Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga Dan Non Performing Financing Terhadap Penyaluran Dana Perbankan Syariah Di Indonesia

(1)

ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA DAN NON

PERFORMING FINANCING TERHADAP PENYALURAN

DANA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA

TESIS

Oleh RUKIAH 077019107/IM

S

E K O L AH

P A

S C

A S A R JA

NA

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA DAN NON

PERFORMING FINANCING TERHADAP PENYALURAN

DANA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Manajemen pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh RUKIAH 077019107/IM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Judul Tesis : ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA DAN NON PERFORMING FINANCING TERHADAP PENYALURAN DANA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA

Nama Mahasiswa : Rukiah Nomor Pokok : 077019107 Program Studi : Ilmu Manajemen

Menyetujui, Komisi Pembimbing:

(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA., Ak.) (Dr. Isfenti Sadalia, ME.) Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof. Dr. Rismayani, SE., MS.) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc.)


(4)

Telah diuji pada:

Tanggal 1 Februari 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak. Anggota : 1. Dr. Isfenti Sadalia, ME.

2. Prof. Dr. Rismayani, SE., MS. 3. Drs. Rahmad Sumanjaya, M.Si. 4. Drs. Syahyunan, M.Si.


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis saya yang berjudul:

“Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga Dan Non Performing Financing Terhadap Penyaluran Dana Perbankan Syariah Di Indonesia”

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh siapapun juga sebelumnya.

Sumber-sumber data yang diperoleh dan digunakan telah dinyatakan secara jelas dan benar.

Medan, Februari 2010 Yang membuat pernyataan,


(6)

ABSTRAK

Perbankan syariah sebagai salah satu pilar pendukung perkonomian Indonesia di bidang Industri keuangan memiliki peran strategis dalam pengembangan sektor riil. Hampir 90 % penduduk Indonesia adalah muslim dan merupakan pangsa pasar besar yang harus dimanfaatkan untuk menjalankan fungsinya sebagai perantara keuangan, yang menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh dana pihak ketiga yang terdiri dari giro, tabungan, deposito serta non performing financing terhadap penyaluran dana perbankan syariah di Indonesia.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh dana pihak ketiga yang terdiri dari giro, tabungan, deposito serta non performing financing terhadap penyaluran dana perbankan syariah di Indonesia. Teori yang digunakan adalah manajemen keuangan yang berkaitan dengan aktiva berupa penyaluran dana. Passiva berupa dana pihak ketiga dan kualitas dari penyaluran dana tersebut yang diukur dengan non performing financing. Pendekatan yang digunakan merupakan pendekata survei, jenis penelitian adalah deskriptif kuantitatif dan bersifat eksplanatori. Metode pengambilan sampel adalah Purposive Sampling Method, dari populasi sebanyak tiga puluh dua bank yang terdiri dari lima bank umum syariah dua puluh tujuh unit usaha syariah yang terdaftar di Bank Indonesisa. Diambil sembilan bank yang telah memenuhi kriteria pengambilan sampel, yang memberikan laporan keuangan dari tahun 2005 hingga 2008 secara rutin. Pengujian hipotesis dilakukan dengan regresi linear berganda.

Hasil penelitian untuk pengujian hipotesis menunjukkan nilai koefisien diterminasi (R²) sebesar 91%, dengan menggunakan confidential interval sebesar 95%. Secara serempak dana pihak ketiga (giro, tabungan, deposito) dan non performing financing mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penyaluran dana perbankan syariah di Indonesia, sedangkan secara parsial giro serta non performing financing tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap penyaluran dana perbankan syariah di Indonesia


(7)

ABSTRACT

Islamic banking as one of the pillars supporting Indonesia economic in the field financial industry has a strategic role in the development of real sector. Almost 90% of the population of Indonesia is Muslim and is a large market share should be utilized to perform its function as financial intermediaries, which collects and distributes public funds. Formulation of the problem in this research are there the influence of third party funds consist of giro, savings, deposits and non-performing financing on the distribution funds of Islamic banking in Indonesia

This research was conducted in order to determine the influence of third party funds consist of giro, savings, deposits and non-performing financing on distribution funds of Islamic banking in Indonesia. Using the theory in the financial management of assets related to a financing . Liabilities in the form of third party funds and the quality of these financing as measured by non-performing financing. The research using survey approach, the kind of research are quantitative descriptive and descriptive explanatory. Using purposive sampling method, from a population of thirty-two banks consist of five Islamic banks and twenty-seven Sharia Business Units registered in Bank Indonesia. Taken nine banks that have met the sampling criteria, which provides financial reports from 2005 to 2008 on a regular basis. Hypothesis testing is done by multiple linear regression.

The results for the test showed hypothesis terminated coefficient value (R²) by 91%, by using the confidential interval of 95%. Simultaneous third party funds consist of giro, savings, deposits and non-performing financing has a significant influence on the distribution of funds Islamic banking in Indonesia. partially deposits and non-performing financing which does not have significant influence on distribution funds of Islamic banking in Indonesia.

Key Words: Distribution of Funds, Giro, Saving, Deposits, Non Performing Financing


(8)

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berkah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Tesis ini.

Penelitian ini merupakan tugas akhir pada Program Studi Magister Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Judul penelitian yang dilakukan penulis adalah: ”Pengaruh Dana Pihak Ketiga dan Non Performing Financing Terhadap Penyaluran Dana Perbankan Syariah di Indonesia”.

Selama melakukan penelitian dan penulisan tesis ini, penulis banyak memperoleh bantuan moril dan materiil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada :

1. Bapak Prof. dr. Chairuddin P. Lubis, DTM & H., Sp.A(K), selaku Rektor

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof. Dr. Rismayani, SE., MS. selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu

Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA., Ak., selaku Ketua Komisi

Pembimbing yang telah memberikan dorongan dan bimbingan kepada penulis demi kesempurnaan tesis ini.


(9)

5. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, ME, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang juga tidak bosan-bosannya memberikan masukan dan saran-saran kepada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik.

6. Bapak Drs. Rahmad Sumanjaya, M.Si. dan Bapak Drs. Syahyunan, M.Si. selaku

Anggota Komisi Penguji yang telah memberikan saran dan masukan untuk perbaikan tesis ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen serta pegawai di Program Studi Magister Ilmu Manajemen

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

8. Kedua orang tua penulis, almarhum ayah dan almarhumah ibu tercinta yang telah

mendidik dan menyekolahkan penulis sejak awal hingga penulis dapat melanjutkan ke jenjang strata dua.

9. Suami tercintaku Abdul Hamid Batubara yang telah sabar dan berkorban selalu

memberi dorongan, kasih sayang, perhatian agar penulis bisa menyelesaikan tesis ini, dan teristimewa kepada Ananda Nazmi Thoriq Batubara yang menjadi pemberi semangat kepada penulis dalam menyelesaikan studi ini.

10.Kak Safrina serta kak Nur sekeluarga yang telah banyak membantu penulis dalam

studi ini, yang tidak bisa penulis balas kebaikannya, semoga Allah memberi balasan atas semua pengorbanannya, serta saudara lainnya kak Erli, kak Ida, kak Salam bang Safwan, bang Ucok, adinda Fahmi beserta seluruh keluarga besar, atas doa dan dorongan morilnya.


(10)

11.Seluruh rekan-rekan mahasiswa Angkatan XIII di Program Studi Magister Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara atas bantuan dan kerja samanya selama penulis menempuh studi dan penulisan Tesis ini.

Penulis menyadari tesis ini masih banyak memiliki kekurangan dan jauh dari sempurna. Namun harapan penulis semoga Tesis ini bermanfaat kepada seluruh pembaca. Semoga kiranya Tuhan yang Maha Esa memberkati kita semua. Amin.

Medan, Februari 2010

Penulis,


(11)

RIWAYAT HIDUP

Rukiah dilahirkan di Padangsidimpuan pada tanggal 24 Maret 1976 dari pasangan Bapak Husin Lubis (Alm) dan Ibu Masjida Hasibuan (Almh)., sebagai anak kedelapan dari sembilan bersaudara. Menikah pada tanggal 22 Desember 2007 dengan Abdul Hamid Batubara dikaruniai seorang putra bernama Nazmi Thoriq Batubara

Pendidikan formal dimulai tahun 1982 di TK Aisiyah Padangsidimpuan tamat dan lulus 1983, SD Negeri IX Padangsidimpuan tamat dan lulus 1989, MTs Negeri Padangsidimpuan tamat dan lulus 1992, SMA Negeri 2 Padangsidimpuan tamat dan lulus 1995, dan Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara tamat dan lulus 2000, dan pada tahun 2007 melanjutkan pendidikan di Program Studi Magister Ilmu Manajemen SPs Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pekerjaan sekarang Dosen Pada Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Padangsidimpuan mulai tahun 2007 sampai sekarang.

Medan, Februari 2010


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

BAB I PENDAHULUAN... 1

I.1. Latar Belakang... 1

I.2. Perumusan Masalah... 6

I.3. Tujuan Penelitian... 6

I.4. Manfaat Penelitian... 6

I.5. Kerangka Konsep... 7

I.6. Hipotesis Penelitian... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 11

II.1. Penelitian Terdahulu... 11

II.2. Pengertian Umum Perbankan... 13

II.3. Sistem Bank Konvensional... 13


(13)

II.5. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah... 17

II.5.1. Prinsip Titipan atau Simpanan (Depository/Alwadiah)... 18

II.5.2. Prinsip Mudharabah... 20

II.6. Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah... 21

II.7. Prinsip Perhitungan Keuntungan Bagi Nasabah Penabung... 23

II.8. Penyaluran Dana Perbankan Syariah... 23

II.8.1. Prinsip Bagi Hasil Dalam Pembiayaan……… 24

II.8.2. Pembiayaan Musyarakah... 26

II.8.3. Pembiayaan Mudharabah... 27

II.8.4. Pembiayaan Murabahah……… 29

II.8.5. Pembiayaan Bai’u Salam……….. 31

II.8.6. Pembiayaan Bai’u Istishna’... 33

II.8.7. Pembiayaan Ijarah... 34

II.8.8. Pembiayaan Qardh Al Hasan……… 36

II.9. Pembiayaan Bermasalah (Non Performing Financing)... 38

II.9.1. Pembiayaan Lancar (Pass)……… 39

II.9.2. Perhatian Khusus (Spesial Mention)………. 39

II.9.3. Kurang Lancar (Substandard)... 40

II.9.4. Diragukan (Doubtfull)... 40


(14)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 42

III.1. Tempat dan Waktu Penelitian... 42

III.2. Metode Penelitian... 42

III.3. Populasi dan Sampel... 43

III.4. Metode Pengumpulan Data... 45

III.5. Jenis dan Sumber Data... 46

III.6. Identifikasi Variabel... 46

III.7. Definisi Operasional Variabel... 47

III.8. Pengujian Asumsi Klasik………. 49

III.8.1. Uji Normalitas... 49

III.8.2. Uji Heteroskedastisitas... 50

III.8.3. Uji Multikolinieritas... 51

III.8.4 Uji Autokorelasi………... 51

III.9. Model Analisis Data... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 57

