Faktor – Faktor Ekonomi Yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Padi Di Daerah Irigasi Perbaungan Kab. Serdang Bedagai

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S1 EXTENSION MEDAN

FAKTOR – FAKTOR EKONOMI YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI PADI DI DAERAH IRIGASI PERBAUNGAN

KAB. SERDANG BEDAGAI

Diajukan Oleh :

NAMA : ANISAH AINI MANIK

NIM : 050523040

DEPARTEMEN : EKONOMI PEMBANGUNAN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi


(2)

Abstract

Indonesia as one of the agriculture countries where agriculture held important role from the number inhabitants who lived or worked and depend on the sector of agriculture. In supporting the sector of agriculture certainly needed production factor to achieve maximal result.

Productivity is very important, because the national income or GNP was often recived by increasing the effectiveness and the quality of man power compared with through the formation of capital and the increase in the work. In other words the national income progressed faster.

The production factor consisted of several factors inthis research the writer only took the cost of this production factors, price of production (X1), output production (X2), fertilizing cost (X3), and labour cost (X4). The data that was needed in this research took directly from the farmer totaling 60 respondens and from the North Sumatra Statistical Central Comitte, afterwards in the process by making use of E-Views 4.1 program.

Through this paper, we earn to see influence of the cost of the productions factors, such as production, output production, fertilizing cost, and labour cost toward the yield of farmer Padi agriculture in Daerah Irigasi Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai.

Keyword : yield, price of production, output production, fertilizing cost, and labour cost.


(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, sumber segala kehidupan yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai sebagai tugas akhir yang harus ditempuh untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi dari Fakultas Ekonomi Sumatera Utara.

Adapun judul skripsi ini adalah ”FAKTOR – FAKTOR EKONOMI YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI PADI DI DAERAH IRIGASI PERBAUNGAN KAB. SERDANG BEDAGAI”.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik berupa dorongan semangat maupun sumabngan pemikiran. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebsar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada :

1. Bapak Drs. John tafbu Ritonga, MEc selaku dekan Fakultas ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, MEc selaku ketua jurusan ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Rahmat Sumanjaya, Msi selaku Dosen Pembi mbing yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberi bimbingan dalam proses penulisan skripsi ini.

4. Bapak selaku Dosen Pembanding I yang telah banyak memberikan masukan dan saran dalam penulisan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Rujiman, MA selaku Dosen Pembanding II yang telah banyak memberikan masukan dan saran dalam penulisan skripsi ini.

6. Seluruh staff pengajar dan staff administrasi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang selama ini telah mendidik dan membimbing penulis dengan tulus ikhlas.


(4)

ada, Ayahanda Abdul Malik Manik, yang juga senantiasa terasa hadir diantara ketiadaannya, bang Arfan, bang Hamdan, kak Riah, bang Husni, kak Nisa’, dan adikku yang manja Munir, yang selalu memberi spirit dan motivasi serta dukungan doa dan materi kepada penulis, baik selama perkuliahan, kehidupan sehari-hari hingga dalam penulisan skripsi ini. Terimakasih atas keikhlasan dan ketulusan.

8. Kepada my best friend, afnar, mira, kak linda, citra, serta semua rekan-rekan mahasiswa yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu, terimakasih untuk semua perhatian, dukungan dan doanya.

9. Kepada Team Leader TA-IDPIM WISMP APL1 Bapak Harun Ramli, Expert, Assistant Expert dan Supporting Staff yang juga telah memberikan pengertian dan dukungannya kepada penulis.

10.Untuk kakanda Yudi Medhisaputra yang jauh di seberang pulau, terimakasih atas perhatian, motivasi dan doa kepada saya.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi bahan penulisan maupun kemampuan ilmuah dan teknis penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan tulisan ini dimasa yang akan datang.

Medan, Maret 2008 Penulis


(5)

Abstract

Indonesia as one of the agriculture countries where agriculture held important role from the number inhabitants who lived or worked and depend on the sector of agriculture. In supporting the sector of agriculture certainly needed production factor to achieve maximal result.

Productivity is very important, because the national income or GNP was often recived by increasing the effectiveness and the quality of man power compared with through the formation of capital and the increase in the work. In other words the national income progressed faster.

