9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah merupakan alat utama selain kebijakan fiskal yang digunakan pemerintah untuk mempengaruhi kecepatan arah dan
keseluruhan aktivitas ekonomi, yaitu untuk mempengaruhi tingkat keluaran agregat, tenaga kerja, serta harga.
Kebijakan moneter adalah kebijakan pemerintah untuk memperbaiki keadaan perekonomian melalui pengaturan jumlah uang beredar. Jumlah uang
beredar, dalam analisis ekonomi makro, memiliki pengaruh penting terhadap tingkat output perekonomian, juga terhadap stabilitas harga-harga. Uang yang
beredar terlalu tinggi tanpa disertai kegiatan produksi yang seimbang, akan ditandai dengan meningkatnya harga-harga pada seluruh barang dalam
perekonomian atau dikenal dengan istilah inflasi.
1. Instrument Kebijakan Moneter
Suatu otoritas moneter mempunyai pengaruh yang penting, walaupun secara tidak langsung, terhadap trend tingkat harga, output, dan
nilai tukar uang suatu Negara. Otoritas moneter atau bank sentral melakukan hal tersebut melalui kemampuanya dalam mengendalikan penawaran uang
dan kredit bank, serta malalui pengaruhnya terhadap tingkat suku bunga, arus
10 kredit, dan perkembangan sektor financial pada sebuah perekonomian.
Pengaruh spesifik yang lain adalah kemampuan bank sentral untuk mengendalikan jumlah maksimum suku bunga yang dibayarkan terhadap
jumlah simpanan tertentu kepada bank-bank dan menentukan proporsi saham yang dapat dibeli melalui kredit. Dalam hal-hal tertentu bank sentral dapat
mempunyai kekuasaan temporer untuk mengendalikan kredit komersial, kredit perumahan, dan kredit konstruksi, atau kredit lainnya. Bank sentral
dalam melakukan kebijakanya mempunyai empat instrument utama yaitu: a.
Operasi pasar terbuka yang bertujuan mempengaruhi jumlah uang beredar. Operasi pasar terbuka dilakukan dengan pembelian dan penjualan
sekuritas pemerintah yang biasanya berbentuk obligasi b.
Discount rate, instrument kebijakan moneter ini berkaitan dengan fasilitas yang dimiliki oleh bank untuk meminjam uang secara langsung kepada
bank sentral. Pinjaman tersebut biasanya berbentuk direct advance atau over draf
yang disekuritasi dengan asset-aset tertentu biasanya sekuritas pemerintah pada saat sekarang.
c. Cadangan minimum, salah satu bentuk pengaturan lainnya adalah
ketentuan cadangan lainnya adalah ketentuan cadangan minimum. Peraturan ini untuk meminjam pemilik uang atau nasabah deposan dapat
menarik depositnnya. Namun semua deposit nasabah dicadangkan karena
11 bagi bank sendiri cadangan minimum ini merugikan karena merupakan
dana menganggur yang tidak menghasilkan pendapatan bagi bank. d.
Pengawasan pinjaman dan pembujukan moral moral suasion. Tujuan utama dari melaksanakan pengawasan pinjaman secara selektif adalah
untuk memastikan bahwa bank-bank umum memberikan pinjaman- pinjaman dan melakukan investasi –investasi sesuai dengan yang
diinginkan bank sentral 2.
Mekanisme Transmisi kebijakan moneter Transmisi melalui kanal tingkat suku bunga IS-LM, Saluran tingkat
suku bunga merupakan mekanisme transmisi moneter model IS-LM keynesian yang telah menjadi ajaran utama dalam makro ekonomi. Menurut
pandangan IS-LM Keynesian, pada ekspansi moneter, transmisi moneter menyebabkan rangkaian hubungan yang dapat digambarkan sebagai berikut
M i,
I Y dimana M menunjukan suatu ekspansi kebijakan
moneter yang mendorong pada penurunan tingkat suku bunga riil, i, , yang berarti menurunkan biaya modal, sehingga menyebabkan peningkatan pada
penguluaran investasi,I , dan pada akhirnya akan mendorong peningkatan permintaan agregrat dan peningkatan penawaran output Y
Walaupun Keynes pada mulanya menekankan kanal ini bekerja melalui keputusan belanja investasi bisnis, riset selanjutnya mengetahui
bahwa keputusan belanja masyarakat untuk rumah dan barang tahan lama juga
12 merupakan keputusan investasi. Sehingga pengeluaran masyarakat untuk
belanja rumah barang tahan lama masuk dalam hitungan investasi Satu hal penting dari mekanisme transmisi tingkat suku bunga
adalah penekanan pada suku bunga riil, bukan nominal, yang mempunyai peran mempengaruhi keputusan konsumen dan bisnis dan suku bunga jangka
panjang, bukan tingkat suku bunga jangka pendek, yang merupakan faktor utama yang mempengaruhi pengeluaran belanja. Pandangan ekspektasi
rasional juga menyatakan tingkat suku bunga jangka panjang merupakan rata- rata dari tingkat ekspektasi tingkat suku bunga jangka pendek dimasa depan,
sehingga tingkat suku bunga kanal melaui harga perumahan dan harga tanah. 3.