IV.1. Hasil Penelitian... 57

IV.1.1. Gambaran Umum Perbankan Syariah di Indonesia... 57

IV.1.2. Deskriptif Data Penelitian... 60

IV.1.3. Pengujian Asumsi Klasik... 65

IV.1.3.1. Hasil Uji Normalitas... 65


(15)

IV.1.3.3. Hasil Uji Multikolinieritas………. 68

IV.1.3.4. Hasil Uji Autokorelasi... 69

IV.1.4. Hasil Uji Hipotesis... 70

IV.1.4.1. Hasil Uji Serempak………. 72

IV.1.4.2. Hasil Uji Parsial……….. 73

IV.2. Pembahasan... 74

IV.2.1. Pembahasan Hasil Uji Serempak... 74

IV.2.2. Pembahasan Hasil Uji Parsial... 75

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN, DAN SARAN... 79

V.1. Kesimpulan... 79

V.2. Keterbatasan Penelitian... 79

V.2. Saran... 80


(16)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

I.1. Pertumbuhan Asset, Dana Pihak Ketiga, Pembiayaan dan Non

Performing Financing Perbankan Syariah di Indonesia ... 3

I.2. Pertumbuhan Giro Wadiah, Tabungan Mudharabah, Deposito Mudharabah Perbankan Syariah di Indonesia... 3

I.3. Perbandingan FDR Perbankan Syariah dan LDR Perbankan Konvensional di Indonesia... 4

I.4. Penyaluran Dana pada Produk Utama Pembiayaan Perbankan Syariah di Indonesia... 5

II.1. Penelitian Terdahulu ... 12

II.2. Perbedaan Karakteristik Bank Syariah dan Bank Konvensional ... 16

II.3. Perhitungan Keuntungan (Bagi Hasil) Bagi Deposan... 23

II.4. Perbedaan Perhitungan Keuntungan Bunga atau Bagi Hasil Dalam Penyaluran Dana Perbankan di Indonesia... 25

III.1. Pemilihan Sampel ... 44

III.2. Data Sampel Bank Syariah di Bank Indonesia... 45

III.3. Definisi Operasional Variabel... 48

III.4. Pengambilan Keputusan Ada atau Tidaknya Autokorelasi... 52

IV.1. Statistik Deskriptif Data Penelitian... 60

IV.2. Hasil Uji Normalitas ... 67

IV.3. Hasil Uji Multikolinieritas ... 69


(17)

IV.5. Hasil Uji Koefisien Regresi ... 71

IV.6. Hasil Uji Determinasi... 72

IV.7. Hasil Uji F ... 72


(18)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

I.1. Kerangka Konsep Pengaruh DPK dan Non Performing

Financing Terhadap Penyaluran Dana Perbankan Syariah... 10

II.1. Skema Alwadi’ah Yad al-Amanah ... 18

II.2. Skema al –Wadiah Yad adh-Dhamanah ... 20

II.3. Skema Pembiayaan Al Musyarakah………. 27

II.4. Skema Pembiayaan Mudharabah………. 29

II.5. Skema Pembiayaan Murabahah………. 30

II.6. Skema Pembiayaan Bai ‘u Salam... 32

II.7. Skema Pembiayaan Bai’u Istishna... 33

II.8. Skema Pembiayaan Ijarah... 35

II.9. Skema Pembiayaan Qardh Hasan... 38

IV.1. Hasil Uji Normalitas... 66


(19)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1 Data Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah yang Terdaftar

di Bank Indonesia Tahun 2005-2008... 85

2. Data Bank yang Tidak Memenuhi Kriteria, yang Tidak Memberikan

Laporan Keuangan Secara Rutin Selama Tahun Pengamatan... 86

3 Data PYD, Giro, Tabungan, Deposito dan NPF Perbankan Syariah

Pada Bank Indonesia... 87

4 Data Variabel Dalam Bentuk Logaritma Natural... 89


(20)

ABSTRAK

Perbankan syariah sebagai salah satu pilar pendukung perkonomian Indonesia di bidang Industri keuangan memiliki peran strategis dalam pengembangan sektor riil. Hampir 90 % penduduk Indonesia adalah muslim dan merupakan pangsa pasar besar yang harus dimanfaatkan untuk menjalankan fungsinya sebagai perantara keuangan, yang menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh dana pihak ketiga yang terdiri dari giro, tabungan, deposito serta non performing financing terhadap penyaluran dana perbankan syariah di Indonesia.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh dana pihak ketiga yang terdiri dari giro, tabungan, deposito serta non performing financing terhadap penyaluran dana perbankan syariah di Indonesia. Teori yang digunakan adalah manajemen keuangan yang berkaitan dengan aktiva berupa penyaluran dana. Passiva berupa dana pihak ketiga dan kualitas dari penyaluran dana tersebut yang diukur dengan non performing financing. Pendekatan yang digunakan merupakan pendekata survei, jenis penelitian adalah deskriptif kuantitatif dan bersifat eksplanatori. Metode pengambilan sampel adalah Purposive Sampling Method, dari populasi sebanyak tiga puluh dua bank yang terdiri dari lima bank umum syariah dua puluh tujuh unit usaha syariah yang terdaftar di Bank Indonesisa. Diambil sembilan bank yang telah memenuhi kriteria pengambilan sampel, yang memberikan laporan keuangan dari tahun 2005 hingga 2008 secara rutin. Pengujian hipotesis dilakukan dengan regresi linear berganda.

Hasil penelitian untuk pengujian hipotesis menunjukkan nilai koefisien diterminasi (R²) sebesar 91%, dengan menggunakan confidential interval sebesar 95%. Secara serempak dana pihak ketiga (giro, tabungan, deposito) dan non performing financing mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penyaluran dana perbankan syariah di Indonesia, sedangkan secara parsial giro serta non performing financing tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap penyaluran dana perbankan syariah di Indonesia


(21)

ABSTRACT

Islamic banking as one of the pillars supporting Indonesia economic in the field financial industry has a strategic role in the development of real sector. Almost 90% of the population of Indonesia is Muslim and is a large market share should be utilized to perform its function as financial intermediaries, which collects and distributes public funds. Formulation of the problem in this research are there the influence of third party funds consist of giro, savings, deposits and non-performing financing on the distribution funds of Islamic banking in Indonesia

This research was conducted in order to determine the influence of third party funds consist of giro, savings, deposits and non-performing financing on distribution funds of Islamic banking in Indonesia. Using the theory in the financial management of assets related to a financing . Liabilities in the form of third party funds and the quality of these financing as measured by non-performing financing. The research using survey approach, the kind of research are quantitative descriptive and descriptive explanatory. Using purposive sampling method, from a population of thirty-two banks consist of five Islamic banks and twenty-seven Sharia Business Units registered in Bank Indonesia. Taken nine banks that have met the sampling criteria, which provides financial reports from 2005 to 2008 on a regular basis. Hypothesis testing is done by multiple linear regression.

The results for the test showed hypothesis terminated coefficient value (R²) by 91%, by using the confidential interval of 95%. Simultaneous third party funds consist of giro, savings, deposits and non-performing financing has a significant influence on the distribution of funds Islamic banking in Indonesia. partially deposits and non-performing financing which does not have significant influence on distribution funds of Islamic banking in Indonesia.

Key Words: Distribution of Funds, Giro, Saving, Deposits, Non Performing Financing


(22)

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat memiliki kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhinya, baik kebutuhan primer, sekunder maupun tersier. Ada kalanya masyarakat tidak punya cukup dana untuk memenuhi kebutuhannya. Dilain pihak ada juga masyarakat yang kelebihan dana, dan menginginkan dananya tidak menganggur. Oleh karena itu, dalam perkembangan perekonomian masyarakat yang semakin meningkat muncullah jasa pembiayaan dan penghimpun dana yang ditawarkan oleh lembaga keuangan bank dan non bank.

Sebagai salah satu lembaga keuangan yang fungsinya menghimpun dan menyalurkan dana kepada masyarakat, kegiatan perbankan merupakan salah satu aspek yang diatur dalam syariah Islam, yakni aspek muamalah yaitu bagian yang mengatur hubungan sesama manusia.

Kemunculan lembaga keuangan syariah modern dimulai tahun 1990-an ditandai dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia pada tahun 1992. Pemikiran tentang pengembangan ekonomi Islam telah ada jauh sebelum masa tersebut. Tetapi setelah terjadinya krisis moneter tahun 1997 banyak bank konvensional yang dilikuidasi karena mengalami Negative Spread kecuali bank yang mendapat bantuan Rekapitulasi dari pemerintah melalui (Bantuan Likuiditas Bank Indonesia) yang jumlahnya sangat besar mencapai Rp. 650 triliun. (Bank Indonesia, 2008).


(23)

Krisis tersebut membawa hikmah bagi pengembangan perbankan syariah di Indonesia, dimana kebutuhan masyarakat akan produk perbankan atau lembaga keuangan syariah yang menggunakan sistem berdasarkan bagi hasil mengalami peningkatan yang sangat pesat, pertumbuhan asset perbankan syariah dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan. Total asset perbankan syariah secara keluruhan pada desember 2008 telah mencapai Rp. 49,55 triliun, dengan pertumbuhan sebesar 35,6% dan pangsa terhadap total asset perbankan nasional sebesar 2,14 %, akan tetapi dalam program akselerasi perbankan syariah ditetapkan bahwa pada akhir tahun 2008 pangsa asset perbankan syariah terhadap total asset perbankan nasional ditargetkan mencapai 5 %. (Agustianto, 2008).

Sampai saat ini bank yang menjalankan prinsip syariah semakin bertambah, hingga akhir Desember 2008 tercatat sudah terdapat 5 Bank Umum Syariah, 27 Bank konvensional yang membuka Unit Usaha Syariah (UUS), dan 131 Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) dan masih banyak bank-bank konvensional yang merencanakan membuka Unit Usaha Syariah. (Bank Indonesia, 2008).

Sejalan dengan bertambahnya jaringan kantor bank syariah, perkembangan usahanyapun mulai meningkat terlihat dari pertumbuhan Asset, Dana Pihak Ketiga dan pembiayaan yang dikucurkan seperti terlihat pada tabel dibawah ini.