The production factor consisted of several factors inthis research the writer only took the cost of this production factors, price of production (X1), output production (X2), fertilizing cost (X3), and labour cost (X4). The data that was needed in this research took directly from the farmer totaling 60 respondens and from the North Sumatra Statistical Central Comitte, afterwards in the process by making use of E-Views 4.1 program.

Through this paper, we earn to see influence of the cost of the productions factors, such as production, output production, fertilizing cost, and labour cost toward the yield of farmer Padi agriculture in Daerah Irigasi Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai.

Keyword : yield, price of production, output production, fertilizing cost, and labour cost.


(6)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam penyelenggaraan pembangunan di dunia manapun, termasuk proses yang berlangsung di Indonesia sebagai negara berkembang, tak terlepas dari persoalan bagi masyarakatnya baik dari aspek sosial, ekonomi serta lingkungan. Persoalan utama dan paling penting adalah bahwa pembangunan lebih banyak dilakukan oleh pemerintah sebagai subjek dan masyarakat sebagai pihak lain yang menjadi objek pembangunan. Hal ini menjadi alasan ketimpangan proses pembangunan yang bersinergi dan berkelanjutan.

Pertanian merupakan salah satu aspek yang mempunyai kontribusi besar dalam proses pembangunan ekonomi. Kontribusi pertanian terhadap pembangunan ekonomi negara yaitu kontribusi produksi, kontribusi pasar, kontribusi faktor produksi, dan kontribusi devisa. Indonesia masih merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukan dari banyaknya tenaga kerja yang hidup atau bekerja pada sektor pertanian atau produk nasional yang berasal dari pertanian. Persentase terbesar penduduk (68 %) berada atau tinggal didaerah pedesaan. Sedangkan persentase terkecil (32 %) berada didaerah perkotaan. Ini menunjukan sebagian besar penduduk Indonesia mata pencahariaannya adalah sektor pertanian.

Oleh karena besarnya jumlah penduduk yang bermata pencaharian dari sektor pertanian, maka pembangunan di bidang pertanian sangat mutlak


(7)

dilaksanakan sebagai upaya untuk meningkatkan pendapatan masyarakat terutama para petani.

Fenomena kemiskinan petani tersebut tentu lebih startegis dan layak memperoleh perhatian memadai, dibanding misalnya debat publik berkepanjangan apakah Indonesia telah mencapai swasembada atau belum, atau apakah Indonesia perlu mengimpor beras atau tidak. Walaupun demikian, simplifikasi pemikiran bahwa karena sebagian besar Indonesia miskin sehingga impor beras atau liberalisasi perdagangan di sektor pertanian harus segera dibuka lebih bebas, tampak terlalu gegabah, apabila pemerintah hanya selalu mendengarkan satu sisi argument yang mendukung impor beras, gula, jagung, kedelai, dan lainnya, pilihan bijaksana untuk meningkatkan produksi dan produktivitas pertanian seakan tertutup.

Semakin murahnya harga komoditas pertanian secara relatif dibanding komoditas nonpertanian, petani Indonesia dipastikan tidak mampu mengakses perubahan teknologi pertanian, yang merupakan salah satu prasyarat tercapainya efifiensi. Petani kecil dan tidak mampu menggapai skala ekonomi, umumnya tidak mampu menikmati manfaat besar dari efisiensi usaha tani sehingga penerimaan ekonomi dari kelompok ini juga tidak cukup mampu menopang ekonomi rumah tangganya. Petani skala kecil inilah harus mengandalkan aktivitas ekonomi dari luar usaha tani untuk mempertahankan kehidupan rumah tangganya.

Dengan makin pentingnya pertanian dalam pembangunan Indonesia, terutama dalam rangka tujuan swasembada beberapa komoditas pertanian, penting untuk dapat mengerti hakikat dan masalah – maslah pertanian. Masalah tersebut


(8)

juga menyangkut masalah ekonomi pertanian dalam hubungannya dengan analisis ekonomi pertanian.

