Analisis Pengaruh Financing To Deposit Ratio (FDR) Dana Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat Bank Indonesia Suariah (SBIS), dan Non Performing Financing (NPF) terhadap Return On Asset (ROA), Periode Januari 2009-2012

(1)

ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO (FDR),

DANA PIHAK KETIGA (DPK), SERTIFIKAT BANK INDONESIA

SYARIAH (SBIS), DAN NON PERFORMING FINANCING (NPF)

TERHADAP RETURN ON ASSET (ROA), PERIODE JANUARI 2009

DESEMBER 2012

Oleh:

Dwi Rahayu Sulistianingrum

NIM: 109084000074

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS ILMU EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO (FDR), DANA PIHAK KETIGA (DPK), SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH (SBIS), DAN NON

PERFORMING FINANCING (NPF) TERHADAP RETURN ON ASSET (ROA), PERIODE JANUARI 2009 – DESEMBER 2012

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

Dwi Rahayu Sulistianingrum

NIM: 109084000074

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS ILMU EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(3)

fl

ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO (FDR), DANA PIHAK KETIGA (DPK), SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH

(SBIS), DAN NON PERFORMING FINANCING (NPF) TERHADAP RETURN ON ASSET EOA), PERIODE JANUART 2009 - DESEMBER

2012

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sadana Ekonomi

Oleh

Drvi Rahayu Sulistianinqrum NIM: 109084000074

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. H. Roikhan Mochamad Aziz. MM Yoehi Citra Pratama. M.Si N I P . 1 9 8 3 0 7 1 7 2 0 1 1 0 1 1 0 1 1

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS ILMU EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(4)

r

I, O T\Ti}

A [i. P E J\IG

F;.5..\

HAN U JIAN KOil,/tPRI,]

HE N S T

t.-Hari ini Rabu. 5 Juni 2013 telah dilakukan u.jian kornprehensif atas mahasisrva:

l . N a m a 2. NIN,I 3. Jurusan 4. Judulskripsi

Drvi Rahayu Sulistianingr urn l 09084000074

Ilmu Ekonorri dan Studi Pernbangunalt

Analisis Pengaruh Financing to Deposit Ratio GDR), Dana Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat Barik Indonesia Syariah (SBIS), dan rVon Performing Financing (NPF) terliadap Return on Asset (ROA), Periode Januari 2009 - Desernber 201 2

Setelah mencennati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian kornpreirensif, maka diputuskan bahlva mahasiswa tersebut diatas dinyatakan lulus dan diberi keseurpatan untuk melanjutkan ke tahap ujian skripsi sebagai salah satr.r syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekononti dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hiclavatullah Jakarta.

Jakarta, 5 Juni 2013

1. Prof. Dr. Abdul Harnid, MS N I P . 1 9 s 7 0 6 1 7 1 9 8 s 0 3 I 0 0 2

2. Dr. Lukman, M.Si

NIP. I 98207 tO 20}gt2 2 002

Yoghi Citra Pratarna. M.Si N I P . 1 9 8 3 0 7 1 7 2 0 1 t 0 1 1 0 1 1


(5)

{

LEI\,IBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

H a r i S e n i n , l 6 S e p t e m b e r 2 0 1 3 te l a h d i l a k u k a n U j i a n S k r i p s i a t a s m a h a s i s r v a : l. Nama : Dr.vi Rahayu Sulistianingrum

2 . N I M : 1 0 9 0 8 4 0 0 0 0 7 4

3. Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunarr

4. Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR), Dana Pihak K e t i g a ( D P K ) , S e r t i f i k a t B a n k ln d o n e s i a S y a r i a h ( S B I S ) , d a n N o n

P e r f o r t t t i t t g F i t t c u t c i t t g ( N P F ) t e l h a c l a p R e t t r t ' t r o t t A s s e t ( R O A ) .

P e r i o c l e J a r r u a r i 2 0 0 9 * Deserrber' 2 0 1 2

Setelah rnencennati dan i:remperhatikan penarnpilan dan kernarnpuan yang bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahrva mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islarn Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, l6 Septemb er 2013 l . H e r n i A l i H T , S E , M M

l.1IDN. 0422t25902

2. Dr. Lukman, M. Si

NIP. r 9820710 200912 2 002

3. Zuhairan Y. Yunan, SE, M.Sc NIP. 1980041 6 200912 t002

4 . D r . I r . H . R o i k h a n M o c h a m a d A z i z . M M

5 . Y o g h i C i t r a P r a t a m a , M . S i N I P . I 9 8 3 0 7 1 7 2 0 n 0 1 I 0 l I

ans

Penguji Ahli

P e m b i m b i n g I

1)Lt2.ltt--vU


(6)

, { I

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertandatangan dibawah ini: Nama Mahasiswa

NIM Jurusan

: Dwi Rahayu Sulistianingrum 109084000074

Ilmu Ekonomi dan Studi Pembansunan

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggu ngi awabkan.

2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa ijin pemilik karya.

4. Tidak melakukan manipulasi dan pemalsuan data.

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu mempertanggungiawabkan hasil karya ini.

Jikalau dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya dan telah melalui bukti yang dapat dipertanggung jawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya melanggar pernyataan diatas, maka saya siap untuk dikenakan sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakuktas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatul lah J akarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

J akarta, 5 Septembe r 20L3 Yang Menyatakan,


(7)

i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Dwi Rahayu Sulistianingrum Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 15 September 1991 Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jl. Mujahidin Rt. 007 Rw. 04 No. 4A, Ulujami, Pesanggrahan, Jakarta Selatan, 12250.

Agama : Islam

No. Telepon/HP : -/085717587693

Email : dirabankai@yahoo.com Twitter : @dirabankai

PENDIDIKAN FORMAL

Tingkat Pendidikan Sekolah/Universitas Jurusan Tahun Perguruan Tinggi Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan

2009-2013

Sekolah Menengah Atas (SMA)

SMA Negeri 47 Jakarta IPS 2006-2009 Sekolah Menengah

Pertama (SMP)

SMP Negeri 153 Jakarta

2003-2006 Sekolah Dasar (SD) SD Negeri 17 pagi

Jakarta


(8)

ii

ABSTRACT

This study aimed to analyze the influence of Financing to Deposit Ratio (FDR), Third Party Funds (TPF), Bank Indonesia Sharia Certificate (SBIS), and Non-Performing Financing (NPF) on Return on Assets (ROA) of Islamic banking in Indonesia. Analyses were performed with less menggunakakn monthly time series data published by Bank Indonesia in the study period of 2009 to 2012.

The method used in this study is the Ordinary Least Square (OLS) on the program Eviews 5. The results of this study indicate that the Financing to Deposit Ratio (FDR) has the t-count equal to 5.187609 with a significance level of 0.0000, which means that the partial positive and significant impact on Return on Assets (ROA). While in the Third Party Funds (TPF) obtained t-count equal to -2.985527 with a significance level of 0.0047 which means partially negative and significant impact on Return on Assets (ROA). Next to the Indonesian Bank Syariah Certificate (SBIS) obtained t-count equal to 1.149197 with a significance level of 0.2568, it means that no partial effect on Return on Assets (ROA). In addition, for Non Performing Financing (NPF) obtained t-count equal to -3.026928 with a significance level of 0.0042 which means partially negative and significant impact on Return on Assets (ROA). The regression results also show F-statistic value of 9.447454 with a probability of 0.000014 so it can be concluded that the variable Financing to Deposit Ratio (FDR), Third Party Funds (TPF), Bank Indonesia Sharia Certificate (SBIS), and Non-Performing Financing (NPF) simultaneous or together have an influence on the Return on Assets (ROA) on Islamic banking in Indonesia.


(9)

iii

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR), Dana Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan Non Performing Financing (NPF) terhadap Return on Asset (ROA) perbankan syariah di Indonesia. Analisis dilakukan dengn menggunakakn data runtun waktu bulanan yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia dalam penelitian periode 2009 sampai dengan 2012.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ordinary Least Square (OLS) pada program Eviews 5. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Financing to Deposit Ratio (FDR) memiliki hasil t-hitung sebesar 5.187609 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.0000, yang berarti secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return on Asset (ROA). Sedangkan padaDana Pihak Ketiga (DPK) diperoleh t-hitung sebesar-2.985527 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.0047 yang berarti secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return on Asset (ROA). Selanjutnya untuk Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) diperoleh t-hitung sebesar 1.149197 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.2568, itu berarti secara parsial tidak berpengaruh terhadap Return on Asset (ROA). Selain itu, untuk Non Performing Financing (NPF) diperoleh t-hitung sebesar -3.026928 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.0042 yang berarti secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return on Asset (ROA). Hasil regresi ini juga menunjukkannilai F-statistik sebesar 9.447454 dengan probabilitas sebesar 0.000014 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Financing to Deposit Ratio (FDR), Dana Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan Non Performing Financing (NPF) secara simultan atau bersama-sama memiliki pengaruh terhadap Return on Asset (ROA) pada perbankan syariah di Indonesia.


(10)

iv

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kita panjatkan kehadiat Allah SWT yang telah menurunkan Islam sebagai tuntunan kehidupan yang membawa kepada kesejahteraan, keadilan, keberkahan, dan kesempurnaan dan juga atas segala limpahan rahmat-Nya kepada kita semua sehingga kita dapat merasakan nikmat Islam, nikmat Iman, dan nikmat sehat wal’afiat. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad Salallahu A‟laihi Wassalam, pembawa risalah, penyampai amanah, dan pemberi nasihat kepada umat manusia, serta para sahabat, keluarga dan orang-orang sholeh yang Allah ridhoi.

Hanya karena rahmat, karunia, dan keridhaan-Nya lah penulis memiliki kekuatan, kemauan, kesmpatan, dan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Analisis Pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR), Dana Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan Non Performing Financing (NPF) terhadap Return on Asset (ROA), periode Januari 2009 – Desember 2012” dengan tujuan untuk memenuhi salah satu syarat meraih gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi dan Bisnis di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Alhamdulillah, dengan pertolongan dan rahmat Allah Subhanahu Wata’ala, skripsi ini telah selesai, walupun penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Namun dari lubuk hati yang paling dalam, penulis berharap semoga skripsi ini sedikit banyak mudah-mudahan insya Allah dapat bermanfaat bagi banyak orang, Amin.

Skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya dan semoga Allah SWT memberikan pahala atas amal kebaikan dari semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini, diantaranya adalah:


(11)

v

1. Kedua orang tercinta yaitu Bapak Effendi dan Ibu Ramini, mungkin tiada kata yang dapat menggambarkan beribu-ribu rasa terima kasih saya atas segala hal yang telah diberikan hingga detik ini. Skripsi ini merupakan persembahan untuk kedua orang tua saya agar membuat meraka bangga telah melahirkan anak seperti saya.

2. Kakakku satu-satunya yang tercinta dan tersayang, Nur Mukharromah Hastuti, terima kasih untuk semua hal yang telah diberikan kepada penulis. Terima kasih karena selama ini telah menjadi sorang kakak yang paling baik dan berperan sebagai ibu kedua buat saya dan juga menjadi sahabat terbaik di saat saya membutuhkan tempat untuk mencurahkan hati dan berkeluh kesah. Terima kasih atas saran-saran dan nasehatnya yang sangat bermanfaat bagi saya dan juga untuk tidak pernah lelah mengingatkan saya agar senantiasa berdoa, shalat tepat waktu, puasa sunah, shalat sunah, dan banyak-banyak bersedekah agar segala sesuatu yang dilakukan diberikan kemudahan dan kelancaran oleh Allah SWT. Semoga kita berdua bisa memberikan yang terbaik dan bermanfaat bagi keluarga kita ya mba, Amin.

3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Dr. Lukman, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (IESP), yang telah memberikan dukungan untuk IESP dan semua mahasiswanya.

5. Bapak Dr. Ir. H. Roikhan Mochamad Aziz, MM, sebagai penemu habslm selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak membantu penulisan dalam penyelesaian skripsi ini, juga memberikan motivasi, saran serta ilmunya dalam membimbing sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Bapak Yoghi Citra Pratama, M.Si, selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, motivasi, semangat, saran dengan meluangkan waktu, pikiran, tenaga, dan juga memberikan ilmu dalam membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Dan juga tak pernah lupa menyarankan penulis agar selalu rajin dalam beribadah kepada Allah SWT dengan melaksanakan shalat wajib, shalat


(12)

vi

sunah, puasa, sedekah dan motivasi spiritual lainnya pada setiap pertemuan bimbingan skripsi.

7. Terima kasih banyak untuk sepupu saya, Nesti dan juga sahabat-sahabatnya (Eva, Eni dan Marsha) yang telah memberikan motivasi, semangat dan pengetahuannya serta berbagai informasi mengenai perkuliahan sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

8. Terima kasih banyak kepada Zona, Rini, Rhomdhon, dan Kana untuk kebersamaannya selama ini, semoga kebersamaan kita bisa terus terjalin dengan baik.

9. Terima kasih juga kepada teman-teman seperjuangan, Lia, Anis, Ratna, Citra, Naila, Ami, Lisa, Putri, dan Okta untuk semangat, keceriaan dan pengalaman yang berharga bagi penulis dalam menjalani kegiatan perkuliahan.

10.Terima kasih juga untuk seluruh teman-teman di IESP angkatan 2009 yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu persatu, semoga kita semua bisa menjadi generasi penerus yang bisa membuat Negara Indonesia ini menjadi lebih baik.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi bahasa, isi maupun analisisnya, sehingga penulis sangat berharap atas kritik dan saran dari berbagai pihak untuk penyempurnaannya.

Akhirkata, penulis ucapkan Alhamdulillahirrabil‟alamin. Wassalamu‟alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 5 September 2013


(13)

vii

DAFTAR ISI

DAFTAR RIWAYAT HIDUP i

ABSTRACT ii

ABSTRAK iii

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xiii

DAFTAR LAMPIRAN xiv

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 10

C. Tujuan Penelitian 10

D. Manfaat Penelitian 11

BAB IITINJAUAN PUSTAKA 13

A. Bank Syariah 13

1. Pengertian Bank Syariah 13

2. Prinsip Bank Syariah 18

3. Produk Penyaluran Dana Bank Syariah 18

4. Produk Penghimpunan Dana Bank Syariah 23

5. Jasa Perbankan 25

B. Return on Asset (ROA) 25

C. Financing to Deposit Ratio (FDR) 29


(14)

viii

1. Pengertian Dana Pihak Ketiga (DPK) 32

2. Jenis-Jenis Dana Pihak Ketiga (DPK) Pada Bank Syariah 34 E. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) 36 1. Pengertian Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) 36

2. Karakteristik SBIS 36

3. Ketentuan Hukum SBIS 38

4. Mekanisme Penerbitan SBIS 39

5. Pihak-Pihak dalam Lelang SBIS 39

6. Pembatalan Hasil dan Transaksi Lelang SBIS 40

7. Sanksi SBIS 40

F. Non Performing Financing (NPF) 41

1. Pengertian Non Performing Financing (NPF) 41 2. Penilaian Kesehatan Pembiayaan Bermasalah 42 3. Perhitungan Non Performing Financing (NPF) 43

G. Keterkaitan Antar Variabel 44

1. Keterkaitan Antara Financing to Deposit Ratio (FDR) Dengan

Return on Asset (ROA) 44

2. Keterkaitan Antara Dana Pihak Ketiga (DPK) Dengan Return on

Asset (ROA) 45

3. Keterkaitan Antara Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Dengan

Return on Asset (ROA) 46

4. Keterkaitan Antara Non Performing Financing (NPF) Dengan

Return on Asset (ROA) 47

H. Penelitian Terdahulu 48

I. Kerangka Berpikir 62

J. Hipotesis 67

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 70

A. Ruang Lingkup Penelitian 70


(15)

ix

C. Metode Analisis Data 71

1. Uji Asumsi Klasik 74

a. Uji Normalitas 74

b. Uji Multikolinieritas 75

c. Uji Heteroskedatisitas 76

d. Uji Autokorelasi 77

2. Pengujian Hipotesis Statistik 79

a. Uji Parsial (Uji-t) 79

b. Uji Signifikansi Stimultan (Uji Statistik F) 80 3. Uji Koefiesien Determinasi (Adjusted R2) 81

D. Operasional Variabel Penelitian 81

1. Variabel Dependen (Y) 81

2. Variabel Independen (X) 82

a. Financing to Deposit Ratio (FDR) 82

b. Dana Pihak Ketiga (DPK) 82

c. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) 83

d. Non Performing Financing (NPF) 83

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 84

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 84 1. Sejarah Perkembangan Bank Syariah di Dunia 84 a. Praktik Perbankan di Masa Rasulullah 84


(16)

x

b. Perbankan Syariah Modern 85

2. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia 86

3. Perkembangan Return on Asset (ROA) 89

4. Perkembangan Financing to Deposit Ratio (FDR) 91 5. Perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK) 93 6. Perkembangan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) 95 7. Perkembangan Non Performing Financing (NPF) 97

B. Hasil Analisis dan Pembahasan 98

1. Uji Asumsi Klasik 99

a. Uji Normalitas 99

b. Uji Multikolinieritas 100

c. Uji Heteroskedatisitas 102

d. Uji Autokorelasi 103

2. Pengujian Hipotesis Statistik 104

a. Uji Parsial (Uji-t) 105

b. Uji Signifikansi Simultan (Uji-F) 107

3. Koefiesien Determinasi 108

C. Analisis Ekonomi 109

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI 118

A. Kesimpulan 118


(17)

xi

DAFTAR PUSTAKA 121


(18)

xii

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

1.1 Komposisi Return on Asset (ROA), FDR, DPK, SBIS, NPF Periode 2009 –

2012 Di Indonesia 7

2.1 Perhitungan NPF Berdasarkan Kemampuan Bayar Nasabah (Debitur) di

Bank Syariah 43

2.2 Penelitian Terdahulu 57

4.1 Uji Normalitas Jarque-Bera 99

4.2 Hasil Uji Correlation Matrix 101

4.3 Hasil Uji White Heteroskedasticity Test 103 4.4 Hasil Uji Langrange Multiple Test (LM-Test) 104 4.5 Hasil regresi Metode Ordinary Least Square (OLS) 104


(19)

xiii

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Halaman

2.1 Skema SBIS 38

2.2 Kerangka Berpikir 66

4.1 Perkembangan Return on Asset (ROA) Periode Januari 2009 – Desember

2012 90

4.2 Perkembangan Financing to Deposit Ratio (FDR) Periode Januari 2009 –

Desember 2012 91

4.3 Perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK Periode Januari 2009 – Desember

2012 93

4.4 Perkembangan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Periode Januari

2009 – Desember 2012 96

4.5 Perkembangan Non Performing Financing (NPF) Periode Januari 2009 –

Desember 2012 97


(20)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan Halaman

1 Data Penelitian Januari 2009 – Desember 2012 127

2 Uji Normalitas 129

3 Uji Multikolinieritas 129

4 Uji Heterokedastisitas 130

5 Uji Autokorelasi 130


(21)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bagi suatu negara bank dapat dikatakan sebagai darahnya perkonomian suatu negara. Oleh karena itu, peranan perbankan sangat mempengaruhi kegiatan ekonomi suatu negara. Dengan kata lain kemajuan suatu bank di suatu negara dapat pula dijadikan ukuran kemajuan negara yang bersangkutan. Semakin maju suatu negara, maka semakin besar peranan perbankan dalam mengendalikan negara tersebut.Artinya, keberadaan dunia perbankan semakin dibutuhkan pemerintah dan masyarakatnya (Kasmir, 2004:7).

Dengan didirikannya lembaga keuangan seperti perbankan di Indonesia, diharapkan bisa menjadi solusi bagi pihak-pihak yang membutuhkan dana untuk menjalankan perekonomian masyarakat. Selain itu, pendirian bank ini diharapkan tidak hanya sebagai lembaga keuangan yang hanya berorientasi pada laba dan hanya bertujuan untuk mendapatkan keuntungan maksimal, tetapi juga harus mempunyai kontribusi di dalam pengembangan ekonomi suatu negara.