(24)

Tabel I.1. Pertumbuhan Asset, Dana Pihak Ketiga, Pembiayaan dan Non

Performing Financing Perbankan Syariah di Indonesia

Tahun Total Asset Dana Pihak Katiga Penyaluran Dana Non Performing Financing 2005 2006 36,2% 28,0% 31,4% 32,7% 32,6% 34,2% 2,80% 4,08%

2007 36,7% 35,5% 36,7% 4,05%

2008 35,6% 31,5% 36,7% 3,95%

Sumber: Bank Indonesia 2005 -2008 (Data eksternal diolah)

Dari Tabel I.1 diatas dapat dilihat pada akhir 2008 pertumbuhan aset mengalami penurunan dibanding tahun 2007, begitu juga dengan penghimpunan Dana Pihak ketiga perbankan syariah sedikit mengalami tekanan akibat kuatnya persaingan penghimpunan dana, menunjukkan pertumbuhan sebesar 31,5 % mengalami penurunan dibanding penghimpunan DPK tahun 2007 sebesar 35,5 % dan DPK tahun 2006 sebesar 32,7 % dan hampir sama dengan pertumbuhan DPK tahun 2005 sebesar 31.4 % Penurunan ini dipengaruhi tren kenaikan suku bunga perbankan. Perkembangan dana pihak ketiga yang terdiri dari giro, tabungan deposito lebih rinci pertumbuhannya seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini:

Tabel I.2. Pertumbuhan Giro Wadiah, Tabungan Mudharabah, Deposito Mudharabah Perbankan Syariah di Indonesia

Tahun Giro Wadiah Tabungan

Mudharabah Deposito Mudharabah 2005 2006 13,13% 16,52% 28,05% 31,11% 58,83% 52,37%

2007 13,39% 33,75% 52,86%

2008 11,50% 33,84% 54,66 %

Sumber: Bank Indonesia 2005-2008 (Data eksternal diolah)

Berdasarkan Tabel I.2 diatas dapat dilihat bahwa penghimpunan dana pihak ketiga, baik tabungan mudharabah dan deposito mudharabah dari tahun 2005 sampai tahun 2008 mengalami laju pertumbuhan yang meningkat, hanya dana pihak ketiga


(25)

yang berbentuk giro yang mengalami laju pertumbuhan yang berfluktuasi dari tahun 2005 sampai tahun 2008.

Sedangkan kegiatan penyaluran dana perbankan syariah melalui berbagai bentuk akad mengalami pertumbuhan sebesar 36,7 % sama dengan laju pertumbuhan penyaluran dana sepanjang tahun 2007 dibandingkan laju penyaluran dana tahun 2006 dan 2005 masing–masing hanya sebesar 34,2 % dan 32,6%. Laju pertumbuhan pembiayaan tersebut diikuti dengan kinerja pembiayaan yang sedikit membaik dengan NPF sebesar 3,95 %, cenderung menurun dibanding tahun 2007 dan tahun 2006, Sedangkan Financing to Deposit Ratio (FDR) yaitu perbandingan pembiayaan yang disalurkan dengan DPK tahun 2008 mengalami kenaikan sebesar 103,6 %, semakin meningkat dibanding tahun-tahun sebelumnya, dimana pada tahun 2005 dan 2006 masing -masing masih sebesar 97,8 % dan 98,9 % dan pada tahun 2007 mulai meningkat menjadi sebesar 99,90 %. Dibawah ini tabel perbandingan FDR Perbankan syariah dengan LDR perbankan konvensional.

Tabel I.3. Perbandingan FDR Perbankan Syariah dan LDR Perbankan Konvensional di Indonesia

Tahun FDR

(Finance to Deposit Ratio)

LDR

(Loan To Deposit Ratio) 2005

2006

97,80% 98,90%

55,02% 61,56%

2007 99,90% 66,32% 2008 103,6% 74,50% Sumber: Bank Indonesia, 2005 -2008 (Data diolah)

Sebagai Perbandingan di dunia perbankan konvensional indikator sejenis dengan FDR disebut dengan Loan To Deposit Ratio (LDR) untuk 4 tahun belakangan ini mengalami kenaikan, akan tetapi tidak sebesar kenaikan FDR perbankan syariah,


(26)

hal ini menunjukkan bahwa fungsi intermediasi perbankan syariah lebih baik dibanding perbankan konvensional. Meskipun demikian pembiayaan yang dikucurkan perbankan syariah masih lebih banyak pada produk murabahah (Jual Beli) yang sifatnya konsumtif dibanding dengan pembiayaan pada produk mudharabah dan musyarakah yang sifatnya bagi hasil masing–masing, seperti terlihat pada tabel dibawah ini:

Tabel I.4. Penyaluran Dana pada Produk Utama Pembiayaan Perbankan Syariah di Indonesia

Tahun Pembiayaan

Mudharabah

Pembiayaan

Musyarakah Piutang Murabahah 2005

2006

20,50 % 19,87 %

12,50 % 11,42 %

62,30 % 61,75 %

2007 19,96 % 15,77 % 59,24 %

2008 19,40 % 16,25 % 58,87 %

Sumber: Bank Indonesia 2005-2008 (Data eksternal diolah)

Dari Tabel I.4 diatas dapat dilihat bahwa pembiayaan yang dikucurkan pada produk murabahah dari tahun ke tahun selalu lebih besar dibanding pembiayaan lainnya, hal ini mencerminkan bahwa sumbangan perbankan syariah bagi bergeraknya sektor riil masih sangat minim, dan ini masih jauh dari target yang ingin dicapai, dimana diharapkan produk pembiayaan berbasis bagi hasil (mudharabah dan musyarakah) lebih mendominasi, hal ini juga dipengaruhi oleh kemampuan nasabah dalam membayar kembali pinjamannya. Unsur ini biasanya tercermin pada pembiayaan bermasalah yang dikenal dengan Non Performing Financing.

Dalam kaitan inilah menjadi lebih menarik dan penting untuk meneliti pengaruh DPK dan NPF terhadap Penyaluran Dana Perbankan Syariah Di Indonesia.


(27)

I.2. Perumusan Masalah

Dari latar belakang di atas dirumuskan masalah sebagai berikut:

Apakah ada Pengaruh Dana Pihak Ketiga yang terdiri dari : giro, tabungan, deposito

serta Non Performing Financing terhadap penyaluran dana perbankan syariah di

Indonesia?

I.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui dan menganalisis apakah ada pengaruh Dana Pihak Ketiga yang terdiri dari : giro, tabungan, deposito serta Non Performing financing terhadap penyaluran dana perbankan syariah di Indonesia.

I.4. Manfaat Penelitian

Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut :

a. Bagi institusi perbankan khususnya perbankan syariah, penelitian ini berguna

sebagai masukan dalam merumuskan konsep pengembangan bank syariah dalam upaya meningkatkan fungsi intermediasi perbankan syariah serta meningkatkan kemampuan dan daya saing perbankan syariah di tengah persaingan perbankan secara nasional.

b. Bagi Program Studi Ilmu Manajemen penelitian ini bisa menambah kekayaan


(28)

c. Sebagai motivasi bagi peneliti peneliti lain untuk mengkaji lebih jauh perkembangan dan arah pengembangan bank syariah, khususnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penyaluran dana perbankan.

d. Bagi penulis penelitian ini berguna menambah pengalaman dalam khasanah

penelitian dan menambah wawasan mengenai perbankan syariah.

I.5. Kerangka Konsep

Dana Pihak Ketiga, Non Performing Financing, Penyaluran Dana, pada penelitian ini sejalan dengan pendapat (Muhammad : 2004) mengemukakan bahwa :

Pertumbuhan setiap bank sangat dipengaruhi perkembangan kemampuan dalam menghimpun dana masyarakat, baik skala kecil maupun besar, dengan masa pengendapan yang memadai. Dana yang berasal dari masyarakat ini merupakat titipan ataupun penyertaan yang sewaktu-waktu akan ditarik kembali. Setelah dana pihak ketiga, dikumpulkan, maka sesuai dengan fungsi intermediary-nya, maka bank berkewajiban menyalurkan dana tersebut untuk pembiayaan.

Menurut Iqbal dan Abbas ( 2007 : 99) menyatakan bahwa :

The Landscape of any financial system is therefore dominated by the nature of financial intermediation, i.e.,how the function of intermediation is performed, who intermediates between the suppliers and users of fund, and what role the intermediary play in the saving-invesment process and in corporate finance.

Selanjutnya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah pada pasal 1 mengatakan bahwa: Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh


(29)

nasabah kepada bank syariah dan / atau UUS berdasarkan akad Wadiah atau akad lainnya yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dalam bentuk giro, tabungan atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu.

Pasal 37 mengatakan: Penyaluran dana berdasarkan prinsip syariah oleh Bank Syariah dan UUS mengandung risiko kegagalan atau kemacetan dalam pelunasannya sehingga dapat berpengaruh terhadap kesehatan Bank Syariah dan UUS.

Mengingat bahwa penyaluran dana dimaksud bersumber dari dana masyarakat yang disimpan pada Bank Syariah dan UUS, risiko yang dihadapi Bank Syariah dan UUS dapat berpengaruhi pula kepada keamanan dana masyarakat tersebut. Oleh karena itu, untuk memelihara kesehatan dan meningkatkan daya tahannya, bank diwajibkan menyebar risiko dengan mengatur penyaluran kredit atau pemberian pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, pemberian jaminan ataupun fasilitas lain sedemikian rupa sehingga tidak terpusat pada nasabah debitur atau kelompok nasabah debitur tertentu.

Kemudian menurut Abdullah (2005) mengemukakan:

Sumber utama dana bank dalam aktivitas penghimpunan dana dari masyarakat berasal dari bentuk simpanan deposito berjangka (time deposite), tabungan (saving), dan simpanan giro (demand deposit). Ketiga sumber dana tersebut sering disebut sumber dana pihak ketiga atau juga sumber dana tradisional. Selain sumber dana tersebut bank juga memiliki sumber dana lain yang berasal dari pinjaman melalui bank Indonesia dan bank lain (sumber dana pihak II) dan sumber dana yang berasal dari modal sendiri (sumber dana pihak pertama).


(30)

Menurut Warjiyo (2005:435) mengemukakan: perilaku penawaran atau penyaluran kredit perbankan dipengaruhi oleh suku bunga, persepsi bank terhadap prospek usaha debitur dan faktor lain seperti karakteristik internal bank yang meliputi sumber dana pihak ketiga, permodalan yang dapat diukur dengan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio) dan jumlah kredit bermasalah (non performing financing).

Rivai dan Andria (2008) menyatakan: Bahwa Pembiayaan pada intinya berarti I Believe, I Trust, ’saya percaya’ atau saya menaruh kepercayaan’. Perkataan pembiayaan yang artinya kepercayaan (trust), berarti lembaga pembiayaan sebagai shahibul mal menaruh kepercayaan kepada seseorang untuk melaksanakan amanah yang diberikan. Dana tersebut harus digunakan dengan benar, adil, dan harus disertai dengan ikatan dan syarat-syarat yang jelas, dan saling menguntungkan bagi kedua belah pihak.

Jadi dapat disimpulkan bahwa : perbankan memiliki fungsi sebagai lembaga penghimpun dan penyaluran dana dari masyarakat dan untuk masyarakat (Fungsi Intermediasi Bank). Dana yang dihimpun oleh bank dari masyarakat merupakan Dana Pihak Ketiga yang terdiri dari giro, tabungan dan doposito. Dimana dana ini tidak boleh diendapkan di bank. Alokasi dana harus dijalankan terutama untuk mengoptimalkan fungsi intermediasi tersebut guna mendorong dan mempercepat pertumbuhan sektor rill.

Pembiayaan bermasalah atau Non Performing financing, sering terjadi dalam penyaluran dana kepada masyarakat jika bank tidak berhati hati dalam menganalisis


(31)

dan mengawasi jalannya pembiayaan. Besar kecilnya NPF mempengaruhi besar kecilnya penyaluran dana, ini terjadi karena sikap kehati-hatian bank dan besar kecilnya dana yang ada di bank.