Dari penjelasan diatas, penulis tertarik untuk mengangkat masalah ini menjadi penelitian dalam penulisan skripsi yang berjudul,

“FAKTOR – FAKTOR EKONOMI YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI PADI DI DAERAH IRIGASI PERBAUNGAN KAB. SERDANG BEDAGAI ”

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka ada rumusan masalah yang dapat diambil sebagai kajian dalam penelitian yang akan dilakukan. Hal ini bertujuan untuk mempermudah dalam penulisan skripsi ini. Selain itu, rumusan masalah ini diperlukan sebagai suatu cara untuk mengambil keputusan dari akhir penulisan skripsi, antara lain :

1. Berapa besar pengaruh harga jual produksi padi terhadap pendapatan petani pada Daerah Irigasi Perbaungan Kab. Serdang Bedagai

2. Berapa besar pengaruh jumlah hasil produksi padi terhadap pendapatan petani pada Daerah Irigasi Perbaungan Kab. Serdang Bedagai

3. Berapa besar pengaruh biaya pemupukan pada tanaman padi terhadap jumlah pendapatan petani padi pada Daerah Irigasi Kab. Serdang Bedagai 4. Berapa besar pengaruh biaya upah tenaga kerja terhadap jumlah


(9)

1.3 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang ada, dimana kebenarannya masih perlu dikaji dan diteliti melalui data yang terkumpul.

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penulis membuat hipotesis sebagai berikut :

1. Harga Jual Produksi berpengaruh positif terhadap pendapatan petani pada Daerah Irigasi Perbaungan Kab. Serdang Bedagai.

2. Jumlah Hasil Produksi berpengaruh positif terhadap pendapatan petani pada Daerah Irigasi Perbaungan Kab. Serdang Bedagai.

3. Biaya Pemupukan berpengaruh negatif terhadap pendapatan petani padi pada Daerah Irigasi Perbaungan Kab. Serdang Bedagai.

4. Biaya Upah Tenaga Kerja berpengaruh negatif terhadap pendapatan petani padi pada Daerah Irigasi Perbaungan Kab. Serdang Bedagai.

1.4 Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh harga jual produksi terhadap pendapatan petani pada Daerah Irigasi Perbaungan Kab. Serdang Bedagai. 2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh jumlah hasil produksi

terhadap pendapatan petani pada Daerah Irigasi Perbaungan Kab. Serdang Bedagai.


(10)

3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh biaya pemupukan terhadap pendapatan petani padi pada Daerah Irigasi Perbaungan Kab. Serdang Bedagai.

4. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh biaya upah tenaga kerja terhadap pendapatan petani padi pada Daerah Irigasi Perbaungan Kab. Serdang Bedagai.

Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Dapat digunakan sebagai bahan studi atau tambahan literature bagi mahasiswa/I Fakultas Ekonomi khususnya Departemen Pembangunan 2. Sebagai bahan referensi dan informasi bagi masyarakat dan mahasiswa/I

yang ingin melakukan penelitian selanjutnya

3. Untuk menambah dan memperkaya wawasan ilmiah penulis tentang peningkatan pendapatan dari sektor ekonomi pertanian


(11)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2. 1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran suatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat. Kemampuan ini disebabkan karena faktor-faktor produksi akan selalu mengalami pertambahan dalam jumlah dan kualitasnya.

Menurut Kuznets (Todaro, 2000 : 163), pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri atau ekmungkinan oleh adanya kemajuan penyesuaian-penyesuaian teknologi, institusional (kelembagaan), dan ideologis terhadap berbagai tuntutan keadaan yang ada. Adapun komponen-komponen yang terkandung dalam defenisi diatas adalah sebagai berikut :

• Kenaikan output secara berkesinambungan adalah manifestasi atau perwujudan dari apa yang disebut sebagai pertumbuhan ekonomi sedangkan kemampuan menyediakan berbagai jenis barang itu sendiri merupakan tanda kematangan ekonomi (economy maturity) disuatu negara bersangkutan.

• Perkembangan teknologi merupakan dasar atau prakondisi bagi berlangsungnya suatu pertumbuhan ekonomi secara berkesinambungan, tetapi tidak cukup itu saja masih dibutuhkan faktor-faktor lain.


