Pengaruh Kenaikan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Gabah per 1 Januari 2010 terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah

(1)

PENGARUH KENAIKAN HARGA PEMBELIAN PEMERINTAH (HPP) GABAH PER 1 JANUARI 2010 TERHADAP

PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH

Studi Kasus : Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan Beringin,

Kabupaten Deli Serdang

SKRIPSI

OLEH :

DAHLAN SIJABAT

070309013

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PENGARUH KENAIKAN HARGA PEMBELIAN PEMERINTAH (HPP) GABAH PER 1 JANUARI 2010 TERHADAP

PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH

Studi Kasus : Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan Beringin,

Kabupaten Deli Serdang

SKRIPSI

OLEH :

DAHLAN SIJABAT

070309013

Diajukan Kepada Program Studi Agribisinis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Untuk Memenuhi Sebagian

Dari Syarat-Syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing,

Ketua, Anggota,

(Ir. Asmi Tiurland Hutajulu, MS.) (Ir. Sinar Indra Kesuma Ginting, MSi.)

NIP:194606181980032001 NIP: 196509261993031002

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

ABSTRAK

Dahlan Sijabat (070309013), dengan judul skripsi “Pengaruh Kenaikan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Gabah per 1 Januari 2010 terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah”. Studi Kasus : Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang, dengan dibimbing oleh Ibu Ir. Asmi Tiurland Hutajulu M.S dan Bapak Ir. Sinar Indra Kesuma Ginting M.Si.

Harga Pembelian Pemerintah (HPP) gabah adalah besaran harga terendah yang ditetapkan oleh pemerintah terhadap gabah sesuai dengan kualitas gabah tersebut yang tujuannya untuk melindungi petani dengan adanya jaminan harga yang wajar. Kebijakan penetapan harga pembelian pemerintah ini diharapkan disamping untuk menjaga stabilitas harga, juga diharapkan dapat mendorong peningkatan produksi beras (padi) dan menjamin peningkatan pendapatan petani. Metode penelitian dilakukan secara purposive, metode penarikan sampel dilakukan dengan metode stratified random sampling. Metode analisis yang digunakan adalah diuji dengan menggunakan analisis deskriptif dan metode uji beda rata-rata menggunakan rumus t-hitung dengan uji 2 arah sebelum dan sesudah kenaikan HPP gabah (Paired Sample T-test).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Persentase kenaikan harga penjualan gabah petani dengan kenaikan HPP gabah per 1 Januari 2010 di daerah penelitian tergolong sedang yaitu sebesar 19,39 %. Ada perbedaan pendapatan usahatani petani padi sawah sebelum dan sesudah kenaikan HPP gabah 1 Januari 2010. Pendapatan sesudah kenaikan HPP gabah per 1 Januari 2010 meningkat sebesar Rp 2.327.290 (18,73 %) dari pendapatan sebelum kenaikan HPP gabah per 1 Januari 2010. Ada beberapa masalah yang dihadapi petani padi sawah di daerah penelitian dalam menjalankan kegiatan usahataninya yaitu Benih yang digunakan petani kualitasnya rendah, Serangan hama ulat penggulung daun, keong mas dan sundep menyebabkan produksi menurun. Harga jual gabah pada saat panen rendah. Dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapi maka upaya-upaya yang dilakukan petani adalah Petani memilih benih sendiri walaupun benih yang digunakan tersebut bukan yang bersertifikat dengan melakukan perendaman sehingga benih yang kosong akan terapung. Upaya mengatasi serangan hama sundep dilakukan dengan penyemprotan dengan menggunakan insektisida Spontan secara teratur, keong mas diatasi dengan cara penyemprotan insektisida Molluscic secara teratur dan ulat penggulung daun diatasi dengan penyemprotan insektisida Match. Harga jual pada saat panen yang rendah maka upaya yang dilakukan petani hanya menjual gabahnya dengan jumlah tertentu cukup untuk membayar pengeluaran usahatani yang mendesak seperti membayar sewa lahan atau iuran irigasi dan lain-lain.


(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sibuntuon pada tanggal 15 Mei 1989 dari Ayah A. Sijabat dan alm. Ibu K. Sihotang. Penulis merupakan anak kesembilan dari sepuluh bersaudara.

Penulis mengikuti pendidikan sebagai berikut:

1. Sekolah Dasar di SD Negeri 177081 Sitaretareon, Samosir, masuk pada tahun 1995 dan lulus pada tahun 2001.

2. Sekolah Menengah Pertama di SMP Budi Mulia Pangururan, masuk tahun 2001 dan lulus pada tahun 2004.

3. Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Pangururan, masuk pada tahun 2004 dan lulus pada tahun 2007.

4. Tahun 2007 masuk di Departemen Agribisnis, Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

Selama perkuliahan, Penulis aktif dalam kegiatan organisasi IMASEP (Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian), POPMASEPI (Perhimpunan Organisasi Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian Indonesia), dan IMK (Ikatan Mahasiswa Katolik). Penulis juga aktif dalam mengikuti perlombaan karya ilmiah seperti lomba menulis ilmiah pelajar dan mahasiswa Sumatera Utara dan Aceh pada tanggal 7 Juni 2010. Penulis melakukan praktek kerja lapangan (PKL) di Desa Mekar Mulio, Kecamatan Sei Balai, Kabupaten Batu Bara dari tanggal 27 Juli sampai 27 Juli 2011. Pada bulan Oktober 2010, Penulis melaksanakan penelitian di Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasihNya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini berjudul “Pengaruh Kenaikan Harga Pembelian Pemerintah

(HPP) Gabah per 1 Januari 2010 terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah”.

Studi kasus: Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang. Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah Diajukan Kepada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian.

Pada kesempatan ini, Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Ir. Asmi Tiurland Hutajulu, M.S selaku ketua komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada Penulis dari mulai menetapkan judul, melakukan penelitian, sampai ujian akhir.

2. Bapak Ir. Sinar Indra Kesuma Ginting, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada Penulis dari mulai menetapkan judul, melakukan penelitian, sampai ujian akhir.

3. Ibu Dr. Ir. Salmiah, M.Si selaku ketua Program Studi Agribisnis FP USU 4. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku sekretaris Program Studi

Agribisnis FP USU.

5. Kepada para dosen, staff pegawai Program Studi Agribisnis FP USU. 6. Bapak Sitohang selaku kepala desa, Desa Sidoarjo II Ramunia. 7. Para petani sampel di daerah penelitian.

8. Seluruh instansi terkait dalam penelitian, yang telah membantu Penulis dalam memperoleh data selama penulisan skripsi ini.

Dengan segala ketulusan dan kerendahan hati serta hormat, Penulis

mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua ayah A. Sijabat dan alm K. Sihotang, atas kasih sayang, nasihat, motivasi serta dukungan moril dan


(6)

materi yang diberikan kepada Penulis, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Juga kepada saudara-saudaraku yang telah memberi semangat, motivasi, doa dan harapan serta bantuannya selama ini serta kepada rekan seperjuangan stambuk 2007 FP USU, terlebih seluruh mahasiswa program studi Agribisnis yang tetap semangat dan berani untuk menghadapi tantangan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu Penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca demi tercapainya karya terbaru kedepannya.

Akhir kata, tak ada gading yang tak retak dan memaafkan dari hati yang tulus lebih berharga daripada sekotak emas. Semoga skripsi ini bermanfaat. Terima Kasih.

Medan, Agustus 2011


(7)

DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Kegunaan Penelitian ... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka ... 11

2.2 Landasan Teori ... 15

2.3 Kerangka Pemikiran ... 21

2.4 Hipotesis Penelitian ... 25

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 26

3.2 Metode Penentuan Sampel ... 26

3.3 Metode Pengumpulan Data... 27

3.4 Metode Analisis Data ... 28

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional 3.5.1 Defenisi ... 30

3.5.2 Batasan Operasional ... 31

IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL 4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ... 32

4.2 Keadaan Penduduk ... 32

4.3 Penggunaan Tanah ... 34


(8)

4.5 Karakteristik Sampel ... 36

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Usahatani Padi Sawah di Daerah Penelitian 5.1.1 Pengolahan Lahan ... 38

5.1.2 Persemaian ... 38

5.1.3 Penanaman ... 39

5.1.4 Pengairan ... 40

5.1.5 Pemupukan ... 40

5.1.6 Penyiangan ... 41

5.1.7 Pemberantasan Hama dan Penyakit ... 41

5.1.8 Panen... 42

5.1.9 Pascapanen ... 43

5.2 Analisis Ekonomi Usahatani Padi Sawah Sebelum dan Sesudah Kenaikan HPP Gabah... 44

5.3 Analisis Persentase Kenaikan Harga Penjualan petani dibanding HPP Gabah per 1 Januari 2010 ... 49

5.4 Analisis Perbedaan Pendapatan Usahatani Padi sawah Sebelum dan Sesudah Kenaikan HPP Gabah ... 51

5.5 Masalah-masalah yang Dihadapi Petani Padi Sawah di Daerah Penelitian .... 53

VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 55

6.2 Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Hal.

1. Perkembangan Harga Pembelian Pemerintah Lima Tahun Terakhir ... 5 2. Luas Panen, Produksi, Produktivitas Tanaman Padi Sawah di Kabupaten

Deli Serdang Tahun 2009 ... 6 3. Luas Panen, Produksi, Produktivitas Padi Sawah di Kecamatan

Beringin Tahun 2009 ... 7 4. Jumlah Kepala Keluarga Menurut Komposisi Mata Pencaharian di Desa

Sidoarjo II Ramunia Tahun 2010 ... 8 5. Kriteria Kualitas Gabah ... 14 6. Distribusi Populasi dan Sampel Petani Padi Sawah berdasarkan Luas Lahan

di Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010 ... 27 7. Spesifikasi Pengumpulan Data ... 28 8. Parameter untuk Mengukur Persentase Kenaikan Harga ... 29 9. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Sidoarjo II

Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010 ... 33 10. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Sidoarjo II

Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010 ... 34 11. Luas dan Jenis Penggunaan Tanah di Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan

Beringin, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010 ... 34 12. Sarana dan Prasarana di Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan Beringin,

Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010 ... 35 13. Rekapitulasi Karakteristik Petani Sampel di Desa Sidoarjo II Ramunia,

Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang ... 36 14. Jumlah Benih yang Digunakan Sebelum dan Sesudah Kenaikan HPP 1

Januari 2010 ... 39 15. Jumlah Pupuk yang Digunakan Sebelum dan Sesudah Kenaikan HPP di

Daerah Penelitia ... 41 16. Jumlah Obat-obatan yang Digunakan Sebelum dan Sesudah Kenaikan HPP

di Daerah Penelitian ... 42 17. Analisis Ekonomi Usahatani Padi Sawah di Desa Sidoarjo II Ramunia,

Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang ... 45 18. Distribusi Biaya Pupuk dan Obat-obatan Sebelum dan Sesudah Kenaikan

HPP di Daerah Penelitian ... 47 19. Analisis Persentase Kenaikan Harga Penjualan Petani Gabah Kering Giling

dibanding HPP per 1 Januari 2010 ... 49 20. Frekwensi Petani berdasarkan Persentase Kenaikan Harga Penjualan Gabah

dengan HPP Gabah per 1 Januari 2010 ... 51 21. Analisis Perbedaan Pendapatan Usahatani Padi Sawah Sebelum (April-Juli

2009) dan Sesudah (April-Juli 2010) Kenaikan HPP Gabah di Desa


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Hal.

1. Pola Tanam Padi Sawah di Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan

Beringin, Kabupaten Deli Serdang ... 8 2. Kerangka Pemikiran ... 24


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lamp. Judul Hal.