Untuk melihat pengaruh DPK dan NPF terhadap penyaluran dana perbankan syariah dapat dilihat pada kerangka konsep berikut ini:

DPK (Dana Pihak Ketiga):

 Giro (X1)

 Tabungan (X2)

 Deposito (X3)

Penyaluran Dana Perbankan Syariah

(Y)

Non Performing Financing (X4)

Gambar I.1. Kerangka Konsep Pengaruh DPK dan Non Performing Financing Terhadap Penyaluran Dana Perbankan Syariah

I.6. Hipotesis Penelitian

Ada pengaruh dana pihak ketiga yang terdiri dari giro, tabungan, deposito serta non performing financing terhadap penyaluran dana perbankan syariah di Indonesia.


(32)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu adalah ilmu yang dalam cara berfikir menghasilkan kesimpulan berupa ilmu pengetahuan yang dapat diandalkan, dalam proses berfikir menurut langkah-langkah tertentu yang logis dan didukung oleh fakta empiris.

Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian lain yang meneliti hal yang sama, akan tetapi peneliti yang meneliti hal yang sama jumlahnya masih terbatas. Penulis mencoba untuk mempertegas hasil penelitian yang menyangkut pengaruh Dana Pihak Ketiga dan Non Performing Financing terhadap penyaluran dana perbankan khususnya perbankan syariah. Maka penelitian terdahulu tersebut yaitu:

1. Sulistyani (2002) meneliti dengan judul ”Pengaruh Penghimpunan Dana Pihak

Ketiga Terhadap Total Pinjaman Yang diberikan Pada PT. Bank Pembangunan Jawa Timur”.

2. Surbakti (2005) meneliti dengan judul ”Analisis Faktor-faktor Penyebab Non

Performing Financing, Studi Kasus Pada Bank Syariah ”X” di Jakarta.

3. Fransisca dan Siregar (2008) meneliti dengan judul ”Pengaruh Faktor Internal


(33)

Tabel II.1. Penelitian Terdahulu

No. Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian 1 Sulistyani /

2002

Pengaruh

Penghimpunan Dana Pihak Ketiga Terhadap Total Pinjaman Yang Diberikan Pada PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa timur

Total Pinjaman Yang Diberikan (Y), Giro (X1), Tabungan (X2), Deposito (X3) Giro, tabungan, deposito secara bersama-sama mempunyai pengaruh dominan terhadap total pinjaman yang diberikan.

Diantara ketiga variabel independen yang paling dominan pengaruhnya terhadap pemberian pinjaman adalah Tabungan 2 3. Surbakti /2005 Fransisca dan Siregar / 2008

Analisis Faktor-Faktor Penyebab Non

Performing Financing,

Studi Kasus Pada Bank Syariah ”X” di Jakarta

Pengaruh Faktor Internal Bank Terhadap Volume Kredit Pada Bank yang Go Public Di Indonesia

Non Performing financing (Y). Kualitas Karakter Nasabah (X1). Kualitas dan Stabilitas

Cash flow Nasabah (X2), Partisipsi dan kecukupan Modal (X3), Kecukupan Jaminan (X4)

DPK (X1), CAR (X2), ROA (X3), NPL (X4)

Kualitas karakter nasabah dan kualitas cash flow mempunyai pengaruh signifikan terhadap NPF, Variabel lainnya tidak mempunyai pengaruh signifikan.

DPK dan ROA mempunyai pengaruh signifikan terhapa volume Kredit, CAR dan NPL tidak mempunyai Pengaruh terhadap volume kredit bank yang go Public di Indonesia


(34)

II.2. Pengertian Umum Perbankan

Kasmir (2004 : 11) mengatakan bank secara sederhana dapat diartikan sebagai berikut: Lebaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya.

Menurut Undang-undang RI Nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan, Bank adalah Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk- bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Dalam hal ini kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana kepada masyarakat, bank konvensional menggunakan sistem bunga, sedangkan bank syariah menggunkan sistem bagi hasil, selain itu dikenal juga jenis bank lain yaitu Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yaitu Bank yang melaksanakan kegiatannya secara konvensional juga syariah dan tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

II.3. Sistem Bank Konvensional

Sesuai dengan Undang-undang Nomor 10 tahun 1998, sistem perbankan konvensional mengenal dua jenis Bank yaitu Bank umum dan Bank Perkrditan Rakyat. Adapun jenis-jenis kegiatan Bank Umum adalah sebagai berikut:

a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito

berjangka, sertifikat deposito, tabungan dan / atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.


(35)

b. Penyaluran dana kepada masyarakat dalam bentuk kredit dengan berbagai jenis pelayanan.

c. Memberi pelayanan jasa perbankan lainnya, surat berharga , pengiriman atau

transfer uang, penyediaan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga, kegiatan usaha kartu kredit, sebagai wali amanah , sebagai bank garansi, penyediaan jasa Letter Of Credit (LC) dan kegiatan lainnya.

Kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana merupakan kegiatan utama bank, sedangkan kegiatan memberikan jasa-jasa pelayanan lainnya hanya untuk mendukung kegiatan utamanya. Dalam menghimpun dan mencari dana dari masyarakat, yaitu dalam bentuk giro, tabungan, deposito berarti bank membeli dana tersebut dari masyarakat dengan imbalan bunga (dalam hal ini bunga berarti harga dari dana tersebut), penghimpunan dan penyaluran dana dilakukan bank dengan berbagai strategi agar masyarakat mau menanamkan dananya pada bank, kegiatan menghimpun dana disebut juga dengan istilah funding.

Sedangkan kegiatan menyalurkan dana yang diperoleh melalui giro, tabungan, deposito yaitu melempar kembali dana tersebut kepada mayarakat dalam bentuk pinjaman (Kredit) bagi bank yang berdasarkan sistem konvensional dan pembiayaan bagi bank yang berdasarkan sistem syariah. Kegiatan penyaluran dana kepada masyarakat disebut juga dengan istilah lending.

Keuntungan utama bank diperoleh melalui selisih antara bunga simpanan dengan bunga pinjaman yang disebut dengan Spread Based. Jika pendapatan dari bunga pinjaman lebih besar dari pembayaran bunga simpanan maka bank mengalami


(36)

Positif Spread, dan jika bank mengalami kondisi sebaliknya maka bank mengalami Negative Spread .

II.4. Sistem Perbankan Syariah

Menurut Undang-undang Nomor 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah menyatakan bahwa Perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.

Jadi Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri dari Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS). Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa dibidang syariah.

Bedasarkan pengertian diatas maka bank syariah tidak mengenal istilah bunga dalam kegitan menghimpun dan menyalurkan dana kepada masyarakat, tetapi melaksanakan kegitannya berdasarkan sistem bagi hasil atau Profit and loss Sharing, tidak hanya menghimpun dan menyalurkan serta memberikan jasa-jasa lainya tetapi bank syariah juga melaksankan fungsi sosial yaitu mengeluarkan dan mengelola zakat dan dana sosial.


(37)

Tabel II.2. Perbedaan Karakteristik Bank Syariah dan Bank Konvensional

No Jenis Perbedaan Bank Syariah Bank Konvensional

1. Hubungan Bank dengan Nasabah

Hubungan investor-investor (Mutual

Investment Relationship) ysng berlandaskan kepada prinsip bagi hasil (Frofit and Loss Sharing),

Transaksi perdagangan, dan pelayanan transaksi lainnya

Hubungan kreditur-debitur dimana kreditur (termasuk pengertian deposan) telah ditetapkan besarnya pendapatan yang menjadi haknya dalam bentuk bunga (interest atau riba), demikian juga sebaliknya terhadap debitur(termasuk bank sebagai penerima dana

deposan) 2. Kriteria bidang usaha Tunduk kepada syariat

Islam yang melarang investasi pada bisnis yang diharamkan dan harus berlandaskan kepada keadilan, produktifitas dan kemanfaatan (maslahat) bagi manusia

Semata- mata berorientasi pada

rate of return dan kelayakan hasil arus kas. Jika ada pembatasan, terutama

dikarenkan oleh nilai-nilai etika yang dapat berubah sesuai nilai yang dianut masyarakat.

3. Ruang lingkup bidang usaha Lebih variatif dan luas, meliputi system bagi hasil, investment Banking,

jual beli, sewa (leasing),

anjak piutang, novasi dan jasa lainnya yang tidak bertentangan dengan syariat Islam

Terbatas hanya kepada mekanisme pinjam meminjam dengan instrument bunga atau riba. Beberapa transaksi financial lainnya adalah

derivative (option dan exchange) dan investasi pada instrument surat berharga dan saham 4. Akuntansi dan penyajian

laporan keuangan

Akuntansi dan penyajian laporan keuangan berorientasi pada pertanggungjawaban bisnis dan social, berlandaskan aspek tranparansi, akuntabilitas kepada seluruh

Stakeholder, dan keadilan. Sistem

pencatatan dan pelaporan mengacu kepada standar akuntansi, sesuai dengan prinsip syariah,

diantaranya adalah PSAK No.59 dan PAPSI 2003 dan AAOIFI

Akuntansi dan penyajian laporan keuangan berorientasi kepada kepentingan para pemegang saham, dan tidak dikenal konsep pertanggungjawaban social dan keadilan


(38)

Dalam beberapa hal, bank syariah dan bank konvensional memiliki persamaan terutama pada sisi teknis penerimaan uang, pelayanan dan teknologi.

Menurut Rivai dan Andria (2008:116) kegiatan operasional perbankan syariah mencakup:

a. Manajer investasi (mengelola dana nasabah).

b. Investor (Menginvestasikan dana miliknya dan dana yang dititipkan nasabah).

c. Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran.

d. Pelaksana kegiatan sosial (mengeluarkan dan mengelola zakat maupun dana

sosial lainya).

Sedangkan menurut Iqbal dan Abbas (2007 : 126) mengatakan bahwa:

Although committed to carrying out their transactions in accordance with the rules of the shariah, Islamic bank perform the same essensial administrators of the economi’s payments system and as financial intermediaries.

II.5. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah

Sebagaimana pada bank konvensional, penghimpunan dana di bank umum syariah dapat berbentuk giro, tabungan dan deposito, sedangkan BPRS hanya dapat melayani tabungan dan deposito. Namun demikian mekanisme penghimpunan dana ini harus disesuaikan dengan prinsip syariah. Prinsip operasional syariah yang telah ditetapkan secara luas dalam penghimpunan dana masyarakat adalah prinsip wadiah dan mudharabah (Siamat, 2001: 190). Dengan demikian jenis penghimpunan dana di bank syariah sesuai dengan prinsip yang melandasinya.


(39)

II.5.1. Prinsip Titipan atau Simpanan (Depository/Alwadiah)

Dalam kegitan perbankan Syariah istilah menabung dikenal dengan nama alwadiah/depository dalam hal ini tabungan nasabah prinsipnya hanya sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki, Pada dasarnya ada 2 (dua) Prinsip titipan (Antonio, 2001:85) yaitu:

a. PrinsipYad al-Amanah (Tangan amanah)

Pada dasarnya, penerima simpanan adalah yad al-amanah (tangan amanah) artinya dia tidak bertanggungjawab atas kehilangan atau kerusakan asset yang dititipkan selama hal ini bukan kelalaian atau kecerobohan yang bersangkutan dalam memelihara barang titipan (karena factor-faktor diluar batas kemampuan).