Prinsip Kebijakan Moneter Yang Sehat
a. Mempunyai satu tujuan akhir yang diutamakan overriding objective,
yaitu sasaran inflasi, sebagai kontribusi pokok kebijakan moneter dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu, sasaran inflasi
ditetapkan dengan mempertimbangkan pengaruhnya trade-off dengan pertumbuhan ekonomi.
b. Kebijakan moneter bersifat antisipatif atau forward looking, yaitu dengan
mengarahkan kebijakan moneter yang ditempuh saat ini diarahkan untuk mencapai sasaran inflasi yang ditetapkan pada periode yang akan datang
mengingat adanya efek tunda lag kebijakan moneter.
13 c.
Mengikatkan diri kepada suatu mekanisme tertentu dalam membuat pertimbangan penentuan respon kebijakan moneter. Dalam penetapan
respon kebijakan moneter, bank sentral mempertimbangkan perkiraan inflasi, pertumbuhan ekonomi, serta berbagai variabel lain.
d. Sesuai dengan prinsip-prinsip tata kelola yang sehat good governance,
yaitu berkejelasan tujuan, konsisten, transparan, dan berakuntabilitas.
4. Bank Indonesia BI Dalam Kebijakan Moneter
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia BI. Tujuan BI adalah mencapai dan
memelihara kestabilan nilai rupiah. Untuk mencapai tersebut BI mempunyai tugas utama, menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan
menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta mengatur dan mengawasi bank. Dalam rangka menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, BI
berwewenang menetapkan sasaran - sasaran moneter dengan memperhatikan sasaran laju inflasi yang ditetapkan.
Tugas BI ini mengalami perubahan sejak diterapkannya undang tersebut, yaitu dari multiple objektif mendorong pertumbuhan ekonomi,
menciptakan lapangan kerja, dan memelihara kestabilan rupiah menjadi single objective
mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah dengan demikian tingkat keberhasilan BI akan lebih mudah diukur dan
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.
14 Kestabilan nilai rupiah tercermin dari tingkat inflasi dan nilai tukar
yang terjadi. Tingkat inflasi tercermin dari naiknya harga barang-barang secara umum. Faktor-faktor yang mempengaruhi inflasi dapat dibagi menjadi
2 macam, yaitu takanan inflasi yang berasal dari sisi permintaan dan dari sisi penawaran. Dalam hal ini, BI hanya memiliki kemampuan untuk
mempengaruhi takanan inflasi yang berasal dari sisi permintaan, sedangkan tekanan inflasi dari sisi penawaran bencana alam, musim kemarau, distribusi
tidak lancar, dll sepenuhnya berada diluar pengadilan BI. Dengan keterbatasan ini, untuk dapat mencapai dan menjaga tingkat inflasi yang
rendah dan stabil, maka BI membutuhkan kerja sama dan komitmen dari seluruh pelaku ekonomi, baik pemerintah maupun swasta. Nilai tukar rupiah
sepenuhnya ditetapkan oleh kekuatan permintaan dan penawaran yang terjadi dipasar. Apa yang dapat dilakukan oleh BI adalah menjaga agar nilai rupiah
berfluktuasi secara tajam. Seperti dikemukakan diatas bahwa kontrol BI atas inflasi sangat
terbatas, karena inflasi dipengaruhi oleh banyak faktor. Oleh karaena itu, BI selalu melakukan assessment terhadap perkembangan perekonomian.