1 Karakteristik Sampel Petani Padi Sawah ... 58 2 Distribusi Penggunaan Sarana Produksi Benih, Pupuk dan Pestisida per

Petani

per Musim Tanam pada Usahatani Padi Sawah di Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009-2010 ... 59 3 Distribusi Penggunaan Sarana Produksi Benih, Pupuk dan Pestisida per

Hektar

per Musim Tanam pada Usahatani Padi Sawah di Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009-2010 ... 60 4a Distribusi Biaya Penggunaan Sarana Produksi Benih, Pupuk dan Pestisida

per Petani per Musim Tanam Sebelum Kenaikan HPP Gabah (April-Juli 2009)

di Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten

Deli Serdang (Rp.000) ... 61 4b Distribusi Biaya Penggunaan Sarana Produksi Benih, Pupuk dan Pestisida

per Hektar per Musim Tanam Sebelum Kenaikan HPP Gabah (April-Juli 2009)

di Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten

Deli Serdang (Rp.000) ... 62 5a Distribusi Biaya Penggunaan Sarana Produksi Benih, Pupuk dan Pestisida

per Petani per Musim Tanam Sesudah Kenaikan HPP Gabah (April-Juli 2010)

di Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten

Deli Serdang (Rp.000) ... 63 5b Distribusi Biaya Penggunaan Sarana Produksi Benih, Pupuk dan Pestisida

per Hektar per Musim Tanam Sesudah Kenaikan HPP Gabah (April-Juli 2010)

di Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten

Deli Serdang (Rp.000) ... 64 6 Distribusi Curahan Tenaga Kerja Menurut Macam Kegiatan per Petani

per Musim Tanam pada Usahatani Padi Sawah di Desa Sidoarjo II

Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009-2010 ... 65 7 Distribusi Curahan Tenaga Kerja Menurut Macam Kegiatan per Hektar


(12)

Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009-2010 ... 66 8a Distribusi Biaya Tenaga Kerja Menurut Macam Kegiatan per Petani

per Musim Tanam Sebelum Kenaikan HPP (April-Juli 2009) pada Usahatani Padi Sawah di Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan

Beringin, Kabupaten Deli Serdang (Rp.000) ... 67 8b Distribusi Biaya Tenaga Kerja Menurut Macam Kegiatan per Petani

per Musim Tanam Sesudah Kenaikan HPP (April-Juli 2010) pada Usahatani Padi Sawah di Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan

Beringin, Kabupaten Deli Serdang (Rp.000) ... 68 9a Distribusi Biaya Tenaga Kerja Menurut Macam Kegiatan per Hektar

per Musim Tanam Sebelum Kenaikan HPP (April-Juli 2009) pada Usahatani Padi Sawah di Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan

Beringin, Kabupaten Deli Serdang (Rp.000) ... 69 9b Distribusi Biaya Tenaga Kerja Menurut Macam Kegiatan per Hektar

per Musim Tanam Sesudah Kenaikan HPP (April-Juli 2010) pada Usahatani Padi Sawah di Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan

Beringin, Kabupaten Deli Serdang (Rp.000) ... 70 10a Produksi dan Produktivitas Usahatani Padi Sawah per Musim Tanam

Sebelum Kenaikan HPP (April-Juli 2009) di Desa Sidoarjo II Ramunia,

Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang ... 71 10b Produksi dan Produktivitas Usahatani Padi Sawah per Musim Tanam

Sesudah Kenaikan HPP (April-Juli 2010) di Desa Sidoarjo II Ramunia,

Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang ... 72 11a Distribusi Penggunaan Alat dan Umur Ekonomis per Petani pada

Usahatani Padi Sawah di Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan

Beringin, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009-2010 ... 73 11b Distribusi Nilai Alat dan Nilai Sisa per Petani pada Usahatani Padi sawah

di Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009-2010 (Rp.000) ... 74 11c Distribusi Nilai Alat dan Penyusutan per Petani per Musim Tanam pada

Usahatani Padi sawah di Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan

Beringin, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009-2010 (Rp.000) ... 75 12a Biaya Produksi, Penerimaan, dan Pendapatan Usahatani Padi Sawah

per Petani per Musim Tanam Sebelum Kenaikan HPP Gabah

(April-Juli 2009) di Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan Beringin,

Kabupaten Deli Serdang (Rp.000) ... 76 12b Biaya Produksi, Penerimaan, dan Pendapatan Usahatani Padi Sawah


(13)

per Petani per Musim Tanam Sesudah Kenaikan HPP Gabah

(April-Juli 2010) di Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan Beringin,

Kabupaten Deli Serdang (Rp.000) ... 77 13a Biaya Produksi, Penerimaan, dan Pendapatan Usahatani Padi Sawah

per Hektar per Musim Tanam Sebelum Kenaikan HPP Gabah

(April-Juli 2009) di Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan Beringin,

Kabupaten Deli Serdang (Rp.000) ... 78 13b Biaya Produksi, Penerimaan, dan Pendapatan Usahatani Padi Sawah

per Hektar per Musim Tanam Sesudah Kenaikan HPP Gabah

(April-Juli 2010) di Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan Beringin,

Kabupaten Deli Serdang (Rp.000) ... 79 14a Total Biaya Produksi dan Tingkat BEP per Hektar per Musim Tanam

Sebelum kenaikan HPP Gabah (April-Juli 2009) di Desa Sidoarjo II

Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang ... 80 14b Total Biaya Produksi dan Tingkat BEP per Hektar per Musim Tanam

Sesudah kenaikan HPP Gabah (April-Juli 2010) di Desa Sidoarjo II

Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang ... 81 15 Persentase Kenaikan Harga Penjualan Petani (Gabah Kering Giling)

dibanding HPP Gabah per 1 Januari 2010 ... 82 16 Uji Beda Pendapatan Usahatani Padi Sawah per Petani per Musim Tanam

Sebelum dan Sesudah Kenaikan HPP Gabah di Desa Sidoarjo II


(14)

ABSTRAK

Dahlan Sijabat (070309013), dengan judul skripsi “Pengaruh Kenaikan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Gabah per 1 Januari 2010 terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah”. Studi Kasus : Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang, dengan dibimbing oleh Ibu Ir. Asmi Tiurland Hutajulu M.S dan Bapak Ir. Sinar Indra Kesuma Ginting M.Si.

Harga Pembelian Pemerintah (HPP) gabah adalah besaran harga terendah yang ditetapkan oleh pemerintah terhadap gabah sesuai dengan kualitas gabah tersebut yang tujuannya untuk melindungi petani dengan adanya jaminan harga yang wajar. Kebijakan penetapan harga pembelian pemerintah ini diharapkan disamping untuk menjaga stabilitas harga, juga diharapkan dapat mendorong peningkatan produksi beras (padi) dan menjamin peningkatan pendapatan petani. Metode penelitian dilakukan secara purposive, metode penarikan sampel dilakukan dengan metode stratified random sampling. Metode analisis yang digunakan adalah diuji dengan menggunakan analisis deskriptif dan metode uji beda rata-rata menggunakan rumus t-hitung dengan uji 2 arah sebelum dan sesudah kenaikan HPP gabah (Paired Sample T-test).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Persentase kenaikan harga penjualan gabah petani dengan kenaikan HPP gabah per 1 Januari 2010 di daerah penelitian tergolong sedang yaitu sebesar 19,39 %. Ada perbedaan pendapatan usahatani petani padi sawah sebelum dan sesudah kenaikan HPP gabah 1 Januari 2010. Pendapatan sesudah kenaikan HPP gabah per 1 Januari 2010 meningkat sebesar Rp 2.327.290 (18,73 %) dari pendapatan sebelum kenaikan HPP gabah per 1 Januari 2010. Ada beberapa masalah yang dihadapi petani padi sawah di daerah penelitian dalam menjalankan kegiatan usahataninya yaitu Benih yang digunakan petani kualitasnya rendah, Serangan hama ulat penggulung daun, keong mas dan sundep menyebabkan produksi menurun. Harga jual gabah pada saat panen rendah. Dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapi maka upaya-upaya yang dilakukan petani adalah Petani memilih benih sendiri walaupun benih yang digunakan tersebut bukan yang bersertifikat dengan melakukan perendaman sehingga benih yang kosong akan terapung. Upaya mengatasi serangan hama sundep dilakukan dengan penyemprotan dengan menggunakan insektisida Spontan secara teratur, keong mas diatasi dengan cara penyemprotan insektisida Molluscic secara teratur dan ulat penggulung daun diatasi dengan penyemprotan insektisida Match. Harga jual pada saat panen yang rendah maka upaya yang dilakukan petani hanya menjual gabahnya dengan jumlah tertentu cukup untuk membayar pengeluaran usahatani yang mendesak seperti membayar sewa lahan atau iuran irigasi dan lain-lain.


(15)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kerangka pembangunan nasional, mandat utama sektor pertanian adalah sebagai penyedia pangan yang cukup bagi penduduknya dan pendukung perkembangan sektor-sektor lainnya. Pada masa mendatang mandat tersebut terasa semakin berat karena laju permintaan terhadap hasil-hasil pertanian terus meningkat sejalan dengan laju pertambahan penduduk dan perbaikan pendapatan perkapita. Permintaan terhadap hasil-hasil pertanian akan meningkat baik dalam jumlah, keanekaragaman, maupun kualitasnya (Suryana, 2003).

Sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan penting karena selain bertujuan menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, juga merupakan sektor andalan penyumbang devisa negara dari sektor nonmigas. Besarnya kesempatan kerja yang dapat diserap dan besarnya jumlah penduduk yang masih bergantung pada sektor ini masih perlu terus ditumbuhkembangkan. Dibalik peranan sektor pertanian yang semakin penting, keadaan sumber daya manusia yang berada di sektor ini masih memprihatinkan karena sebagian besar masih tergolong berkualitas rendah. Sekitar 69 % penduduk yang berada disektor ini tergolong miskin, diantaranya 82 % berada di pedesaan (Noor, 1996).

Ketahanan pangan tidak hanya mencakup pengertian ketersediaan pangan yang cukup, tetapi juga kemampuan untuk mengakses (termasuk membeli) pangan dan tidak terjadinya ketergantungan pangan pada pihak manapun. Dalam hal inilah, petani memiliki kedudukan strategis dalam ketahanan pangan. Petani adalah


(16)

produsen pangan dan petani adalah juga sekaligus kelompok konsumen terbesar yang sebagian masih miskin dan membutuhkan daya beli yang cukup untuk membeli pangan. Petani harus memiliki kemampuan untuk memproduksi pangan sekaligus juga harus memiliki pendapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka sendiri. Disinilah perlu sekali peranan pemerintah dalam melakukan pemberdayaan petani (Hardiaputra, 2009).

Sejauh petani memproduksi untuk dijual, maka perangsang baginya untuk menaikkan produksi tergantung kepada perbandingan antara harga yang akan diterimanya untuk hasil dan biaya untuk memproduksikan hasil itu. Biaya produksi ini dipengaruhi oleh harga barang-barang input yang harus dibelinya. Harga hasil usahatani baik tingkat maupun stabilitas harga hasil usahatani mempengaruhi sampai dimana harga itu dapat merangsang petani untuk menaikkan produksinya. Adapun syarat lain bagi pembangunan pertanian sudah tersedia, maka semakin tinggi harga yang ditawarkan kepada petani untuk suatu hasil usahatani tertentu, semakin banyak pula hasil yang akan ia produksikan dan dibawa ke pasar (Mosher, 1997).