1. Titipan barang

NASABAH Muwaddi’ (penitip)

BANK Mustawda’ (Penyimpan)

2. Beban biaya Penitipan Sumber : (Antonio, 2001)

Gambar II.1. Skema Alwadi’ah Yad al-Amanah

Dengan konsep al-wadiah yad al-amanah, Pihak yang menerima tidak boleh menggunkan dan memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan, tetapi harus benar-benar menjaganya sesuai kelaziman. Pihak penerima titipan dapat


(40)

membebankan biaya kepada penitip sebagai biaya penitipan. Contoh titipan ini adalah Safe Deposit Box.

b. Prinsip Yad Adh –dhamanah (Tangan Penanggung)

Penerima titipan (bank) tidak akan mungkin meng-idle-kan beberapa jenis asset yang sudah dititipkan, tetapi menggunakanya dalam aktivitas perkonomian tertentu, oleh karenanya si penerima titipan harus meminta izin dari si pemberi titipan untuk kemudian mempergunakan hartanya tersebut dengan catatan si penerima titipan menjamin akan mengembalikan asset tersebut secara utuh. Dengan demikian disini penerima titipan tidak lagi sebagai yad al-amanah, tetapi yad adh-dhamanah (tangan penanggung) yang bertanggung jawab atas segala kehilangan/ kerusakan yang terjadi pada barang atau asset tersebut.

Mengacu pada prinsip yad al-dhamanah, bank sebagai penerima simpanan dapat memanfaatkan al-wadiah untuk tujuan Current account (giro) dan Saving account (tabungan). Sebagai konsekuensi dari yad adh-dhamanah, semua keuntungan yang dihasilkan dari dana titipan menjadi milik bank, demikian juga bank menjadi penanggung segala kerugian. Sebagai imbalan, si penyimpan mendapat jaminan keamanan terhadap hartanya. Akan tetapi bank tidak menutup kemungkinan memberi insentif berupa bonus dengan catatat tidak di syaratkan sebelumnya dan jumlahnya tidak ditetapkan dalam nominal atau persen tetapi merupakan kebijakan dari manajemen bank.


(41)

1. Titipan Dana

BANK

Mustawda’ (Penyimpan)

BANK Mustawda’ (Penyimpan) NASABAH

Muwaddi’ (Penitip)

4. Beri Bonus

3. Bagi Hasil 2.Pemanfatan Dana

USER OF FUND (Dunia Usaha)

Sumber : (Antonio, 2001)

Gambar II.2. Skema al –Wadiah Yad adh-Dhamanah

Dengan prinsip al wadiahYad adh- Dhamanah, Pihak yang menerima titipan

boleh menggunakan dan memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan, tentunya pihak bank dalam hal ini mendapat bagi hasil dari penggunaan dana. Bank dapat memberikan insentif kepada penitip dalam bentuk bonus.

II.5.2. Prinsip Mudharabah

Menurut Siamat (2001: 191) bank syariah menerapakan akad mudharabah untuk tabungan dan deposito, dalam hal ini nasabah bertindak sebagai Shahibul mal dan bank sebagai mudharib.


(42)

Prinsip mudharabah dalam hal ini adalah dimana bank wajib memberi tahu kepada pemilik dana mengenai nisbah dan tata cara perhitungan pembagian keuntungan serta resiko yang dapat timbul dalam penyimpanan dana. Apabila terjadi kesepakatan maka harus dicantumkan dalam akad Untuk tabungan mudharabah, bank dapat memberikan buku tabungan sebagai bukti penyimpanan, serta kartu ATM sebagai dan/atau alat penarikan lainnya kepada penabung, dan penabung dapat menarik dananya kapan pun, namun tidak boleh mengalami saldo negative (Overdraft).

Sedangkan untuk deposito mudharabah bank wajib memberikan sertifikat atau tanda penyimpanan (bilyet) deposito kepada deposan. Akad mudharabah mensyaratkan adanya tenggang waktu antara penyetoran dan penarikan agar dana itu bisa diputarkan. Tenggang waktu itu adalah sifat deposito

II.6. Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah

Sumber utama dana perbankan adalah dana yang berasal dari pihak ketiga, yaitu masyarakat, tak terkecuali dengan perbankan syariah. Dana pihak ketiga bank syariah hampir sama jenisnya dengan bank konvensional yang menbedakan hanya pada imbalan yang diterima nasabah, dimana pada bank konvensional dihitung berdasarkan bunga, dan pada bank syariah dihitung berdasarkan bagi hasil. Menurut Siamat (1999: 116) dan Muhammad (2004 : 53) Dana Pihak Ketiga yang diperoleh dari masyarakat terdiri dari:


(43)

a. Giro Syariah

Simpanan berupa Giro Syariah dilakukan berdasarkan prinsip Al Wadiah

(Depository atau simpanan) Yaitu pihak penyimpan bersedia untuk menyimpan dan menjaga keselamatan barang yang dititipkan kepadanya, dan setiap saat dapat ditarik dengan menggunakan cek atau bilyet giro.

b. Tabungan Syariah

Tabungan syariah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, Tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau yang dapat dipersamakan dengan itu. Penerimaan dana dalam bentuk tabungan digunakan dengan prinsip al- wadiah atau Al Mudharobah atau Trust financing/ Trust Investment yaitu Perjanjian antara Pemilik modal ( uang atau barang) dengan pengusaha.

c. Deposito Syariah

Deposito berjangka, yakni simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan dengan bank yang bersangkutan dan penerimaan dana ini berdasarkan prinsip Al Mudharabah. Dengan prinsip ini, kepada deposan imbalan atas dasar pembagian keuntungan yang telah ditetapkan dan disetujui sebelumnya.


(44)

II.7. Prinsip Perhitungan Keuntungan Bagi Nasabah Penabung

Prinsip pembagian keuntungan antara bank dengan nasabah penabung di bank syariah dan bank konvensional memiliki perbedaan, Bank syariah menghitung keuntungan berdasarkan pada beberapa prinsip yang menjadi tuntunan dan sesuai dengan syaraiat Islam. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel perbedaan prinsip perhitungan keuntungan

Tabel II.3. Perhitungan Keuntungan (Bagi Hasil) Bagi Deposan

Bank Syariah Bank konvensional

A. Besar kecilnya bagi hasil yang diperoleh deposan tergantung pada:

1. Pendapatan Bank 2. Nisbah bagi hasil 3. Nominal deposito 4. Rata-rata saldo deposito 5. Jatuh tempo deposito

B. Keuntungan untuk deposan dengan pendekatan FDR (Rasio antara DPK dan PYD)

C. Dalam Perbankan syariah FDR bukan saja mencerminkan keseimbangan tetapi juga keadilan

A. Besar kecilnya bunga yang diperoleh tergantung Pada :

1. Tingkat bunga yang berlaku 2. Nominal deposito

3. Jangka waktu deposito 4. Biaya Administrasi

B. Bunga yang diberikan kepada deposanmenjadi beban biaya langsung tanpa memperhitungkan pendapatan yang dihasilkan dan dan yang dihimpun. Akibatnya bank harus menambahi bila bunga dari peminjam ternyata lebih kecil dinbandingkan dengan kewajiban bunga untuk deposan (negative spread) atau rugi.

Sumber : Antonio, Hal. 145.

II.8. Penyaluran Dana Perbankan Syariah

Menurut Karim (2006) menyatakan bahwa dalam penyaluran dana perbankan syariah dikenal beberapa prinsip, yaitu pertama ialah kategori bagi hasil (Profit and Loss sharing) dapat dilakukan atas prinsip musyarakah, mudharabah. Kategori kedua ialah jual beli (Sale and Purchase) yang dilaksanakan yang dilaksanakan atas prinsip murabahah, salam dan istisna. Sementara kategori ketiga ialah sewa (Operation lease and financial lease) yang dilaksanakan atas prinsip ijarah. Sedangkan katagori


(45)

keempat ialah jasa (fee based service) yang dilaksanakan atas prinsip wakalah (Deputyship), Kafalah (Guaranty), hawalah (Transfer service), rahnu (Mortgage) dan gardh (Soft and benevolen loan).

II.8.1. Prinsip Bagi hasil dalam Pembiayaan

Dalam bank syariah, bisnis dan usaha yang dibiayai tidak terlepas dari pertimbangan syariah, karena itu bank syariah tidak akan mungkin membiayai usaha yang mengandung hal-hal yang diharamkan, seperti minuman keras, makanan yang mengandung alkohol, pornografi, prostitusi, perjudian dan sebagainya. Beberapa perbedaan antara sistem bunga dengan prinsip syariah (bagi hasil) yang diterapkan oleh bank konvensional dan bank syariah dalam memberikan pembiayaan kepada nasabah antara lain dapat dilihat dalam tabel berikut ini:


(46)

Tabel II.4. Perbedaan Perhitungan Keuntungan Bunga atau Bagi Hasil Dalam Penyaluran Dana Perbankan di Indonesia

No. Pokok-pokok Perbedaan Sistem bunga Prinsip Syariah 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Dasar perjanjian penentuan bunga dan/ imbalan.

Dasar perhitungan bunga / imbalan.

Kewajiban pembayaran bunga / imbalan.

Persyaratan Jaminan pembiayaan.

Objek pembiayaan.

Pandangan prinsip syariah tentang bunga.

Perjanjian pengenaan bunga tidak berdasarkan keuntungan.

Persentase tertentu dari total dana yang dipinjamkan kepada nasabah.

a. Pembayaran bunga tetap harus dibayar, meskipun usaha nasabah mengalami kerugian.

b. Besarnya pembayaran bunga oleh nasabah jumlahnya tetap meskipun keuntungan nasabah lebih besar dari jumlah yang diperkirakan.

Pembiayaan umumnya memerlukan penyerahan jamian berupa barang/ harta nasabah.

Jenis usaha yang dibiayaai tidak dibedakan, sepanjang memenuhi persyaratan. Pembayaran / pengenaan bunga oleh kreditur kepdada nasabah dianggap haram.

Perjanjian imbalan berdasakan keuntungan/ Rugi.

Besarnya nisbah bagi hasil didasarkan atas jumlah keuntungan yang diperoleh nasabah.

a. Pembayaran bagi imbalan dilakukan apabila nasabah memperoleh keuntungan. Sebaiknya bila rugi, jumlah kerugian/ risiko titanggung kedua belah pihak. b. Besarnya imbalan

berubah sesuai dengan besar kecilnya keuntungan yang didapat nasabah. Persyaratan jaminan tidak mutlak diperlukan.

Jenis usaha yang dibiayaai harus sesuai dengan ketentuaan syariah. Pembayaran imbalan berdasrkan bagi hasil sifatnya halal.


(47)

II.8.2. Pembiayaan Musyarakah

Pembiayaan musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak kontribusi dana (amal / expertise ) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan kerugian akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepkatan.