Perkembangan perbankan syariah di Indonesia dimulai pada tahun 1991 ketika berdirinya bank umum syariah pertama di Indonesia yaitu Bank Muamalat Indonesia. Kemudian, untuk mempercepat pertumbuhan perekonomian syariah di Indonesia, pemerintah merubah UU Perbankan Syariah No. 7 Tahun 1992 tentang Perbanakan menjadi UU No. 10 Tahun 1998 dimana berisi tentang arahan bagi Bank Konvensional dalam membuka Unit Usaha Syariah (UUS) atau mengkonversi menjadi Bank Umum Syariah


(22)

2

(BUS). Namun, hingga memasuki pertengahan tahun 2000 tidak banyak tercatat berdirinya BUS yang baru, tapi hanya sebatas membuka UUS, ini dikarenakan para pakar ekonomi berpendapat bahwa UU No. 10 Tahun 1998 belum sepenuhnya membahas tentang Perbankan Syariah. Oleh karena itu, pada tanggal 16 Juli 2008 pemerintah berhasil membuat suatu landasan hukum yang secara penuh dan spesifik mengatur tentang perbankan syariah yaitu UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah (Antonio, 2011:26).

Perkembangan perbankan syariah dari tahun ke tahun merupakan fenomena tersendiri dalam percaturan dunia perbankan di Indonesia. Riset yang dilakukan MC Consulting salah satu lembaga konsultan yang didukung Forum Silahturahmi Studi Ekonomi Islam (FoSSEI) sebagaimana dikutip Dahmi Ahmad dalam bisnis.com (25 September 2006) menunjukkan bahwa bank syariah hanya sebagai tempat menyimpan uang bukan pilihan berinvestasi. Makna sederhananya, para responden memilih mencari tambahan penghasilan di bank konvensional dan hanya mencari ketenangan batin di bank syariah.Hasil survey tersebut menunjukkan bahwa perkembangan perbankan syariah selama ini masih mengedepankan isu halal-haram daripada kinerja yang professional. Oleh karena itu, perbankan syariah dituntut tidak lagi mengedepankan aspek kehalalannya saja, tapi juga bagaimana mencetak profit yang tinggi, prospektif dan kompetitif, karena bagi setiap perusahaan aspek profitabilitas merupakan aspek yang sangat penting sebagai bukti kinerja yang professional dari keunggulan sistem yang dijalankan. (Romdhona dalam Bambang Agus Pramuka, 2010:64)


(23)

3

Salah satu indikator performance atau kinerja profitabilitas bank adalah return on asset (ROA). Rasio ini digunakan untuk mengukur sejauh mana asset khususnya aktiva produktif (pembiayaan) yang dimiliki bank dapat menghasilkan laba yang menjadi tujuan dari bisnis perbankan. ROA memberikan informasi mengenai efisiensi bank yang dijalankan karena return on asset (ROA) menunjukkan berapa banyak laba yang dihasilkan secara rata-rata dari $1 asetnya. (Mishkin, 2008:172)

Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset (Dendawijaya, 2009:118). Semakin besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik, karena tingkat pengembalian (return) yang diperoleh semakin besar. Sebagaimana halnya bank konvensional, bank syariah juga merupakan lembaga keuangan yang berorientasi pada laba (profit oriented). Laba bukan hanya untuk kepentingan pemilik atau pendiri, tetapi juga untuk pengembangan usaha. Dalam rangka mmeningkatkan profitabilitasnya bank syariah menempatkan dana yang telah dihimpun dalam bentuk kredit atau pembiayaan, baik bersifat jangka pendek maupun jangka panjang (Muhammad dalam Bambang Agus Pramuka, 2010:64).

Pertumbuhan bisnis perbankan syariah selalu menunjukkan kinerja positif, dapat dilihat dari dari penghimpunan dana yang selalu meningkat setiap tahunnya dan meningkat sangat pesat di tahun 2009 dengan pertumbuhan sebesar 41,84%. Demikian pula halnya dengan pembiayaan yang


(24)

4

tumbuh 22,76%. Meskipun pertumbuhan bisnis perbankan syariah meningkat, tingkat ROA yang merupakan proksi dari profitabilas selalu mengalami fluktuasi (Kharisma, 2012:2).

Dalam perkembangan bank syariah di Indonesia memperlihatkan kinerja yang cukup baik, penghimpunan dana pihak ketiga juga mengalami kenaikan pesat di atas industri perbankan secara umum. Optimalisasi itu tercermin dari membaiknya rasio pembiyaan dana pihak ketiga financing to deposit ratio (FDR) bank syariah yang mencapai 100%, data per desember 2012, asset perbankan syariah mencapai Rp 195.018 triliun meningkat dari periode yang sama pada tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp 49.551 triliun (BI Desember, 2012:38).

Tingginya FDR bank syariah ini tidak terlepas dari karakteristik utama bank syariah yang senantiasa mengaitkan kegiatan perbankan dengan aktivitas sektor riil, hal ini didasari pada prinsip-prinsip perbankan syariah yang dalam kegiatan operasionalnya tidak dibenarkan melakukan pembiayaan (investasi) pada jenis usaha yang dapat menimbulkan kemudharatan, seperti melakukan masyir, gharar, riba, dan bathil serta ikhtikar (spekulasi), dan lain-lain (Mariyam, 2009:3).

Peningkatan return on asset (ROA) juga salah satunya berasal dari sumber dana. Sumber dana yang dimiki perbankan syariah berasal dari modal inti dan dari Dana Pihak Ketiga (DPK). Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah modal yang paling banyak dihimpun oleh bank dari masyarakat yang berupa tabungan mudharabah, giro wadiah dan deposito mudharabah. Dana Pihak


(25)

5

Ketiga (DPK) yang terkumpul kemudian akan disalurkan dalam bentuk pembiayaan, dari pembiayaan tersebut bank akan mendapatkan keuntungan dimana keuntungan tersebut akan menambah return on asset (ROA) bank. Dana Pihak Ketiga Bank syariah terdiri dari dua kategori mata uang yaitu rupiah dan dollar (Muhammad, 2004:162).

Sumber dana merupakan hal terpenting bagi bank untuk dapat meningkatkan jumlah kredit atau pembiayaan yang akan dilempar ke masyarakat. Dalam memberikan kredit atau pembiayaan, sektor perbankan memerlukan ketersediaan sumber dana. Semakin banyak dana yang dimiliki oleh bank, maka akan semakin besar peluang bank untuk menjalankan fungsinya. Dana-dana yang dimaksud meliputi dana yang bersumber dari bank itu sendiri, dana yang bersumber dari lembaga lainnya, dan dana yang bersumber dari masyarakat (Kasmir, 2002:62).

Dalam menghimpun dana dari masayarakat, bank syariah menawarkan berbagai macam kemudahan dan jenis simpanan yang dapat dipilih oleh nasabah. Penghimpun dana di bank syariah dapat berbentuk giro, tabungan dan deposito (Karim, 2007:107). Dana yang bersumber dari masyarakat luas atau dana pihak ketiga (DPK) merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan opersional suatu bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya dari sumber dana ini (Kasmir, 2010:64).

Bank memerlukan tempat untuk menyalurkan dana-dana yang terkumpul salah satunya dalam bentuk investasi berupa Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dengan akad jua‟lah sesuai dengan peraturan yang


(26)

6

dikeluarkan Bank Indonesia pada Nomor 10/11/PBI/2008 dengan persetujuan Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia berdasarkan Fatwa DSN-MUI Nomor 63/DSN-DSN-MUI/XII/2007 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan Fatwa DSN-MUI Nomor 64/DSN-MUI/XII/2007 tentang sertifikat Bank Indonesia Syariah jua‟lah untuk menerbitkan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS). Bank Indonesia menetapkan imbalan atas Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) yang diterbitkan, imbalan yang diterbitkan tersebut akan mempengaruhi tingkat return on asset (ROA) bank (Sulistyaningsih, 2012:6).Hadirnya SBIS setidaknya merupakan langkah awal dan sinyal untuk memantapkan dan meningkatkan industri perbankan syariah dan masalah penempatan likuiditas. Dengan tingkat pengembalian yang setara atau mendekati bunga Sertifikat Bank Indonesia membuat pilihan instrumen investasi ini menarik digunakan disaat perbankan mengalami kelebihan likuiditas.

Menurut Arifin (2009:199), apabila bank syariah mempunyai kelebihan dana pada tingkat likuiditas maka dana kelebihan tersebut dapat dititipkan kepada Bank Indonesia yang dalam operasi moneternya melalui penerbitan SBIS mengumumkan target penyerapan likuiditas kepada bank-bank syariah sebagai upaya pengendalian moneter dan menjanjikan imbalan (reward/‟iwadh,ju‟l) dari bank Indonesia kepada perbankan syariah.

Dalam sebuah teori disebutkan bahwa dana pihak ketiga merupakan tulang punggung dari kegiatan operasional bank. Dana tersebut akan disalurkan oleh bank dalam bentuk pembiayaan, baik pembiayaan dengan


(27)

7

akad bagi hasil (mudharabah dan musyarakah), jual beli (murabahah) atau akad pelengkap lainnya. Pembiayaan tersebut menghasilkan revenue bagi hasil untuk nasabah dan juga untuk bank yang nantinya akan mempengaruhi besar kecilnya profitabilitas bank. Namun pembiayaan yang besar tentunya memiliki risiko NPF yang cukup tinggi. NPF adalah pembiayaan yang tidak menepati jadwal angsuran sehingga terjadi tunggakan.NPF merupakan risiko dari adanya pembiayaan yang disalurkan oleh Bank kepada nasabah. Besar kecilnya NPF akan berpengaruh pada profitabilitas, karena hal tersebut mungkin dapat menurunkan tingkat profitabilitas pada tahun berjalan (Kharisma, 2012:2).

Berikut ini merupakan data tabel yang menggambarkan secara umum tentang Return on Asset (ROA), Financing to Deposit Ratio (FDR), Dana Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan Non Performing Financing (NPF) yang terjadi pada tahun 2009 sampai dengan 2012.

Tabel 1.1

Komposisi Return on Asset (ROA), FDR, DPK, SBIS, dan NPF Periode 2009 - 2012 Di Indonesia

Tahun ROA (%)

FDR (%) DPK (Rp/Milyar)

SBIS (Rp/Milyar)

NPF (%)

2009 1,48 89,70 52.271 3.076 4,01

2010 1,67 89,67 76.036 5.408 3,02

2011 1,79 88,94 115.415 9.244 2,52

2012 2,14 100 147.512 4.993 2,26


(28)

8

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa Return on Asset (ROA) mengalami peningkatan setiap tahunnya sebesar 0,66% dari 1,48% pada tahun 2009 meningkat menjadi 2,14 pada tahun 2012. Peningkatan nilai ROA yang terus bertambah juga menggambarkan bahwa bank syariah di Indonesia telah mengalami perkembangan yang pesat pada tahun-tahun terkahir. Pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia juga tidak terlepas dari adanya peran performa kinerja perbankan syariah itu sendiri yang dapat diukur dari nilai FDR dan NPF yang relatif terkontrol.