Usaha-usaha pemerintah dalam meningkatkan pendapatan petani, seperti meningkatkan harga dasar gabah (HDG) justru disambut pesimistis oleh petani padi. Hal ini disebabkan oleh masalah klasik. Setiap kenaikan HDG pasti diikuti lonjakan harga kebutuhan pokok petani, seperti pupuk dan dan sarana produksi lainnya. Disinilah sesungguhya salah satu akar terus merosotnya nilai tukar (terms of trade) manusia tani Indonesia selama ini. Sudah jamak diketahui merosotnya pendapatan petani padi adalah karena kita menganut kebijakan


(17)

pangan murah (cheap food policy) untuk mendukung industrialisasi tanpa akar yang kukuh. Desakan dana moneter internasional untuk membebaskan impor beras di tanah air yang semakin memperparah keadaan petani padi Indonesia, sebenarnya mempunyai dua tujuan ganda. Pada satu sisi, hal ini memungkinkan industrialis menekan upah riil, disisi lainnya kebijakan ini akan membuka pasar ekspor biji-bijian bagi negara maju (Saragih, 2004).

Kebijakan pemerintah dapat mempengaruhi kemampuan produksi padi oleh petani. Pemerintah terus berupaya mengamankan dan menjaga stabilitas harga gabah dan beras. Terhitung mulai tanggal 1 April 2007, melalui Instruksi Presiden RI, Pemerintah memberlakukan penetapan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) terhadap Gabah Kering Panen (GKP) dalam negeri sebesar Rp 2.000/Kg di penggilingan dan gabah kering giling Rp 2.575/Kg di penyimpanan. Kebijakan penetapan harga pembelian pemerintah ini diharapkan disamping untuk menjaga stabilitas harga, juga diharapkan dapat mendorong peningkatan produksi beras (padi) dan menjamin peningkatan pendapatan petani (Syam, 2009).

Penetapan harga dasar gabah adalah salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan pendapatan petani. Harga dasar gabah selalu dinaikkan pemerintah dalam setiap keadaan. Maksudnya untuk mencapai terciptanya mesyarakat Indonesia yang sejahtera dan juga ditujukan demi stabilitas nasional. Fakta yang ditemukan tentang harga dasar adalah kurangnya usaha-usaha untuk memasyarakatkan naiknya harga dasar gabah kepada petani. Akibatnya banyak petani yang tidak dapat memanfaatkan kenaikan harga dasar tersebut. Harga dasar


(18)

yang semula diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani, tetapi kenyataannya justru menekan kehidupan petani (Sastraatmadja, 1991).

Harga Pembelian Pemerintah (HPP) gabah adalah besaran harga terendah yang ditetapkan oleh pemerintah terhadap gabah sesuai dengan kualitas gabah tersebut yang tujuannya untuk melindungi petani dengan adanya jaminan harga yang wajar. Apabila harga yang ditetapkan oleh para tengkulak dan penggilingan lebih rendah daripada HPP gabah maka Bulog diharapkan bersedia untuk membeli gabah petani. HPP gabah ini dibahas dalam konferensi Menteri Pertanian, Menteri Perekonomian dan Dirut Bulog atas dasar indikator dinamika ekonomi nasional seperti harga-harga kebutuhan pokok, harga sarana produksi pertanian. Selanjutnya ditetapkan dalam instruksi presiden. Diharapkan HPP gabah yang ditetapkan pemerintah telah dapat memberikan keuntungan bagi petani. Dalam HPP gabah, harga di petani lebih rendah dipenggilingan dan bulog. Ini disebabkan oleh perbedaan kualitas gabah disetiap lembaga. Tetapi dalam Gabah Kering Panen HPP gabah lebih tinggi di penggilingan daripada di petani/tengkulak disebabkan oleh tengkulak hanya sebagai pengumpul dan masih harus mengeluarkan biaya untuk memasarkan gabah tersebut kembali meskipun kadangkala ada juga tengkulak tersebut memiliki kilang padi sendiri. Dan HPP GKG lebih tinggi di Bulog daripada di Penggilingan disebabkan oleh Bulog berperan sebagai gudang penyimpanan untuk menampung gabah petani sedangkan penggilingan menyerap gabah dan langsung mengolahnya menjadi beras dan dipasarkan. Perubahan dan penyesuaian harga pembelian pemerintah terhadap gabah pada empat tahun terakhir dapat dilihat pada tabel 1


(19)

Tabel 1. Perkembangan Harga Pembelian Pemerintah Lima Tahun Terakhir

Instruksi Presiden Jenis Harga

(Rp/Kg) Keadaan

No. 13 Tahun 2005, Tgl 10 Oktober 2005, berlaku mulai 1 Januari 2006

GKP 1.730 Di Penggilingan

GKG 2.250 Di Gudang Penyimpanan 2.280 Di Penggilingan

BERAS 3.550 Di Gudang Penyimpanan No. 1 Tahun 2008, Tgl

22 April 2008, berlaku mulai 22 April 2008

GKP 2.200 Di Petani 2.240 Di Penggilingan GKG 2.800 Di Penggilingan

Di Gudang BULOG Di Gudang BULOG Di Petani

2.840

BERAS 4.300 No. 8 Tahun 2008, Tgl

24 Desember 2008, berlaku mulai 1 Januari 2009

GKP 2.400

2.440 Di Penggilingan GKG 3.000 Di Penggilingan

3.040 Di Gudang BULOG BERAS 4.600 Di Gudang BULOG No. 7 Tahun 2009, Tgl

29 Desember 2009 berlaku mulai 1 Januari 2010

GKP 2.640 Di Petani 2.685 Di Penggilingan GKG 3.300 Di Penggilingan

3.345 Di Gudang BULOG BERAS 5.060 Di Gudang BULOG Sumber: Dinas Pertanian Sumatera Utara, 2010

Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa berdasarkan Inpres No. 7 tahun 2009, pemerintah menaikkan HPP untuk gabah dan beras untuk menjaga keuntungan usaha tani padi. Adapun ketentuan penetapan perbedaan HPP gabah di petani, penggilingan dan bulog diakibatkan oleh perbedaan kualitas gabah dimasing-masing lembaga tersebut. Kenaikan tersebut sebesar 10 % mulai berlaku pada 1 Januari 2010. Adapun rinciannya, yakni harga untuk Gabah Kering Panen (GKP) di petani dengan kadar air maksimal 25 % dan kadar hampa/kotoran maksimal 10 %, harga sebelumnya Rp 2.400/Kg menjadi Rp 2.640/Kg. Sedangkan GKP di penggilingan, naik dari Rp 2.440/Kg menjadi Rp 2.685/Kg. Gabah Kering Giling (GKG) di penggilingan dengan kadar air maksimal 14 % dan kadar hampa/kotoran


(20)

maksimal 3 % naik dari Rp 3.000/Kg menjadi Rp 3.300/Kg. Sedangkan GKG di Gudang Bulog naik dari Rp 3.040/ Kg menjadi Rp 3.345/Kg. Harga Pembelian Beras dengan kadar air maksimum 14 %, butir patah maksimum 20 %, kadar menir maksimum 2 %, dan derajat sosoh minimum 95 % adalah 5.060. Kenaikan HPP padi ini diharapkan dapat merangsang petani untuk lebih intensif mengusahakan usahatani padi sawah sehingga produktivitas lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya. Keadaan produktivitas padi sawah per kecamatan di Kabupaten Deli Serdang tahun 2008 dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Luas Panen, Produksi, Produktivitas Tanaman Padi Sawah di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009

NO Kecamatan Luas lahan (Ha)

Luas Panen (Ha)

Produksi (Ton)

Produktivitas (Ton/Ha)

1 Gunung Meriah 566 1.132 5.674 5,01

2 STM Hulu 666 1.332 6.651 4,99

3 Sibolangit 565 1.129 5.689 5,04

4 Kutalimbaru 960 1.919 9.772 5,09

5 Pancurbatu 383 766 3.873 5,06

6 Namorambe 772 1.543 7.951 5,15

7 Biru-biru 624 1.248 6.246 5,00

8 STM Hilir 720 1.440 7.291 5,06

9 Bangun Purba 183 365 1.825 5,00

10 Galang 1.001 2.002 10.130 5,06

11 T. Morawa 2.396 4.791 24.798 5,18

12 Patumbak 653 1.305 6.556 5,02

13 Deli Tua 21 42 211 5,02

14 Sunggal 2.495 4.989 26.041 5,22

15 H. Perak 5.376 10.751 56.021 5,21

16 Labuhan Deli 3.712 7.424 38.442 5,18

17 Percut Sei Tuan 4.844 9.688 51.170 5,28

18 Batang Kuis 800 1.600 7.986 4,99

19 Pantai Labu 3.765 7.529 39.146 5,20

20 Beringin 2.479 4.958 25.794 5,20

21 Lubuk Pakam 1.462 2.923 15.900 5,44

22 Pagar Merbau 2.349 4.698 25.101 5,34

Jumlah 36.685 73.369 381.955 5,21


(21)

Tabel 2 menunjukkan produktivitas padi sawah di Kabupaten Deli Serdang adalah 5,21 Ton dan Kecamatan Beringin memiliki produktivitas yang tertinggi urutan keenam sebagai daerah sentra produksi padi di Kabupaten Deli Serdang sebagai daerah sentra produksi padi sawah di Kabupaten Deli Serdang. Berdasarkan data produksi dan produktivitas padi sawah di Kabupaten Deli Serdang, Kecamatan Beringin merupakan salah satu Kecamatan yang cukup berpotensi dengan luas lahan 2.479 Ha, produksi 25.794 Ton dan produktivitas sebesar 5,20 Ton/Ha. Selanjutnya keadaan luas panen, produksi dan produktivitas padi sawah di Kecamatan Beringin menurut desa dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Luas Panen, Produksi, Produktivitas Padi Sawah di Kecamatan Beringin Tahun 2009

NO Desa/ Kelurahan Lahan Luas (Ha)

Luas Panen

(Ha)

Produksi (Ton)

Produktivitas (Ton/ Ha)

1 Tumpatan 116,13 232 1.118 4,81

2 Emplasman Kuala Namo - - - -

3 Sidodadi Ramunia 419,93 840 4.263 5,08 4 Pasar V Kebun Kelapa 66,15 132 631 4,77

5 Aras Kabu 263,62 527 2.526 4,79

6 Serdang 254,31 509 2.514 4,94

7 Sidourip 123,97 248 1.216 4,91

8 Pasar VI Kuala Namu - - - -

9 Karang Anyar 406,70 813 4.221 5,19

10 Beringin 304,78 610 3.382 5,55

11 Sidoarjo II Ramunia 523,28 1.047 5.924 5,66

Jumlah 2.478,87 4.958 25.794 5,20

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang, 2010

Tabel 3 menunjukkan bahwa Kecamatan Beringin sebagai daerah sentra produksi padi sawah di Kabupaten Deli Serdang ternyata 82 % desa yang ada menghasilkan padi sawah. Desa Sidoarjo II Ramunia merupakan desa yang potensial di Kecamatan Beringin dengan luas areal 523,28 Ha, produksi 5.924 Ton dan


(22)

produktivitas sebesar 5,66 Ton/Ha. Keadaan data produksi tersebut akan lebih besar lagi dengan intensitas pertanaman ditingkatkan. Selanjutnya data tentang jumlah kepala keluarga menurut komposisi mata pencaharian di Desa Sidoarjo II Ramunia dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Jumlah Kepala Keluarga Menurut Komposisi Mata Pencaharian di Desa Sidoarjo II Ramunia Tahun 2010

No Mata Pencaharian Jumlah (KK) Persentase

1 Pertanian 567 85 %

2 Buruh/ Karyawan 15 2 %

3 Perdagangan 50 7 %

4 PNS 30 4 %

5 Industri 8 1 %

Jumlah 670 100 %

Sumber : Kantor Kepala Desa Sidoarjo II Ramunia, 2010

Tabel 4 menunjukkan bahwa 85 % kepala keluarga yang ada di Desa Sidoarjo II Ramunia bermatapencaharian sebagai petani dan selanjutnya pola tanam di desa tersebut dapat dilihat pada gambar 1.

