Dampak Kenaikan Harga Pembelian Pemerintah (Hpp) Gabah Terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah (Kasus : Desa Melati Ii, Kec. Perbaungan, Kab. Serdang Bedagai)

DAMPAK KENAIKAN HARGA PEMBELIAN PEMERINTAH (HPP) GABAH TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH
(Kasus : Desa Melati II, Kec. Perbaungan, Kab. Serdang Bedagai)
SKRIPSI
Oleh :
BONARDO RITONGA 060309034
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2011

DAMPAK KENAIKAN HARGA PEMBELIAN PEMERINTAH (HPP) GABAH TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH
(Kasus : Desa Melati II, Kec. Perbaungan, Kab. Serdang Bedagai)
SKRIPSI
BONARDO RITONGA 060309034 PKP
Diajukan Kepada Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat
Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing,

Ketua,

Anggota,

(Ir. A.T.Hutajulu, MS)


(Emalisa, SP, M.Si)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2011

2

ABSTRAK
BONARDO RITONGA (060309034) dengan judul skripsi “Dampak Kenaikan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Gabah Terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah (Studi Kasus : Desa Melati II, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai)”. Penelitian ini dibimbing oleh Ir. A.T. Hutajulu, MS selaku ketua komisi pembimbing skripsi dan Emalisa, SP, M.Si selaku anggota komisi pembimbing skripsi.
Penelitian dilakukan untuk mengetahui kesesuaian harga penjualan gabah petani, mengetahui perbedaan harga penjualan gabah petani sebelum dan sesudah kenaikan HPP Tahun 2010 yang ditetapkan pemerintah, mengetahui perbedaan pendapatan petani sebelum dan sesudah kenaikan HPP gabah tahun 2010 yang ditetapkan pemerintah, mengetahui sikap petani terhadap HPP yang ditetapkan pemerintah.
Penentuan daerah penelitian dilakukan secara secara purposive dan metode pengambilan sampel adalah stratified proporsionate random sampling atas dasar luas lahan yang diusahakan padalahan sawah sebanyak 30 sampel. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder dan dianalisis dengan menggunakan uji beda rata-rata dan dengan alat bantu perangkat lunak SPSS.
Berdasarkan hasil peneliti dapat dikemukakan pertama ada perbedaan harga jual gabah petani dengan harga pembelian pemerintah (HPP), artinya petani menjual gabah di atas harga HPP yang ditetapkan pemerintah walaupun informasi kenaikan HPP tersebut sama sekali tidak diketahui petani; kedua ada perbedaan harga jual gabah petani sebelum dan sesudah kenaikan HPP Tahun 2010, artinya harga jual gabah sesudah kenaikan HPP dari harga sebelum kenaikan HPP Tahun 2010 lebih tinggi; ketiga ada perbedaan pendapatan petani sebelum dan sesudah kenaikan HPP tahun 2010, artinya petani mengalami peningkatan pendapatan setelah kenaikan HPP tahun 2010 yang ditetapkan pemerintah; keempat sikap petani terhadap kenaikan harga pembelian pemerintah (HPP) adalah negatif.
Kata Kunci : Dampak, HPP, Gabah, Pendapatan dan Padi Sawah.
3

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pematangsiantar pada tanggal 03 Oktober 1988 dari Ayah Y. Ritonga dan Ibu M. Hutagalung. Penulis merupakan putra kedua dari tiga bersaudara.
Jenjang pendidikan : 1. Tahun 2000 penulis lulus sekolah dasar dari SD YPK Pematangsiantar. 2. Tahun 2003 penulis lulus sekolah menengah pertama dari SLTP Negeri 2
Pematangsiantar. 3. Tahun 2006 penulis lulus sekolah menengah atas dari SMA Negeri 4

Pematangsiantar. 4. Tahun 2006 penulis diterima di Program Studi Agribisnis Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). 5. Tahun 2010 penulis mengikuti praktek kerja lapangan (PKL) di Desa Parbuluan V, Kecamatan Parbuluan, Kabupaten Dairi. 6. Tahun 2010 penulis melakukan penelitian di Desa Melati II, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai. Selama mngikuti perkuliahan, penulis mengikuti Kegiatan organisasi Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP) masa bakti 2007-2008.
4

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat dan rahmatNyalah penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan judul “Dampak Kenaikan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Gabah Terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah” dengan mengambil studi kasus di Desa Melati II, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ir. A. T. Hutajulu, MS selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu Emalisa, SP, M.Si selaku anggota komisi Pembimbing yang telah banyak memberikan masukan, arahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.
Ucapan terima kasih penulis persembahkan kepada Ayahanda Y. Ritonga dan Ibunda M. Hutagalung tercinta, atas kesabaran, doa, cinta dan kasih sayang yang menjadi motivasi terbesar bagi penulis beserta keluarga yang telah memberikan doa dan dukungan bagi penulis selama melakukan penelitian.
Terima kasih penulis ucapkan kepada teman-teman terbaik Rais, DJ, Fadli, Rico, Alik, Eko, Rani, Dian, Maharani, Radel atas bantuan, dukungan dan doanya selama ini, serta rekan-rekan seperjuangan SEP 2006 dan pihak-pihak lain yang telah membantu penulis.
Semoga skripsi ini bermanfaat.
Penulis
5

DAFTAR ISI
ABSTRAK .......................................................................................
RIWAYAT HIDUP .........................................................................
KATA PENGANTAR.....................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................
DAFTAR TABEL ...........................................................................
DAFTAR GAMBAR.......................................................................

PENDAHULUAN............................................................................
Latar Belakang ............................................................................. Identifikasi Masalah ..................................................................... Tujuan Penelitian ......................................................................... Kegunaan Penelitian.....................................................................
TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................
Tinjauan Pustaka .......................................................................... Landasan Teori............................................................................. Kerangka Pemikiran..................................................................... Hipotesis Penelitian......................................................................
METODE PENELITIAN ...............................................................
Metode Penentuan Daerah Penelitian ......................................... Metode Penentuan Sampel.......................................................... Metode Pengumpulan Data ......................................................... Metode Analisis data................................................................... Definisi dan Batasan Operasional ...............................................
Deskripsi Daerah Penelitian Dan Karakteristik Petani Sampel..
Luas dan Topografi Desa ............................................................ Keadaan Penduduk...................................................................... Tata Guna Tanah ......................................................................... Sarana dan Prasarana................................................................... Karakterisitik Petani Sampel.......................................................
HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................
Sistem Usahatani Padi Sawah ...................................................... Pengolahan Lahan ......................................................... Pembibitan .................................................................... Penanaman .................................................................... Pemupukan .................................................................... Penyiangan .................................................................... Pemberantasan Hama dan Penyakit ..............................