Pada kolom Financing to Deposit Ratio (FDR), terlihat bahwa nilai FDRsempat mengalami penurunan, dimana pada tahun 2010 sebesar 89,67% menurun sebesar 0,73% menjadi 88,94% pada tahun 2011. Penurunan ini menunjukkan bahwa perbankan syariah sempat kesulitan untuk menutup simpanan nasabah dengan jumlah pembiayaan yang ada. Namun hal terbut bisa segera diatasi oleh perbankan syariah, hal tersebut terlihat dari meningkatnya nilai FDR sebesar 11,06% pada tahun 2012.

Sedangkan pada kolom Dana Pihak Ketiga (DPK) setiap tahunnya juga mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari angka nominal yang terus bertambah yang juga menggambarkan bahwa perbankan syariah di Indonesia telah mengalami perkembangan yang pesat pada tahun-tahun terakhir. Peningkatan DPK bisa terlihat pada tabel di atas, dimana pada tahun 2009 hanya sebesar Rp 52.271 miliar menjadi meningkat sebesar Rp 95.241 miliar menjadi Rp 147.512 miliar pada tahun 2012.


(29)

9

Kemudian pada kolom Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), nilai tertinggi terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar Rp 9.244 miliar.Sedangkan nilai terendah terjadi pada tahun 2009 yaitu Rp 3.076 miliar karena bank menyalurkan kelebihan dananya pada investasi Pasar Uang Antarbank Syariah (PUAS).

Dan pada kolom Non Performing Financing (NPF) terlihat bahwa nilai NPF semakin mengecil setiap tahunnya.Besar kecilnya NPF dapat mempengaruhi kinerja perbankan.Rata-rata NPF pada perbankan syariah di Indonesia mencapai 3-4 % (BI, Januari 2013:38). Dengan nilai NPF yang rendah membuat kinerja perbankan syariah meningkat karena pembiayaan bermasalah yang terjadi pada bank syariah hanya sedikit sehingga dengan meningkatnya kinerja perbankan tersebut akan membuat probitabilitas yang dihasilkan menjadi ikut meningkat.

Atas dasar hal-hal tersebut di atas, maka bisa dikatakan terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat profitabilitas pada perbankan syariah. Selain itu, penelitian terhadap Return on Asset (ROA) beserta faktor yang mempengaruhinya perlu dilakukan, karena saat ini ROA merupakan salah satu alat ukur untuk mengetahui kemampuan manajemen bank dalam memperoleh laba secara keseluruhan dari total aktiva yang dimiliki.

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk membahas skripsi tentang “Analisis Pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR), Dana Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat Bank Indonesia Syariah


(30)

10

(SBIS), dan Non Performing Financing (NPF) terhadap Return on Asset (ROA), Periode Januari 2009 –Desember 2012”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh financing to deposit ratio (FDR) secara parsial terhadap return on asset (ROA) periode Januari 2009 – Desember 2012? 2. Bagaimana pengaruh dana pihak ketiga (DPK) secara parsial terhadap

return on asset (ROA) periode Januari 2009 – Desember 2012?

3. Bagaimana pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) secara parsial terhadap return on asset (ROA) periode Januari 2009 – Desember 2012?

4. Bagaimana pengaruh non performing financing (NPF) secara parsial terhadap return on asset (ROA) periode Januari 2009 – Desember 2012? 5. Bagaimana pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR), Dana Pihak

Ketiga (DPK), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan Non Performing Financing (NPF) secara simultan atau bersama-sama terhadap Return on Asset (ROA) periode Januari 2009 – Desember 2012?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis besarnya pengaruh financing to deposit ratio (FDR) secara parsial terhadap return on asset (ROA) periode Januari 2009 – Desember 2012.

2. Untuk menganalisis besarnya pengaruh dana pihak ketiga (DPK) secara parsial terhadap return on asset (ROA) periode Januari 2009 – Desember 2012.


(31)

11

3. Untuk menganalisis besarnya pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) secara parsial terhadap return on asset (ROA) periode Januari 2009 – Desember 2012.

4. Untuk menganalisis besarnya pengaruh non performing financing (NPF) secara parsial terhadap return on asset (ROA) periode Januari 2009 – Desember 2012.

5. Untuk menganalisis besarnya pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR), Dana Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan Non Performing Financing (NPF) secara simultan atau bersama-sama terhadap Return on Asset (ROA) periode Januari 2009 – Desember 2012.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Mahasiswa

a. Dapat mengetahui wawasan atau pengetahuan mengenai pola hubungan Financing to Deposit Ratio (FDR), dana pihak ketiga (DPK), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Non Performing Financing (NPF) terhadap Return on Asset (ROA), periode Januari 2009 – Desember 2012.

b. Memperoleh kesempatan menerapkan pengetahuan teoritis yang didapat selama menimba ilmu diperkuliahan di dalam berbagai kasus riil dunia kerja maupun di kehidupan sehari-hari.


(32)

12

2. Bagi Praktisi Lembaga Keuangan

Memberikan informasi kepada masayarakat khususnya para praktisi lembaga pemberdayaan umat serta praktisi lembaga-lembaga keuangan, khusunya perbankan sayriah yang mempunyai komitmen sebagai lembaga pemberdayaan umat terutama para pelaku ekonomi mengenai peran serta lembaga keuangan dan kebijakan-kebijakan yang dapat mengembangkan dunia usaha.

3. Perguruan Tinggi

Penelitian ini dapat digunakan sebagai data awal dan referensi bagi penelitian selanjutnya serta memberikan sumbangsih data dalam kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan lembaga keuangan atau lembaga binaan berbasis syariah dalam hal ini adalah perbankan syariah sebagai lembaga pemberdayaan umat.


(33)

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Bank Syariah

1. Pengertian Bank Syariah

Secara umum, bank adalah lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama, yaitu menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan memberikan jasa pengiriman uang. Di dalam sejarah perekonomian umat Islam, pembiayaan yang dilakukan dengan akad yang sesuai syariah telah menjadi bagian dari tradisi umat Islam sejak zaman Rasulullah SAW. Praktik-praktik seperti menerima titipan harta, meminjamkan uang untuk keperluan konsumsi dan untuk keperluan bisnis, serta melakukan pengiriman uang, telah lazim dilakukan sejak zaman Rasulullah SAW. Dengan demikian fungsi-fungsi utama perbankan modern telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan umat Islam, bahkan sejak zaman Rasulullah SAW. (Karim, 2004:18)

Bank Islam atau selanjutnya disebut dengan Bank Syariah, adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank syariah juga dapat diartikan sebagai lembaga keuangan/perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan Al-Qur’an dan Hadits Nabi SAW. Antonio membedakan menjadi dua pengertian, yaitu Bank Islam dan Bank yang beroperasi dengan prinsip


(34)

14

syariah Islam. Bank Islam adalah bank yang beroperasi dengan prinsip syariah Islam dan bank yang tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al- Qur’an dan Hadits. Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip syariah Islam adalah bank yang dalam beroperasinya mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalat secara Islam (Antonio, 2001). Dalam Islam, uang itu sendiri tidak menghasilkan bunga atau laba dan tidak dipandang sebagai komoditi. Kedudukan bank Islam dalam hubungan dengan para kliennya adalah sebagai mitra investor dan pedagang, sedangkan dalam hal bank di Barat, hubungannya adalah sebagai kreditur atau debitur (Mannan, 1995:164).

Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No.21 tahun 2000 tentang Perbankan Syariah, yang dimaksud dengan Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, yang mencakup kelembagaan, kegiatan usaha serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.

Bank Islam atau di Indonesia disebut Bank Syariah merupakan lembaga keuangan yang berfungsi memperlancar mekanisme ekonomi di sektor riil melalui aktivitas kegiatan usaha (investasi, jual beli, atau lainnya) berdasarkan prinsip syariah, yaitu aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan nilai-nilai syariah yang bersifat makro maupun mikro.


(35)

15

Nilai-nilai makro yang dimaksud adalah keadilan, maslahah, sistem zakat, bebas dari bunga (riba), bebas dari kegiatan spekulatif dan yang non produktif seperti perjudian (maysir), bebas dari hal-hal yang tidak jelas dan meragukan (gharar), bebas dari hal-hal yang rusak atau tidak sah (bathil) dan penggunaan uang sebagai alat tukar. Sementara itu, nilai- nilai mikro yang harus di miliki oleh pelaku perbankan syariah adalah sifat-sifat mulia yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW, yaitu shidiq, amanah, tablig dan fatonah (Ascarya, 2007:30).

Berdasarkan definisi-definisi di atas maka dapat simpulkan bahwa bank yang melaksanakan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip islam, yaitu aturan perjanjian (akad) antar-bank dengan pihak lain (nasabah) berdasarkan hukum islam. Sehingga perbedaan antara Bank Islam dengan Bank Konvensional terletak pada prinsip dasar operasinya yang tidak menggunakan bunga, akan tetapi menggunakan prinsip bagi hasil, jual beli, dan prinsip lain yang sesuai dengan prinsip islam, karena bunga diyakini mengandung unsur riba yang diharamkan (dilarang) oleh agama islam (Veithzal, 2007: 758).

Perbankan syariah merupakan bank yang menerapkan nilai-nilai syariah, salah satu diantaranya pelarangan unsur riba, seperti dijelaskan oleh ayat Al-Qur’an di bawah ini:

 Surat An-Nisaa’ ayat 161 yang memiliki makna:

Dan, disebabkan mereka memakan riba (bunga) padahal sesungguhnya mereka telah dilarang darinya, dan karena mereka


(36)

16

memakan harta orang lain dengan cara yang batil. Kami telah menyediakan bagi orang-orang kafir di antar mereka itu azab yang pedih”.

 Surat Al-Baqarah ayat 276 yang memiliki makna:

Allah SWT memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah dan Allah SWT tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran”.

 Dalam amanat terkhirnya pada tanggal 9 Dzulhijjah tahun 10 Hijriah, Rasulullah SAW, masih menekankan sikap islam yang melarang riba (Antonio, 2001:51).

Ingatlah bahwa kamu akan menghadap Tuhanmu dan Dia pasti akan menghitung amalanmu. Allah telah melarang kamu mengambil riba. Oleh karena itu, utang akibat riba harus dihapuskan. Modal (uang pokok) kamu adalah hak kamu. Kamu tidak akan menderita ataupun mengalami ketidakadilan”.