Khususnya terhadap kemungkin inflasi. Respon kebijakan moneter BI didasarkan kepada hasil assessment tersebut. Namun pengadilan inflasi tidak
bisa dilakukan hanya melalui kebijakan moneter, melainkan juga kebijakan ekonomi makro lainnya seperti kebijakan fiskal dan kebijakan disektor riil.
15 Sasaran akhir kebijakan moneter BI dimasa depan pada dasarnya
lebih diarahkan untuk menjaga inflasi. Pemilihan inflasi sebagai sasaran akhir ini sejalan pula dengan kecenderungan perkembangan terakhir bank-bank
sentral didunia, dimana banyak bank sentral yang beralih untuk lebih memfokuskan diri pada upaya pengadilan inflasi. Alasan yang mendasari
perpunahan tersebut adalah, pertama, bukti-bukti emperis menunjukan bahwa dalam jangka panjang kebijakan moneter hanya dapat mempengaruhi tingkat
inflasi, kebijakan moneter tidak dapat mempengaruhi variabel riil, seperti pertumbuhan output ataupun tingkat pengangguran. Kedua, pencapaian inflasi
rendah merupakan prasyarat bagi tercapai sasaran makro ekonomi lainnya, seperti pertumbuhan pada tingkat kapasitas penuh dan penyediaan lapangan
kerja yang seluas-luasnya. Ketiga, yang terpenting penetepan tingkat inflasi rendah sebagai tijuan akhir kebijakan moneter akan menjadi nominal anchor
berbagai kegiatan ekonomi strategi yang digunakan oleh
BI dalam mencapai
sasaran inflasi yang rendah adalah: a.
Mangkaji efektivitas instrumen moneter dan jalur tranmisi kebijakan b.
Menentukan sasaran akhir kebijakan moneter c.
Mengidentifikasi variabel yang menyebabkan tekanan-tekanan inflasi d.
Memformulasikan respon kebijakan moneter Sedangkan target inflasi sasaran akhir adalah berupa laju inflasi
yang diperoleh dari indeks harga konsumen dan laju inti core atau
16 underlying inflation
adalah sebagai sasaran operasional BI dalam menjalankan fungsi- fungsi bank sentral terhadap bank syariah mempunyai
instrumen sebagai berikut: a.
Giro wajib minimum adalah simpanan minimum bank-bank umum dalam bentuk giro pada BI yang besarnya ditetapkan oleh BI berdasarkan
presentase tertentu dari dana pihak ketiga. Dana pihak ketiga adalah giro wadiah, tabungan dan deposito mudharabah, serta kewajiban lain. GWM
ini adalah kewajiban bank dalam rangka mendukung pelaksanaan prinsip kehati-kehatian pebankan serta juga sebagai instrument moneter
b. Sertikat investasi mudharabah antar bank syariah sertifikat IMA adalah
instrument yang digunakan bank-bank syariah yang kelebihan dana untuk mendapatkan keuntungan dan dilain pihak sebagai sarana penyedia jangka
pendek bagi bank-bank syariah yang kekurangan dana. Sertifikat ini berjangka waktu 90 hari, diterbitkan oleh kantor pusat bank syariah
dengan format dan ketentuan standar dari BI c.
Sertifikat wadiah bank Indonesia SWBI. SWBI adalah instrument BI yang sesuai dengan syariah islam yang digunakan dalam operasi moneter
terbuka. SWBI dapat digunakan oleh bank-bank syariah yang kelebihan likuiditas sebagai saran penitipan jangka pendek. Pemberian bonus bagi
SWBI ditentukan berdasarkan parameter sertifikat IMA
17 5.
Kebijakan Moneter Dalam Syariah
Adapun instrumen moneter syariah adalah hukum syariah. Hampir semua instrument moneter pelaksanaan kebijakan moneter konvensional
maupun surat berharga yang menjadi underlying-nya mengandung unsur bunga. Oleh karena itu instrumen-instrumen konvensional yang mengandung
unsur bunga bank rates, discount rate, open market operation dengan sekuritas bunga yang ditetapkan didepan tidak dapat digunakan pada
pelaksanaan kebijakan moneter berbasis Islam. Tetapi sejumlah instrument kebijakan moneter konvensional menurut sejumlah pakar ekonomi Islam
masih dapat digunakan untuk mengontrol uang dan kredit, seperti Reserve Requirement, overall and selecting credit ceiling, moral suasion and change
in monetary base.