Gbr 1. Pola Tanam Padi Sawah di Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang Tahun

Musim Tanam I Musim Tanam II

Bulan

Apr Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar

Sumber: Kantor Kepala Desa Sidoarjo II Ramunia, 2010

Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa pola tanam padi sawah dalam setahun terdiri dari dua kali musim tanam padi sawah yaitu musim tanam pertama dimulai dari bulan April-Juli yang meliputi pembukaan lahan sampai panen. Setelah panen


(23)

kurang lebih dua bulan. Setelah itu, musim tanam kedua dimulai bulan Oktober- Januari yang meliputi pembukaan lahan sampai panen. Dan kurang

lebih dua bulan berikutnya yaitu setelah panen kedua pada bulan Januari, maka petani menanami lahannya dengan tanaman palawija untuk menunggu musim tanam berikutnya. Pola tanam dua kali setahun sudah lama dilakukan oleh petani dengan produktivitas padi sawah rata-rata 5,66 Ton/Ha namun sudah berada diatas produktivitas rata-rata Kabupaten Deli Serdang dengan asumsi pengunaan sarana produksi belum optimal. Dengan naiknya HPP padi sawah serta didukung penggunaan sarana produksi yang optimal diharapkan petani di Desa Sidoarjo II Ramunia dapat meningkatkan produktivitas padi sawah lebih tinggi. Kenaikan HPP berlaku mulai 1 Januari 2010, dimana telah berlangsung dua kali musim tanam dan setiap musim tanam petani menjual sebagian atau seluruhnya produksi padi sawah. Untuk itu perlu diteliti apakah kenaikan HPP berpengaruh terhadap pendapatan petani padi sawah menjadi perhatian dari penelitian ini. Disisi lain juga perlu diamati apakah kenaikan HPP padi yang ditetapkan oleh pemerintah telah memasyarakat dilingkungan petani masih mengandung pertanyaan.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dirumuskan beberapa identifikasi permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut seberapa besar persentase kenaikan harga penjualan gabah petani dibandingkan dengan persentase kenaikan HPP gabah mulai tahun 2006-2010 di daerah penelitian, apakah ada perbedaan pendapatan usahatani padi sawah petani sebelum dan sesudah kenaikan HPP gabah di daerah penelitian.


(24)

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan identifikasi masalah maka tujuan penelitian adalah untuk mengetahui seberapa besar persentase kenaikan harga penjualan gabah petani dibandingkan dengan persentase kenaikan HPP gabah mulai tahun 2006-2010 di daerah penelitian, untuk mengetahui perbedaan pendapatan usahatani bagi petani sebelum dan sesudah kenaikan HPP gabah di daerah penelitian.

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai bahan masukan bagi pemerintah baik pusat maupun daerah dalam membuat suatu kebijakan tentang harga gabah yang layak bagi petani untuk meningkatkan kesejahteraan petani beserta keluarganya, sebagai bahan masukan bagi para Petani yang mengusahakan tanaman padi di daerah penelitian, sebagai bahan referensi atau sumber informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.


(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1. Tinjauan Pustaka

Tanaman padi merupakan jenis tumbuhan semusim (annual) dengan sistematika atau taksonomi sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Class : Monocotyledoneae Ordo : Graminales

Family : Graminae Genus : Oryza

Spesies : Oryza sativa L (AAK, 1990).

Padi termasuk golongan tanaman semusim atau tanaman muda yaitu tanaman yang biasanya berumur pendek, kurang dari satu tahun dan satu kali berproduksi; setelah berproduksi akan mati atau dimatikan. Tanaman padi dapat dibedakan kedalam dua tipe yaitu, padi kering yang tumbuh pada lahan kering dan padi sawah yang memerlukan air menggenang.

Tanaman padi dapat dikelompokkan dalam dua bagian yaitu: 1. Bagian vegetatif

Akar

Akar adalah bagian tanaman yang berfungsi menyerap air dan zat makanan dari dalam tanah, kemudian terus diangkut ke bagian atas tanaman. Akar tanaman dapat dibagi lagi menjadi akar tunggang, serabut/ akar adventif,


(26)

rambut, tajuk. Anakan pertama tumbuh setelah tanaman berumur 10 hari setelah tanam, maksimum 50-60 hari setelah tanam, tergantung varietasnya. Batang

Tanaman padi mempunyai batang yang beruas-ruas. Panjang batang tergantung pada jenisnya. Padi jenis unggul biasanya berbatang pendek atau lebih pendek daripada jenis lokal, sedangkan jenis padi yang tumbuh di tanah rawa dapat lebih panjang lagi, yaitu antara 2-6 meter. Rangkaian ruas-ruas pada batang padi mempunyai panjang yang berbeda-beda

Anakan

Tanaman padi membentuk rumpun dengan anakannya, biasanya anakan tumbuh pada dasar batang. Pembentukan anakan terjadi secara bersusun yaitu anakan pertama yang tumbuh pada batang pokok atau batang utama, anakan kedua tumbuh pada batang bawah anakan pertama, anakan ketiga dan seterusnya tumbuh pada buku pertama pada batang anakan kedua dengan betuk yang serupa dengan anakan pertama dan kedua.

Daun

Tanaman yang termasuk jenis rumput-rumputan mempunyai daun yang berbeda-beda, baik bentuk maupun susunan atau bagian-bagiannya.

2. Bagian Generatif Malai

Malai adalah sekumpulan bunga padi yang keluar dari buku paling atas. Bulir-bulir padi terletak pada cabang pertama dan cabang kedua, sedangkan sumbu utama malai adalah ruas buku yang terakhir pada batang


(27)

Buah Padi

Gabah adalah

dipisahkan dari tangkainya

gabah. Dalam perdagangan komoditas, gabah merupakan tahap yang penting dalam pengolahan padi sebelum dikonsumsi karena perdagangan padi dalam partai besar dilakukan dalam bentuk gabah. Terdapat definisi teknis perdagangan untuk gabah, yaitu hasil tanaman padi yang telah dipisahkan dari tangkainya dengan cara perontokan.

(AAK, 1990).

Tanaman padi dapat tumbuh dengan baik di daerah yang berhawa panas dan banyak mengandung uap air. Tanaman padi membutuhkan curah hujan yang baik, rata-rata 2000 mm/ bulan dengan distribusi selama 4 bulan. Sedangkan curah hujan yang dikehendaki pertahun adalah 1500-2000 mm. Suhu yang dikehendaki untuk tanaman padi adalah 230 C keatas. Pengaruh suhu tidak terasa di Indonesia, sebab suhunya hampir konstan sepanjang tahun. Ketinggian tempat yang cocok untuk tanaman padi adalah 0-65 m diatas permukaan laut (Suparyono, 1993).

Tanah yang baik untuk areal persawahan adalah tanah lumpur dengan kandungan ketida fraksi yaitu pasir, lempung, liat dengan perbandingan tertentu. Padi dapat tumbuh dengan baik pada pH antar 4-7 dengan kedalaman olah tanah 18 cm (Suparyono, 1993).

Karena padi/gabah/beras merupakan komoditas vital bagi indonesia, pemerintah memberlakukan regulasi harga dalam perdagangan gabah. Muncullah


(28)

istilah-istilah khusus yang mengacu pada kualitas gabah sebagai referensi penentuan harga.

Tabel 5. Kriteria Kualitas Gabah

Kualitas Gabah

Kadar Air (%)

Butir Hampa/

Kotoran (%)

Hijau/ Mengapur

(%)

Kuning (%)

Merah (%) GabahKering

Panen (GKP)

18<KA<25 6<HK<10 7<HKp<10 0<BK<3 0<BM<3 Gabah Kering

Simpan (GKS)

14<KA<18 3<HK<6 5<HKp<7 0<BK<3 0<BM<3

Gabah Kering Giling (GKG)

0<KA<14 0<HK<3 0<HKp<5 0<BK<3 0<BM<3

Sumber: Anonimous, 2010

Tabel 5 menunjukkan bahwa kriteria kualitas gabah terdiri dari :

1. Gabah Kering Panen (GKP), gabah yang mengandung kadar air lebih besar dari 18% tetapi lebih kecil atau sama dengan 25 % (18%<KA<25%), hampa/kotoran lebih besar dari 6 % tetapi lebih kecil atau sama dengan 10 % (6%<HK<10%), butir hijau/mengapur lebih besar dari 7 % tetapi lebih kecil atau sama dengan 10 % (7%<HKp<10%), butir kuning/rusak maksimal 3 % dan butir merah maksimal 3 %.

2. Gabah Kering Simpan (GKS), adalah gabah yang mengandung kadar air lebih besar dari 14 % tetapi lebih kecil atau sama dengan 18 % (14%<KA<18%), kotoran/hampa lebih besar dari 3 % tetapi lebih kecil atau sama dengan 6 % (3%<HK<6%), butir hijau/mengapur lebih besar dari 5% tetapi lebih kecil atau sama dengan 7 % (5%<HKp<7%), butir kuning/rusak maksimal 3 % dan butir merah maksimal 3 %.


(29)

3. Gabah Kering Giling (GKG), adalah gabah yang mengandung kadar air maksimal 14 %, kotoran/hampa maksimal 3 %, butir hijau/mengapur maksimal 5 %, butir kuning/rusak maksimal 3 % dan butir merah maksimal 3 % (Anonimous, 2010).

Harga dasar sebagai instrumen untuk melindungi petani dari jatuhnya harga saat panen karena surplus musiman serta jaminan terhadap profitabilitas usahatani padi yang wajar masih diperlukan. Tingkat harga dasar perlu ditetapkan secara nasional. Ukuran yang dapat dipakai adalah seberapa besar peranan harga diharapkan menyumbang pendapatan petani, serta seberapa besar tingkat proteksi yang diberikan kepada petani terhadap harga beras dunia. Semakin tinggi kontribusi pendapatan dan proteksi yang diharapkan akan meningkatkan tingkat harga dasar (Sumodiningrat, 2001).

2.2. Landasan Teori

Kenaikan HPP gabah bisa dinikmati oleh petani, pemerintah meminta Perum Bulog meningkatkan penyerapan gabah, tidak memfokuskan hanya pada beras. Selama ini Bulog lebih banyak menyerap beras, sehingga yang menikmati keuntungan adalah mitra kerjanya yaitu perusahaan penggilingan gabah/beras. Padahal Bulog mempunyai 130 Unit Penggilingan Gabah Beras (UPGB) di seluruh Indonesia namun khusus untuk daerah penelitian ini belum ada Bulog. Karena lembaga itu lebih banyak membeli beras, akhirnya banyak UPGB yang tidak optimal. Data Perum Bulog, hingga 8 Desember 2009 penyerapan gabah/beras sudah sekitar 3,6 juta Ton. Jumlah itu masih di bawah sasaran sebanyak 3,8 juta Ton. Namun sudah lebih tinggi dari penyerapan tahun 2008


(30)

yang hanya 3,2 juta Ton. Pemerintah juga berharap dengan kenaikkan HPP GKP sebesar 10 %, pendapatan petani akan meningkat sekitar Rp 1 juta/ Ha. Jumlah itu dengan asumsi, biaya produksi petani tidak naik, kecuali pupuk. Namun demikian dalam usaha tani, pengeluaran petani untuk membeli pupuk hanya sekitar 7-10 % (Sinar tani, 2010).

Harga jual jarang mempunyai hubungan yang pasti dengan harga pokok, oleh karena persaingan dan elastisitas permintaan perlu juga diperhitungkan. Laba tergantung pada kombinasi yang memuaskan antara harga dan volume oleh karena itu volume harus dianggap sebagai faktor variabel dalam mengumpulkan data tentang biaya yang akan dipergunakan sebagai pedoman dalam penetapan harga jual (Soemarsono, 1990).