Sebetulnya, tidak ada perbedaan antara bunga dan Riba. Islam dengan tegas melarang semua bentuk bunga betapapun hebat, dan meyakinkannya nama yang diberikan padanya. Tetapi dalam ekonomi kapitalis bunga adalah pusat berputarnya sistem perbankan. Dikemukakan bahwa tanpa bunga, sistem perbankan menjadi tanpa nyawa, dan seluruh ekonomi akan lumpuh. Sedangkan Islam adalah kekuatan dinamis dan progresif, dan jelas dapat dibuktikan bahwa konsep Islam tentang suatu sistem perbankan bebas bunga lebih unggul dari perbankan modern (Mannan, 1995:165).


(37)

17

Prinsip perbankan syari’ah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan pembiayaan kegiatan usaha atau kegiatan lainnya yang sesuai dengan syari’ah. Beberapa prinsip tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pembayaran terhadap pinjaman dengan nilai yang berbeda dari nilai pinjaman dengan nilai ditentukan sebelumnya tidak diperbolehkan. 2. Pemberi dana harus turut berbagi keuntungan dan kerugian sebagai

akibat hasil usaha institusi yang meminjam dana.

3. Islam tidak memperbolehkan "menghasilkan uang dari uang".

4. Uang hanya merupakan media pertukaran dan bukan komoditas karena tidak memiliki nilai intrinsik.

5. Unsur gharar (ketidakpastian, spekulasi) tidak diperkenankan.

6. Kedua belah pihak harus mengetahui dengan baik hasil yang akan mereka peroleh dari sebuah transaksi.

7. Investasi hanya boleh diberikan pada usaha-usaha yang tidak diharamkan dalam islam. Usaha minuman keras misalnya tidak boleh didanai oleh perbankan syariah.

Bank berdasarkan prinsip syariah dalam penentuan harga pokoknya sangat jauh berbeda dengan bank yang berdasarkan prinsip konvensional. Bank berdasarkan prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya.


(38)

18

2. Prinsip Bank Syariah

Menurut Rodoni (2009:123) prinsip syariah adalah aturan atau perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dan pihak lain untuk menyimpan dana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang sesuai dengan syariah. Bank syariah didirikan dengan tujuan untuk mempromosikan dan mengembangkan penerapan prinsip-prinsip Islam ke dalam transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis lain yang terkait. Prinsip utama yang diikuti oleh bank Islami itu adalah:

a. Larangan riba dalam berbagai bentuk transaksi.

b. Melakukan kegiatan usaha dan perdagangan berdasarkan perolehan keuntungan yang sah.

c. Memberikan zakat.

Jadi bisa dikatakan bahwa prinsip syariah adalah aturan atau perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk menyimpan dana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang sesuai dengan syariah.

3. Produk Penyaluran Dana Bank Syariah

Bank Islam/Bank Syariah tidak menggunakan metode meminjam uang dalam rangka kegiatan komersial, karena setiap pinjam-meminjam uang yang dilakukan dengan persyaratan atau janji pemberian imbalan adalah termasuk riba (Arifin, 2009:22). Oleh karena itu mekanisme operasional perbankan syariah dijalankan dengan


(39)

19

menggunakan piranti-piranti keuangan yang mendasarkan pada prinsip-prinsip berikut:

a. Prinsip Jual Beli

Landasan hukum prinsip jual beli yaitu Q.S. Al-Baqarah (2) ayat 275 yang artinya “… Allah menghalalkan jual-beli (al-ba‟i) dan melarang riba…”, menunjukkan bahwa praktik bunga adalah tidak sesuai dengan semangat Islam. Pengertian jual-beli meliputi berbagai akad penukaran antara suatu barang dan jasa dalam jumlah tertentu atas barang dan jasa lainnya. Penyerahan jumlah atau harga barang dan jasa tersebut dapat dilakukan segera ataupun secara tangguh. Tingkat keuntungan bank ditentukan di depan dan menjadi bagian harga atas barang yang dijual (Karim, 2004:97).

1) Pembiayaan Murabahah

Murabahah berasal dari kata ribhu (keuntungan), adalah transaksi jual beli di mana bank menyebut jumlah keuntungannya. Bank bertindak sebagai penjual, sementara nasabah sebagai pembeli.

2) Pembiayaan Salam

Salam adalah transaksi jual beli di mana barang yang diperjual belikan belum ada. Oleh karena itu, barang diserahkan secara tangguh sementara pembayaran dilakukan secara tunai. Bank bertindak sebagai pembeli, sementara nasabah sebagai penjual. Salah satu landasan syariah mengenai pembiayaan salam


(40)

20

yaitu Sabda Rasulullah: “Janganlah kamu menjual barang yang tidak ada padamu” (HR Ahmad, at-Tarmidzi, dan Ibn Hibban) yang menunjukkan bahwa menjual sesuatu yang tidak ada pada diri penjual tidak diperbolehkan sehingga dalam pemiayaan salam harus ada jaminan bahwa penyediaan barang yang dipesan dapat dipenuhi (Arifin, 2009:29).

3) Pembiayaan Istishna’

Produk istishna’ menyerupai produk salam, tapi dalam istishna’ pembayarannya dapat dilakukan oleh bank dalam beberapa kali (termin) pembayaran. Skim istishna’ dalam bank

syariah umumnya diaplikasikan pada pembiayaan manufaktur dan konstruksi.

b. Prinsip Bagi Hasil

Prinsip bagi hasil digunakan untuk usaha kerja sama yang ditujukan guna mendapatkan barang dan jasa sekaligus. Pembiayaan yang menggunakan prinsip bagi hasil (syirkah) yaitu:

1) Pembiayaan Musyarakah

Transaksi musyarakah dilandasi adanya keinginan para pihak yang bekerja sama untuk meningkatkan nilai aset yang mereka miliki secara bersama-sama. Semua bentuk usaha yang melibatkan dua pihak atau lebih di mana mereka secara bersama-sama memadukan seluruh bentuk sumber daya yang berwujud yang tidak berwujud.


(41)

21

2) Pembiayaan Mudharabah

Mudharabah merupakan bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak dimana pemilik modal (shahib al-maal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan. Bentuk ini menegaskan kerja sama dalam paduan kontribusi 100% modal kas dari shahib al-maal dan keahlian dari mudharib.

c. Akad Pelengkap Dalam Penyaluran Dana

Akad pelengkap ini tidak ditujukan untuk mencari keuntungan, tapi ditujukan untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan (Karim, 2004:105).

1) Hiwalah/Hawalah (Alih Utang-Piutang)

Tujuan fasilitas hiwalah adalah untuk membantu supplier mendapatkan modal tunai agar dapat melanjutkan produksinya. Bank mendapat ganti-biaya atas jasa pemindahan piutang. Hiwalah/hawalah juga bisa dikatakan sebagai pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya. Kontrak hiwalah dalam perbankan biasanya diterapkan pada Factoring (anjak piutang), Post-dated check, dimana bank bertindak sebagai juru tagih tanpa membayarkan dulu piutang tersebut.


(42)

22

Tujuan akad rahn adalah untuk memberikan jaminan pembayaran kembali kepada bank dalam memberikan pembiayaan. Barang yang digadaikan wajib memenuhi kriteria: 1. Milik nasabah sendiri; 2. Jelas ukuran, sifat, dan nilainya ditentukan berdasarkan nilai riil pasar; 3. Dapat dikuasai namun tidak boleh dimanfaatkan oleh Bank. Bank dapat melakukan penjualan barang yang digadaikan atas perintah hakim. Nasabah mempunyai hak untuk menjual barang tersebut dengan seizin bank. Apabila hasil penjualan melebihi kewajibannya, kelebihan tersebut menjadi milik nasabah. Dalam hal hasil penjualan tersebut lebih kecil dari kewajibannya, maka nasabah harus menutupi kekurangannya.

3) Qardh

Qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. Produk ini digunakan untuk membantu usaha kecil dan keperluan sosial. Dana ini diperoleh dari dana zakat, infaq dan shadaqah.

4) Wakalah (Perwakilan)

Nasabah memberi kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti transfer.


(43)

23

Jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung.

4. Produk Penghimpunan Dana Bank Syariah

Prinsip operasional syariah yang diterapkan dalam penghimpunan dana masyarakat terdiri dari:

a. Prinsip Wadi‟ah (Titipan atau Simpanan)

Al-Wadiah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki.

Secara umum terdapat/tidak terdapat dua jenis al-wadiah, yaitu:

1) Wadiah Yad Al-Amanah (Trustee Depository) adalah akad penitipan barang/uang dimana pihak penerima titipan tidak diperkenankan menggunakan barang/uang yang dititipkan dan tidak bertanggung jawab atas kerusakan atau kehilangan barang titipan yang bukan diakibatkan perbuatan atau kelalaian penerima titipan. Adapun aplikasinya dalam perbankan syariah berupa produk safe deposit box.

2) Wadiah Yad adh-Dhamanah (Guarantee Depository) adalah akad penitipan barang/uang dimana pihak penerima titipan dengan atau tanpa izin pemilik barang/uang dapat memanfaatkan barang/uang titipan dan harus bertanggung jawab terhadap


(44)

24

kehilangan atau kerusakan barang/uang titipan. Semua manfaat dan keuntungan yang diperoleh dalam penggunaan barang/uang titipan menjadi hak penerima titipan. Prinsip ini diaplikasikan dalam produk giro dan tabungan.

b. Prinsip Mudharabah

Al-Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola (mudharib). Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian ini diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut. Akad mudharabah secara umum terbagi menjadi dua jenis:

1) Mudharabah Mutlaqah

Adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis.

2) Mudharabah Muqayyadah

Adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib dimana mudharib memberikan batasan kepada shahibul maal mengenai tempat, cara, dan obyek investasi.


(45)

25

5. Jasa Perbankan

Selain menjalankan fungsinya sebagai intermediaries (penghubung) antara pihak yang mebutuhkan dana (deficit unit) dengan pihak yang kelebihan dana (surplus unit), bank syariah dapat pula melakukan berbagai pelayanan jasa perbankan kepada nasabah dengan mendapat imbalan berupa sewa atau kekuntungan. Jasa perbankan tersebut antara lain berupa:

a. Sharf (Jual Beli Valuta Asing)

Pada prinsipnya jual beli valuta asing sejalan dengan prinsip sharf. Jual beli mata uang yang tidak sejenis ini, penyerahannya harus dilakukam pada waktu yang sama (spot). Bank mengambil keuntungan dari jual beli valuta asing ini.

b. Al-ijarah (Sewa) adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan hak kepemilikan atas barang itu sendiri. Al-ijarah terbagi kepada dua jenis: 1) Ijarah, sewa murni. 2) ijarah al muntahiya bit tamlik merupakan penggabungan sewa dan beli, dimana si penyewa mempunyai hak untuk memiliki barang pada akhir masa sewa.