Dalam ekonomi Islam, tidak ada sistem bunga sehingga bank sentral tidak dapat menerapkan kebijakan discount rate tersebut. Bank Sentral Islam
memerlukan instrumen yang bebas bunga untuk mengontrol kebijakan ekonomi moneter dalam ekonomi Islam. Dalam hal ini, terdapat beberapa
instrumen bebas bunga yang dapat digunakan oleh bank sentral untuk meningkatkan atau menurunkan uang beredar. Penghapusan sistem bunga,
tidak menghambat untuk mengontrol jumlah uang beredar dalam ekonomi.
18 Secara mendasar, terdapat beberapa instrumen kebijakan moneter
dalam ekonomi Islam, antara lain :
a. Reserve Ratio, adalah suatu presentase tertentu dari simpanan bank yang
harus dipegang oleh bank sentral, misalnya 5 . b.
Moral Suassion, bank sentral dapat membujuk bank-bank untuk
meningkatkan permintaan kredit sebagai tanggung jawab mereka ketika ekonomi berada dalam keadaan depresi. Dampaknya, kredit dikucurkan
maka uang dapat dipompa ke dalam ekonomi c.
Lending Ratio, dalam ekonomi Islam, tidak ada istilah Lending meminjamkan , lending ratio dalam hal ini berarti Qardhul Hasan
pinjaman kebaikan. d.
Refinance Ratio, adalah sejumlah proporsi dari pinjaman bebas bunga. Ketika refinance ratio meningkat, pembiayaan yang diberikan meningkat,
dan ketika refinance ratio turun, bank komersial harus hati-hati karena mereka tidak di dorong untuk memberikan pinjaman.
e. Profit Sharing Ratio, ratio bagi keuntungan profit sharing ratio harus
ditentukan sebelum memulai suatu bisnis. Bank sentral dapat
menggunakan profit sharing ratio sebagai instrumen moneter, dimana ketika bank sentral ingin meningkatkan jumlah uang beredar, maka ratio
keuntungan untuk nasabah akan ditingkatkan
19 f.
Islamic sukuk, adalah obligasi pemerintah, di mana ketika terjadi inflasi,
pemerintah akan mengeluarkan sukuk lebih banyak sehingga uang akan mengalir ke bank sentral dan jumlah uang beredar akan tereduksi. Jadi
sukuk memiliki kapasitas untuk menaikkan atau menurunkan jumlah uang beredar. Government Investment Certificat
6. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia SWBI
Salah satu sifat tingkat suku bunga adalah sangat mudah berubah. Situasi ini sring terjadi dalam kurun waktu yang singkat terutama tingkat suku
bunga jangka pendek. Tingkat suku bunga jangka panjang relatif kurang fluktuasi dibandingkan dengan tingkat suku bunga jangka pendek, namun
untuk saat ini cenderung ikut bergerak naik turun dalam jangka pendek terutama setelah diperkenalkan berbagai jenis surat berharga berjangka
panjang dengan menggunakan system floating rate yang selalu disesuaikan dengan kondisi tingkat suku bunga di pasar jangka pendek.
Dalam transaksi pasar keuangan financial market yang terdiri dari system perbankan, pasar uang, dan pasar modal yang pada dasarnya
merupakan transaksi pinjam meminjam dana, sisi supply penawaran adalah cermin dari keseluruhan dana yang dipinjamkan lending, sedangkan sisi
demand permintaan merupakan cerminan dari keseluruhan dana yang akan dipinjam. Harga dari dana di pasar uang merupakan tingkat bunga. Apabila
penawaran dana melebihi permintaan dana, artinya jumlah dana yang
20 dipinjamkan lebih besar dari jumlah dana yang di pinjam, tingkat bunga akan
berada di atas equilibrium sehingga tingkat bunga akan turun. Sebaliknya apabila permintaan lebih besar dari penawaran, berarti jumlah dana yang akan
dipinjam melebihi jumlah dana yang akan dipinjamkan maka tingkat bunga cenderung akan naik.