Hal
i
ii
iii
iv
vi
viii
1
1 7 8 8

9
9 14 20 23
24
24 24 24 25 27
29
29 29 31 32 33
35
35 35 35 36 36 36 37
6

Panen ............................................................................. Analisis Ekonomi Usahatani Padi Sawah ....................................
Bibit ............................................................................... Pupuk ............................................................................ Obat-Obatan .................................................................. Tenaga Kerja ................................................................. Penyusutan Alat ............................................................ Biaya PBB..................................................................... Produksi dan Panen ....................................................... Pendapatan .................................................................... Kesesuaian Harga Penjualan Gabah Petani Dengan HPP 2010.... Perbedaan Harga Jual Gabah Petani Sebelum & Sesudah HPP.... Perbedaan Pendapatan Bersih Petani Sebelum & Sesudah HPP .. Sikap Petani Terhadap Harga Pembelian Pemerintah 2010...........
KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................
Kesimpulan .................................................................................. Saran.............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

37 38 38 39 40 42 43 44 44 45 46 49 51 53
56
56 57


7

DAFTAR TABEL
1. Perkembangan Harga Pembelian Pemerintah Lima Tahun Terakhir 3 2. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Sawah Kabupaten Serdang
Bedagai Menurut Kecamatan Tahun 2008....................................... 5 3. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Sawah Menurut di
Kecamatan Perbaungan.................................................................... 6 4. Persyaratan Kuantitatif Gabah ......................................................... 12 5. Distribusi Populasi dan Sampel Petani Berdasarkan Luas Lahan.... 24 6. Spesifikasi Pengumpulan Data......................................................... 25 7. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Melati II.. 30 8. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Melati II 30 9. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Melati II 31 10. Keadaan Tata Guna Tanah di Desa Melati II…………………….. 32 11. Sarana dan Prasarana di Desa Melati II……………….................. 32 12. Karakteristik Petani Sampel di Desa Melati II…………………… 33 13. Jumlah Biaya Bibit Padi Sawah di Desa Melati II……………….. 38 14. Rincian Penggunaan dan Harga Pupuk…………………………… 39 15. Jumlah dan Biaya Pupuk Dalam Usahatani Padi Sawah…………. 40 16. Rincian Penggunaab Obat-Obatan………………………………... 41 17. Jumlah dan Biaya Obat-Obatan Usahatani Padi Sawah…………... 41 18. Penggunaan Biaya Tenaga Kerja Rata-rata Usahatani Padi Sawah Sebelum
dan Sesudah Kenaikan HPP 2010………………………………… 42 19. Distrbusi Biaya Penyusutan Peralatan Usahatani Padi Sawah…… 43 20. Distribusi Biaya PBB Sebelum dan Sesudah Kenaikan HPP 2010 44 21. Produksi dan Penerimaan Usahatani Padi Sawah Sebelum dan Sesudah
Kenaikan HPP…………………………………………………… 45 22. Pendapatan Bersih Petani Sebelum dan Sesudah Kenaikan HPP 2010 46 23. Perbandingan Harga Jual Gabah Petani Dengan HPP…………… 48 24. Perbandingan Harga Jual Gabah Petani Sebelum dan Sesudah Kenaikan
Harga Pembelian Pemerintah Tahun 2010………………………. 50 25. Hasil Uji Beda Rata-rata Harga Jual Gabah Sebelum dan Sesudah
Kenaikan HPP Tahun 2010……………………………………… 50
8

26. Penerimaan, Biaya Total dan Pendapatan Rata-rata Sebelum dan Sesudah Kenaikan HPP 2010……………………………………………... 52
27. Hasil Uji Beda Rata-rata Pendapatan Bersih Sebelum dan Sesudah Kenaikan HPP Tahun 2010……………………………………… 53
28. Sikap Petani Terhadap Harga Pembelian Pemerintah Tahun 2010 54
9

DAFTAR GAMBAR Hal
1. Pola Tanam Padi Sawah di Desa Melati II....................................... 7 2. Skema Kerangka Pemikiran............................................................. 22

10

ABSTRAK
BONARDO RITONGA (060309034) dengan judul skripsi “Dampak Kenaikan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Gabah Terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah (Studi Kasus : Desa Melati II, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai)”. Penelitian ini dibimbing oleh Ir. A.T. Hutajulu, MS selaku ketua komisi pembimbing skripsi dan Emalisa, SP, M.Si selaku anggota komisi pembimbing skripsi.
Penelitian dilakukan untuk mengetahui kesesuaian harga penjualan gabah petani, mengetahui perbedaan harga penjualan gabah petani sebelum dan sesudah kenaikan HPP Tahun 2010 yang ditetapkan pemerintah, mengetahui perbedaan pendapatan petani sebelum dan sesudah kenaikan HPP gabah tahun 2010 yang ditetapkan pemerintah, mengetahui sikap petani terhadap HPP yang ditetapkan pemerintah.
Penentuan daerah penelitian dilakukan secara secara purposive dan metode pengambilan sampel adalah stratified proporsionate random sampling atas dasar luas lahan yang diusahakan padalahan sawah sebanyak 30 sampel. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder dan dianalisis dengan menggunakan uji beda rata-rata dan dengan alat bantu perangkat lunak SPSS.
Berdasarkan hasil peneliti dapat dikemukakan pertama ada perbedaan harga jual gabah petani dengan harga pembelian pemerintah (HPP), artinya petani menjual gabah di atas harga HPP yang ditetapkan pemerintah walaupun informasi kenaikan HPP tersebut sama sekali tidak diketahui petani; kedua ada perbedaan harga jual gabah petani sebelum dan sesudah kenaikan HPP Tahun 2010, artinya harga jual gabah sesudah kenaikan HPP dari harga sebelum kenaikan HPP Tahun 2010 lebih tinggi; ketiga ada perbedaan pendapatan petani sebelum dan sesudah kenaikan HPP tahun 2010, artinya petani mengalami peningkatan pendapatan setelah kenaikan HPP tahun 2010 yang ditetapkan pemerintah; keempat sikap petani terhadap kenaikan harga pembelian pemerintah (HPP) adalah negatif.
Kata Kunci : Dampak, HPP, Gabah, Pendapatan dan Padi Sawah.
3

