kelurahan di Kabupaten Kerinci. Keadaan ini ditunjang oleh karena daerah Kerinci yang sudah sejak lama membuka hubungan dengan daerah luar seperti dari Sumatera
Barat serta tingkat pendidikan yang relatif tinggi dan mobilitas antara penduduk lebih dinamis.
2.2.4 Sastra Lisan Kerinci
Pada awalnya, sastra tradisional atau sastra Lisan Kerinci ialah suatu golongan cerita yang hidup dan berkembang secara turun temurun, dari suatu generasi kepada
generasi berikutnya. Istilah lainnya adalah cerita rakyat. Disebut cerita rakyat atau folklor karena cerita ini hidup di kalangan rakyat. Semua lapisan masyarakat
mengenal cerita ini. Cerita ini milik masyarakat bukan milik seseorang. Cerita rakyat itu biasanya disampaikan secara lisan oleh orang yang hafal ceritanya. Itulah
sebabnya cerita rakyat disebut sastra lisan oral literature .
Cerita disampaikan oleh seorang tukang cerita sambil duduk-duduk di suatu tempat kepada siapa saja, anak-
anak dan orang dewasa. Ceritanya bersifat umum, mudah dicerna, dan tidak panjang. Pada zaman dahulu cerita belum dituliskan karena belum mengenal tulisan.
Masyarakat Kerinci
mengenal tulisan setelah masuknya pengaruh Hindu ke Nusantara yang dikenal dengan tulisan Rencong Incung dalam bahasa Kerinci.
Berdasarkan catatan yang terdapat di dalam Kerintji Documents diketahui bahwa aksara Incung telah digunakan oleh masyarakat Kerinci sesudah adanya prasasti
Sriwijaya pada abad ke-7 di Karang Berahi yang ditulis dengan aksara Pallawa.
Efrison : Jati Diri Masyarakat Kerinci Dalam Sastra Lisan Kerinci, 2009 USU Repository © 2008
Aksara Incung cara penulisannya sangat berbeda dengan huruf Pallawa dan guratannya mirip dengan tulisan paku aksara Babilonia Kuno . Dengan aksara inilah
seluruh naskah-naskah kuno Kerinci ditulis dan dikembangkan dengan media tanduk kambing, kerbau, bambu, dan lembar-lembaran daun lontar Vorhoeve dalam Arfensa
dkk., 2003:8. Adapun bentuk-bentuk sastra lisan Kerinci disampaikan dalam bentuk oral
oral literaty atau secara lisan. Bentuk sastra lisan Kerinci, seperti yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, memiliki beberapa bentuk seperti prosa, puisi,
dan prosa liris. Genre prosa Kerinci terdiri atas kunaung, dongeng mitos, sage, legende, dan fable, cerita penggeli hati, cerita pelipur lara, cerita perumpamaan,
cerita pelengah, dan kunun baru. Sastra Kerinci yang termasuk ke dalam puisi adalah pepatah, pantun rakyat, dan syair. Sastra Kerinci yang tergolong ke dalam prosa liris
adalah mantra, sumpah serapah dan pujaan, parno atau pangku parbayo pidato adat, dan karang mudeo.
2.2.5 Nilai Budaya