Dalam perbankan konvensional yang dijadikan benchmark untuk penentuan tingkat suku bunga adalah suku bunga bank Indonesia SBI untuk
periode satu bulan maupun tiga bulan sedangkan untuk perbankan syariah dikenal dengan sertifikat wadiah bank Indonesia SWBI, yang merupakan
untuk penitipan dana jangka pendek bank yang kelebihan likuiditas untuk jangka waktu satu minggu, dua minggu dan maksimum satu bulan. Dan atas
penempatan dana tersebut bank Indonesia memberikan bonus yang mengacu kepada tingkat indikasi imbalan sertifikat investasi mudharabah antar bank
IMA pada pasar uang antar bank syariah PUAS. SWBI digunakan bank syariah dalam hal apabila terjadi kelebihan
dana, SWBI merupakan surat berharga yang diterbitkan Bank Indonesia dengan menggunakan prinsip wadiah yad addhamanah. Dengan demikian
banak Indonesia memberikan bonus tertentu atas penempatan dana tersebut. Produk SWBI merupakan produk kontroversional yang masih membutuhkan
penyelesaian hingga saat ini. Beberapa kalangan menganggap SWBI sama
21 saja dengan sistem SBI sebagaimana yang dikenal dalam sistem perbankan
konvensional Skema SWBI
2b. Penyerahan Barang 1.Akad
3. pengembalian uang plus bonus
2.a penerbitan SWBI Sumber : Zulkifli, Hal, 90, 2003
7. Inflasi
Berdasarkan pengertiannya, ada 2 konsep dalam pengertian inflasi inti. Pertama, inflasi inti sebagai komponen inflasi yang cenderung ‘menetap’ atau
persisten persistent component di dalam setiap pergerakan laju inflasi. Kedua, inflasi inti sebagai kecenderungan perubahan harga-harga secara
umum generalized component. Core inflation pada beberapa literature disebut juga dengan underlying inflation. Inflasi inti inilah yang dapat
dipengaruhi atau dikendalikan oleh BI. Di dalam operasionalnya, BI tidak menggunakan inflasi IHK sebagai acuan dalam mengambil kebijakan
moneter, namun menggunakan inflasi inti. Penggunaan inflasi inti sebagai sasaran operasional dikarenakan inflasi
inti dapat memberikan signal yang tepat dalam memformulaskan kebijakan Mustawda
B.I Muwaddi’
Bank
22 moneter. Sebagai contoh, dalam hal terjadi gangguan permintaan demant
shock yang mengakibatkan inflasi tinggi, respon bank sentral akan
mengetatkan uang beredar sehingga tingkat inflasi dapat ditekan. Disamping itu, kebijakan tersebut dapat juga untuk menyesuaikan kembali pertumbuhan
ekonomi pada tingkat yang sesuai dengan kapasitas perekonomian. Sebaliknya, jika inflasi meningkat karena terjadinya gangguan penurunan
disisi penawaran supply side, misalnya kenaikan harga makanan karena musim kering maka kebijakan uang ketat justru dapat memperburuk tingkat
harga dan pertumbuhan ekonomi. Respon yang dapat dilakukan oleh bank sentral adalah kebijakan melonggarkan likuiditas perekonomian justru
diperlukan untuk menstimulir penigkatan penawaran.
BI menetapkan IHK sebagai tergetnya, seperti yang diterapkan disemua Negara yang menganut sistem target inflasi secara eksplesit. Ada
berapa alasan yang mendasari dipilihnya IHK mengukur target bank sentral, baik dari sisi teoritis maupun dari segi kepraktisannya. Kelebihan
digunakannya IHK ini antara lain adalah merupakan alat ukur yang paling tepat dalam mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat karena IHK
mengukur indeks biaya hidup konsumen. Seperti yang berlaku pada Negara – nagara yang lain institusi yang bertugas mengumpulkan data statistik selalu
memfokuskan sebagian besar sumber dayanya untuk menghasilkan data IHK yang reliable dibandingkan indeks harga lainnya, sehingga hasil pengukuran
23 IHK selalu memiliki kualitas yang lebih baik dan selalu tersedia secara tepat
waktu. Dilihat dari asalnya, tekanan inflasi dapat dibedakan atas domestic
pressures berasal dari dalam negari dan external pressures berasal luar
negeri . Tekanan yang berasal dari dalam negeri dapat diakibatkan oleh adanya gangguan dari sisi penawaran dan permintaan serta kebijakan yang
diambil dari instansi lain, misalnya kebijakan penghapusan subsidi pemerintah, kenaikan pajak, dll. Gangguan dari sisi penawaran dapat timbul
apabila terjadi musim kering yang mengkibatkan gagal panen, terjadinya bencana alam, gangguan distribusi tidak lancar dan adanya kerusuhan-
kerusuhan sosial yang berakibat terputusnya pasokan dari luar daerah. Gangguan dari sisi permintaan dapat terjadi apabila otoritas moneter
menerapkan kebijakan uang longgar.