Pihak-pihak yang turut dalam kerjasama memasukkan dana musyarakah dengan porsi yang telah disepakati, ketentuan dapat berupa uang tunai atau asset dan dana yang terhimpun bukan lagi milik perorangan, tetapi menjadi dan usaha. Pengelolaan kegiatan usaha dipercayaakan kepada nasabah, dan selaku pengelolan nasabah wajib menyampaikan laporan berkala mengenai perkembangan usaha, kepada bank-bank sebagai pemilik dana. Disamping itu pemilik dana dapat melakukan intervensi kebijakan usaha.

Prinsip Musyarakah memberi manfaat dimana bank menikmati peningktan dalam jumlah tertentu jika keuntungan nasabah meningkat. Bank juga tidak berkewajiban membayar dalam jumlah tertentu kepada nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan hasil usaha bank, sehingga bank tidak pernah

mengalami negative spread. Dalam hal pengembalian pinjaman pokok, pembiayaan

akan disesuaikan dengan cash flow usaha nasabah, sehingga tidak memberatkan nasabah. Karena ini adalah usaha patungan maka prinsip kehati-hatian akan benar-benar dipengang bank dalam mencari memilih nasabah yang akan dibiayai.

Prinsip bagi hasil dalam musyarakah dan mudharabah ini berbeda dengan prinsip bunga tetap dalam perbankan konvensional, dimana bank akan menagih


(48)

penerimaan pembiayaan (nasabah) dalam jumlah bunga yang tetap berapapun keuntungan yang dihasilkan nasabah, bahkan ketika rugi.

50% 50%

60 % Modal 40 % Modal

Keahlian Keahlian

60% 40%

Sumber: (Rivai dan Andria, 2008)

Akad Musyarakah

Bank Syariah Partner I

Nasabah Patrner 2

Rugi Laba

Proyek Usaha

Gambar II.3. Skema Pembiayaan Al Musyarakah

II.8.3. Pembiayaan Mudharabah

Mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak

pertama (shahibul mal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak

lainnya menjadi pengelola (mudharib). Keuntungan yang diperoleh dibagi menurut perbandingan (nisbah) yang sudah disepakati. Seandainya kerugian diakibatkan


(49)

kelalaian pengelola, maka pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut. Pemilik modal tidak ikut campur dalam pengelolaan usaha, tetapi mempunyai hak untuk melakukan pengawasan.

Mudharabah memberi manfaat dimana bank menikmati peningktan dalam jumlah tertentu jika keuntungan nasabah meningkat. Bank juga tidak berkewajiban membayar dalam jumlah tertentu kepada nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan hasil usaha bank, sehingga bank tidak pernah mengalami negative spread. Dalam hal pengembalian pinjaman pokok, pembiayaan akan disesuaikan

dengan cash flow usaha nasabah, sehingga tidak memberatkan nasabah. Karena ini

adalah usaha patungan maka prinsip kehati-hatian akan benar-benar dipengang bank dalam mencari memilih nasabah yang akan dibiayai.

Prinsip bagi hasil dalam musyarakah dan mudharabah ini berbeda dengan prinsip bunga tetap dalam perbankan konvensional, dimana bank akan menagih penerimaan pembiayaan (nasabah) dalam jumlah bunga yang tetap berapapun keuntungan yang dihasilkan nasabah, bahkan ketika rugi.


(50)

(1) (1)

100% 0%

100 % modal Keahlian

(2) (2)

50% ( Nisbah) 50% (Nisbah)

(3a) (3a) Usaha

Konveksi

Laba Bank

Syariah

Nasabah

(3a)

Rugi

(3b)

Akad Mudharabah

Sumber : (Rivai dan Andria, 2008)

Gambar II.4. Skema Pembiayaan Mudharabah

II.8.4. Pembiayaan Murabahah

Murabahah adalah akad jual beli antara bank dan nasabah atas suatu jenis barang tertentu dengan harga yang disepakati bersama. Bank akan mengadakan barang yang dibutuhkan dan menjualnya kepada nasabah dengan harga setelah ditambah keuntungan yang disepakati.

Guna memastikan untuk membeli bank dapat mensyaratkan nasabah agar terlebih dahulu membayar uang muka. Nasabah membayar kepada bank atas harga


(51)

barang tertentu (setelah dikurangi uang muka) secara angsuran selama jangka waktu yang disepakati. Dengan memperhatikan kemampuan mengangsur ataupun arus kas usahanya. Pembayaran secara angsuran ini dikenal dengan istilah Bai’u Bitsaman Ajil (BBA). Baik harga jual maupun besar angsuran yang telah disepakati tidak berubah hingga akad pembiayaan berakhir dan tidak ada denda atas keterlambatan pembayaran angsuran.

(1) (1) (2) (2)

Bayar uang muka (3)

Bayar Angsuran (6)

Serahkan surat-surat ruko

(7) Beli Ruko Beli Ruko

(4) (5)

Negosiasi

Akad Murabahah

Bank Syariah

Ruko

CV. Bina Amanah

Sumber: ( Rivai dan Andria,2008)


(52)

II.8.5. Pembiayaan Bai’u Salam

Pembiayaan salam adalah akad jual beli atas suatu barang dengan jenis dan dalam jumlah tertentu yang penyerahannya dilakukan beberapa waktu kemudian, sedangkan pembayarannya segera dimuka. Aplikasi dalam perbankan biasanya dipergunakan untuk produk-produk pertanian jangka pendek ( 2 hingga 6 bulan ) dalam hal ini bank bertindak sebagai pembeli dan penjual produk dan memberikan uangnya terlebih dahulu, sedangkan para nasabah mempergunakanya untuk mengelola pertaniananya. Tidak hanya barang pertanian bisa juga barang industri.

Bank membeli barang dari produsen kemudian menjualnya kembali kepada pihak lain yaitu nasabah yang memesan barang tersebut. Dalam istilah perbankan islam proses ini dikenal dengan nama salam pararel. Aplikasi perbankan untuk salam pembiayaan Salam seperti tergambar dibawah ini:


(53)

Bayar uang muka

(4) Bayar angsuran

Negosiasi

Bank Syariah

Akad Salam

PT. Anugerah

Akad salam (2a)

Produksi jagung Bank garansi (3)

Kirim faktur (7a)

KUD

Jagung Negosiasi (1a)

Bayar produk (5)

Kirim jagung

Sumber: (Rivai dan Andria,2008)

Gambar II.6. Skema Pembiayaan Bai ‘u Salam

Dalam salam pararel pembayaran nasabah kepada bank dapat dilakukan di muka, pada saat ditandatanganinya akad salam atau secara tunai pada saat penyerahan barang, atau dengan cara mengangsur. Apabila pembayaran oleh nasabah dilakukan secara tunai atau dengan cara mengangsur, biasanya bank mensyaratkan agar nasabah terlebih dahulu membayar sejumlah uang muka yang diperlukan.


(54)

II.8.6. Pembiayaan Bai’u Istishna’

Bai’u Istishna adalah kontrak penjualan antara pembeli dan pembuat barang atau juga pembiayaan modal kerja misalnya untuk modal kerja industri barang-barang konsumsi, Pembiayaan investasi misalnya untuk mengadakan barang-barang modal seperti mesin-mesin, atau juga pembiayaan konstruksi.

Kembali bank garansi (6) Bayar angsuran (8)

Bayar proyek (7)

Sumber: (Rivai dan Andria, 2001)

Proyek Ruko PT. Angin Ribut

(Kontraktor) Nasabah

Akad Istishna (2a) Akad istishna (2) Negosiasi (1a)

Bank garansi (3a) Bank Bayar uang muka (3a) Syariah

Negosiasi (1)

Gambar II.7. Skema Pembiayaan Bai’u Istishna

Dalam sebuah kontrak bai’u Istishna bisa saja pembeli mengizinkan pembuat menggunakan subkontrak untuk melaksanakan kontrak tersebut. Dengan demikian, pembuat dapat membuat kontrak istishna kedua untuk memenuhi kewajibannya pada


(55)

kontrak pertama. Kontrak baru ini dikenal sebagai Istishna pararel. Bank sebagai pembuat dalam kontrak pertama, tetap merupakan satu-satunya pihak yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kewajibannya. Istishna pararel atau subkontrak, untuk sementara harus dianggap tidak ada. Dengan demikian sebagai shani’(Pembuat/Produsen) pada kontrak pertama, Bank tetap bertanggung jawab atas setiap kesalahan, kelalaian atau pelanggaran kontrak yang berasal dari kontrak pararel.

Sementara itu penerima subkontrak pembuat pada Istishna pararel bertanggung jawab kepada bank sebagai pemesan, dia tidak mempunyai hubungan hukum secara langsung dengan nasabah pada kontrak pertama akad. Bai’u Istishna kedua merupakan kontrak pararel, tetapi bukan merupakan bagian atau syarat untuk kontrak pertama. Dengan demikian kedua kontrak tersebut tidak mempunyai kaitan hukum sama sekali.

Bank sebagai shani atau pihak yang siap membuat atau mengadakan barang, bertanggung jawab kepada nasabah atas kelalaian pelaksanaan subkontrak dan jaminan yang timbul darinya. Kewajiban inilah yang membenarkan keabsahan istishna pararel, sebagai dasar bahwa bank boleh memungut keuntungan kalau ada.

II.8.7. Pembiayaan Ijarah

Transaksi ijarah dilandasi dengan adanya perpindahan manfaat (hak guna), bukan perpindahan kepemilikan (hak milik) jadi pada dasarnya prinsip ijarah sama dengan prinsip jual beli. Perbedaannya terletak pada objek transaksinya, pada jual


(56)

beli objeknya transaksinya barang, sedangkan pada ijarah objek transaksinya adalah barang atau jasa.

Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah atau sewa, tanpa diikuti pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri. Manfaat transaksi ijarah untuk bank adalah keuntungan sewa dan kembalinya uang pokok, sementara jenis pembiayaan ini mengandung resiko mungkin terjadi gagal bayar (default) dimana nasabah tidak membayar cicilan secara sengaja.

Kerusakan juga bisa mengakibatkan biaya pemeliharaan bertambah, apalagi bila disebutkan dalam kontrak biaya pemeliharaan ditanggung oleh lembaga keuangan. Demikian juga apabila nasabah berhenti ditengah kontrak dan tidak mau membeli asset tersebut. Akibatnya bank akan menghitung kembali keuntungan dan mengembalikan sebahagian kepada nasabah.

Bank

Syariah Nasabah

Objek ijarah 1. Permohonan

pembiayaan 3. Akad ijarah

Suplier/Penjual/ Pemilik

Sumber: (Rivai dan Andria,2008)


(57)

II.8.8. Pembiayaan Qardh Al Hasan

Konsep perbankan Islam mengharuskan bank-bank Islam memberikan

pelayanan sosial apakah melalui dan Qard (pinjaman kebajikan) atau zakat dan dana sumbangan sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Disamping itu konsep perbankan islam mengharuskan bank-bank Islam untuk memainkan peran penting di dalam pengembangan sumber daya manusianya dan memberi kontribusi bagi kesejahteraan sosial (Harahap, Wiroso dan Yusuf 2005 : 7 )

Pembiayaan Qardh hasan adalah merupakan pinjaman kebajikan yang diterapkan sebagai produk pelengkap kepada nasabah yang terbukti loyaliyas dan bonafiditasnya, yang membutuhkan dana talangan segera untuk masa yang relatif pendek. Nasabah tersebut akan mengembalikan secepatnya sejumlah uang yang dipinjamnya itu. Qardh hasan juga dapat sebagai fasilitas yang memerlukan dana cepat, sementara ia tidak bisa menarik dananya, mungkin tersimpan dalam deposito dan sebagai produk untuk menyumbang usaha yang sangat kecil atau membantu sektor sosial

Sifat pembiayaan qardh hasan ini tidak memberikan keuntungan finansial bagi bank syariah karena pembiayaan ini hanya mewajibkan nasabah mengembalikan pinjaman pokok saja. Oleh karena itu pendanaan ini dapat diambil untuk membantu keuangan nasabah secara cepat dan jangka pendek yang dapat diambil dari modal bank ataupun untuk membantu usaha sangat kecil dan keperluan sosial, dapat bersumber dari dana zakat,infak dan sadakah.