Dalam proses produksi terkandung hubungan antara tingkat penggunaan faktor-faktor produksi dengan produk atas hasil yang akan diperoleh. Hal ini disebut dengan hubungan antara input dengan output. Di samping itu dalam menghasilkan suatu produk tertentu dapat digunakan input yang lain. Pengetahuan tentang ilmu ekonomi dapat memberikan dasar untuk perencanaan usahatani dan pemilihan altenatif usaha. Konsep marjinalitas dapat menjelaskan besarnya perubahan akibat perubahan satu satuan faktor tertentu sahingga konsep ini banyak digunakan. Prinsip-prinsip ekonomi tersebut dapat diterapkan secara luas sebab dapat menjelaskan hubungan-hubungan (relationships) yang dapat menyelesaikan masalah mengenai berbagai upaya usahatani dan profitabilitas (Suratiyah, 2006).


(31)

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya biaya dan pendapatan sangatlah kompleks. Namun demikian, faktor tersebut dapat dibagi ke dalam dua golongan sebagai berikut

1. Faktor internal (umur petani, pendidikan, pengetahuan, keterampilan, jumlah tenaga kerja keluarga, luas lahan, dan modal) dan faktor eksternal (input yang meliputi ketersediaan dan harga, output yang meliputi permintaan dan harga) 2. Faktor manajemen yaitu petani sebagai manajer harus dapat mengambil

keputusan dengan berbagai pertimbangan ekonomis sehingga diperoleh keputusan yang memberikan pendapatan yang maksimal. Petani sebagai jurutani harus dapat melaksanakan usahataninya dengan sebaik-baiknya, yaitu penggunaan faktor produksi dan tenaga kerja secara efisien sehingga akan diperoleh manfaat yang setinggi-tingginya.

(Suratiyah, 2006).

Efisiensi usahatani dapat diukur dengan cara menghitung efisiensi teknis, efisiensi harga dan efisiensi ekonomis. Ketiga macam efisiensi ini penting untuk diketahui dan diraih oleh petani bila ia menginginkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Umumnya memang petani tidak mempunyai catatan usahatani (farm recording) sehingga sulit bagi petani untuk melakukan analisis usahataninya. Petani hanya mengingat-ingat cash flow (anggaran arus uang tunai) yang mereka lakukan walaupun sebenarnya ingatan itu tidak terlalu jelek karena mereka masih ingat bila ditanya tentang berapa output yang mereka peroleh dan berapa input yang mereka gunakan (Soekartawi, 1995)


(32)

Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produk yang diperoleh dengan harga jual. Pernyataan ini dapat dituliskan sebagai berikut:

y n

i

P

Y

TR

.

1

=

=

Keterangan :

TR = Total Penerimaan

Y = Produksi yang diperoleh dalam usahatani Py = Harga Y

n = Jumlah macam tanaman yang diusahakan

Struktur usahatani bisanya diklasifikasikan menjadi dua yaitu: Biaya tetap (Fixed Cost) dan Biaya tidak tetap (Variable Cost). Biaya tetap ini biasanya didefenisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Contoh biaya tetap adalah sewa tanah, pajak, alat pertanian, dan iuran irigasi.

Disisi lain biaya tidak tetap atau biaya variabel adalah biasanya didefenisikan sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Contohnya biaya untuk sarana produksi, kalau menginginkan produksi yang tinggi maka tenaga kerja perlu ditambah, pupuk juga perlu ditambah dan sebagainya sehingga biaya ini sifatnya berubah-ubah tergantung dari besar kecilnya produksi yang diinginkan dan ketersediaan modal yang dimiliki petani.

Cara menghitung biaya tetap adalah

=

=

n

i

i

i

Px

X

FC


(33)

Keterangan :

FC = Biaya tetap

Xi = Jumlah fisik dari input yang membentuk biaya tetap

Pxi = Harga input

n = Macam input

Untuk menghitung nilai penyusutan dapat dihitung dengan metode garis lurus (straight line method)

ekonomis Umur

sisa Nilai Cost

tahun per

Penyusutan = −

Biaya total merupakan total biaya sarana produksi yang digunakan dalam usahatani selama proses produksi berlangsung. Pernyataan ini dapat ditulis sebagai berikut:

VC

FC

TC

=

+

Keterangan :

TC = Total Cost (Biaya total) FC = Fixed Cost (Biaya tetap)

VC = Variable Cost (Biaya tidak tetap) (Suratiyah, 2006).

Pada akhir tahun 1967 Departemen Pertanian meletakkan suatu ancer-ancer harga terendah (Floor Price) untuk beras dalam bentuk rumus tani. Rumus ini menentukan bahwa harga terendah beras pada tingkat usahatani sekurang-kurangnya harus sama dengan pupuk urea, karena sebagian besar pupuk urea masih harus diimpor.


(34)

Rumus ini ditulis sebagai berikut:

(

)

2 . . 5 , 1 AB P=

Keterangan:

P : Harga terendah untuk padi pada level usahatani

A : Harga CIF (Cost, Insurance and Freight) pupuk urea asal impor (dalam rupiah)

B : Kurs BE (bonus ekspor) yang berlaku di pasar bebas, dinyatakan dalam rupiah per US dolar.

(Puspoyo, 1999).

Cara perhitungan harga dasar dengan pendekatan Incremental Benefit Cost Ratio (IBCR). Besarnya kenaikan produksi dibandingkan dengan tambahan biaya karena mengikuti program Bimas dipakai sebagai patokan untuk menghitung seberapa besar harga minimum yang harus diterima petani. Formula IBCR dapat ditulis sebagai berikut:

(

)

c b a Q P

IBCR= . 1− −

Keterangan :

P : Harga padi dalam Rp/kg sebagai harga dasar yang dicari Q : Tambahan hasil (kg/ha)

a : Pajak b : Upah

c : Tambahan biaya (Rp/ha) (Puspoyo, 1999).


(35)

Break Event Point (BEP) merupakan suatu keadaan impas atau kembali modal sehingga usaha tidak untung dan tidak rugi atau hasil penjualan sama dengan biaya yang dikeluarkan.

oduksi Total

oduksi Biaya

Total a

H BEP

Pr Pr arg =

Analisa BEP (analisa keseimbangan/ Break Event Point) adalah suatu metode untuk mempelajari hubungan penjualan, biaya, dan laba. Analisa ini mempunyai faedah atau kegunaan sebagai berikut:

1. Menunjukkan hubungan dengan penjualan, biaya produksi dan laba. 2. Menunjukkan pengaruh perubahan penjualan atas laba.

3. Dapat dipergunakan untuk membuat proyeksi akibat perubahan biaya atau laba.

4. Dapat dipergunakan untuk membuat prediksi jumlah penjualan tetapi dikehendaki laba konstan.

(Wasis, 1986).

Kerangka Pemikiran

Sumatera Utara merupakan salah satu sentra produksi padi sawah di Indonesia. Salah satu daerah penghasil padi di Provinsi Sumatera Utara adalah Kabupaten Deli Serdang. Di daerah ini, masyarakatnya hidup dari berbagai macam mata pencaharian, salah satu mata pencahariaanya adalah sebagai petani dan salah satu komoditas yang diusahakan petani adalah padi sawah. Hampir setiap tahunnya produksi padi meningkat dari tahun ketahun. Oleh karena itu layak dikatakan jika daerah ini merupakan sentra produksi padi di Sumatera Utara.


(36)

Usahatani padi adalah sistem budidaya padi yang dijalankan oleh petani dengan memanfaatkan faktor produksi seoptimal mungkin yang bertujuan untuk menghasilkan produktivitas padi yang tinggi guna mengganti seluruh biaya yang telah dikorbankan mulai lahan diolah hingga padi siap untuk dipanen dan dijual. Usahatani disini dapat diartikan berupa usaha yang dilakukan oleh petani pemilik, penggarap, atau penyewa lahan pada sebidang lahan yang dikuasainya, tempat petani mengelola input produksi yang tersedia dengan segala pengetahuan dan kemampuannya untuk memperoleh hasil.

Penerimaan dapat diperoleh setelah produksi gabah dikalikan dengan harga yang berlaku. Besarnya penerimaan selain dipengaruhi oleh produksi juga sangat dipengaruhi oleh harga baik itu harga di petani, di penggilingan maupun di Bulog. Untuk melindungi petani maka pemerintah menetapkan harga pembelian pemerintah (HPP) terendah baik dipetani, dipenggilingan maupun di Bulog. Penerimaan tersebut bukanlah mutlak menjadi keuntungan atau pendapatan bagi petani. Untuk mendapatkan pendapatan bersih maka petani perlu melakukan analisis usahatani yaitu memperhitungkan seluruh biaya yang dikeluarkan mulai dari perencanaan sampai siap dipasarkan.

Besar pendapatan petani tentu saja akan bervariasi karena harga penjualan petani yang satu dengan petani lain tidak akan sama. Ada kecenderungan petani menjual gabahnya diatas atau dibawah HPP yang ditetapkan oleh pemerintah dan penelitian ini juga mencoba menelusuri keadaan ini secara langsung dari petani. Dengan demikian secara sistematis akan dapat diasumsikan bahwa apakah kenaikan HPP tersebut menolong meningkatkan pendapatan petani atau tidak,


(37)

perlu diteliti. Dari uraian diatas, secara sistematis kerangka pemikiran dapat dikemukakan sebagai berikut:


(38)

Lingkungan

Lingkungan Keterangan:

: Berpengaruh Langsung

Gbr 2. Kerangka Pemikiran

Petani

Usahatani Padi Sawah

Produksi Gabah

Produktivitas Penerimaan

Harga Jual Sebelum Kenaikan HPP 1 Januari 2010

Harga Jual Setelah Kenaikan HPP 1 Januari 2010

Pendapatan Bersih

Sebelum Kenaikan HPP

Sesudah Kenaikan HPP

Pengaruh (-) Turun (+) Naik (=) Tetap


(39)

2.4. Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis penelitian adalah persentase kenaikan harga penjualan gabah petani dibandingkan dengan persentase kenaikan HPP gabah mulai tahun 2006-2010 cukup tinggi di daerah penelitian, ada perbedaan pendapatan usahatani bagi petani sebelum dan sesudah kenaikan HPP gabah di daerah penelitian.


(40)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara Purposive Sampling (sengaja) yaitu di Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang dengan pertimbangan bahwa daerah penelitian tersebut cukup potensial ditinjau dari segi luas areal, produksi dan produktivitas padi. Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa desa ini menduduki urutan pertama dari sembilan desa produsen padi sawah dari seluruh desa yang ada di Desa Sidoarjo II Ramunia dengan luas areal tanaman padi 523,28 Ha (21,11 % dari total luas areal padi sawah di Kecamatan Beringin) jumlah produksi 5.924 Ton (22,96 % dari total produksi padi sawah di Kecamatan Beringin) dan produktivitas sebesar 5,66 Ton/Ha.

3.2. Metode Penentuan Sampel

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penentuan sampel yang dilakukan secara Stratified Random Sampling yaitu berdasarkan luas lahan yang dimiliki oleh petani dan setiap petani mempunyai kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel di daerah penelitian. Pengambilan sampel berdasarkan strata luas lahan agar sampel terwakili dari semua populasi. Responden yang akan dijadikan sampel adalah para petani yang mengusahakan padi sawah, dimana didaerah penelitian terdapat 567 KK yang mengusahakan tanaman padi sawah dan jumlah sampel ditetapkan sebanyak 30 KK seperti pada tabel dibawah ini.


(41)

Tabel 6. Distribusi Populasi dan Sampel Petani Padi Sawah Berdasarkan Luas Lahan di Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010

No Luas Lahan (Ha)

Populasi (KK)

Sampel (KK)

1 < 0,5 82 4

2 0,5-1 365 19

3 >1 120 7

Jumlah 567 30

Sumber: Kantor Kepala Desa Sidoarjo II Ramunia, 2010

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara wawancara langsung dengan petani sampel dengan menggunakan daftar kuesioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai instansi dan dinas yang terkait dalam penelitian ini seperti BPS Kabupaten Deli Serdang, Dinas Pertanian Sumatera Utara, dan Kantor Kepala Desa dan Kelompok Tani. Jenis data dan sumber data dan metode pengumpulan data dapat dilihat pada tabel 7.