8. Produk Domestik Bruto PDB
PDB diartikan sebagai nilai keseluruhan semua barang dan jasa yang diproduksi di dalam wilayah tersebut dalam jangka waktu tertentu biasanya
per tahun. PDB berbeda dari produk nasional bruto karena memasukkan pendapatan faktor produksi dari luar negeri yang bekerja di negara tersebut.
Sehingga PDB hanya menghitung total produksi dari suatu negara tanpa memperhitungkan apakah produksi itu dilakukan dengan memakai faktor
produksi dalam negeri atau tidak. Sebaliknya, PNB memperhatikan asal usul
24 faktor produksi yang digunakan.. PDB Nominal atau disebut PDB Atas
Dasar Harga Berlaku merujuk kepada nilai PDB tanpa memperhatikan pengaruh harga. Sedangkan PDB riil atau disebut PDB Atas Dasar Harga
Konstan mengoreksi angka PDB nominal dengan memasukkan pengaruh dari harga. PDB dapat dihitung dengan memakai dua pendekatan, yaitu
pendekatan pengeluaran dan pendekatan pendapatan. Rumus umum untuk PDB dengan pendekatan pengeluaran adalah:
PDB = konsumsi + investasi + pengeluaran pemerintah + ekspor -
impor B.
Dana Pihak Ketiga Pada Perbankan Syariah
Data yang dirilis oleh Bank Indonesia BI sampai dengan akhir tahun 2008 menunjukkan bahwa Penghimpunan dana pihak ketiga DPK perbankan
Syariah di Indonesia yang kian merosot. Nilai dana masyarakat di bank syariah pada akhir Juli 2008 sebesar Rp 32,90 triliun, nilai tersebut lebih kecil
Rp 150 miliar dibandingkan dengan dana masyarakat per akhir Juni, yang sebesar Rp 33,05 triliun. Penurunan tersebut diindikasikan karena persaingan
antara bank syariah dengan bank konvensional yang semakin ketat, dalam bentuk agresifitas bank umum dalam menawarkan bunga.
Saat likuiditas di pasar ketat, bank umum berupaya menggaet dana masyarakat dengan mengerek bunga tinggi. Tentunya bunga tinggi ini hanya
25 diberikan pada berbagai produk yang tidak diikutsertakan dalam program
penjaminan. Sehingga faktor utama yang menjadi bahan pertimbangan nasabah adalah perolehan bunga dan imbal hasil yang tinggi. Laporan yang
dirilis oleh BI menunjukkan bahwa Dana Pihak Ketiga di bank umum didominasi oleh nasabah korporat, yaitu institusi dan perusahaan yang
memiliki nilai rata-rata diatas Rp. 100 juta untuk simpanan tabungan atau deposito.
Sedangkan nasabah ritel faktor utama yang menjadi bahan pertimbangan adalah berbagai jenis pelayanan dan kemudahan yang
ditawarkan, sehingga di pasar retail persaingan bunga cenderung diabaikan. Untuk mempertahankan besaran dana masyarakat, bank syariah kini mulai
memberikan nisbah atau bagi hasil simpanan yang lebih kompetitif. Beberapa bank Syariah yang sudah mulai kompetitif memperbaiki struktur nisbahnya
diantaranya adalah Niaga Syariah dengan tingkat nisbah berkisar 9,5-10 untuk nasabah institusi dan untuk nasabah ritel berkisar 7,75-8,75; BSMI
juga menaikkan nisbah dari 8,5-9 menjadi sekitar 10.
Penghimpunan dana pihak ketiga DPK yang diterapkan di perbankan Syariah secara umum meliputi 3 yaitu sebagai berikut:
26 1.
Giro Wadiah Bank Islam dapat memberikan jasa simpanan giro dalam bentuk
rekening wadiah. Dalam hal ni bank islam menggunakan prinsip wadiah yad dhamanah.