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pentingnya ketahanan pangan dalam pembangunan nasional sudah bukan lagi topik perdebatan. Pemerintah dan rakyat, yang diwakili oleh parlemen dan organisasi non pemerintah, sepakat bahwa ketahanan pangan harus menjadi salah satu prioritas dalam pembangunan nasional. Paling tidak ada tiga alasan penting yang melandasi kesadaran semua komponen bangsa atas pentingnya ketahanan pangan. Pertama, akses atas pangan yang cukup dan bergizi bagi setiap penduduk merupakan salah satu pemenuhan hak azasi manusia. Kedua, konsumsi pangan dan gizi yang cukup merupakan basis bagi pembentukan sumberdaya manusia yang berkualitas. Ketiga, ketahanan pangan merupakan basis bagi ketahanan ekonomi, bahkan bagi ketahanan nasional suatu negara berdaulat (Deptan, 2002b).
Karena itu jumlah penduduk Indonesia cukup besar dan terus berkembang, sektor pertanian (sebagai sumber penghasil dan penyedia utama pangan) diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pangan yang cukup besar dan terus berkembang dalam jumlah, keragaman dan mutunya. Telah menjadi kebijakan nasional untuk memenuhi sejauh mungkin kebutuhan konsumsi bangsanya dari produksi dalam negeri, karena secara politis Indonesia tidak ingin tergantung kepada negara lain. Untuk itu, sektor pertanian menghadapi tantangan yang cukup kompleks. Tantangan ini juga terus berkembang secara dinamis seiring dengan perkembangan sosial, budaya, ekonomi dan politik. Perkembangan sektor pertanian juga tidak terisolasi dari suasana reformasi dan segala dinamika aspirasi
11

masyarakatnya dan perubahan tatanan pemerintahan ke arah desentralisasi, yang secara keseluruhan sedang mencari bentuknya (Deptan, 2002b)
Pemerintah Indonesia mempunyai komitmen yang tinggi dalam mewujudkan ketahanan pangan bagi rakyatnya. Komitmen yang tinggi tersebut telah diwujudkan dalam bentuk kebijakan-kebijakan dan program-program peningkatan produksi pangan, khususnya beras. Besarnya perhatian pemerintah terhadap ekonomi perberasan ini didasari oleh pertimbangan bahwa beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia, serta bahwa usahatani padi merupakan sumber pendapatan dan sumber lapangan pekerjaan bagi sebagian masyarakat pedesaan (Suryana dan Mardianto, 2001).
Salah satu dari kebijakan harga yang ditetapkan pemerintah tersebut adalah mengenai harga gabah dan beras yang telah dilakukan pemerintah sejak 1973 dan telah mengalami perubahan/ penyesuaian. Kebijakan ini ditetapkan atas dasar pertimbangan dalam rangka untuk meningkatkan produksi pangan nasional serta untuk meningkatkan pendapatan petani melalui jaminan harga yang wajar (Anonimus, 2002).
Upaya peningkatan produksi dan pendapatan petani dihadapkan pada berbagai kendala dan masalah. Kekeringan dan banjir yang tidak jarang mengancam produksi dibeberapa daerah, penurunan produktivitas lahan pada sebagian areal pertanaman, hama penyakit tanaman yang terus berkembang, dan tingkat kehilangan hasil pada saat dan setelah panen yang masih tinggi merupakan masalah yang perlu dipecahkan serta tidak adanya pencatatan usahatani menyebabkan petani tida dapat menghitung berapa besar keuntungan/ kerugian

12

yang diperoleh. Hal ini penting artinya dalam upaya meningkatkan pendapatan petani dan kesejahteraannya (Sumaryanto dan Sudaryanto, 2001).

Dalam menanggulangi masalah di atas, pemerintah telah mengeluarkan beberapa instrumen kebijakan jangka pendek yang pada intinya dimaksudkan untuk mencegah terjadinya gejolak harga. Kebijakan tersebut antara lain adalah: Pertama penetapan harga pembelian pemerintah (HPP) untuk padi/beras; dan Kedua pengenaan tarif, kuota, dan pengaturan waktu impor serta operasi pasar untuk komoditas tersebut (Deptan, 2004)

Penetapan harga pembelian pemerintah (HPP) dapat dilihat dari perubahan dan penyesuaian HPP gabah selama empat tahun terakhir pada tabel 1 berikut.

Tabel 1. Perkembangan Harga Pembelian Pemerintah Lima Tahun Terakhir

Instruksi Presiden

Jenis Harga (Rp/Kg)

No.13 Tahun 2005,

GKP

1.730


Tgl 10 Oktober 2005, berlaku mulai 1 Januari 2006

GKG BERAS

2.280 2.250 3.550

No.1 Tahun 2008,

GKP

2.200

Tgl 22 April 2008, berlaku mulai 22 April 2008

GKG

2.240 2.800 2.840

BERAS


4.300

No.8 Tahun 2008,

GKP

2.400

Tgl 24 Desember 2008, berlaku mulai 1 Januari 2009

GKG

2.440 3.000 3.040

BERAS

4.600

No.7 Tahun 2009,


GKP

2.640

Tgl 29 Desember 2009, berlaku mulai 1 Januari 2010

GKG

2.685 3.300 3.345

BERAS

5.060

Sumber : Dinas Pertanian Sumatera Utara, 2010

Keadaan Di penggilingan Di gudang penyimpanan Di penggilingan Di gudang penyimpanan
Di petani Di penggilingan Di penggilingan Di gudang BULOG Di gudang BULOG
Di petani Di penggilingan Di penggilingan Di gudang BULOG Di gudang BULOG
Di petani Di penggilingan Di penggilingan Di gudang BULOG Di gudang BULOG


13

Dari Tabel 1 dapat dikemukakan bahwa setiap tahun harga pembelian pemerintah (HPP) gabah ditingkat petani selalu terjadi kenaikan. Periode 1 Januari 2006 – april 2008 terdapat kenaikan HPP gabah Rp 470/Kg (27,17%) sementara april 2008 – 1 Januari 2009 terdapat kenaikan HPP Rp 200/Kg (9,03%) dan periode 1 Januari 2009 – 1 Januari 2010 terdapat kenaikan Rp 240/Kg (10%), demikian juga HPP gabah dan beras ditingkat penggilingan dan digudang Bulog.
Meski demikian, kenaikan HPP gabah dan beras yang berlaku 1 Januari 2010 itu adalah sangat penting bagi petani. Sebab musim panen padi sudah mulai terjadi. Dengan HPP yang baru itu, maka setidaknya pertama, jatuhnya harga gabah petani saat panen raya tiba bisa dicegah. Kedua, ada dampak psikologis positif dari kenaikan HPP ini kepada harga gabah di tingkat petani, sehingga pendapatan petani naik. Ketiga, memberikan gairah kepada petani untuk terus menanam padi karena pemerintah terbukti masih memberikan perhatian pada nasib petani melalui penetapan HPP baru ini (Sinartani, 2010).
Walaupun demikian dampak penetapan HPP gabah yang baru ini bagi petani masih perlu dipertanyakan. Untuk itu penelitian perlu dilakukan terutama bagi daerah yang telah memasuki masa panen Januari-Februari 2010. Kebupaten Serdang Bedagai salah satu kabupaten sentra produksi padi sawah yang pada umumnya semua daerah masa panen Januari – Februari 2010. Gambaran luas panen, produksi, produktivitas padi sawah di Kabupaten Serdang Bedagai menurut Kecamatan dapat dilihat pada Tabel 2.
14

Tabel 2. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Sawah Kebupaten Serdang Bedagai Menurut Kecamatan Tahun 2008

No Kecamatan
1 Kotarih 2 Dolok Masihul 3 Sipispis 4 Dolok Merawan 5 Tebing Tinggi 6 Bandar Khalifah 7 Tanjung Beringin 8 Teluk Mengkudu 9 Sei Rampah 10 Perbaungan 11 Pantai Cermin 12 Silinda 13 Bintang Bayu 14 Serba Jadi 15 T. Syahbandar 16 Sei Bamban 17 Penggajahan