B. Return on Asset (ROA)

Return on asset (ROA) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin tinggi ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat


(46)

26

keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset. Pembiayaan merupakan pendapatan bank dari sisi asset disebabkan bank syariah dalam menyalurkan dana pihak ketiga menggunakan pendekatan asset allocation approach dimana pengelompokan sumber dana pihak ketiga baik itu tabungan, giro, dan deposito dibedakan jenis dan karakteristiknya. Oleh karena itu, tabungan, giro, dan deposito dalam aplikasinya menggunakan akad yang berbeda. (Dendrawijaya, 2005:156)

Return on assets (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas yang dapat mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset. Return on assets merupakan perbandingan antara laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan. Return on assets (ROA) yang positif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan untuk beroperasi, perusahaan mampu memberikan laba bagi perusahaan. Sebaliknya apabila return on assets yang negatif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan, perusahaan mendapatkan kerugian. Jadi jika suatu perusahaan mempunyai ROA yang tinggi maka perusahaan tersebut berpeluang besar dalam meningkatkan pertumbuhan. Tetapi jika total aktiva yang digunakan perusahaan tidak


(47)

27

memberikan laba maka perusahaan akan mengalami kerugian dan akan menghambat pertumbuhan.

Riyadi (2006:156) mengungkapkan bahwa yang dimaksud Return on Asset (ROA) adalah rasio profitabilitas yang menunjukkan perbandingan antara laba dengan total asset bank, rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi pengelolaan asset yang dilakukan oleh bank yang bersangkutan.

Menurut Muhammad (2004:161), ROA ini merupakan perbandingan antara laba bersih sebelum pajak dibagi dengan total aktiva. Rumus ini digunakan untuk mengukur seberapa efektif perusahaan memanfaatkan sumber ekonomi yang berupa total aktiva untuk menciptakan keuntungan.

Rumus yang digunakan adalah:

Laba Sebelum Pajak

ROA (Return on Assets) : X 100% Total Aktiva

1. Keunggulan ROA (Return On Asset)

a. ROA merupakan pengukuran yang komprehensif dimana seluruhnya mempengaruhi laporan keuangan yang tercermin dari rasio ini.

b. ROA mudah dihitung, dipahami, dan sangat berarti dalam nilai absolut.

c. ROA merupakan denominator yang dapat diterapkan pada setiap unit organisasi yang bertanggung jawab terhadap profitabilitas dan unit usaha.


(48)

28

Pengukuran kinerja dengan menggunakan ROA membuat manajer divisi memiliki kecenderungan untuk melewatkan project-project yang menurunkan divisional ROA, meskipun sebenarnya proyek-proyek tersebut dapat meningkatkan tingkat keuntungan perusahaan ecara keseluruhan. Manajemen juga cenderung untuk berfokus pada tujuan jangka pendek dan bukan tujuan jangka panjang.

Sebuah project dalam ROA dapat meningkatkan tujuan jangka pendek, tetapi project tersebut mempunyai konsekuensi negatif dalam jangka panjang. Yang berupa pemutusan beberapa tenaga penjualan, pengurangan budget pemasaran, dan pengguaaan bahan baku yang relatif murah sehingga menurunkan kualitas produk dalam jangka panjang.

Kelemahan utama pada pengukuran akuntansi tradisional seperti ROA sebagai pengukur penciptaan nilai adalah mengabaikan adanya biaya modal, sehingga sulit untuk mengetahui apakah suatu perusahaan telah menciptakan nilai atau tidak.

Sebagaimana lembaga-lembaga keuangan lainnya, profit adalah salah satu bagian dari tujuan didirikannya suatu usaha, profit adalah salah satu bagian dari tujuan didirikannya suatu usaha, termasuk perbankan syariah didalamnya. Namun berbeda dengan bank konvensional, dalam meraih profit bank syariah diharuskan memperhatikan kepedulian social dan keadilan dalam kegiatan opersionalnya, sehingga tetap sesuai dengan kaidah-kaidah Islam.


(49)

29

Oleh karena itu, dalam operasinya bank syariah tidak menerapkan sistem bunga seperti bank konvensional tetapi menerapkan sistem bagi hasil. Hal ini sesuai dengan fatwa MUI taggal 16 Desember 2003 yang menggolongkan bunga bank termasuk riba, dan menurut Al-Qur’an riba itu haram.

C. Financing to Deposit Ratio (FDR)

Pada perbankan syariah tidak mengenal kredit (loan) dalam penyaluran dana yang dihimpunnya. Oleh karena itu, aktivitas penyaluran dana yang dilakukan bank syariah lebih mengarah kepada pembiayaan (financing).

Menurut Muhammad (2005:17), penyaluran pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang direncanakan. Variabel ini diwakili oleh FDR (Financing to Deposit Ratio). FDR merupakan perbandingan antara pembiayaan yang diberikan oleh Bank dengan dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun perbankan syariah.

Hal mendasar mengapa bank itu diperlukan adalah karena institusi keuangan ini bisa memainkan perannya sebagai lembaga intermediasi anatara penyimpan dana dan peminjam dana. Karena itu wajar saja bila mengukur peran bank dalam perekonomian suatu Negara adalah dilihat dari seberapa besar fungsi intermediasi ini bisa dimainkan. Dari fungsi intermediasi, perbankan syariah menunjukkan kinerja yang mengagumkan. Hal ini bisa dilihat dari tahun ke tahun besarnya fungsi intermediasi mendekati 100 persen bahkan pernah melampaui. Dengan kata lain, hampir 100 persen dana pihak ketiga yang ada di Bank Syariah disalurkan kembali kepada masyarakat. Sementara bank


(50)

30

konvensional paling tinggi mendekati 70 persen (Amin, 2009:41). Fakta ini menunjukkan bahwa Bank Syariah lebih pro dalam mengembangkan sektor riil atau fungsi perbankan syariah jauh lebih tangguh dibanding agregat perbankan konvensional.

Rasio FDR dipergunakan untuk mengukur sejauh mana dana pinjaman yang berhasil dikerahkan oleh bank kepada nasabah peminjam yang bersumber dari dana pihak ketiga. Tinggi rendahnya rasio ini menunjukkan tingkat likuiditas bank tersebut. Sehingga semakin tinggi angka FDR suatu bank, berarti digambarkan sebagai bank yang kurang likuid dibanding dengan bank yang nilai FDRnya lebih kecil.

Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 26/5/BPPP tanggal 2 Mei 1993, besarnya FDR ini dtetapkan oleh Bank Indonesia tidak boleh melebihi 110%. Itu artinya bank boleh memberikan kredit atau pembiayaan melebihi jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun asalkan tidak melebihi 110%. Jadi, besarnya FDR yang diijinkan adalah 80% < FDR < 110%, artinya minimum FDR adalah 80% dan maksimum FDR adalah 110%. (A. Riawan Amin, 2009:41).

Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.9/24/DPbS tanggal 30 Oktober 2007, rasio FDR dapat dirumuskan sebagai berikut:

Pembiayaan yang diberikan

FDR (Financing to Deposit Ratio) = X100%


(51)

31

FDR dihitung dari perbandingan antara total pembiayaan yang diberikan bank dengan dana pihak ketiga. Total pembiayaan yang dimaksud adalah pembiayaan yang diberikan kepada pihak ketiga (tidak termasuk kredit kepada bank lain). Dana pihak ketiga yang dimaksud yaitu antara lain giro, tabungan, dana deposito (tidak termasuk antarbank). (Furqan, 2012:4)

Menurut Peraturan bank Indonesia No. 12/19/PBI/2010 Tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah dan Valuta Asing, rasio likuiditas memiliki batas bawah sebesar 78% dan batas atas sebesar 100%. Perhitungan FDR sendiri merupakan salah satu indikator untuk mengetahui kemampuan likuiditas bank ketika terjadi penarikan dalam jumlah besar.

Dana pembiayaan adalah dana yang dibutuhkan untuk menggerakkan sektor riil dan diharapkan mampu untuk memicu pertumbuhan ekonomi. Begitu pula sebaliknya, bila dana FDR bank syariah tidak dapat disalurkan dengan baik maka dampaknya selain penggerakkan sektor riil terhambat, juga mengakibatkan dana masyarakat tersebut menganggur dan dapat mempengaruhi berkurangnya jumlah uang berdar.

FDR menunjukkan sejauh mana kemampuan Bank Syariah dalam membayar kembali penarikan dana yang telah dilakukannya kepada nasabah deposan. Pembayaran yang dilakukan oleh Bank Syariah kepada nasabah deposan dilakukan dengan mengandalkan pembiayaan yang telah diberikan oleh Bank Syariah tersebut. Dengan kata lain, FDR ini digunakan untuk


(52)

32

melihat seberapa jauh pembiayaan kepada nasabah dapat mengimbangi kewajiban untuk segera memenuhi hutang jangka pendeknya kepada nasabah deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan pembiayaan tersebut. Rasio ini juga digunakan untuk melihat kemampuan dan kerawanan dari suatu Bank Syariah.

Financing to deposit ratio (FDR) dapat pula digunakan untuk menilai strategi suatu bank. Manajemen bank konservatif bisasanya cenderung memiliki FDR yang relatif rendah. Sebaliknya bila FDR melebihi batas toleransi dapat dikatakan manajemen bank yang bersangkutan sangat ekspansif atau agresif (Siamat, 2001: 32). Rasio ini juga digunakan untuk memberi isyarat apakah suatu pinjaman masih dapat mengalami ekspansi atau sebaliknya dibatasi. Jika bank syariah memiliki FDR yang terlalu kecil maka bank akan kesulitan untuk menutup simpanan nasabah dengan jumlah pembiayaan yang ada. Jika bank memiliki FDR yang sangat tinggi maka bank akan mempunyai resiko tidak tertagihnya pinjaman yang tinggi dan pada titik tertentu bank akan mengalami kerugian (Susilo, 1999:24).