(12)

• Guna mewujudkan potensi pertumbuhan yang terkandung didalam teknologi, maka perlu diadakan serangkaian penyesuaian kelembagaan, sikap dan ideology. (Todaro, 2000 : 144).

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang amat penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara. Dimana pertumbuhan ekonomi ini menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu. Karena pada dasarnya aktivitas perekonomian adalah suatu proses penggunaan faktor – faktor produksi untuk menghasilkan output, maka proses ini pada gilirannya akan menghasilkan suatu lairan balas jasa terhadap faktor produksi yang dimiliki oleh masyarakat. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi maka diharapkan pendapatan masyarakat sebagai pemilik faktor produksi juga akan meningkat.

Perekonomian dianggap mengalami pertumbuhan bila seluruh balas jasa riil terhadap penggunaan faktor produksi pada tahun tertentu lebih besar daripada tahun sebelumnya (Hera Susanti,1995, hal : 23). Istilah pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi sebenarnya mempunyai arti yang berbeda, dimana kedua-duanya menerangkan mengenai perkembangan ekonomi yang berlaku. Pertumbuhan selalu digunakan sebagai ungkapan umum yang menggambarkan tingkat perkembangan suatu negara yang diukur melalui pertumbuhan (presentase pertambahan) dari pendapatan nasional riil. Sedangkan istilah pembangunan ekonomi biasanya dikaitkan dengan perkembangan ekonomi di negara – negara berkembang.


(13)

2.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi Regional

Pada dasarnya pembangunan daerah adalah berkenaan dengan tingkat dan perubahan selama kurun waktu tertentu suatu set variabel-variabel, seperti produksi, produk, angkatan kerja, rasio modal tenaga kerja, imbalan bagi faktor (faktor returns) dalam daerah dibatasi secara jelas. Laju pertubuhan dari daerah – daerah biasanya diukur menurut output atau tingkat pendapatan adalah sangat berbeda-beda, dan beberapa daerah mengalami kemunduran jangka panjang.

Pertumbuhan ekonomi regional adalah produk dari banyak faktor, sebagian bersifat intern dan sebagian lainnya bersifat ekstern dan sosio politik. Faktor-faktor yang berasal dari daerah itu sendiri (intern) meliputi distribusi faktor produksi, seperti tanah, tenaga kerja, modal sedangkan salah satu penentu ekstern yang paling penting adalah tingkat permintaan dari daerah-daerah lain terhadap komoditi yang dihasilkan oleh daerah tersebut.

Pola pertumbuhan ekonomi rasional tidak sama dengan apa yang lazim ditemukan pada pertumbuhan ekonomi nasioanl. Hal ini pada dasarnya disebabkan pada analisa pertumbuhan ekonomi regional lebih dipusatkan pada pengaruh perbedaan karakteristik space terhadap pertumbuhan ekonomi. Namun demikian, kedua kelompok ilmu ini juga memiliki cirri-ciri yang sama, yaitu memberikan penekanan pada unsur waktu yang merupakan faktor penting dalam analisa pertumbuhan ekonomi.

Pada teori pertumbuhan ekonomi nasional faktor-faktor yang sangat penting diperhatikan adalah modal, lapangan pekerjaan, dan kemajuan teknologi yang bias muncul dalam berbagai bentuk. Sedangkan pada teori pertumbuhan


(14)

ekonomi regionalfaktor-faktor yang mendapat perhatian utama adalah keuntungan lokasi, aglomerasi, migrasi, dan arus lalu lintas modal antar wilayah.

Teori pertumbuhan ekonomi regional dapat dibagi atas empat kelompok besar, yaitu :

1. Kelompok pertama dinamakan sebagai Export Base Models yang dipelopori oleh Douglas C. North (1955) dan kemudian dikembangkan Tiebout (1956). Kelompok ini mendasarkan pandangannya dari sudut teori lokasi, yang berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi suatu daerah akan lebih banyak ditentukan oleh jenis keuntungan lokasi dan dapat digunakan sebagai kekuatan ekspor. Keuntungan lokasi tersebut umumnya berbeda-beda setiap region dan hal ini bergantung pada keadaan geografis daerah setempat.

