidak dilarang, namun dalam adat tidak dibenarkan. Lain halnya kalau orang tuanya beradik kakak tidak sejenis, yang seorang laki-laki dan seorang lagi perempuan, maka perkawinan anak-anak mereka betul. Perkawinan inilah yang paling baik menurut adatnya. Perkawinan yang demikian disebut perkawinana anak kemenakan. Kalau tidak ada kemenakan yang terdekat, maka akan dipilih kemenakan yang agak jauh, misalnya satu neneknya atau satu nuyang dan nanggut orang tua dari nenek demikianlah perjodohan itu diusahakan bagi anak kemenakan yang terdekat. Adapun tujuan perkawinan anak kemenakan itu bertujuan agar warisan tidak jatuh pada orang lain. Dalam bahasa Kerinci, pusko ideak bakuak, artinya pusaka tidak dapat oleh orang lain, turunnya pada kita-kita juga. Walaupun demikian, kalau salah seorang anak tidak setuju, mungkin sudah ada pilihan sendiri maka orang tua tidak dapat menolak. kalau dipaksa juga mungkin buruk akibatnya. Akan tetapi, jarang terjadi hal yang demikian, pada umumnya anak- anak menurut kata orang tuanya. Untuk menghindari anak-anak mereka tidak memilih jodoh orang lain maka sejak kecil mereka telah dipertunangkan. Peminangan dilakukan oleh pihak laki-laki, tanpa memakai uang jemputan, hanya saja ketika upacara pertunangan dilakukan timbang tanda, yaitu menukar tanda pertunangan atau menukar tanda jadi. Misalnya, dengan cincin emas, pakaian, atau kerbau. Efrison : Jati Diri Masyarakat Kerinci Dalam Sastra Lisan Kerinci, 2009 USU Repository © 2008 Pelaksanaan perkawinan bagi masyarakat Kerinci ada dua cara, yaitu perkawinan tegeak dudeuk tegak duduk dan buleng cayea bulan cair. Perkawinan tegak duduk caranya adalah setelah dilangsungkan akad nikah, pengantin laki-laki langsung tinggal di rumah istrinya. Jadi, pernikahan dan peresmiannya dilangsungkan pada hari atau malam itu juga. Sedangkan perkawinan bulan cair pelaksanaan pernikahan didahulukan dan peresmiannya dikemudian hari. Jadi, setelah akad nikah, pengantin laki-laki belum boleh tinggal di rumah istrinya. Hal ini terjadi karena yang laki-laki mungkin sedang bersekolah atau menanti hari dan bulan baik, atau mungkin juga menunggu persiapan yang lebih lengkap sedangkan akad nikah didahulukan agar kerja baik itu cepat diselesaikan, supaya jangan diselengi oleh kerja yang buruk, maklumlah anak muda namanya. Dengan kata lain, segala perbuatan yang tercela menurut agama dan adat dapat dihindari. Cara yang seperti itu disebut juga dengan kawin ganteung, artinya kawin gantung. Jadi, perkawinan itu digantung dulu sampai acara peresmian diselenggarakan. Akan tetapi, kebanyakan yang dilakukan oleh masyarakat Kerinci adalah perkawinan tegak duduk. Sepeti kata pepatah ”sekali membuka pura dua tiga hutang terbayar, sekali merangkuh dayung dua tiga pulau terlampaui.

4.2 Religi Masyarakat Kerinci