Luas Panen
(Ha) 620 4.008 803
0 5.270 6.814 9.058 5.152 5.881 11.101 6.770 580 688 1.981 2.255 9.703 2.485

Produksi
(Ton) 2.349 18.997 3.704
0 24.978 32.299 41.850 24.448 27.935 53.283 32.090 2.489 3.176 9.458 10.406 46.091 11.868

Jumlah

73.169

345.430

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Serdang Bedagai 2008

Produktivitas
(Kw/Ha) 37,89 47,40 46.15 0.00 47.40 47.40 47.20 47.45 47.50 48.00 47.40 42.95 46.15 47.75 46.15 47.50 47.75
47,21

Berdasarkan Tabel 2. dapat dilihat bahwa kecamatan Perbaungan memiliki produksi tertinggi pada tahun 2008 sebesar 53.283 Ton dengan luas panen 11.101

Ha dan produktivitas 48.00 Kw/Ha dan 82,2 % desa yang terdapat di kecamatan Perbaungan menghasilkan padi sawah.

Gambaran luas panen, produksi dan produktivitas padi sawah di Kecamatan Perbaungan menurut Desa dapat dilihat pada Tabel 3.

15

Tabel 3. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Sawah di Kecamatan Perbaungan

No Desa/Kelurahan

Luas Panen (Ha)

1 Adolina

-

2 Batang Terap

-

3 Bengkel

301

4 Cinta Air

613

5 Cintaman Jernih

335

6 Deli Muda Ilir

-

7 Deli Muda Ulu

-

8 Jambur Pulau

397

9 Kesatuan

717

10 Kota Galuh

231

11 Lidah Tanah

400

12 Lubuk Bayas

873

13 Lubuk Cemara

281

14 Lubuk Dendang

390

15 Lubuk Rotan

676

16 Melati I

715

17 Melati II

1847

18 Pematang Sijonam

468

19 Pematang Tatal

157

20 Simpang Tiga Pekan

80

21 Suka Beras

1175

22 Suka Jadi

346

23 Sungai Buluh

920

24 Sungai Naga Lawan

1214

25 Sungai Sijenggi

95

26 Tanah Merah

457

27 Tanjung Buluh

-

28 Tualang

593

Jumlah

13281

Sumber : Kantor Kecamatan Perbaungan 2007

Produksi
(Ton) -
1956 2923 2144
2340 3531 1053 2160 3687 1918 2496 3226 3476 8720 2905 904 512 5420 2013 4182 6568 604 2424 3235 68397

Produktivitas
(Ton/Ha) -
6,49 4,76 6,4
5,89 4,92 4,55 5,4 4,22 6,82 6,4 4,77 4,86 4,72 6,20 5,75 6,4 4,61 5,81 4,54 5,41 6,35 5,30 5,45 5,15

Dari Tabel 3 dapat dikemukakan bahwa Desa Melati II merupakan desa yang ada di Kecamatan Perbaungan sebagai sentra produksi padi dan telah panen bulan Januari 2010. Kemudian kondisi ini disesuaikan dengan pola tanam di desa tersebut sebagai berikut :

16

Gambar : Pola Tanam Padi Sawah di Desa Melati II, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai.
Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Ags Sep Okt Nov Des Jan

Palawija

MT I Padi Sawah

MT II Padi Sawah

Dari hasil pra survey yang telah dilakukan dapat dikemukakan terdapat

petani yang menjual gabahnya di atas harga HPP. Dari pengamatan di lapangan

petani belum tentu mau menjual gabahnya pada pemerintah walaupun pemerintah

telah menaikkan harga pembelian pemerintah. Hal inilah yang mendorong penulis

untuk melakukan penelitian sejauh mana dampak kenaikan harga HPP gabah yang

ditetapkan pemerintah itu terhadap pendapatan petani di daerah penelitian.

Identifikasi Masalah Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dirumuskan beberapa pokok permasalahan dalam penelitian ini, yaitu :
1. Apakah petani menjual gabahnya sesuai dengan HPP yang ditetapkan pemerintah?
2. Bagaimana perbedaan harga penjualan gabah sebelum dan sesudah kenaikan HPP gabah tahun 2010 yang ditetapkan pemerintah?
3. Bagaimana perbedaan pendapatan petani sebelum dan sesudah kenaikan HPP gabah tahun 2010 yang ditetapkan pemerintah?
4. Bagaimana sikap petani terhadap HPP gabah tahun 2010 yang ditetapkan pemerintah?

17

Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui kesesuaian harga penjualan gabah petani dengan HPP yang ditetapkan pemerintah.
2. Untuk mengetahui perbedaan harga penjualan gabah petani sebelum dan sesudah kenaikan HPP tahun 2010 yang ditetapkan pemerintah.
3. Untuk mengetahui perbedaan pendapatan petani sebelum dan sesudah kenaikan HPP gabah tahun 2010 yang ditetapkan pemerintah.
4. Untuk mengetahui sikap petani terhadap HPP tahun 2010 yang ditetapkan pemerintah.
Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai bahan pertimbangan pemerintah daerah dan instansi terkait dalam menciptakan kestabilan harga gabah untuk meningkatkan pendapatan petani.
2. Sebagai bahan referensi atau sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan, baik pihak akademis maupun non-akademis.
18

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
Tinjauan Pustaka Padi termasuk golongan tanaman semusim atau tanaman muda yaitu tanaman yang biasanya berumur pendek, kurang dari satu tahun dan hanya satu kali berproduksi, setelah berproduksi akan mati atau dimatikan. Tanaman padi dapat dikelompokkan dalam dua bagian, yaitu :
a. Bagian vegetatif, yaitu terdiri dari akar, batang dan daun. b. Bagian generatif, yaitu terdiri dari malai atau bulir bunga dan bunga, dan
bentuk gabah. Padi dapat hidup dengan baik di daerah yang berhawa panas dan banyak mengandung uap air. Dengan kata lain, padi dapat hidup dengan baik di daerah beriklim panas yang lembab (Pitojo, 2003).
Padi perlu dipanen pada saat yang tepat untuk mencegah kemungkinan mendapat gabah berkualitas rendah yang masih banyak mengandung butir hijau dan butir kapur. Padi yang dipanen muda jika digiling akan menghasilkan banyak beras pecah (Utomo dan Nazaruddin, 1996).
Pemerintah terkadang menetapkan suatu harga minimum bagi barang atau jasa tertentu, yang disebut harga dasar. Pemerintah bisa saja sekedar mengumumkan suatu harga dasar komoditi tertentu dengan menjamin suatu harga tertentu dengan membeli kelebihan penawaran dari barang itu dengan harga tersebut. Pemerintah ikut campur tangan dalam pasar komoditi pertanian dalam usaha menstabilkan harga-harga dan pendapatan sektor pertanian untuk menghadapi fluktuasi
19