(42)

Tabel 7. Spesifikasi Pengumpulan Data

No Jenis Data Sumber Data Metode

1 Identitas Petani Petani Wawancara

2 Biaya Produksi Sebelum dan

Kenaikan HPP Gabah Petani

Pencatatan Data dan Wawancara

3 Produksi Sebelum dan Sesudah

Kenaikan HPP Gabah Petani

Pencatatan Data dan Wawancara

4 Pendapatan sebelum dan sesudah kenaikan HPP Gabah Petani

Pencatatan Data dan Wawancara

5 Deskripsi Daerah Penelitian Kantor Kepala Desa

Pencatatan Data dan Wawancara

6 Perkembangan HPP Lima

Tahun Terakhir Dinas Pertanian

Pencatatan Data dan Wawancara

7

Luas Areal dan Produksi Padi Sawah di Kabupaten Deli Serdang

BPS Kabupaten Pencatatan Data dan Wawancara

8 Strata Luas Lahan Petani Kelompok Tani Pencatatan Data dan Wawancara

3.4. Metode Analisis Data

Semua data yang diperoleh dari lapangan ditabulasi sesuai dengan kebutuhan. Kemudian dianalisis dengan menggunakan uji statistik.

Untuk masalah seberapa besar persentase kenaikan harga penjualan gabah petani dibandingkan dengan persentase kenaikan HPP gabah mulai tahun 2006-2010 di daerah penelitian dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dengan melihat rata-rata persentase kenaikan HPP mulai tahun 2006-2010 dibandingkan dengan persentase kenaikan harga penjualan gabah petani sesudah kenaikan HPP

per 1 Januari 2010 dengan asumsi HPP gabah kering giling (GKG) adalah Rp 3.300/kg di penggilingan namun di daerah penelitian harga penjualan GKG

petani sampel yang tertinggi adalah Rp 4.200 dan yang terendah Rp 3.500. Selanjutnya parameter untuk mengukur persentase kenaikan harga penjualan petani dengan HPP gabah per 1 Januari 2010 dapat dilihat pada tabel 8.


(43)

Tabel 8. Parameter untuk Mengukur Persentase Kenaikan Harga

No Persentase Kenaikan

(%) Keterangan

1 < 15 Rendah

2 ≥15 Tinggi

Sumber : Data diolah dari Lampiran 17

Untuk masalah apakah ada perbedaan pendapatan usahatani padi sawah petani sebelum dan sesudah kenaikan HPP gabah di daerah penelitian dianalisis dengan metode uji beda rata-rata menggunakan rumus t-hitung dengan uji 2 arah sebelum dan sesudah kenaikan HPP gabah (Paired Sample T-test).

Jika:

H0 : µ1 = µ2 atau µ1 - µ2 =0

H1 : µ1≠ µ2 atau µ1 - µ2 ≠0

Keterangan :

µ1 = Pendapatan usahatani sebelum kenaikan HPP gabah

µ2 = Pendapatan usahatani sesudah kenaikan HPP gabah

Rumus:

Untuk sampel (n) ≤ 30.

[

] [

]

[

]

 +    − ++ − − − = − 2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2 1 1 1 2 1 1 n n n n s n s n x x hitung t Dengan:

(

)

− − = 2 1 1 1 2 1 1 1 X X n S i

(

)

− − = 2 2 2 2 2 2 1 1 X X n S i


(44)

Kriteria uji dengan 2 pihak:

-(t-tabel) ≤ th ≤ t-tabel Hipotesis H0 diterima

th < -(t-tabel) atau th > t-tabel Hipotesis H1 diterima

Keterangan:

1

x = rata-rata nilai variabel I

2

x = rata-rata nilai variabel II S1 = rata-rata standar deviasi I

S2 = rata-rata standar deviasi II

n1 =Jumlah sampel variabel I

n2 = Jumlah sampel Variabel II

Xi1 = Nilai individu ke-i dari sebelum kenaikan HPP gabah

Xi2 = Nilai individu ke-i dari sesudah kenaikan HPP gabah

(Djarwanto, 1996).

3.5. Defenisi dan Batasan Operasional

Defenisi dan batasan operasional dibuat untuk menghindari kekeliruan dan kesalahpahaman dalam menafsirkan penelitian ini. Adapun defenisi dan batasan operasional yang dibuat adalah:

3.5.1. Defenisi

1. Usahatani padi sawah adalah suatu usaha yang dilakukan di atas media tanam (sebidang tanah sawah) yang diatasnya diusahakan tanaman padi sawah. 2. Petani sampel adalah petani yang mengusahakan padi sawah sebagai mata

pencaharian utama di Desa Sidoarjo II Ramunia Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang.


(45)

3. Sarana produksi adalah input produksi yang meliputi bibit, pupuk, dan obat-obatan yang digunakan dalam usahatani padi sawah.

4. Gabah adalah hasil tanaman padi yang telah dilepaskan dari tangkainya. 5. Produksi adalah hasil tanaman padi yang berupa gabah kering (Kg)

6. Produktivitas adalah Jumlah hasil produksi per luas lahan yang dinyatakan dengan Ton/Ha.

7. Harga pembelian pemerintah adalah harga yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai garansi pasar atau produk petani.

8. Penerimaan adalah hasil perkalian antara jumlah produksi padi sawah dengan harga jual (Rp/MT)

9. Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan biaya produksi.

10.Sebelum kenaikan HPP adalah keadaan usahatani (Pelaksanaan musim tanam April - Juli 2009.

11.Sesudah kenaikan HPP adalah keadaan usahatani (pelaksanaan musim tanam April – Juli 2010.

3.5.2. Batasan Operasional

1. Lokasi Penelitian adalah di Desa Sidoarjo II Ramunia Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang

2. Waktu penelitian adalah tahun 2010

3. Populasi adalah petani yang menanam padi sawah sebagai tanaman utama di lahan usahataninya.


(46)

IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN

KARAKTERISTIK SAMPEL

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Desa Sidoarjo II Ramunia mempunyai luas wilayah sekitar 588,28 ha dan jumlah penduduk 3.776 jiwa. Desa Sidoarjo II Ramunia ini terletak pada ketinggian 8 km dpl dengan bertopografi daratan dengan curah hujan rata-rata 3.000 mm/tahun. Desa ini berjarak 5 km dari ibukota kecamatan (Beringin), 15 km dari ibukota kabupaten (Lubuk Pakam), dan 48 km dari ibukota provinsi (Medan).

Secara administrasi Desa Sidoarjo II Ramunia mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut :

-

Sebelah Utara : Denai Lama/Desa Ramunia I/Desa Ramunia II Kec.P.Labu

-

Sebelah Selatan : Desa Karang Anyar Kec.Beringin

-

Sebelah Barat : Desa Beringin Kec.Beringin

-

Sebelah Timur : Sungai Ular Kab.Serdang Bedagai

4.2. Keadaan Penduduk

Penduduk yang ada di daerah penelitian terdiri dari suku Batak dan Jawa. Namun 90% masyarakat yang tinggal didaerah penelitian adalah suku Batak. Jumlah penduduk di daerah penelitian berjumlah 3.776 jiwa dengan 670 kepala rumah


(47)

tangga (KK). Jumlah dan distribusi penduduk di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Distibusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan Beringin, Kab. Deli Serdang Tahun 2010

No Kelompok Umur

(Tahun)

Jumlah (Jiwa)

Persentase (%)

1 0-14 851 22,54

2 15-49 2.293 60,73

3 > 50 632 16,73

Total 3.776 100,00

Sumber : Kantor Kepala Desa Sidoarjo II Ramunia, 2011

Tabel 9 menunjukkan penduduk kelompok umur usia anak-anak (0-14 tahun) sebanyak 851 jiwa (22,54 %), kelompok umur usia produktif (15-49 tahun) sebanyak 2.293 jiwa (60,73 %) dan kelompok umur usia ≥ 50 tahun sebanyak 632 jiwa (16,73 %).

Pada umumnnya masyarakat Desa Sidoarjo II Ramunia saling mengenal satu sama lain sehingga keakraban dapat terjalin dengan baik. Bahasa komunikasi yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah bahasa Batak, Jawa dan Indonesia.

Jadi dapat disimpulkan bahwa daerah penelitian memiliki tenaga kerja yang cukup karena persentase jumlah penduduk pada usia produktif lebih tinggi yaitu sebesar 60,73%.

Keadaan penduduk berdasarkan tingkat pendidikan formal di Desa Sidoarjo II Ramunia dapat dilihat pada Tabel 10.


(48)

Tabel 10. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Sidoarjo II Ramunia, Kec. Beringin, Kab. Deli Serdang Tahun 2010.

No. Tingkat Pendidikan Jumlah Jiwa Persentase (%)

1 Buta Aksara 468 12,39

2 Tidak Tamat SD 1.200 31,78

3 Tamat SD 1594 42,21

4 Tamat SMP 217 5,75

5 Tamat SMA 201 5,32

6 Tamat Akademi (D1-D3) dan Sarjana 96 2,54

Total 3.776 100,00

Sumber : Kantor Kepala Desa Sidoarjo II Ramunia, 2011

Tabel 10 menunjukkan jumlah penduduk yang buta aksara sebanyak 468 jiwa (12,39 %), tidak tamat SD sebanyak 1.200 jiwa (31,78 %), tingkat pendidikan SD sebanyak 1.594 jiwa (42,21 %), tingkat pendidikan SMP sebanyak 217 jiwa (5,75 %), tingkat pendidikan SMA 201 jiwa (5,32 %), tingkat pendidikan akademi dan sarjana sebanyak 96 jiwa (2,54 %). Dengan demikian dapat diasumsikan tingkat pendidikan masyarakat di daerah penelitian masih relatif rendah.

4.3. Penggunaan Tanah

Luas Wilayah daerah penelitian adalah 588,28 ha dengan penggunaan tanah seperti terlihat pada tabel 11.

Tabel 11. Luas dan Jenis Penggunaan Tanah di Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010

No. Jenis Penggunaan Tanah Luas (ha)

Persentase (%)

1 Persawahan 523,28 88,95

2 Pemukiman 40 6,80

3 Sosial 25 4,25

Jumlah 588,28 100,00


(49)

Tabel 11 menunjukkan penggunaan tanah yang paling luas adalah untuk lahan persawahan yaitu sebesar 523,28 ha (88,95 %), untuk pemukiman sebesar 40 ha (6,80 %) dan untuk sosial (jalan raya, kuburan, sekolah, gereja, dll) sebesar 25 ha (4,25 %). Data ini mengindikasikan bahwa daerah penelitian adalah daerah pertanian yang ditanami padi sawah.

4.4. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang terdapat di Desa Sidoarjo II Ramunia dapat dilihat pada tabel 12.

Tabel 12. Sarana dan Prasarana di Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010

No. Uraian Jumlah

(Unit) 1. Pendidikan

-

SD

-

SMP

4 2 2. Sarana Ibadah

-

Gereja 7

3. Sarana Kesehatan

-

BKIA

-

Posyandu

1 4

6. Kilang Padi 7

7. Irigasi 1

Sumber: Kantor Kepala Desa Sidoarjo II Ramunia, 2011

Tabel 12 menunjukkan sarana dan prasarana yang terdapat di Desa Sidoarjo II Ramunia baik dalam bidang pertanian, pendidikan, sosial dan agama sudah baik. Namun perlu adanya pasar tradisional di desa ini untuk memudahkan masyarakat dalam membeli kebutuhan hidup sehari-hari.