Dengan prinsip ini bank sebagai custodian harus menjamin pembayaran kembali minimal simpanan wadiah. Dana tersebut
dapat digunakan oleh bank untuk kegiatan komersial dan berhak atas pendapatan yang diperoleh dari pemanfaatan harta titipan tersebut dalam
kegiatan komersial. Pemilik simpanan dapat menarik kembali simpanannya sewaktu-waktu, baik sebagian atau seluruhnya.
Bank tidak boleh menyatakan atau menjanjikan imbalan atau keuntungan apapun kepada pemegang rekenig wadiah dan sebaliknya
pemegang rekening juga tidak boleh mengharapkan atau meminta imbalan atau keuntungan atas rekening wadiah. Setiap imbalan atau keuntungan
yang dijanjikan dapat dianggap riba. Namun demikian bank atas kehendaknya sendiri, dapat memberikan imbalan berupa bonus hibah
kepada pemilik dana pemegang rekening wadiah Ciri-Ciri Giro wadiah adalah :
a. Bagi pemegang rekening disediakan cek untuk mengoperasikan
rekeningnya
27 b.
Untuk membuka rekenig diperlukan surat referensi nasabah lain atau pejabat bank, dan menyetor sejumlah dana minimum yang ditentukan
kebijakan masing-masing bank sebagai setoran awal c.
Calon pemegang rekening tidak terdaftar dalam daftar hitam bank Indonesia
d. Penarikan dapat dilakukan setiap waktu dengan cara menyerahkan
cek atau intruksi tertulis lainya e.
Tipe rekening: 1
Rekening perorangan 2
Rekening pemilik tunggal 3
Rekening bersama dua orang atau lebih 4
Rekening organisasi atau perkumpulan yang tidak berbadan hukum
2. Tabungan Mudharabah
Tabungan mudharabah adalah simpanan dana yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang
telah disepakati tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, atau alat lainnya yang disamakan dengan itu. Tabungan yang dibenarkan secara
syariah adalah tabungan yang didasarkan dengan prinsip mudharabah dan wadiah. Adapun ketentuan umum tabungan berdasarkan mudharabah
adalah sebagai berikut:
28 a.
Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai sohibul mal atau pemilik dana dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola
dana. b.
Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah
dan mengembangkannya termasuk didalamnya mudharabah dengan pihak lain.
c. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai dan
bukan piutang. d.
Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan diuangkan dalam akan pembukuan rekening.
e. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional tabungan dengan
menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya. f.
Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa persetujuan dengan yang bersangkutan.
Dalam tabungan berdasarkan mudharabah, nasabah bertindak sebagai shahibul mal atau pemilik dana, bank bertindak sebagai mudharib
atau pengelola dana. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukkan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan
prinsip syariah dan mengembangkannya termasuk didalamnya mudharabah dengan pihak lain.
29 Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah
dan dituangkan dalam akad pembukuan rekening dan bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa persetujuan
yang bersangkutan. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional tabungan dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.
Dalam tabungan berdasarkan wadiah dana bersifat sebagai simpanan dan bias diambil kapan saja, serta tidak ada imbalan yang disyaratkan kecuali
dalam bentuk pembelian yang bersifat suka rela dari pihak bank. 3.
Deposito Mudharabah Deposito mudharabah atau lebih tepatnya lagi deposito investasi
mudharabah merupakan investasi melalui simpanan pihak ketiga perseroan atau badan hukum yang menarikanya hanya dilakukan hanya
dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu jatuh tempo, dengan mendapat imbalan bagi hasil. Imbalan dalam bentuk berbagi pendapatan
revenue sharing atas penggunaan dana tersebut secara syariah dengan proporsi pembagian katakanlah 70: 30, 70 untuk deposan dan 30
untuk bank. Jangka waktu deposito mudharabah berkisar antara 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 12 bulan.
Deposito berjangka time and investment account. Baik pribadi maupun maupun badan lembaga. Akad menerima deposito adalah
wadiah, atau mudharabah dimana bank menerima dana masyarakat
30 barjangka 1,3,6,12 bulan dan seterusnya, sebagai penyertaan semantara
pada bank. Deposan yang akad depositnya wadi’ah mendapat nisbah bagi hasil hasil keuntungan yang lebih kecil dari mudharabah dari bagi hasil
yang diterima bank dalam pembiyaan kredit nasabah.
C. Penelitian Terdahulu