permintaan jangka pendek dan yang tak terkendali serta fluktuasi permintaan musiman.
Fluktuasi pendapatan pertanian bisa dikurangi dengan cara melakukan pembentukan asosiasi produsen yang akan menyimpan sisa hasil panen ketika melimpah dan menjualnya dari gudang tersebut ketika panen rendah atau dengan pembelian pemerintah secukupnya serta kemudian menjualnya di pasar terbuka (Richard dkk, 1993).
Sejalan dengan upaya jangka panjang, upaya jangka pendek dengan mengoptimalkan lahan sawah konvensional perlu ditingkatkan. Upaya tersebut hanya dapat dilakukan melalui peningkatan produktivitas dengan penggunaan teknologi. Penggunaan teknologi yang intensif di masa lalu dilakukan dengan dorongan kebijakan pemerintah yang berupa pembangunan dan rehabilitasi sistem irigasi, pembangunan pabrik pupuk, pemberian subsidi pupuk dan pestisida, kebijakan harga dasar gabah, penyediaan kredit usahatani, dan peningkatan lembaga penyuluhan (Notohaiprawiro, 2006).
Harga pasar dari sebuah barang dapat mempengaruhi tingkat upah, sewa, bunga dan laba atas pembayaran faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja, tanah, modal dan skill. Dalam metode tersebut sebenarnya harga menjadi suatu pengatur dasar pada sistem perekonomian secara keseluruhan karena mempengaruhi alokasi sumber-sumber yang ada (Angipora, 1999).
Kualitas produk merupakan hal yang perlu mendapat perhatian utama dari produsen/petani, mengingat kualitas suatu produk berkaitan erat dengan masalah kepuasan konsumen, yang merupakan tujuan dari kegiatan pemasaran yang
20

dilakukan produsen. Setiap produsen harus memilih tingkat kualitas yang akan membantu atau menunjang usaha untuk meningkatkan atau mempertahankan posisi produk itu dalam pasar sasarannya. Kualitas produk menunjukkan ukuran tahan lamanya produk itu, dapat dipercayai produk itu, dapat dipercayainya produk tesebut, ketepatan produk, mudah mengoperasikan dan memeliharanya serta atribut lain yang dinilai. Dari segi pandangan pemasaran, kualitas diukur dalam ukuran persepsi pembeli tentang mutu/kualitas produk tersebut. Kebanyakan produk disediakan atau diadakan pada mulanya berawal pada satu di antara beberapa kualitas, yaitu kualitas rendah, kulitas rata-rata (sedang), kulitas baik (tinggi), dan kulitas sangat baik (Assauri, 1996).
Peranan pemerintah dengan lembaga penyanggah (BULOG) yang bertujuan untuk memantau, menjaga dan menstabilkan harga dan pasokan beras di pasar sangat diharapkan. Harga pembelian pemerintah terhadap gabah dilakukan dengan memenuhi persyaratan mutu gabah, yaitu :
1. Persyaratan Kualitatif : - bebas hama dan penyakit - bebas bau busuk dan asam bau-bau lainnya - bebas dari bahan kimia dan sisa-sisa pupuk, insektisida, fungisida dan bahan kimia lainnya. - Gabah tidak boleh panas.
2. Persyaratan Kuantitatif :
21

Tabel 4. Persyaratan Kuantitatif Gabah

Komponen Mutu No 1 Kadar Air (% maksimum) 2 Gabah hampa (% maksimum) 3 Butir rusak + butir kuning (% maksimum) 4 Butir mengapung + gabah muda (% masimum) 5 Butir masak (% maksimum) 6 Butir asing (% maksimum) 7 Gabah varietas lain (% maksimum)
Sumber : Dinas Pertanian Sumatera Utara 2010

Kualitas I II 14 14 12 25 15 12 - 0,5 25

III 14 3 7 10 4 1 10

Masalah produksi beras merupakan salah satu masalah utama yang telah ditangani

sejak zaman kemerdekaan Republik Indonesia. Sejarah telah membuktikan bahwa

segala upaya yang dilakukan pemerintah dan masyarakat membawa sukses besar,

yaitu dengan tercapainya swasembada beras pada tahun 1984. tercapainya sukses

besar tersebut ternyata tidak lepas dari dinamika perubahan kebijakan dan

program serta dinamika perubahan kelembagaan pendukung produsi beras di

dalam negeri (Suryana dan Mardianto, 2001).

Keputusan petani menanam padi akan dipengaruhi oleh expected income (price) dari gabah yang dihasilkan. Petani secara individu (mungkin) tidak peduli apakah keputusan mereka menanam atau tidak menanam padi akan mempengaruhi ketahanan pangan jangka panjang atau tidak. Namun tentu tidak demikian bagi pemerintah, karena pemerintah berkepentingan terhadap berlangsungnya usahatani padi untuk melaksanakan Undang-undang Pangan (Suryana dan Mardianto, 2001).

Mekanisme harga yang mantap masih merupakan masalah yang belum terpecahkan dan karena harga beras sangat sensitif, pemecahan masalah

22

penyediaan beras dengan segala usaha yang dijalankan dewasa ini berkisar pada pelaksanaan yang tepat yang mencakup :
 Penentuan jenis-jenis pangan yang tepat  Dalam jumlah yang tepat  Dengan harga yang tepat  Ditempat-tempat yang tepat pada waktu yang tepat (Puspoyo, 1993).
Pendugaan model pasar gabah/beras menunjukkan tidak nyatanya pengaruh harga GKP terhadap luas areal panen di tingkat petani. Ini menunjukkan dalam jangka pendek, kebijakan harga gabah/ beras tidak berpengaruh terhadap performa usaha tani padi. Dengan demikian, berbagai argumen yang menyatakan bahwa peningkatan harga GKP akan merangsang peningkatan luas areal panen dan sempitnya rata-rata penguasaan lahan di tingkat petani. Sempitnya penguasaan lahan oleh petani menyebabkan kegiatan usaha tani tidak bisa diandalkan sebagai sumber pendapatan keluarga (Deptan, 2002a)
Permintaan padi/ beras pada masa mendatang akan sangat bergantung pada pertumbuhan penduduk dan perkembangan ekonomi suatu negara. Ada empat faktor yang dipakai oleh penentu kebijakan sebagai penduga permintaan beras. Keempat faktor tersebut adalah :
• Kecepatan pertumbuhan penduduk • Tingkat pendapatan dan pendugaan peningkatan pendapata riil. • Elastisitas pendapatan oleh padi yang menghubungkan perubahan
pendapatan dan pembelian padi
23