(58)

Disamping dari sumber dana ummat, para praktisi perbankan syariah, demikian juga ulama, melihat adanya sumber dana lain yang dapat dialokasikan untuk pembiayaan qardh hasan, yaitu pendapatan-pendapatan yang diragukan seperti bung atas jaminan L/C di bank asing, dan sebagainya.

Salah satu pertimbangan memanfaatkan dana-dana ini adalah kaidah akhafuu dhararain (mengmbil mudharat yang lebih kecil), hal ini mengingat jika dana ummat dibiarkan di lembaga-lembaga non muslim mungkin dapat dipergunakan untuk sesuatu yang merugikan islam, misalnya dana kaum muslim arab di bank-bank Yahudi Switzerland. Oleh karenanya dana yang parkir tersebut lebih baik diambil dan diamanfaatkan untuk penanggulangan bencana alam atau membantu dhuafa.

Selain itu qardh hasan dapat memberi manfaat diantaranya memungkinkan nasabah yang sedang mengalami kesulitan mendesak untuk mendapat dana talangan jangka pendek. Pembiayaan ini merupakan ciri pembeda antara bank syariah dan bank konvensional yang didalamnya terkandung misi sosial, disamping misi komersil.

Dengan adanya misi sosial-kemasyarakatan ini akan meningkatkan citra baik dan loyalitas masyarakat terhadap bank syariah. Namun demikian qard hasan mengandung resiko yang tinggi karena dianggap pembiayaan yang tidak perlu ditutup dengan jaminan. Skema Qardh hasan dapat digambarkan seperti dibawah ini:


(59)

Akad Qardh

Nasabah Usaha

Bank syariah

Modal + Keuntungan

(2) (3)

Modal usaha Pengelolaan

(2)

Pinjaman dana (Qardh)

(2)

(1)

Sumber: (Rivai dan Andria, 2008)

Gambar II.9. Skema Pembiayaan Qardh Hasan

II.9. Pembiayaan Bermasalah (Non Performing Financing)

Pembiayaan menurut kualitasnya pada hakikatnya didasarkan atas resiko kemungkinan terhadap kondisi dan kepatuhan nasabah pembiayaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban untuk membayar bagi hasil, serta melunasi pembiayaannya. Jadi unsur utama dalam menentukan kualitas tersebut adalah waktu pembayaran bagi hasil, pembayaran angsuran maupun pelunasan pokok pembiayaan.

Menurut Siamat ( 2001 :174) Pembiayaan bermasalah adalah pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya factor kesengajaan dan atau karena factor eksternal diluar kemampuan kendali nasabah peminjam.


(60)

Dalam perbankan syariah pembiayaan bermasalah sering juga disebut Non Performing Financing dan dapat diukur dari kolektifitasnya. Kolektibilitas merupakan gambaran kondisi pembayaran pokok, bagi hasil dan tingkat kemungkinan diterimanya kembali dana yang ditanamkan dalam surat-surat berharga. Menurut Rivai dan Andria (2008 : 33) kualitas pembiayaan didasarkan atas beberapa criteria antara lain sebagai berikut:

II.9.1. Pembiayaan Lancar (Pass)

Pembiayaan yang digolongkan lancar apabila memenuhi criteria antara lain:

a. Pembayaran angsuran pokok dan / atau bunga tepat waktu: dan

b. Memiliki mutasi rekening yang aktif; atau

c. Bagian dari pembiayaan yang dijamin dengan agunan tunai (cash collateral)

II.9.2. Perhatian Khusus (Spesial Mention)

Pembiayaan digolongkan pembiayaan dalam perhatian khusus apabila memenuhi kriteria:

a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan / atau bunga bagi hasil yang belum

melampaui sembilan puluh hari; atau

b. Kadang-kadang terjadi cerukan; atau

c. Mutasi rekening rekening relatif aktif; atau

d. Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontarak yasang diperjanjikan; atau


(61)

II.9.3. Kurang Lancar (Substandard)

Pembiayaan yang digolongkan kedalam pembiayaan kurang lancar apabila memenuhi kriteria:

a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan / atau bagi hasil

b. Sering terjadi cerukan; atau

c. Frekuensi mutasi rekening relatif rendah; atau

d. Terjadi pelanggaran terhadap kontrakyang diperjanjikan lebih dari sembilan

puluh hari; atau

e. Dokumentasi pinjaman yang lemah

II.9.4. Diragukan (Doubtfull)

Pembiayaan yang digolongkan ke dalam pembiayaan diragukan apabila memenuhi kriteria:

a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan /atau bunga

b. Terjadi cerukan yang bersifat permanen; atau

c. Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari; atau

d. Terjadi kapitalisasi bunga; atau

e. Dokumentasi hukum yang lemah baik untuk perjanjian pembiayaan maupun yang


(62)

II.9.5. Macet (Loss)

Pembiayaan yang digolongkan kedalam pembiayaan macet apabila memenuhi kriteria:

a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan /atau bunga;

b. Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru; atau

c. Dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai

wajar.

Apabila pembiayaan dihubungakan dengan tingkat kolektifitasnya, maka yang digolongkan dengan pembiayaan bermasalah adalah pembiayaan yang memiliki kualitas dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan dan macet.

Kecenderungan kerugian yang timbul dari pembiayaan yang disalurkan pada dasarkan karena antara lain kurangnya perhatian bank secara serius setelah pembiayaan berjalan. Disamping itu minimnya analisis yang dilakukan bank pada saat terjadi perubahan dalam siklus usaha. Oleh karena itu permasalahan yang sesungguhnya adalah masalah deteksi dini.

Bagaimana suatu pembiayaan yang mulai mengalami masalah dapat segera diketahui masih terdapat waktu untuk melakukan tidakan pencegahan dan perlindungandan pencegahan terhadap kerugian. Dengan deteksi dini tersebut akan dapat dihindari kerugian atau resiko yang tidak seharusnya terjadi.


(63)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2009 sampai Januari 2010. melalui penelusuran data di Internet.

III.2. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan survei yaitu dengan menggunakan sampel dimana menurut Singarimbun dan Effendi (1985) bahwa pengertian survei sampel adalah informasi dikumpulkan dari sebagian populasi untuk mewakili seluruh populasi.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dimana menurut Nazir (2005) bahwa: Motede deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.

Sedangkan Arikunto (2006) menyatakan bahwa penelitian kuantitatif memiliki kejelasan unsur yang rinci sejak awal, langkah penelitiannya diberlakukan untuk populasi, memiliki hipotesis jika perlu, memilki disain yang jelas dengan langkah – langkah penelitian dan hasil yang diharapkan, mamerlukan pengumpulan data yang dapat mewakili, serta ada analisis data yang dilakukan setelah semua data terkumpul.


(64)

Sifat penelitian ini adalah deskriptif eksplanatori ( penjelasan) dimana menurut Singarimbun dan Effendi (1985) bahwa penelitian penjelasan menyoroti hubungan antara variabel – variabel penelitian dan menguji hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.

III.3. Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah yang terdaftar pada Bank Indonesia. Adapun alasan pemilihan populasi hanya pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah dan tidak menyertakan Bank Perkreditan Rakyat Syariah dalam populasi karena:

1. BPRS dalam opersionalnya tidak memberikan pelayanan dalam lalulintas pembayaran.

2. Volume usaha BPRS masih terlalu kecil dibanding Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.

Sampel dipilih dengan metode purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Adapun pertimbangan tersebut berdasarkan kriteria- kriteria sebagai berikut :

1. Memberikan laporan keuangan setiap tahun, secara rutin kepada Bank Indonesia

selama periode 2005-2008.

2. Bank yang tidak dalam kondisi dicabut izin usahanya atau dalam kondisi

peralihan kepemilikan.


(65)

Berdasarkan ketentuan tersebut diketahui bahwa jumlah Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah yang terdaftar pada Bank Indonesia berjumlah 32 (tigapuluh dua) bank. 5 (lima) Bank Umum Syariah dan 27 (duapuluh tujuh) Unit Usaha Syariah. Selanjutnya yang rutin memberikan laporan keuangan setiap tahun selama periode 2005-2008, ada 9 (sembilan) bank.

Ringkasan hasil penyeleksian sampel dapat dilihat pada populasi penelitian Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah yang memberikan laporan keuangannya kepada Bank Indonesia. Sejak tahun 2005 sampai tahun 2008 yaitu berjumlah 32 (tigapuluh dua) bank, tetapi dari jumlah tersebut yang memenuhi kriteria pengambilan sampel berjumlah 9 (sembilan) bank. Jadi jumlah data sampel adalah (9x4 = 36) data sampel. 4 diambil dari laporan keuangan masing-masing bank selama 4 tahun pengamatan. Jumlah sampel tersebut digunakan sebagai dasar untuk menguji hipotesis penelitian (lihat Tabel III.1)

Dari kriteria pemilihan sampel dapat digambarkan pada tabel berikut ini:

Tabel III.1. Pemilihan Sampel

No. Keterangan Jumlah

1 Jumlah Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah 32 2 Jumlah bank yang tidak memenuhi kriteria : tidak memenuhi data

2005-2008

23

3 Jumlah bank sesuai kriteria memenuhi data 2005-2008 dan dijadikan sampel dalam penelitian ( 4 tahun amatan)

9

4 Total sampel yang digunakan (4 tahun amatan data pertahun) 9 x 4 = 36 Sumber: Bank Indonesia 2008 (Data sekunder eksternal diolah)


(66)

Sesuai dengan kriteria sampel yang telah ditentukan maka, sampel penelitian adalah berjumlah 9 (sembilan bank)

Tabel III.2. Data Sampel Bank Syariah di Bank Indonesia

No. Nama Bank

1 PT. Bank Muamalat Indonesia 2 PT. Bank Syariah Mandiri

3 PT. Bank Syariah Mega 4

5 6 7 8 9

PT. Bank Permata PT. BPD Jabar & Banten PT. BPD NTB

PT. BPD Riau PT. BPD Aceh

PT. BPD Sumatera Utara

Sumber: Bank Indonesia 2005-2008 (Data sekunder eksternaldiolah)

Bardasarkan Tabel III.2 diatas, maka sampel bank syariah yang memenuhi krtiteria terdiri dari 3 (tiga) Bank Umum Syariah dan dan 6 (enam ) Unit Usaha Syariah.