Pertumbuhan suatu daerah ditentukan oleh eksploitasi kemanfaatan alamiah dan pertumbuhan basis ekspor daerah yang bersangkutan yang dipengaruhi oleh tingkat permintaan ekstern daerah lain. Pendapatan yang diperoleh dari penjualan ekspor akan mengakibatkan berkembangnya kegiatan – kegiatan penduduk setempat, perpindahan modal dan tenaga kerja, keuntungan – keuntungan eksternal dan pertumbuhan suatu region strategi pembangunan harus disesuaikan dengan keuntungan lokasi yang dimilikinya dan tidak harus sama dengan strategi pembangunan pada tingkat nasional.

2. Kelompok kedua lebih banyak berorientasi pada kerangka pemikiran Neo Klasik, yang dipelopori oleh Borts Stein (1964), yang kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Roman (1965) dan Siebert (1969).


(15)

Kelompok ini mendasarkan analisanya pada peralatan fungsi produksi. Unsur-unsur yang menentukan pertumbuhan ekonomi regional adalah modal dan tenaga kerja. Adapun kekhususan teori ini adalah dibahasnya teori secara mendalam pengaruh perpindahan penduduk dan lalu lintas modal terhadap pertumbuhan ekonomi regional.

Suatu kesimpulan yang menarik dari model Neo Klasik adalah bahwa terdapat hubungan antara tingkat pertumbuhan suatu negara dengan perbedaan kemakmuran daerah pada suatu negara yang bersangkutan. Pada saat proses pembangunan baru dimulai (pada negara sedang berkembang), tingkat perbedaan kemakmuran antar wilayah cenderung menjadi tinggi, sedangkan bila proses pembangunan telah berjalan dalam waktu yang cenderung menurun. Hal ini disebabkan pada negara sedang berkembang lalu lintas keseimbangan pertumbuhan belum dapat terjadi. Masih belum lancarnya fasilitas pembangunan dan komunikasi serta kuatnya tradisi yang menghalangi mobilitas penduduk biasanya merupakan faktor utama yang menyebabkan belum lancarnya arus perpindahan orang dan modal antar daerah. Sedangkan pada negara-negara yang telah maju proses penyesuaian tersebut dapat terjadi dengan lancar karena telah sempurnanya fasilitas perhubungan dan komunikasi.

3. Kelompok ketiga menggunakan jalur pemikiran Keynes dan dinamakan sebagai Cumulative Causation Models. Teori ini dipelopori oleh Myrdal (1975) dan kemudian diformulasikan oleh Kaldor.


(16)

Teori ini berpendapat bahwa peningkatan pemerataan pembangunan antar daerah tidak hanya diserahkan pada kekuatan pasar (market mechanism), tetapi perlu adanya campur tangan pemerintah dalam bentuk program pembangunan wilayah terutama untuk daerah yang relatif masih terbelakang.

4. Kelompok keempat dinamakan sebagai Core Poriphery Models yang mula-mula dikemukakan oleh Friedman (1966).

Teori ini menekankan analisanya pada hubungan yang erat dan saling mempengaruhi antara pembangunan kota dan desa. Menurut teori ini, gerak langkah pembangunan daerah perkotaan akan lebih banyak ditentukan oleh keadaan desa-desa sekitarnya. Sebaliknya, corak pembangunan daerah pedesaan tersebut juga ditentukan oleh arah pembangunan perkotaan. Dengan demikian aspek interaksi antar daerah sangat ditonjolkan.

2.3 Pengertian Pendapatan

Dalam mengukur kondisi ekonomi seseorang atau rumah tangga, salah satu konsep pokok yang paling sering digunakan yaitu melalui tingkat pendapatannya. Pendapatan dapat menunjukkan semua uang yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu pada saat kegiatan ekonomi.

Dengan kata lain pendapatan harus juga diuraikan sebagai keseluruhan penerimaan yang diterima pekerja atau buruh, baik berupa fisik maupun non fisik selama ia melakukan pekerjaan pada suatu perusahaan, instansi atau tempat ia bekerja. Setiap orang yang bekerja berusaha untuk memperoleh pendapatan


(17)

dengan jumlah yang maksimal agar bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Maksud utama para tenaga kerja yang bersedia melakukan pekerjaan tersebut adalah untuk mendapatkan pendapatan yang cukup baginya dan keluarganya. Dengan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan hidupnya ataupun rumah tangganya, maka kehidupan yang sejahtera akan tercapai.

