a. Pemakaian vokal
1. Huruf i pada akhir kata, dibunyikan menjadi ai. Misalnya: kerinci disebutkan
kerincai atau kincai saja; kami menjadi kamai dan seterusnya. Kecuali sebutan pangkal nama orang tetap dibaca Si.
2. Huruf a pada suku kata akhir menjadi o, kalau suku yang pertama hidup
berbunyi a, i, dan e. Misalnya kata kaya menjadi kayo; kepala menjadi kapalo; siapa menjadi siapo; kita menjadi kito; dera menjadi dero dan
seterusnya.Tetapi akan berubah menjadi ao apabila suku pertamanya memakai vokal u, misalnya pula menjadi pulao; dusta menjadi dustao; tua menjadi tuao;
dan seterusnya.
3. Huruf u atau o baik pada suku akhir atau terapit, dibunyikan menjadi au,
misalnya kata duduk menjadi dudauk; batu menjadi batau; selalu menjadi selalau; hukum menjadi hukaum; dan seterusnya.
b. Pemakaian konsonan
1. Huruf r umumnya dibunyikan ha kalau akhir kata berbunyi r, misalnya kata mari
menjadi mahai; sirih menjadi sihaih, kecuali kalau suku kata yang kedua dari akhir hidup berbunyi u seperti kata pencuri menjadi pencurai; duri menjadi durai;
kenduri menjadi kendurai; dan seterusnya.
Efrison : Jati Diri Masyarakat Kerinci Dalam Sastra Lisan Kerinci, 2009 USU Repository © 2008
2. Huruf t pada suku akhir, biasanya dibunyikan k, atau sebaliknya misalnya kata
logat menjadi logek; diagak menjadi diaget; jahat menjadi jahek; kecuali suku matinya berbunyi u, o, i, e, maka huruf t atau k tetap dipakai seperti biasa,
misalnya kata duduk menjadi dudouk; tidak menjadi tideak; turut menjadi toruat; dan seterusnya.
3. Huruf m atau n pada suku akhir dipertukarkan, ada juga yang dihilangkan,
misalnya kata makan menadi maka; pandan menjadi panda; ikan menjadi ikang; hukum mejadi hukun dan seterusnya.
4. Huruf ng dibunyikan n saja misalnya kata uang menjadi wan; tetapi pedang
menjadi pedon; kering menjadi kereng; dan seterusnya tetap seperti biasa. 5.
Huruf s biasa ditukar dengan huruf h misalnya kata habis menjadi habih; dan huruf h pada akhir kata biasanya dihilangkan misalnya kata penuh menjadi peno;
kumuh menjadi kumo. 6.
Huruf b pada akhir kata dibunyikan t, misalnya pada kata jawab menjadi jawot; sebab menjadi sebaot; tetapi dalam kata kerja b itu ditukar dengan m misalnya
kata membasuh menjadi memasauh. d.
selanjutnya contoh di bawah ini, perkataan bahasa Kerinci, untuk perbandingan
Tabel 1. Perbandingan Pemakaian Bahasa Kerinci
Efrison : Jati Diri Masyarakat Kerinci Dalam Sastra Lisan Kerinci, 2009 USU Repository © 2008
Bahasa Indonesia Bahasa Minangkabau
Bahasa Jambi Bahasa Kerinci
Kerinci Kurinci Kerinci Kincai,
Kinci Sungai Penuh
Sungai Panuah Sungai Penuh
Sunge Penoh Kaya ’rang
kayo’ Kayo Kayou Berjumpa bajumpo Berjumpo Basuo
Tamu tamu Tamu Mendah
Duduk duduak Duduk Dudeuk
Belum alun Belum Lao,
lun Kemari kamari Kemari
Kamahai Surat surek Surat
Suhat Anjing anjiang Anjing
Anjeak Luput lupuk Luput
Lupouk Orang urang Orang
Uhang Kamu waang Kau Ikoa
Kakek inyiak Datuk Nantan,
nanggut
4.4 Nilai Budaya yang Terkandung dalam Sastra Lisan Kerinci