D. Dana Pihak Ketiga

1. Pengertian Dana Pihak Ketiga (DPK)

Salah satu kendala bagi perusahaan dalam menjalankan kegiatannya adalah masalah kebutuhan dana. Hampir setiap perusahaan memerlukan dana untuk membiayai kegiatan usahanya, baik untuk biaya rutin maupun untuk keperluan perluasan usaha. Pentingnya dana membuat setiap perusahaan berusaha keras untuk mencari sumber-sumber dana yang


(53)

33

tersedia, termasuk perusahaan lembaga keuangan semacam bank (Kasmir, 2008:61).

Bagi bank, dana merupakan faktor yang paling utama dalam operasional bank. Tanpa dana yang cukup, bank tidak dapat berbuat apa-apa, atau dengan kata lain bank tidak berfungsi sama sekali. Dana adalah uang tunai yang dimiliki atau dikuasai oleh bank dalam bentuk tunai, atau aktiva lain yang dapat segera diubah menjadi uang tunai. Uang tunai yang dimiliki atau dikuasai oleh bank tidak hanya berasal dari para pemilik bank itu sendiri, tetapi juga berasal dari titipan atau penyertaan dana orang lain atau pihak lain yang sewaktu-waktu atau pada suatu saat tertentu akan ditarik kembali, baik sekaligus maupun secara berangsur-angsur (Arifin, 2009:57).

Menurut Kasmir (2008:62), secara garis besar sumber-sumber dana bank adalah:

a. Dana yang bersumber dari bank itu sendiri. b. Dana yang bersumber dari lembaga lain. c. Dana yang bersumber dari masyarakat luas.

Dana yang berasal dari masyarakat luas adalah dana pihak ketiga yang dititipkan pada bank. Pada umumnya motivasi utama orang menitipkan dana pada bank adalah untuk keamanan dana mereka dan memperoleh keleluasaan untuk menarik kembali dananya sewaktu-waktu (Arifin, 2009:60).


(54)

34

dibandingkan dengan sumber-sumber lainnya karena mudah didapatkan dan tidak terbatas asalkan bank bisa memberikan bunga yang relatif lebih tinggi dan dapat memberikan fasilitas menarik lainnya seperti hadiah dan pelayanan yang memuaskan. Kerugian dari sumber ini yaitu biaya bunga maupun biaya promosi relatif lebih mahal bila dibandingkan dari dana bank itu sendiri.

Jadi, dana pihak ketiga adalah dana yang dimiliki bank yang bersumber dari pihak luar atau masyarakat yang bertujuan untuk menimpan sebagian harta/uangnya di bank agar aman dan dapat ditarik bila dibutuhkan oleh masyarakat yang bertindak sebagai nasabah. Dana pihak ketiga ini merupakan sumber dana yang terpenting bagi kegiatan operasional suatu bank.

2. Jenis-Jenis Dana Pihak Ketiga (DPK) Pada Bank Syariah

Meskipun jenis produk simpanan di bank syariah mirip dengan bank konvensional, namun dalam bank syariah terdapat perbedaan-perbedaan yang prinsipil (Antonio, 2001: 155).

a. Simpanan Giro

Menurut Undang-Undang Perbankan Syariah Nomor 21 Tahun 2008, giro adalah simpanan berdasarkan akad wadi’ah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan perintah pemindahbukuan. Giro ada dua jenis: 1. Giro yang tidak dibenarkan secara syariah yang


(55)

35

berdarkan perhitungan bunga; 2. Giro yang dibenarkan secara syariah yaitu giro yang berdasarkan prinsip mudharabah dan wadi‟ah.

b. Simpanan Tabungan

Dalam Undang-Undang Perbankan Syariah Nomor 21 Tahun 2008, yang dimaksud tabungan adalah simpanan berdasarkan akad wadi‟ah atau investasi dana berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya dapat dilakukan dengan menurut syarat dan ketentuan tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan/atau alat lainnya yang dipersamakan dengan alat itu. Tabungan terdiri dari dua jenis: 1. Tabungan yang tidak dibenarkan secara syariah yaitu tabungan yang berdarkan perhitungan bunga; 2. Tabungan yang dibenarkan secara syariah yaitu tabungan yang berdasarkan prinsip mudharabah dan wadi‟ah.

c. Simpanan Deposito

Pengertian deposito menurut Undang-Undang Perbankan Syariah Nomor 21 Tahun 2008 adalah investasi dana berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan akad antara nasabah penyimpan dan bank syariah dan/atau UUS. Deposito ada dua jenis: 1. Deposito yang tidak dibenarkan secara syariah yaitu deposito yang berdasarkan perhitungan bunga; 2. Deposito yang dibenarkan secara syariah yaitu tabungan yang berdasarkan prinsip


(56)

36

mudharabah dan wadi‟ah.

E. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)

1. Pengertian Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)

Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/11/PBI tanggal 31 Maret 2008 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah adalah surat berharga berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia.

Menurut Arifin (2009:198), yang dimaksud Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah sertifikat yang diterbitkan Bank Indonesia sebagai bukti penitipan dana jangka pendek. SBIS merupakan piranti moneter yang sesuai prinsip pada bank syariah yang diciptakan dalam rangka pelaksanaan pengendalian moneter. Bank Indonesia menerbitkan instrumen moneter berdasarkan prinsip syariah dan dapat dimanfaatkan oleh bank syariah untuk mengatasi bila terjadi kelebihan pada tingkat likuiditas.

Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai salah satu instrumen operasi pasar terbuka dalam rangka pengendalian moneter yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah dengan menggunakan akad ju‟alah. Akad ju‟alah adalah janji atau komitmen (iltizam) untuk memberikan imbalan tertentu („Iwadh/ju‟l) atas pencapaian hasil (natijah) yang ditentukan dari suatu pekerjaan.

2. Karakteristik SBIS

a. Menggunakan akad ju‟alah (berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional dan Majelis Ulama Indonesia, SBIS juga dapat diterbitkan dengan


(57)

37

menggunakan akad mudharabah, musyarakah, wadiah, qardh, dan wakalah).

b. Diterbitkan oleh Bank Indoneisa.

c. Berjangka waktu paling kurang 1 (satu) bulan dan paling lama 12 (dua belas) bulan.

d. Diterbitkan tanpa warkat (scripless). e. Dapat diagunkan kepada Bank Indonesia.

f. Merupakan instrumen kebijakan moneter dan saran penitipan dana sementara.

g. Tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder. (www.bi.go.id)

Bank Indonesia (BI) telah menerbitkan instrumen moneter berbasis syariah yaitu SBIS yang menjadi alternatif tambahan bank syariah, Badan Usaha Syariah (BUS) atau Unit Usaha Syariah (UUS) dalam pengelolaan dana investasinya. Dengan adanya instrumen tersebut, bank syariah tidak perlu takut menerima dana pihak ketiga dari individu atau kelompok dalam jumlah besar. Saat ini banyak bank umum ataupun unit usaha syariah yang tidak mau menerima dana masyarkat yang bernilai besar karena ragu tidak mampu menyalurkannya. Bila hal tersebut dipaksakan, akibatnya bagi hasil yang diterima pemilik dana justru akan mengecil dan tingkat pembiayaan bermasalah pun akan meningkat. Kehadiran SBIS dan pemberlakuan UU Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dan pemberlakuan UU Perbankan Syariah maka akan mendorong optimalisasi pengembangan bisnis treasury lembaga keuangan dna perbankan syariah. Penerbitan SBIS tidak akan


(58)

38

menggangu perekonomian akibat perbankan lebih senang menempatkan dananya di SBIS disbanding menyalurkannya.

3. Ketentuan Hukum SBIS

Ketentuan hukum SBIS adalah sebagai berikut:

a. SBIS sebagai instrumen pengendalian moneter boleh diterbitkan untuk memenuhi kebutuhan Operasi Pasar Terbuka (OPT).

b. Bank Indonesia memberikan imbalan kepada pemegang SBIS sesuai dengan akad yang dipergunkan.

c. Bank Indonesia wajib mengembalikan dana SBIS kepada pemegangnya pada saat jatuh tempo.

d. Bank Syariah boleh memiliki SBIS untuk memanfaatkan dananya yang belum dapat disalurkan ke sektor riil. (Zulkifli, 2008:76)

Gambar 2.1 Skema SBIS

a. Akad c. Pengembalian uang plus bonus

b. Penerbitan SBIS Keterangan:

a. Antara Bank Indonesia (Mustawda‟) dengan Bank Syariah (Muwaddi‟) melakukan akad terlebih dahulu.

b. Lalu Bank Indonesia menerbitkan SBIS kepada Bank Syariah.

c. Bank Syariah mendapatkan uang yang ditipkannya serta bonus dari Bank Indonesia. (Zulkifli, 2008:78)

Muwaddi‟ (Bank)

Mustawda‟

(Bank Indonesia)


(59)

39

4. Mekanisme Penerbitan SBIS

Berdasarkan fatwa DSN-MUI dan peraturan Bank Indonesia, instrument SBIS dilaksanakan dengan menggunakan mekanisme lelang sebagaimana hal ini pun diberlakukan bagi SBI konvensional. Berdarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 10/40/DPM Tanggal 17 November 2008 tentang tata cara penerbitan Sertifikat Bank Indonesia Syariah melalui lelang dan Peraturan Bank Indonesia No. 10/11/PBI 2008 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS). Berikut ini adalah penjelasan atas hal-hal yang berkaitan dengan peraturan diatas. Berkaitan dengan penatausahaan SBIS, sebagaimana yang telah dioperasikan terhadap SBI Konvensional, BI menggunkan sistem pencatatan dan penatausahaan secara elektronis yang dikenal dengan sistem BI-SSSS (Scripless Securities Settlement System) atau Sistem Penyelesaian Surat Berharga Tanpa Warkat, yaitu transaksi dengan Bank Indonesia termasuk penatausahaannya dan penatausahaan surat berharga secara elektronik dan terhubung langsung antara peserta, penyelenggara dan sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS).