• Pendugaan perubahan harga padi bila dibandingkan dengan bahan makanan pengganti, seperti gandum dan jagung (Suparyono dan Setyono, 1993).
Kebijakan output merupakan langkah pemerintah untuk mendorong kenaikan output dengan cara, antara lain berupa pemotongan tarif pajak dan efisiensi birokrasi yang dapat menyebabkan biaya tinggi. Meningkatnya output yang disertai efisiensi produksi akan membuat harga menjadi lebih murah, sehingga dapat menekan laju inflasi. Sedangkan kebijakan harga berupa pematokan harga (ceiling price) untuk barang-barang tertentu (pada umumnya menyangkut barang kebutuhan pokok) oleh pemerintah. Tentu langkah semacam ini sangat ampuh untuk mencegah kenaikan harga yang menyebabkan inflasi, namun cara pematokan harga dapat membuat fungsi pasar menjadi bias (Saludin, 2008).
Landasan Teori Sebagaimana telah diketahui pada umunya petani masih mengalami kesulitan dalam usaha meningkatkan taraf hidupnya. Hambatan-hambatan yang dihadapi oleh petani dalam usaha meningkatkan kesejahteraan hidupnya dapat berupa lemahnya modal, rendahnya tingkat pendidikan, dan keterampilan serta lemahnya bergaining position yang dimiliki oleh petani itu sendiri. Fasilitas yang dapat diberikan kepada petani dapat berupa sarana produksi pertanian berupa sarana produksi pertanian seperti bibit tanaman unggul, pupuk, obat-obatan, pembasmi hama dan biaya tenaga kerja yang diperlukan untuk membayar upah buruh yang melakukan pekerjaan yang seharusnya dilakukan oleh petani itu sendiri (Soekartawi, 1988).
24

Kebutuhan manusia memang cenderung meningkat secara kuantitatif maupun kualitatif. Pendidikan yang dilaluinya, lingkungan pergaulannya, seleranya yang makin berkembang dan keterbukaan daerahnya, kesemuanya ini berpengaruh terhadap perkembangan kebutuhannya. Namun, keterbatasan sarana untuk memenuhinya, mengakibatkan hanya sebagian, pada umumnya sebagian kecil kebutuhan berkembang menjadi keinginan. Keinginan akan barang tertentu yang didukung oleh daya beli merupakan permintaan akan barang yang bersangkutan. Untuk dapat tepenuhinya permintaan tersebut perlu dipertemukan dengan penawaran akan barang yang sama. Pertemuan ini disebut pasar. Dalam pasar, harga pada dasarnya hanya ditentukan oleh permintaan, namun pengusaha dapat bertahan pada harga tertentu dimana tinggi rendahnya antara lain ditentukan oleh sifat barang yang dijual (tahan lama atau tidak) dan kebutuhannya akan uang tunai (Djojodipuro, 1991).
Bagi pemerintah, peranan pemasaran dirasakan disamping memberikan kesempatan lapangan kerja juga sekaligus sebagai usaha untuk mendapatkan sumber pendapatan negara baik dari bea cukai, penerimaan devisa negara, pajak perseroan dan pungutan lainnya. Selain itu, melalui pemasaran pemerintah dapat menentukan berbagai kebijakannya, terutama kebijakan bea masuk dan larangan impor, kebijakan subsidi harga, dan kebijakan pembelian pemerintah (Assauri, 1996).
Penetapan harga yang dilakukan oleh banyak produsen menggunakan berbagai metode yang berbeda dalam bentuk menetapkan harga dasar bagi barang dan jasa
25

yang dihasilkan. Ada beberapa metode yang dapat digunakan sebagai rancangan dan variasi dalam penetapan harga yang terdiri:
 Harga yang didasarkan pada biaya total ditambah laba yang diinginkan.  Harga didasarkan pada keseimbangan antara perkiraan permintaan pasar
dengan suplai (biaya produksi dan pemasaran).  Harga didasarkan pada kondisi-kondisi pasar yang bersaing.
Penetapan harga yang ditetapkan atas dasar kekuatan pasar adalah suatu penetapan metode penetapan harga yang berorientasi pada kekuatan pasar di mana harga jual dapat ditetapkan sama dengan harga jual pesaing, di atas harga pesaing atau di bawah harga pesaing (Angipora, 1999).
Analisis usaha budidaya pada berbagai pola tanam dimaksudkan agar petani dapat memandang usahataninya sebagi bisnis komersil yang menguntungkan. Dengan adanya suatu analisis mengenai tingkat pendapatan petani pada berbagai pola tanam maka dapat diketahui langkah-langkah penyelesaian dalam efisiensi input sehingga nilai besaran pendapatan dapat maksimal. Pendapatan merupakan penerimaan yang diperoleh sseorang atau rumah tangga pada periode tertentu. Ada 3 sumber pendapatan menurut (Soekartawi, 1995) antara lain :
1. Pendapatan dari upah atau gaji yaitu berupa balas jasa atas kesediaan menjadi tenaga kerja.
2. Pendapatan aset produktif merupakan aset yang memberikan pemasukan atas balas jasa penggunaannya.
3. Pendapatan dari pemerintah merupakan pendapatan yang diterima bukan sebagai balas jasa atas input yang diberikan.
26

Pada analisis usahatani, maka data tentang penerimaan, biaya dan pendapatan usahatani perlu diketahui. Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pernyataan ini dapat dinyatakan antara lain sebagai berikut :

Keterangan :

TR = Y . P

TR = Total Revenue (Total Penerimaan)

Y = Produksi yang diperoleh dalam usahatani

P = Harga

Biaya total merupakan total biaya sarana produksi yang digunakan dalam

usahatani selama proses produksi berlangsung. Pernyataan ini dapat ditulis

sebagai berikut :

Keterangan :

TC = FC + VC

TC = Total Cost (Biaya Total)

FC = Fix Cost (Biaya Tetap)

VC = variable Cost (Biaya Tidak Tetap)

Pendapatan berupa uang merupakan penghasilan yang bersifat reguler yang

diterima sebagai balas jasa. Sedangkan pendapatan petani adalah total penerimaan

yang diperoleh petani dari usahatani yang diusahakannya dikurangi dengan total

pengeluaran atau biaya yang dikeluarkan. Pernyataan ini dapat dinyatakan sebagai

berikut :