(50)

4.5. Karakteristik Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah petani yang mengusahakan tanaman padi dalam lahan pertaniannya dan menjadi penghasilan utamanya. Karakteristik yang diamati antara lain umur, pendidikan formal, pengalaman bertani, jumlah tanggungan, dan luas lahan yang dikelola baik lahan itu milik sendiri maupun sewa. Rekapitulasi karakteristik petani sampel dapat dilihat pada tabel 13.

Tabel 13. Rekapitulasi Karakteristik Petani Sampel di Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang

No Uraian Satuan Rataan Range

1. Umur Tahun 45,63 30-75

2. Pendidikan Formal Tahun 9,83 6-17

3. Pengalaman Bertani Tahun 19,87 5-55

4. Jumlah Tanggungan Jiwa 5,00 2-10

5. Luas Lahan Hektar 0,92 0,12-2,3

Sumber : Data diolah dari Lampiran 1

Tabel 13 menunjukkan bahwa rata-rata umur petani sampel adalah 45,63 tahun dengan range antara 30-75 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum petani sampel berada pada usia produktif meskipun ada yang sudah memasuki usia lanjut.

Tingkat pendidikan yang ditempuh petani sampel pada umumnya adalah rata-rata 9,83 tahun dengan range 6-17 tahun. Rata-rata tingkat pendidikan sampel sudah tergolong tinggi yaitu setara SMP dan bahkan ada sampel yang tingkat pendidikannya sudah sarjana.

Pengalaman bertani petani sampel dalam menjalankan usahataninya rata-rata 19,87 tahun dengan range 5-55 tahun. Rata-rata pengalaman berusahatani sampel


(51)

sudah tergolong tinggi sehingga diasumsikan petani sampel telah mapan dalam mengatasi masalah yang dihadapi dalam usahataninya.

Rata-rata jumlah tanggungan petani sampel adalah 4,47 jiwa dengan range 2-10 jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa petani sampel memiliki jumlah tanggungan dikategorikan sedang.

Rata-rata luas lahan usahatani pada petani sampel adalah 0,92 ha dengan range antara 0,12-2,3 ha artinya luas lahan yang diusahakan oleh petani sampel cukup luas.


(52)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Usahatani Padi Sawah di Daerah Penelitian

Pertanian merupakan sumber penghasilan utama di daerah penelitian dimana 85% jumlah KK yang ada didaerah penelitian bermatapencaharian petani. Yang menjadi komoditas utama adalah padi sawah dan selanjutnya pola tanam di desa tersebut dapat dilihat pada gambar 1.

5.1.1. Pengolahan Lahan

Pengolahan sawah atau pembajakan dilakukan lebih kurang satu bulan sebelum tanam dengan menggunakan jetor atau hand traktor. Petani dapat menyewa jetor dengan harga Rp 750.000/ ha atau sebesar Rp 30.000/rante. Biaya ini sudah termasuk biaya pembajakan dan perataan tanah. Setelah pembajakan pertama, kira-kira 21 hari lagi dilakukan perataan tanah dengan menggunakan jetor juga dan kemudian satu atau dua hari lagi dilakukan penanaman. Perataan tanah dilakukan untuk memecah bongkahan tanah hasil bajakan menjadi pecahan-pecahan tanah yang lebih kecil dan halus sekaligus untuk meratakan permukaan lahan. Di daerah penelitian biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk pengolahan lahan rata-rata Rp. 680.000 per petani untuk sebelum dan sesudah kenaikan HPP.

5.1.2. Persemaian

Dalam melakukan persemaian, tanah untuk persemaian telah dipersiapkan lebih dahulu, yaitu di areal persawahan itu juga. Persemaian ini dilakukan seminggu setelah pembajakan pertama. Benih sebelum disemaikan terlebih dahulu direndam dalam air selama 2-3 hari sampai benih berkecambah kemudian benih disebar di


(53)

tempat yang telah dipersiapkan. Setelah bibit berumur ± 21 hari, bibit telah siap untuk di pindahtanamkan. Didaerah penelitian varietas yang digunakan adalah IR-64 dan Ciherang dengan umur tanaman ± 100 hari. Benih yang disemaikan oleh petani berasal dari benih sendiri yang dipersiapkan dari gabah yang berasal dari

panen sebelumnya. Banyaknya benih yang digunakan oleh petani rata-rata 69,97 Kg per petani atau 79,017 Kg per Ha. Keadaan ini menunjukkan bahwa

petani di daerah penelitian menggunakan benih dengan dosis 316 % melebihi dari dosis anjuran artinya penggunaan benih terlalu boros . Oleh karena itu sebaiknya jumlah benih dikurangi dengan ketentuan dosis sedikit diatas anjuran yaitu berkisar 30-35 Kg/ Ha, maka biaya untuk kebutuhan bibit dapat ditekan. Jumlah benih yang digunakan petani sebelum dan sesudah kenaikan HPP 1 Januari 2010 dapat dilihat pada tabel 14.

Tabel 14. Jumlah Benih yang Digunakan Sebelum dan Sesudah Kenaikan HPP 1 Januari 2010

Uraian Sebelum

Kenaikan HPP

Sesudah Kenaikan HPP

Anjuran Per Petani

a. Jumlah (Kg) b. Biaya Per Ha

a. Jumlah b. Biaya

69,97 230.490

79,017 264.160

69,97 262.610

79,017 299.080

23 - 25

-

Sumber: Data diolah dari lampiran 2;3;4a;4b;5a;5b

5.1.3. Penanaman

Bibit dipersemaian yang dicabut adalah bibit yang sudah berumur ± 21 hari dan langsung ditanam pada hari itu juga atau 1-2 hari kemudian. Penanaman padi dilakukan dengan jarak tanam 10 × 10 cm dengan kedalaman 3-4 cm. Setiap lubang tanam bibit yang digunakan 5-8 batang. Rataan penggunaan benih per musim tanam di daerah penelitian adalah 79,017 kg/ha. Sementara anjuran dari


(54)

Dinas Pertanian penggunaan benih untuk lahan dengan sistem tanam legowo 4:1 adalah 25 kg/ha, jarak tanam 20 × 10 cm dan 1-3 batang per lubang tanam. Kelebihan penggunaan benih di daerah penelitian disebabkan oleh sistem penanaman padi masih konvensional. Banyaknya bibit yang digunakan per lubang tanam diakibatkan oleh serangan keong mas yang bisa menyebabkan matinya bibit yang telah ditanam. Jika bibit yang digunakan hanya 1-3 batang per lubang tanam petani mengantisipasinya dengan menambah jumlah bibit yang ditanam. Penanaman dilakukan oleh para wanita sebagai tenaga kerja dalam keluarga

ataupun luar keluarga. Sebelum kenaikan HPP upah menanam padi Rp 20.000/rante dan setelah kenaikan HPP 1 Januari 2010 menjadi Rp 22.000/rante.

5.1.4. Pengairan

Ketersediaan air adalah salah satu faktor utama yang mendukung keberhasilan dalam intensitas penggunaan lahan. Di daerah penelitian air tersedia sepanjang tahun. Pengairan berasal dari sungai ular yang bisa diandalkan sepanjang musim tanam. Dalam penggunaan air dari irigasi ini setiap petani dibebankan biaya sebesar 2 kg gabah kering giling/rante yang harus dibayar setelah panen.

5.1.5. Pemupukan

Pemupukan bertujuan untuk menambah zat-zat dan unsur hara yang dibutuhkan tanaman dari dalam tanah. Di daerah penelitian pemupukan dilaksanakan 3 kali selama satu musim tanam tetapi belum mengikuti anjuran dari dinas pertanian. Jenis pupuk yang digunakan adalah urea (187,18 kg/ha), SP36 (113,16 kg/ha), Phonska (109,7 kg/ha), Za (101,812 kg/ha). Sementara jika penanaman padi


(55)

dilakukan dengan sistem legowo 4:1 jumlah pupuk yang dianjurkan adalah urea (150-300 kg/ha), SP36 (50-200 kg/ha), Phonska (300 kg/ha), Za (0-200 kg/ha). Banyaknya pupuk yang digunakan sebelum dan sesudah kenaikan HPP ternyata sama dan dapat dilihat pada tabel 15.

Tabel 15. Jumlah Pupuk yang Digunakan Sebelum dan Sesudah Kenaikan HPP di Daerah Penelitian

Uraian Sebelum Kenaikan HPP Sesudah Kenaikan HPP Per Petani Per Ha Per Petani Per Ha a. Urea (Kg)

b. SP36 (Kg) c. Phonska (Kg) d. Za (Kg)

168,80 102,45 98,10

94

187,177 113,159 109,699 101,812

168.80 102,45 98,10

94

187,177 113,159 109,699 101,812 Sumber : Data diolah dari lampiran 2;3

5.1.6. Penyiangan

Penyiangan dapat dilakukan dengan mencabut rumput-rumput liar disekitar tanaman padi yang dilakukan setelah padi berumur 3 minggu. Penyiangan dapat dilakukan dengan mencabut langsung. Di daerah penelitian penyiangan dilakukan dengan penyemprotan menggunakan Baycrab (500 ml), Ally 76 (100 gr), Sindak (100 gr) dan ada petani melakukan penyiangan dengan mencabut rumput secara langsung.

5.1.7. Pemberantasan Hama dan Penyakit

Hama yang menyerang tanaman padi sawah di daerah penelitian adalah ulat daun, keong mas, walang sangit, wereng, sundep, kepinding. Jenis obat-obatan yang digunakan petani di daerah penelitian adalah Insektisida (Bestock (250 ml), Spontan (500 ml), Sherva (100 cc), Molluscic (50 kg), Match (100 ml), Fungisida (Score (80 ml), Policur (80 ml) dan Herbisida Baycrab (500 ml), (Ally 76 (100 gr), Sindak (100 gr). Bestock digunakan untuk mengendalikan kepinding, Spontan


(56)

untuk mengendalikan hama sundep, Sherva digunakan untuk mengendalikan walang sangit, Molluscic digunakan untuk mengendalikan keong mas, Match digunakan untuk mengendalikan ulat daun, Score dan Policur digunakan untuk merangsang bulir padi dan untuk mencegah jamur; Baycrab, Ally 76 dan Sindak digunakan untuk mencegah gulma. Banyaknya obat-obatan yang digunakan

sebelum dan sesudah kenaikan HPP ternyata sama dan dapat dilihat pada tabel 16.

Tabel 16. Jumlah Obat-obatan yang Digunakan Sebelum dan Sesudah Kenaikan HPP di Daerah Penelitian

Uraian Sebelum Kenaikan HPP Sesudah Kenaikan HPP Per Petani Per Ha Per Petani Per Ha a. Bestock (250 ml)

b. Spontan (500 ml) c. Sherva (100 cc) d. Molluscic (50 Kg) e. Match (100 ml) f. Score (80 ml) g. Policur (80 ml) h. Baycrab (500 ml) i. Ally 76 (100 gr) j. Sindak (100 gr)

6,70 7,23 2,80 0,47 2,83 2,73 2,23 0,43 4,0 0,47 7,80 7,82 2,62 0,34 2,84 3,42 2,01 0,60 3,92 0,58 6,70 7,23 2,80 0,47 2,83 2,73 2,23 0,43 4,0 0,47 7,80 7,82 2,62 0,34 2,84 3,42 2,01 0,60 3,92 0,58 Sumber : Data diolah dari lampiran 2;3

5.1.8. Panen

Pemanenan dilakukan bila padi sudah menguning secara menyeluruh. Di daerah penelitian padi dipanen setelah berumur ± 100 hari. Di daerah penelitian seluruh petani sampel menggunakan tenaga kerja luar keluarga dalam pemanenan. Pemanenan dilakukan dengan cara memotong batang berikut malainya. Batang padi dipotong pada bagian tengah dengan menggunakan sabit gerigi. Kemudian dirontokkan dengan menggunakan threser. Setelah dirontokkan dilakukan pembersihan gabah dengan menggunakan mesin kipas padi untuk memisahkan


(57)

Pemanenan dilakukan dengan sistem borong dengan upah 12:1 artinya jika hasil panen sebanyak 13 kg maka 12 kg menjadi milik petani dan 1 kg menjadi upah pemanen. Sistem pemberian upah ini sudah lama berlaku tanpa ada perubahan karena dengan upah 12:1 baik pemborong maupun petani sudah sama-sama diuntungkan. Namun upah yang diberikan kepada pemanen berupa uang yang setara dengan harga gabah kering panen. Pada tahun 2009 harga GKP di daerah penelitian adalah Rp. 2.800/ Kg sedangkan pada tahun 2010 harga GKP di daerah penelitian adalah Rp. 3.100/ Kg. Namun untuk tahun 2009 harga GKG di daerah penelitian adalah Rp. 3.523,33/ Kg sedangkan pada tahun 2010 harga GKG di daerah penelitian Rp. 3.940/ Kg.