Pada awal abad ke-20 gagasan-gagasan yang berkenaan dengan pendapatan diperkenalkan oleh Fisher dan Hicks. Fisher menegaskan bahwa pendapatan adalah serangkaian kejadian yang berkaitan dengan beberapa tahap yang berbeda yaitu :

1. Pendapatan psikis 2. Pendapatan riil 3. Pendapatan uang.

Pendapatan psikis adalah barang dan jasa yang sungguh-sungguh oleh orang yang menciptakan kesenangan psikis dan kepuasan kebutuhan. Pendapatan psikis merupakan konsep psikologis yang tidak dapat diukur secara langsung namun dapat ditaksir oleh pendapatan riil.

Sedangkan pendapatan riil adalah ekspansi kejadian yang menimbulkan kenikmatan psikis. Pendapatan riil diukur dengan biaya hidup. Dengan kata lain kepuasan yang diciptakan oleh kenikmatan psikis dari keuntungan yang diukur dengan pengeluaran uang yang dilakukan untuk perolehan barang dan jasa sebelum dan sesudah konsumsi. Jadi pendapatan psikis, pendapatan riil dan biaya hidup merupakan tiga tahap yang berbeda bagi pendapatan.


(18)

Pendapatan uang menujukan seluruh uang yang diterima dan dimaksudkan akan dipergunakan untuk konsumsi, dalam memenuhi biaya hidup. Pendapatan psikis lebih mendasar dan pendapatan uang sering disebut dengan pendapatan.

2.4 Faktor-faktor Produksi

Yang dimaksud dengan produksi adalah suatu usaha yang dilakukan oleh manusia untuk menghasilkan barang dan jasa. Dimana dalam produksi manusia menggunakan benda-benda yang disediakan oleh alam atau diciptakan oleh manusia yang disebut dengan faktor-faktor produksi yang ada kalanya dinyatakan dengan istilah lain, yaitu sumber daya. Faktor-faktor produksi yang tersedia dalam perekonomian akan menentukan sampai sejauh mana suatu negara dapat menghasilkan barang dan jasa.

Faktor-faktor produksi yang digunakan dalam pertanian adalah sebagai berikut :

a. Tanah

Di negara kita faktor produksi tanah merupakan inti yang sangat penting kedudukannya, terlihat dari besarnya balas jasa yang diterima oleh tanah bila dibandingkan dengan faktor-faktor produksi lainnya.

Dr. Mubyarto memberikan pengertian tentang tanah, yaitu :

Tanah sebagai salah satu faktor produksi adalah merupakan pabriknya hasil-hasil pertanian, yaitu temapat diamna produksi berjalan dan dimana produksi keluar.

Dari pengertian diatas diperoleh kesimpulan bahwa tanah adalah faktor utama dalam pertanian. Pada umumnya tanah perlu diolah untuk meningkatkan


(19)

kualitasnya. Cara-cara pengolahan ini tentu saja tidak berbeda dengan cara pengolahan, pemeliharaan tanaman agar dapat memberikan hasil yang baik.

Akibat dari pertumbuhan penduduk, maka luas lahan yang dapat memproduksi hasil-hasil pertanian akan berkurang. Yang mengakibatkan terjadinya The law of diminishing return yaitu hukm kenaikan hasil yang selalu berkurang, artinya dengan semakin bertambahnya faktor produksi hingga pada suatu titik tertentu meskipun terjadi kenaikan hasil namun kenaikan itu tidak proporsional dengan pertumbuhan tenaga kerja.

Dengan demikian tanah merupakan faktor produksi yang sangat penting dan hanya dapat digunakan dengan bantuan tenaga kerja dan modal. Dengan kata lain, tanah memerlukan tenaga kerja dan modal sebagai pendukung produksi pertanian, pada dasarnya produksi tidak akan bertambah baik bila pengolahan lahan tidak dilaksanakan dengan baik pula.

b. Modal

Meskipun faktor produksi tanah memegang peranan sangat penting dalam pertanian, namun modal tidak dapat diabaikan sebagai pendukung terhadap produksi pertanian tersebut. Menurut Mubyarto, modal adalah barang atau uang yang secara bersama-sama dengan faktor produksi lainnya (tanah dan tenaga kerja) menghasilkan hasil-hasil pertanian.