5. Pihak-Pihak dalam Lelang SBIS

a. Bank Umum Syariah (BUS) atau Unit Usaha Syariah (UUS) atau pialang yang bertindak untuk dan atas nama BUS/UUS.

b. BUS atau UUS, baik sebagai peserta langsung maupun tidak langsung, wajib memenuhi persyaratan Financing to Deposit Ratio (FDR) yang ditetapkan Bank Indonesia. (Soemitra, 2009:217)


(60)

40

6. Pembatalan Hasil dan Transaksi Lelang SBIS

a. Hasil lelang SBIS dapat dibatalkan oleh Bank Indonesia.

b. Transaksi SBIS (Settlement lelang SBIS, Settlement first leg Repo SBIS dan Settlement second leg Repo SBIS) dinyatakan batal apabila saldo rekening giro dan saldo rekening surat berharga BUS atau UUS di Bank Indonesia tidak mencukupi. (www.bi.go.id)

7. Sanksi SBIS

Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/18/PBI/2010. Bank Indonesia mengenakan sanksi kepada BUS dan UUS atas transaksi SBIS yang dinyatakan batal berupa (www.bi.go.id) :

a. Teguran tertulis.

b. Kewajiban membayar sebesar 0,01% (satu per sepuluh ribu) dari nilai transaksi SBIS yang dinyatakan batal, paling sedikit sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dan paling banyak sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) untuk setiap transaksi SBIS yang dinyatakan batal.

Dengan tidak mengurangi sanksi tersebut diatas, dalam hal BUS atau UUS melakukan transaksi SBIS dan/atau transaksi operasi moneter syariah lainnya sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Bank Indonesia yang mengatur mengenai operasi moneter syariah, yang dinyatakan batal sebanyak tiga kali dalam kurun waktu 6 (enam) bulan, maka BUS atau UUS dikenakan sanksi berupa penghentian sementara untuk mengikuti kegiatan operasi moneter syariah selama 5 (lima) hari kerja berturut-turut.


(61)

41

F. Non Performing Financing (NPF)

1. Pengertian Non Performing Financing (NPF)

Dalam Kamus Bank Indonesia, Non Performing Financing (NPF) adalah pembiayaan bermasalah yang terdiri dari pembiyaan yang berklarifikasi kurang lancar, diragukan dan macet. Sedangkan menurut Sudarsono (2007:123), pembiayaan non lancar atau yang juga dikenal dengan istilah NPF dalam perbankan syariah adalah jumlah kredit yang tergolong lancar yaitu dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet berdasarkan ketentuan Bank Indonesia tentang kualitas aktiva produktif.

Menurut Veithzal (2007:477), yang dimaksud dengan NPF atau pembiayaan bermasalah adalah pembiayaan yang dalam pelakasanaannya belum mencapai atau memenuhi target yang diinginkan pihak bank seperti: pengembalian pokok atau bagi hasil yang bermaslah; pembiayaan yang memiliki kemungkinan timbulnya resiko di kemudian hari bagi bank; pembiayaan yang termasuk golongan perhatian khusus, diragukan dan macet serta golongan lancar yang berpotensi terjadi penunggakan dalam pengembalian.

Status NPF pada prinsipnya didasarkan pada ketepatan waktu bagi nasabah untuk membayarkan kewajiban, baik berupa bunga maupun pengembalian pokok pinjaman. Proses pemberian dan pengelolaan kredit yang baik diharapkan dapat menekan NPF sekecil mungkin, dengan kata lain tingginya NPF sangat dipengaruhi oleh kemampuan bank-bank syariah dalam menjalan proses pemberian kredit dengan baik maupun


(1)

126

D. Website

www.bi.go.id

www.bps.go.id

www.google.com


(2)

127

Lampiran 1 : Data Penelitian, Januari 2009 – Desember 2012

TAHUN

ROA

(persentase) DPK (Rp)

FDR (persentase)

NPF

(persentase) SBIS (Rp)

2009.1 2.11 38195000000000 100.02 4.39 3488000000000

2 2.15 38651000000000 100.50 4.61 3192000000000

3 2.44 38040000000000 103.33 5.14 2704000000000

4 2.29 39193000000000 101.36 5.17 2058000000000

5 2.22 40288000000000 101.06 4.77 2539000000000

6 2.16 42103000000000 100.22 4.39 1819000000000

7 2.12 43004000000000 99.59 5.15 1253000000000

8 2.08 44019000000000 99.71 5.61 2321000000000

9 1.38 45381000000000 98.11 5.72 2635000000000

10 1.46 46500000000000 97.30 5.51 2835000000000

11 1.48 47887000000000 95.49 5.54 2142000000000

12 1.48 52271000000000 89.70 4.01 3076000000000

2010.1 1.65 53163000000000 88.67 4.36 3373000000000

2 1.76 53299000000000 90.96 4.75 2972000000000

3 2.13 52811000000000 95.07 4.53 2425000000000

4 2.06 54043000000000 95.57 4.47 3027000000000

5 1.25 55067000000000 96.65 4.77 1656000000000

6 1.66 58078000000000 96.08 3.89 2734000000000

7 1.67 60462000000000 95.32 4.14 2576000000000

8 1.63 60972000000000 98.86 4.10 1882000000000

9 1.77 63912000000000 95.40 3.95 2310000000000

10 1.79 66478000000000 94.76 3.95 2783000000000

11 1.83 69086000000000 95.45 3.99 3287000000000

12 1.67 76036000000000 89.67 3.02 5408000000000

2011.1 2.26 75814000000000 91.97 3.28 3968000000000

2 1.81 75085000000000 95.16 3.66 3659000000000

3 1.97 79651000000000 93.22 3.60 5870000000000

4 1.90 79567000000000 95.17 3.79 4042000000000

5 1.84 82861000000000 94.88 3.76 3879000000000

6 1.84 87025000000000 94.93 3.55 5011000000000

7 1.86 89786000000000 94.18 3.75 5214000000000

8 1.81 92021000000000 98.39 3.53 3647000000000

9 1.80 97756000000000 94.97 3.50 5885000000000


(3)

128

11 1.78 105330000000000 94.40 2.74 6447000000000

12 1.79 115415000000000 88.94 2.52 9244000000000

2012.1 1.36 116518000000000 87.27 2.68 10663000000000

2 1.79 114616000000000 90.49 2.82 4243000000000

3 1.83 114318000000000 87.13 2.76 6668000000000

4 1.79 114018000000000 95.39 2.85 3825000000000

5 1.99 115206000000000 97.95 2.93 3644000000000

6 2.05 119279000000000 98.59 2.88 3936000000000

7 2.05 121018000000000 99.91 2.92 3036000000000

8 2.04 123673000000000 101.03 2.78 2918000000000

9 2.07 127678000000000 102.10 2.74 3412000000000

10 2.11 134453000000000 100.84 2.58 3321000000000

11 2.09 138671000000000 101.19 2.50 3242000000000


(4)

129

Lampiran 2 : Uji Normalitas

Lampiran 3 : Uji Multikolinieritas

FDR LNDPK LNSBIS NPF

FDR 1.000000 -0.181828 -0.561479 0.233885

LNDPK -0.181828 1.000000 0.633318 -0.926464

LNSBIS -0.561479 0.633318 1.000000 -0.672005

NPF 0.233885 -0.926464 -0.672005 1.000000

0 1 2 3 4 5 6 7 8

-0.004 -0.002 0.000 0.002 0.004

Series: Residuals Sample 2009M01 2012M12 Observations 48

Mean 3.85e-17 Median 5.65e-05 Maximum 0.004396 Minimum -0.004689 Std. Dev. 0.001909 Skewness -0.102305 Kurtosis 2.859407

Jarque-Bera 0.123263 Probability 0.940229


(5)

130

Lampiran 4 : Uji Heteroskedastisitas

White Heteroskedasticity Test:

F-statistic 1.477777 Probability 0.174220 Obs*R-squared 18.49668 Probability 0.185086

Test Equation:

Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 08/20/13 Time: 15:29 Sample: 2009M01 2012M12 Included observations: 48

Lampiran 5 : Uji Autokorelasi

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 1.241584 Probability 0.299561 Obs*R-squared 2.741107 Probability 0.253966

Test Equation:

Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 08/20/13 Time: 15:32

-.006 -.004 -.002 .000 .002 .004 .006

.012 .016 .020 .024 .028

2009 2010 2011 2012


(6)

131

Lampiran 6 : Hasil Regresi Metode Ordinary Least Square (OLS)

Dependent Variable: ROA Method: Least Squares Date: 08/20/13 Time: 15:25 Sample: 2009M01 2012M12 Included observations: 48

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

FDR 0.046037 0.008874 5.187609 0.0000

LNDPK -0.005565 0.001864 -2.985527 0.0047

LNSBIS 0.001291 0.001124 1.149197 0.2568

NPF -0.256407 0.084709 -3.026928 0.0042

C 0.124662 0.069268 1.799718 0.0789

R-squared 0.467755 Mean dependent var 0.018742

Adjusted R-squared 0.418243 S.D. dependent var 0.002617

S.E. of regression 0.001996 Akaike info criterion -9.497294

Sum squared resid 0.000171 Schwarz criterion -9.302377

Log likelihood 232.9351 F-statistic 9.447454


Dokumen yang terkait

Pengaruh Financing to Deposit Ratio dan Non Performing Financing terhadap Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia

1 65 87

Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga Dan Non Performing Financing Terhadap Penyaluran Dana Perbankan Syariah Di Indonesia

0 41 114

Analisi pengaruh dana pihak ketiga (DPK) dan non performing financing (NPF) terhadap pembiayaan yang disalurkan serta imlekasinya pada return on assets (ROA) di Bank Muamalat Indonesia

2 38 96

Pengaruh capital adequacy ratio (car), non performing financing (npf), danan pohak ketiga (dpk), sertifikat bank umum syariah (sbis) terhadap penyaluran pembiayaan bank umum syariah periode 2009-2015

0 8 116

Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing Financing (NPF), dan inflasi terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia periode 2010-2013

2 8 115

Pengaruh CAR, NPF, FDR dan BOPO Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah (Periode 2011-2015)

1 9 152

Pengaruh Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), Non Performing Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Return On Asset (ROA) (Studi Kasus pada Bank Umum Syariah di Indonesia Periode

1 16 131

PENGARUH DANA PIHAK KETIGA (DPK), SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH (SBIS), NON PERFORMING FINANCING (NPF) DAN RETURN ON ASSETS (ROA) TERHADAP PEMBIAYAAN MURABAHAH (Studi Kasus Pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia Periode 2009 - 2014

2 18 138

Pengaruh Capital Adequancy Ratio (CAR), Financing to Deposit Ratio (FDR), dan Non Performing Financing (NPF) terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2011-2015

0 2 108

Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), dan Non Performing Financing (NPF) Terhadap Likuiditas Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2011-2015

5 20 120