III.4. Metode Pengumpulan Data

Dalam melakukan penelitian ini penulis melakukan metode pengumpulan data sebagai berikut:

1. Data dikumpul dari publikasi resmi bank Indonesia melalui penelusuran jalur

internet dengan alamat situs www.bi.go.id untuk memperoleh data sekunder.

2. Studi literatur, yaitu dengan mengumpulkan data kepustakaan yang berhubungan


(67)

III.5. Jenis dan Sumber Data

Jenis Data yang digunakan berupa data sekunder yaitu data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi dan tidak memerlukan pengolahan lebih lanjut seperti laporan keuangan tahunan. Data diperoleh dari media internet melalui situs http://www.bi.co.id/ berupa laporan keuangan bank yang dipublikasikan.

Data diperoleh dengan cara mendapatkannya dari luar perusahaan, yang disebut data eksternal (Umar, 2001:70). Dilihat dari dimensi waktu, data yang digunakan adalah data pooling yaitu data yang diperoleh adalah kombinasi antara data runtun waktu (time series) dan data silang tempat (cross section).

Sementara untuk keperluan analisis statistik pengujian model akan digunakan data pertahun laporan keuangan bank syariah. Data bank syariah adalah total data Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS).

Jenis data yang digunakan dan dianalisis dalam penelitian ini adalah data pembiayaan yang disalurkan perbankan syariah, Dana Pihak Ketiga, Aset, Modal dan Non Performing Financing (Pembiayaan bermasalah). Kemudian penulis juga melakukan studi literatur dari beberapa buku, jurnal, majalah, makalah, hasil penelitian mengenai perbankan syariah dan surat kabar.

III.6. Identifikasi Variabel

Dalam penelitian ini terdapat 5 (lima) variabel yang dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu variabel terikat (dependent variable) dan variabel bebas (independent variable).


(68)

Dependen variabel (Y) dalam penelitian ini adalah pembiayaan yang disalurkan perbankan syariah. Sedangkan independen variabel (X) yaitu Dana Pihak Ketiga yang

terdiri dari giro (X1), tabungan (X2), Deposito (X3) serta Non Performing financing

(X4).

III.7. Definisi Operasional Variabel

1. Penyaluran dana (Y) adalah Pembiayaan yang diberikan bank kepada nasabah,

yang terdiri dari empat kategori yaitu: pembiayaan dengan prinsip jual beli, prinsip sewa, prinsip bagi hasil dan akad pelengkap. Indikatonya: besarnya nilai pembiayaan yang dikucurkan bank.

2. Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah total dana yang dihimpun dari masyarakat

berupa:

a. Giro (demand deposit) = X1 Merupakan simpanan yang setiap saat dapat

ditarik dengan cek atau bilyet giro atau sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan pemindah bukuan. Indikator : besarnya nilai giro yang dihimpun oleh bank

b. Tabungan (saving deposit) = X2 Merupakan simpanan yang penarikannya

hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati tetapi tidak bisa ditarik dengan cek, bilyet giro atau alat lain yang dipersamakan dengan itu. Indikator : basarnya nilai tabungan yang dihimpun olah bank

c. Deposito Berjangk (time deposit) = X3 Simpanan yang penarikannya hanya


(1)

No Nama Bank Tahun PYD (Rp/juta)

Giro (Rp/ juta)

Tabungan (Rp/juta)

Deposito (Rp/juta)

NPF (%) 5 PT. BPD Jabar &

Banten

2005 212204 33256 22376 1808 0.13

2006 254625 47161 32820 61824 0.13 2007 309938 64241 58474 57258 0.16 2008 545056 96605 87060 74849 0.11 6 PT. BPD NTB 2005 11623 675 836 2483 0.29

2006 17450 287 1311 791 0.53 2007 27216 505 2616 2909 1.27 2008 43885 457 5782 4687 0.64 7 PT. BPD Riau 2005 26403 3193 7164 5732 1.44

2006 51156 55584 15363 15504 0.44 2007 53191 71516 34622 31298 0.27 2007 128515 38561 81578 44122 0.15 8 PT. BPD Aceh 2005 21910 5518 7642 55277 0.90

2006 51325 49653 29050 58048 0.45 2007 78852 21107 50544 60971 0.70 2008 211390 38188 96729 63877 0.21 9 PT. BPD Sumut 2005 29564 5051 4083 5986 0.20

2006 60210 10311 9608 10677 1.43 2007 111387 19976 29906 26581 1.23 2008 206370 28789 54692 46493 0.59

Sumber : Bank Indonesia 2005-2008 (data diolah)


(2)

LAMPIRAN 4: Data Variabel Dalam Bentuk Logaritma Natural

No Nama Bank Tahun Ln_Y Ln_X1 Ln_X2 Ln_X3 Ln_X4 1 PT. Bank Muamalat 2005 15.63 13.16 14.57 15.10 .69 2006 15.71 13.43 14.73 15.11 1.39 2007 15.96 13.74 15.04 15.29 .00 2007 16.17 13.53 15.18 15.50 1.10 2 PT. Bank syariah Mandiri 2005 15.59 14.05 12.19 15.16 .69 2006 15.83 14.54 14.80 15.07 1.39 2007 16.15 14.43 15.19 15.50 1.10 2008 16.41 14.41 15.46 15.87 .69 3 PT. Bank syariah Mega 2005 13.16 10.61 10.61 13.39 .00 2006 14.56 10.06 10.09 14.46 .00 2007 14.44 11.62 12.95 14.31 .00 2008 14.55 11.75 13.19 14.49 .00 4 PT. Bank Permata 2005 11.50 9.48 8.86 7.93 .96 2006 12.01 9.54 10.21 12.05 1.19 2007 13.13 11.30 10.99 12.46 .41 2008 13.73 12.77 11.48 13.34 .10 5 PT. BPD Jabar & banten 2005 12.27 10.41 10.02 7.50 -2.04 2006 12.45 10.76 10.40 11.03 -2.04 2007 12.64 11.07 10.98 10.96 -1.83 2008 13.21 11.48 11.37 11.22 -2.21


(3)

No Nama Bank Tahun Ln_Y Ln_X1 Ln_X2 Ln_X3 Ln_X4 6 PT. BPD NTB 2005 9.36 6.51 6.73 7.82 -1.24 2006 9.77 5.66 7.18 6.67 -.63 2007 10.21 6.22 7.87 7.98 .24 2008 10.69 6.12 8.66 8.45 -.45 7 PT. BPD Riau 2005 10.18 8.07 8.88 8.65 .36 2006 10.84 10.93 9.64 9.65 -.82 2007 10.88 11.18 10.45 10.35 -1.31 2008 11.76 10.56 11.31 10.69 -1.90 8 PT. BPD Aceh 2005 9.99 8.62 8.94 10.92 -.11 2006 10.85 10.81 10.28 10.97 -.80 2007 11.28 9.96 10.83 11.02 -.36 2008 12.26 10.55 11.48 11.06 -1.56 9 PT. BPD Sumut 2005 10.29 8.53 8.31 8.70 -1.61 2006 11.01 9.24 9.17 9.28 .36 2007 11.62 9.90 10.31 10.19 .21 2009 12.24 10.27 10.91 10.75 -.53

Sumber : Hasil Penelitian 2009 (data diolah)


(4)

LAMPIRAN 5: Hasil Uji Statistik Data Penelitian (output data SPSS)

Variables Entered/Removed(b)

Model Variables Entered

Variables

Removed Method 1

Ln_NPF, Ln_Giro, Ln_Deposito, Ln_Tabungan(ª) . Enter

a All requested variables entered. b Dependent Variable: Ln_PYD

Model Summary(b)

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of

the Estimate Durbin-Watson

1 .954(a) .910 .899 .69008 1.026

a Predictors: (Constant), Ln_NPF, Ln_Giro, Ln_Deposito, Ln_Tabungan b Dependent Variable: Ln_PYD

ANOVA(b)

Model Sum of Squares df

Mean

Square F Sig. 1 Regression 150.126 4 37.531 78.813 .000(a)

Residual 14.762 31 .476

Total 164.888 35

a Predictors: (Constant), Ln_NPF, Ln_Giro, Ln_Deposito, Ln_Tabungan b Dependent Variable: Ln_PYD


(5)

Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.

Collinearity Statistics

B

Std.

Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 3.477 .633 5.490 .000

Ln_Giro .110 .132 .121 .837 .409 .138 7.271 Ln_Tabungan .393 .146 .434 2.703 .011 .112 8.936 Ln_Deposito .321 .106 .409 3.037 .005 .159 6.281 Ln_NPF -.086 .133 -.042 -.646 .523 .680 1.470 a Dependent Variable: Ln_PYD

3 2 1 0 -1 -2 -3

Regression Standardized Residual

12

10

8

6

4

2

0

Freq

uen

cy

Mean = -5.74E-16 Std. Dev. = 0.941 N = 36 Dependent Variable: Ln_PYD


(6)

1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0

Observed Cum Prob

1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0

Expected Cum

Prob

Dependent Variable: Ln_PYD

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

2 1

0 -1

-2

Regression Standardized Predicted Value 4

2

0

-2

-4

R

e

gression

St

udent

ized

Residual

Dependent Variable: Ln_PYD Scatterplot


Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Jumlah Dana Pihak ketiga (DPK), Non Performing Financing (NPF) dan Tingkat Inflasi terhadap Total Pembiayaan yang diberikan oleh Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia (Periode januari 2007-Oktober 2012)

2 24 142

Pengaruh capital adequacy ratio (car), non performing financing (npf), danan pohak ketiga (dpk), sertifikat bank umum syariah (sbis) terhadap penyaluran pembiayaan bank umum syariah periode 2009-2015

0 8 116

Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), dan Non Performing Financing (NPF) Terhadap Likuiditas Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2011-2015

5 20 120

Analisis Faktor Internal dan Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Penyaluran Pembiayaan Pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia

0 10 113

ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA, NON PERFORMINGFINANCING DAN FINANCING TO DEPOSIT RASIO TERHADAP analisis pengaruh dana pihak ketiga, non performing financing, financing to deposit rasio terhadap volume pembiayaan pada bank umum syariah di indonesia

0 3 17

ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA, NON PERFORMINGFINANCING DAN FINANCING TO DEPOSIT RASIO TERHADAP analisis pengaruh dana pihak ketiga, non performing financing, financing to deposit rasio terhadap volume pembiayaan pada bank umum syariah di indonesia

0 3 18

PENGARUH DANA PIHAK KETIGA TERHADAP PENYALURAN KREDIT PADA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA.

0 2 28

PENGARUH DANA PIHAK KETIGA DAN NON PERFORMING FINANCING (NPF) TERHADAP PENYALURAN PEMBIAYAAN PADA BANK UMUM SYARIAH YANG BEROPERASI DI INDONESIA.

0 9 48

Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing Financing (NPF), dan Bonus SWBI Terhadap Penyaluran Dana Bank Syariah (Studi Kasus pada PT Bank Syariah Mega Indonesia).

0 0 2

PENGARUH DANA PIHAK KETIGA TERHADAP PENYALURAN DANA PERBANKAN SYARIAH DI SUMATERA BARAT

0 0 12