Meskipun modal selalu dinyatakan nilainya dalam bentuk uang namun, ada juga penciptaan modal tanpa menggunakan uang. Meskipun demikian, uang


(20)

masih merupakan alat tukar dan pengukur nilai dari modal tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa uang sebagai alat utama dalam penciptaan modal.

Modal diciptakan petani dengan menahan diri dalam konsumsi dengan harapan pendapatannya akan lebih besar lagi dikemudian hari. Namun apabila para petani selalu mengkonsumsikan semua hasil panennya akan mengalami kemunduran, jadi dapat disimpulkan bahwasanya pengembangan pertanian akan ada bila terjadi pembentukan modal (investasi). Karena itu setiap petani yang maju akan tetap berusaha agar alat-alat produksinya (modal) semakin lama semakin baik dan semakin produktif.

Mengingat negara kita yang sedang membangun, modal merupakan suatu hal yang harus sangat diperhatikan, sementara itu kita juga harus memperhatikan implikasi modal dalam kebijaksanaan pembangunan pertanian baik itu modal fisik maupun modal manusiawi.

Menurut para ahli di Indonesia, produksi pertanian dapat ditingkatkan tanpa harus menambah faktor-faktor produksi yang diperlukan adalah perubahan pola penggunaan produksi pertaniannya, baik itu dalam berorganisasi maupun manajemen. Yang lazim disebut dengan perbaikan modal manusiawi (software).

c. Tenaga Kerja

Pada hakekatnya tenaga kerja sama pentingnya dengan dua faktor sebelumnya. Karena faktor tanah sama dengan modal saja bukan berarti telah dapat berproduksi dan dalam proses diperlukan tenaga kerja untuk menjadikan faktor-faktor tadi dapat berguna dalam proses produksi.


(21)

Menurut Charles P. Kindleberger tenaga kerja adalah kapasitas buruh untuk bekerja bukannya dalam arti keahlian yang produktif, melainkan reaksi sosialnya terhadap kesempatan ekonomi dan kesediaannya untuk menjalani perubahan ekonomi. Sedangkan pengertian tenaga kerja (man power) menurut Badan Pusat statistik adalah penduduk yang berumur 10 tahun keatas yang dianggap dapat memproduksi barang atau jasa. Dari pengertiannya tenaga kerja adalah buruh untuk bekerja, dengan demikian jelaslah bahwa tenaga kerja di pedesaan bekerja bukan memiliki keahlian tetapi mereka bekerja benar-benar secara sosial dan bekerja dengan pendapatan yang tidak tetap.

Jika diperhatikan pekerja yang ada di kota dan di desa benar-benar sangat berbeda, karena bekerja di kota pada umumnya memilki keahlian dan pengahasilan yang tetap. Perbedaan ini tentunya dikarenakan oleh cirri-ciri tenaga kerja dalam usaha tani, seperti yang dikemukakan oleh Kaslan A. Tohir berikut : 1. Keperluan tenaga kerja dalam usaha tani adalah tidak kontiniu dan merata. 2. Pemakaian tenaga kerja dalam usaha tani untuk setiap hektar lahan adalah

terbatas.

3. Tenaga kerja dalam usaha tani tidak mudah distandarisir, dirasionalisir, dan dispesialisasikan.

4. Keperluan tenaga kerja dari usaha tani itu cukup beraneka ragam sifatnya dan acapkali tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya.

Peran tenaga kerja sangat besar terhadap perkembangan perekonomian pedesaan, hal ini karena sektor pertanian yang merupakan sektor utama di pedesaan merupakan sektor yang padat karya.