Pd = TR - TC

27

Keterangan : Pd = Pendapatan TR = Total Revanue (Total Penerimaan) TC = Total Cost (Total Biaya) Jumlah pendapatan yang besar menunjukkan besarnya modal yang dimiliki untuk mengelola usahataninya sedangkan jumlah pendapatan yang kecil menunjukkan investasi yang menurun sehingga berdampak buruk terhadap usahataninya (Soekartawi, 1993).
Untuk mengetahui seberapa besar keuntungan suatu usaha perlu dihitung titik impas atau Break Event Point. Break Event Point (BEP) merupakan suatu keadaan impas atau kembali modal sehingga usaha tidak untung dan tidak rugi atau hasil penjualan sama dengan biaya yang dikeluarkan.
BEP = Total Biaya produksi Total produksi
Kebijakan beras selama ini mengacu kepada upaya proteksi yang ditujukan kepada petani produsen dan konsumen sekaligus. Proteksi kepada petani produsen dilakukan karena lemahnya posisi petani bila harus berhadapan langsung dengan instabilitas harga dipasar dunia dan instabilitas sektor ekonomi dan moneter. Sabagian besar petani berlahan sempit (rata-rata 0,25 Ha). Mereka menghadapi potensi ancaman turunnya harga sebagai akibat adanya konsentrasi panen, dimana sekitar 65% produksi pertahun terjadi pada bulan Februari-Mei, dan sementara itu
28

petani menghadapi tingginya biaya produksi sebagai akibat kenaikan harga masukan/input, tenaga kerja, suku bunga dan sewa lahan (Puspoyo, 1999).
Sikap merupakan produk dari proses sosialisasi dimana seseorang bereaksi sesuai dengan rangsangan yang diterimanya. Jika sikap mengarah kepada objek tertentu, berarti bahwa penyesuaian diri terhadap objek tersebut dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan kesediaan untuk bereaksi dari orang tersebut terhadap objek (Mar’at, 1984).
Latar belakang sosial ekonomi dan budaya maupun politik sangat mempengaruhi cepat atau lambatnya suatu inovasi dapat diterima oleh petani. Beberapa faktor yang penting yang mempengaruhi penerapan inovasi sebagai berikut :
• Umur • Pendidikan • Keberanian mengambil resiko • Pola hubungan masyarakat dengan dunia luar • Sikap terhadap perubahan
(Mosher, 1997). Para petani yang berusia lanjut, berumur 50 tahun keatas, biasanya fanatik terhadap tradisi dan sulit untuk diberikan pengertian-pengertian yang dapat mengubah cara berpikir, cara kerja dan cara hidupnya. Mereka ini bersikap apatis terhadap adanya teknologi baru.(Kartasapoetra, 1994).
Teori psikologi menyebutkan bahwa di dalam sikap terdapat komponen kognitif, afektif, dan konatif. Kognitif berhubungan dengan keyakinan, ide, dan konsep.
29

Afektif menyangkut kehidupan emosional individu dihubungkan dengan obyek psikologinya, sedangkan konatif merupakan kecenderungan individu untuk bertingkah laku tertentu. Sikap yang ditunjukkan seseorang tergantung jalan pikiran dan perasaan individu terhadap situasi tertentu. Jalinan pikiran dan perasaan tersebut dimunculkan dalam bentuk tingkah laku positif atau negatif. Ketiga komponen diatas saling berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap suatu objek. Mengukur sikap tersebut digunakan skala likert, dengan melakukan perskalaan dalam metode ini, sejumlah pernyataan sikap telah ditulis berdasarkan pada rancangan skala yang diungkapkan. Responden akan diminta untuk menyatakan setuju atau tidak setuju terhadap isi pernyataan dalam lima macam kategori jawaban, yaitu Sangat Tidak Setuju (STS = 0), Tidak Setuju (TS = 1), Ragu-ragu (R = 2), Setuju (S = 3), Sangat Setuju (SS = 4) (Azwar, 2003).
Kerangka Pemikiran Petani adalah individu yang melakukan suatu usahatani. Usahatani yang dimaksud yaitu berupa usaha yang dilakukan oleh petani pemilik, penggarap atau penyewa lahan pada sebidang tanah yang dikuasainya, tempat petani mengelola input produksi yang tersedia dengan segala pengetahuan dan kemampuannya untuk memperoleh hasil.
Jumlah produksi dan produktivitas dapat diketahui setelah adanya hasil yang dicapai yaitu melalui panen berikutnya dimana antara perbedaan pendapatan yang diterima oleh petani dapat dilihat dari pendapatan yang diperoleh setelah menghitung biaya produksi yang telah dikeluarkan selama dalam proses produksi.
30

Sikap merupakan hasil dari proses sosialisasi dimana seseorang bereaksi sesuai dengan rangsangan yang diterimanya. Mengukur bagaimana sikap petani padi sawah maka perlu dilakukan upaya-upaya pendekatan terhadap masing-masing pihak karena sikap merupakan suatu hal yang tertutup dimana pada keadaan tertentu sikap dapat ditunjukkan melalui perilaku walaupun tidak selamanya menunjukkan sikap yang ada dalam dirinya. Salah satu upaya yang dibuat pemerintah untuk memproteksi petani padi sawah dan konsumen adalah penetapan HPP gabah. Agar harga jual gabah di tingkat petani produsen tidak ditekan oleh para agen atau KUD maka dibuat suatu kebijakan mengenai Harga Pembelian Pemerintah terhadap gabah dimana diberlakukan 1 Januari 2010. Tanggapan atas hal ini menghasilkan dua kelompok sikap petani, yaitu sikap positif dan negatif. Sikap positif menyatakan kesetujuannya terhadap kenaikan HPP gabah, sedangkan sikap negatif menyatakan ketidaksetujuannya terhadap kenaikan HPP gabah. Dari uraian di atas maka secara skematis kerangka pemikiran dapat dikemukakan sebagai berikut :
31

SEBELUM HPP 2010

PETANI PADI SAWAH
USAHATANI PADI SAWAH PRODUKSI GABAH
PENERIMAAN
PENDAPATAN

SESUDAH HPP 2010
BIAYA PRODUKSI

POSITIF

SIKAP PETANI

NEGATIF

Gambar : Skema Kerangka Pemikiran

Keterangan :

: Rangkaian Usahatani : Berpengaruh langsung

32

Hipotesis Penelitian Adapun hipotesis penelitian adalah sebagai berikut :
1. Ada perbedaan harga penjualan padi sebelum dan sesudah kenaikan HPP yang ditetapkan oleh pemerintah.
2. Ada perbedaan pendapatan petani sebelum dan sesudah kenaikan HPP yang ditetapkan oleh pemerintah.
33

METODE PENELITIAN

Metode Penentuan Wilayah Penelitian Metode penentuan wilayah penelitian ditentukan secara “purposive” yaitu secara sengaja dengan Desa terpilih adalah Desa Melati II dengan pertimbangan bahwa Desa ini memiliki luas panen, produksi dan produktivitas tertinggi dari 28 desa di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai. (Lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 3).

Metode Penentuan Sampel

Petani padi sawah Desa Melati II mempunyai populasi yang berjumlah 1936 KK

dan sampel ditentukan sebanyak 30 KK. Penentuan sampel dilakukan dengan

metode stratified proporsionate random sampling, yaitu sampel di ambil secara

acak, berstrata, dan proporsional berdasarkan luas lahan. Dengan tujuan agar

pengambilan sampel terwakili dari semua populasi. Distribusi populasi dan

sampel dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5. Distribusi Populasi dan Sampel Petani Berdasarkan Luas Lahan

Strata

Klasifikasi

I ≤ 0,5 Ha

II > 0,5Ha

Total

Sumber : Kantor Kepala Desa Melati II, 2009

Populasi 1380 556 1936

Sampel 21 9 30

Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari petani dengan metode wawancara langsung
34

dengan petani dengan menggunakan daftar kuisioner yang telah dipersiapkan

terlebih dahulu. Data sekunder diperoleh dari berbagai informasi lembaga atau

instansi serta literatur yang mendukung penelitian.