Untuk mengangkut hasil panen dari lahan pertanian sampai ketempat pengeringan

dibutuhkan pengangkutan. Besar biaya yang dibebankan Rp2.000-Rp 3.000/karung (1 karung ±85 kg) tergantung jarak yang dilalui. Gabah

kering panen yang dikeringkan menjadi gabah kering giling mengalami penyusutan 16 %.

5.1.9. Pascapanen

Pascapanen yang dimaksud disini adalah pengeringan yang bertujuan untuk menurunkan kadar air gabah (0%<KA<14%) sehingga gabah bisa disimpan atau langsung digiling. Pengeringan dilakukan 1-2 hari setelah pemanenan. Waktu pengeringan tergantung kepada cuaca.


(58)

5.2. Analisis Ekonomi Usahatani Padi Sawah Sebelum Dan Sesudah Kenaikan Hpp Gabah

Biaya produksi usahatani adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam melakukan usahanya dalam satu musim tanam yang terdiri dari biaya sarana produksi (bibit, pupuk, dan obat-obatan), biaya tenaga kerja dan biaya lainnya seperti PBB. Biaya produksi terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap terdiri dari biaya PBB dan biaya penyusutan peralatan, sementara biaya variabel terdiri dari biaya sarana produksi dan upah tenaga kerja. Adapun biaya produksi usahatani didaerah penelitian terdiri dari biaya sarana produksi (bibit, pupuk, dan obat-obatan), biaya tenaga kerja dan biaya lainnya seperti PBB, transportasi, sewa lahan, iuran irigasi dan penyusutan akan diuraikan secara terperinci pada tabel 17.


(59)

Tabel 17. Analisis Ekonomi Usahatani Padi Sawah di Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang

No Uraian Sebelum Kenaikan HPP Sesudah Kenaikan HPP Per Petani Per Ha Per Petani Per Ha

1 Luas Lahan (ha) 0,92 1 0,92 1

2 Sarana Produksi (Rp) a. Bibit b. Pupuk Urea SP36 Phonska ZA Total c. Obat-obatan Insektisida Fungisida Herbisida Total 230.490 267.200 169.120 206.070 159.830 802.220 694.830 197.300 44.700 1.969.550 264.160 297.250 185.660 231.730 169.300 883.940 718.620 215.480 53.530 2135.720 262.610 303.970 201.570 243.080 196.400 945020 753.900 202.53 48.720 2.212.790 299.080 338.030 222.700 273.650 210.650 1.045.030 789.780 224.140 58.360 2.416.390 3 Tenaga Kerja (Rp)

TKDK TKLK Total 523.460 2.904.870 3.428.340 690.860 3.073.750 3.764.610 588.650 3.202.220 3.790.870 775.390 3.388.680 4.164.070 4 Penyusutan Alat

(Rp)

138.350 151.470 138.350 151.470

5 Sewa Lahan (Rp) 1.469.830 1.813.760 1.649.500 2.032.180

6 PBB (Rp) 166.760 167.080 182.330 182.800

7 Transportasi (Rp) 198.280 210.800 206.780 220.300 8 Irigasi (Rp) 164.93 179.600 188.50 203.330

9 Total Biaya

Produksi (Rp)

7.536.050 8.422.800 8.369.120 9.370.540

10 Produksi GKG (Kg) 5.671,00 6.163,25 5.856,67 6.370,99

11 Harga Jual (Rp/kg) 3.523,33 - 3.940 -

12 Penerimaan (Rp/MT) 19.958.970 21.708.483 23.119.333 25.093.517 13. Pendapatan(Rp/MT) 12.422.920 13.285.690 14.750.210 15.722.980 Sumber : Data diolah dari lampiran 4a;5a;8a,b;12a;b


(60)

Dari tabel 17 dapat dikemukakan bahwa rata-rata biaya untuk bibit yang

dikeluarkan oleh petani sebelum kenaikan HPP gabah adalah Rp 230.490 per petani atau Rp 264.160 per hektar lebih rendah dibandingkan

dengan sesudah kenaikan HPP gabah yaitu sebesar Rp 262.610 per petani dan Rp 299.080 per hektar. Di daerah penelitian seluruh petani sampel menggunakan benih sendiri atau membeli benih dari petani lain. Petani belum menggunakan benih yang bersertifikat seperti yang disarankan oleh pemerintah. Jadi perbedaan biaya bibit sebelum dan sesudah kenaikan HPP gabah didaerah penelitian disebabkan oleh harga benih sebelum kenaikan HPP gabah lebih rendah dibandingkan dengan harga benih sesudah kenaikan HPP gabah. Namun dari kuantitas benih yang digunakan sebelum dan sesudah kenaikan HPP gabah sama.

Untuk pupuk dan obat-obatan biaya yang dikeluarkan sebelum kenaikan HPP gabah adalah Rp 1.969.550 per petani atau Rp 2.135.720 per hektar sedangkan setelah kenaikan HPP gabah adalah Rp. 2.212.790 per petani dan Rp 2.416.390 per hektar. Hal ini disebabkan oleh naiknya harga pupuk dan obat-obatan setelah kenaikan HPP gabah seperti yang tertera pada tabel 18.


(1)

(2)

Lampiran 15. Persentase Kenaikan Harga Penjualan Petani (Gabah Kering Giling) dibanding HPP Gabah per 1 Januari 2010

No. Sampel Luas Lahan (ha) HPP Gabah (Rp/kg) Harga Penjualan (Rp/kg) Persentase Kenaikan

(%) Keterangan

1 0.12 3,300.00 4,000.00 21.21 Tinggi

2 0.12 3,300.00 4,000.00 21.21 Tinggi

3 0.40 3,300.00 4,000.00 21.21 Tinggi

4 0.40 3,300.00 3,500.00 6.06 Rendah

5 0.52 3,300.00 3,900.00 18.18 Tinggi

6 0.60 3,300.00 4,000.00 21.21 Tinggi

7 0.60 3,300.00 4,000.00 21.21 Tinggi

8 0.64 3,300.00 4,000.00 21.21 Tinggi

9 0.64 3,300.00 3,700.00 12.12 Rendah

10 0.72 3,300.00 4,000.00 21.21 Tinggi

11 0.72 3,300.00 4,000.00 21.21 Tinggi

12 0.76 3,300.00 4,000.00 21.21 Tinggi

13 0.76 3,300.00 4,000.00 21.21 Tinggi

14 0.80 3,300.00 4,000.00 21.21 Tinggi

15 0.80 3,300.00 4,000.00 21.21 Tinggi

16 0.80 3,300.00 4,100.00 24.24 Tinggi

17 0.80 3,300.00 4,000.00 21.21 Tinggi

18 0.84 3,300.00 4,200.00 27.27 Tinggi

19 0.92 3,300.00 4,000.00 21.21 Tinggi

20 0.92 3,300.00 3,800.00 15.15 Tinggi

21 1.00 3,300.00 3,700.00 12.12 Rendah

22 1.00 3,300.00 3,800.00 15.15 Tinggi

23 1.00 3,300.00 3,800.00 15.15 Tinggi

24 1.20 3,300.00 3,800.00 15.15 Tinggi

25 1.20 3,300.00 4,000.00 21.21 Tinggi

26 1.40 3,300.00 4,000.00 21.21 Tinggi

27 1.50 3,300.00 3,800.00 15.15 Tinggi

28 2.00 3,300.00 4,000.00 21.21 Tinggi

29 2.00 3,300.00 4,100.00 24.24 Tinggi

30 2.30 3,300.00 4,000.00 21.21 Tinggi

Rataan 0.92 3,300.00 3,940.00 19.39 Tinggi


(3)

(4)

Lampiran 16.Uji Beda Pendapatan Usahatani Padi Sawah per Petani per Musim

Tanam Sebelum dan Sesudah Kenaikan HPP Gabah di Desa Sidoarjo II Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli

Serdang (Rp.000)

No Sampel Luas Lahan (ha) Pendapatan (Rp.000)

Sebelum Kenaikan HPP Sesudah Kenaikan HPP

1 0.12 2,022.82 2,159.85

2 0.12 1,663.25 2,044.72

3 0.40 3,058.67 3,400.72

4 0.40 3,907.69 4,034.13

5 0.52 7,866.92 9,882.90

6 0.60 11,890.89 13,534.02

7 0.60 9,823.85 10,537.23

8 0.64 10,130.36 12,082.69

9 0.64 10,957.43 12,262.68

10 0.72 10,212.05 12,647.06

11 0.72 6,175.40 8,678.97

12 0.76 8,740.59 11,363.03

13 0.76 10,564.07 13,019.89

14 0.80 11,363.52 12,702.89

15 0.80 8,840.11 11,177.13

16 0.80 6,229.45 7,678.56

17 0.80 9,365.27 10,927.89

18 0.84 7,035.60 10,865.44

19 0.92 14,685.84 17,076.00

20 0.92 13,047.74 15,162.01

21 1.00 13,989.42 14,530.34

22 1.00 13,364.78 14,463.98

23 1.00 9,746.34 15,009.73

24 1.20 11,588.87 13,727.56

25 1.20 10,086.07 10,936.63

26 1.40 23,512.87 27,262.50

27 1.50 22,164.84 24,684.59

28 2.00 33,153.87 40,859.23

29 2.00 31,877.99 38,387.85

30 2.30 35,620.96 41,406.13

Total 27.48 372,687.53 442,506.37 Rataan 0.92 12,422.92 14,750.21


(5)

(6)

Tabel 17. Persentase Kenaikan HPP Mulai Tahun 2006-2010 Tahun 2005 (Berlaku 1 Januari 2006) 2008 (Berlaku 22 April 2008) 2008 (Berlaku 1 Januari 2009)

2009 (Berlaku 1 Januari 2010) Gabah Kering Panen

(GKP)

Di Petani (Rp) 0.00 2,200.00 2,400.00 2,640.00

Persentase Kenaikan (%) 0.00 0.00 9.09 10.00

Di Penggilingan (Rp) 1,730.00 2,240.00 2,440.00 2,685.00

Persentase Kenaikan (%) 0.00 29.48 8.93 10.04

Gabah Kering Giling (GKG)

Di Penggilingan (Rp) 2,280.00 2,800.00 3,000.00 3,300.00

Persentase Kenaikan (%) 0.00 22.81 7.14 10.00

Di Gudang Bulog (Rp) 2,250.00 2,840.00 3,040.00 3,345.00

Persentase Kenaikan (%) 0.00 26.22 7.04 10.03

Beras (Rp)

Di Gudang Bulog (Rp) 3,550.00 4,300.00 4,600.00 5,060.00

Persentase Kenaikan (%) 0.00 21.13 6.98 10.00