Tabel 6. Spesifikasi Pengumpulan Data

No. Jenis Data

Sumber

1 Identitas Petani

Petani

2

Deskripsi Daerah Penelitian

Kantor Kepala Desa

3 HPP tahun 2010

Dinas Pertanian

4 Harga jual gabah petani Petani

5

Pendapatan sebelum dan sesudah kenaikan HPP

Petani

6

Sikap petani terhadap HPP

Petani

Metode Wawancara Observasi
√√ √√ √√ √√ √√
√√

Metode Analisis Data Semua data yang telah diperoleh terlebih dahulu ditabulasi, selanjutnya dianalisis sesuai dengan hipotesis yang digunakan.
Untuk hipotesis 1 dianalisis secara deskriptif yaitu dengan megumpulkan data tentang harga penjualan petani dan membandingkannya dengan HPP gabah yang ditentukan oleh pemerintah.
Untuk hipotesis 2 dan 3 dianalisis dengan menggunakan uji beda rata-rata atau thitung dengan uji 2 arah, yaitu menganalisis perbedaan pendapatan dan harga bagi petani pada saat sebelum dan sesudah kenaikan HPP tahun 2010 dengan menggunakan alat bantu program SPSS :

th = X 1 − X 2 S 1+1 n1 n2

35

S 2 = (n1 −1)s12 + (n2 −1)s22 (n1 − n2 ) − 2
Keterangan : X1 = rata-rata variabel I (sebelum kenaikan HPP) X2 = rata-rata variabel II(setelah kenaikan HPP) n1 = jumlah sampel variabel I n2 = jumlah sampel variabel II s1 = simpangan baku dari variabel I s2 = simpangan baku dari variabel II
Dengan Kriteria Uji : H1 diterima = -tt ≤ th ≤ tt H0 diterima = -th < -tt atau th > tt

Untuk masalah 4 dianalisis secara deskriptif dengan mengumpulkan data sikap petani terhadap harga HPP yang ditetapkan pemerintah, yaitu dengan menggunakan sikap Likert. Untuk pernyataan positif jawabab STS diberi nilai 0, jawaban TS diberi nilai 1, jawaban R diberi nilai 2, jawaban S diberi nilai 3, dan jawaban SS diberi nilai 4. sebaliknya bagi pernyataan negatif, responden STS diberi nilai 4, TS diberi nilai 3, R diberi nilai 2, S diberi nilai 1, responden SS diberi nilai 0.

Skor sikap tersebut diubah menjadi skor standar dengan rumus :

T

=

50

+

 10

X



− S

X

  

36

Keterangan : T : skor standar X : nilai skor X : rata-rata skor S : deviasi standar Uji kriteria : T > 50 = sikap positif. T ≤ 50 = sikap negatif.
Definisi dan Batasan Operasional Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini, maka dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut : Definisi
1. Petani padi sawah adalah petani yang mengusahakan komoditi padi di areal persawahan.
2. Gabah yaitu tanaman hasil tanaman padi yang telah dilepaskan dari tangkainya dengan cara perontokan.
3. Harga Pembelian Pemerintah (HPP) adalah harga gabah yang ditetapkan pemerintah terhitung berlaku sejak 1 Januari 2010.
4. Penerimaan usahatani padi sawah adalah hasil produksi dikali dengan harga produksi dalam satu musim tanam dengan satuan Rp/MT
5. Biaya produksi adalah jumlah total biaya sarana produksi yang digunakan dalam usahatani padi sawah selama 1 musim tanam yang dinyatakan dalam Rp/MT.
37

6. Pendapatan usahatani padi sawah adalah selisih total penerimaan dengan total biaya produksi yang dinyatakan dalam Rp/MT
7. Produktivitas usahatani padi sawah adalah nilai bobot hasil tanaman per satuan luas dalam 1 musim tanam atau jumlah hasil produksi per luas lahan yang dinyatakan dalam Ton/Ha
8. Sikap adalah hasil dari suatu proses sosialisasi dimana seseorang bereaksi sesuai dengan rangsangan yang diterimanya.
9. Sikap positif adalah sikap yang menyatakan kesetujuan dalam menanggapi kenaikan harga pembelian pemerintah.
10. Sikap negatif adalah sikap yang menyatakan ketidaksetujuan dalam menanggapi kenaikan harga pembelian pemerintah.
Batasan Operasional 1. Daerah penelitian adalah Desa Melati II Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai. 2. Sampel penelitian adalah petani yang melakukan usahatani padi sawah di Desa Melati II Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai pada musim tanam bulan April 2009 sampai Januari 2010. 3. Sebelum kenaikan HPP merupakan usahatani padi sawah pada musim tanam I periode April – Agustus 2009. 4. Sesudah kenaikan HPP merupakan usahatani padi sawah pada musim tanam II periode September – Januari 2010. 5. Waktu penelitian dilaksanakan pada tahun 2010.
38

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL
Deskripsi Daerah Penelitian Luas dan Topografi Desa Desa melati II terletak di Kecam

Dokumen yang terkait

Analisis Perhitutungan Biaya Sumberdaya Domestik Komoditi Padi Sawah di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai

2 102 247

Analisis Komparasi Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Budidaya Nonorganik, Semiorganik, dan Organik (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas, Kec. Perbaungan, Kab. Serdang Bedagai)

3 187 177

Perkembangan Teknologi Budidaya Padi Sawah Yang Diterapkan Petani Untuk 5 Tahun Terakhir SertaDampaknya Terhadap Sosial Ekonomi Petani di DesaLubuk Bayas Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai

1 50 146

Pengaruh Kenaikan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Gabah per 1 Januari 2010 terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah

4 29 103

Faktor – Faktor Ekonomi Yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Padi Di Daerah Irigasi Perbaungan Kab. Serdang Bedagai

0 49 74

Analisis Pendapatan Pada Petani Padi Sawah Terhadap Kesejahteraan (Studi Kasus : Desa Lubuk Bayas Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai)

19 173 117

Analisis Pendapatan Petani Miskin Dan Implikasi Kebijakan Pengentasannya Di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai

2 39 92

Analisis Hubungan Faktor Pendukung Pembangunan Pertanian Dengan Produksi Padi Sawah (Studi Kasus : Desa Melati Ii, Kec Perbaungan, Kab Serdang Bedagai)

0 0 16

Analisis Hubungan Faktor Pendukung Pembangunan Pertanian Dengan Produksi Padi Sawah (Studi Kasus : Desa Melati Ii, Kec Perbaungan, Kab Serdang Bedagai)

0 1 24

Analisis Hubungan Faktor Pendukung Pembangunan Pertanian Dengan Produksi Padi Sawah (Studi Kasus : Desa Melati Ii, Kec Perbaungan, Kab Serdang Bedagai)

0 0 7