(22)

d. Keahlian (Skill)

Untuk memperoleh hasil tani yang baik, petani berusaha mempunyai keahlian dalam produksi pertaniannya. Keahlian ini yang disebut dengan skill yang merupakan syarat mutlak dari peningkatan hasil pertanian yang diinginkan, seperti apa yang diisyaratkan Soemitro Djoyohadikusumo dari pengertian pembangunan ekonomi yakni sebagai berikut : Suatu usaha untuk memperbesar pendapatan perkapita dan menaikkan produktivitas perkapita dengan jalan menambah peralatan modal dan skill, dengan kata lain, pembangunan ekonomi adalah menambah peralatan modal dan skill agar satu sama lainnya menambah pendapatan yang lebih besar dan produktivitas perkapita yang lebih tinggi.

Dari pengertian diatas, jelaslah bahwa skill dan modal mempunyai peranan sejalan dalam pembangunan ekonomi.

Dahulu, masa pertanian dimana skill kurang mendapat perhatian atau disebut dengan petani tradisional, petani memproduksi hasil-hasil pertanian dengan tanpa mempergunakan keahlian dan pengetahuan, sehingga hasil pertanian mereka tidak berkembang dengan baik.

Oleh Soemitro Djoyohadikusumo, beliau menekankan bahwa skill sangat penting dalam proses produksi, sebab di negara kita tenaga skill ini masih sangat sedikit sekali dan tenaga kerja sektor pertanian di Indonesia masih di dominasi oleh tenaga kerja yang mengolah pertanian berdasarkan pengalaman turun temurun.


(23)

2.5 Peranan Sektor Pertanian Dalam Pembangunan Ekonomi

2.5.1. Kontribusi ekonomi dari Sektor Pertanian : Suatu Kerangka Analisis

Mengikuti analisis klasik dari Kuznets (1964), pertanian di negara-negara sedang berkembang (NSB) merupakan suatu sektor ekonomi yang sangat potensial dalam empat bentuk kontribusinya terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional yaitu sebagai berikut :

1. Ekspansi dari sektor-sektor ekonomi non pertanian sangat bergantung pada produk-produk dari sektor non pertanian, bukan saja untuk kelangsunganb pertumbuhan suplai makanan, tetapi juga untuk penyediaan bahan-bahan untuk keperluan kegiatan produksi di sektor non pertanian tersebut, terutama industri pengolahan, seperti industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian jadi, barang-barang dari kulit, dan farmasi. Kuznets menyebut ini sebagai kontribusi produk.

2. Karena kuatnya bias agraris dari ekonomi selama tahap-tahap awal pembangunan, maka populasi di sektor pertanian (daerah pedesaan) membentuk suatu bagian yang sangat besar dari pasar (permintaan) domestik terhadap produk-produk dari industri dan sektor-sektor lain di dalam negeri, baik untuk barang-barang produsen maupun barang-barang konsumen. Kuznets menyebutnya kontribusi pasar.

3. Karena relatif pentingnya pertanian (dilihat dari sumabngan outputnya terhadap pembentukanproduk domestik bruto (PDB) dan andilnya terhadap penyerapan tenaga kerja tanpa bias dihindari menurun dengan pertumbuhan


(24)

atau semakin tingginya tingkat pembangunan ekonomi, sektor ini dilihat sebagai suatu sumber investasi di dalam ekonomi. Jadi, pembangunan ekonomi melibatkan transfer surplus modal dari sektor-sektor non pertanian. Kuznets menyebutnya kontribusi faktor-faktor produksi.

4. Sektor pertanian mampu berperan sebagai salah satu sumber penting bagi surplus neraca perdagangan atau neraca pembayaran (sumber devisa), baik lewat ekspor hasil-hasil pertanian atau peningkatan produksi komoditi pertanian menggantikan impor (substitusi impor). Kuznets menyebutnya sebagai kontribusi devisa.

2.5.2 Keterkaitan Ekonomi

Keterkaitan produksi antara sektor pertanian dengan sektor-sektor lain dapat di analisis dengan menggunakan metodologi input-output (I-O). Keterkaitan produksi menunjukkan ketergantungan dalam proses produksi antara satu sektor dengan sektor-sektor lain. Ada dua bentuk keterkaitan produksi yakni keterkaitan produksi kedepan dan keterkaitan produksi ke belakang.

Dalam bentuk-bentuk keterkaitan ekonomi, sektor pertanian mempunyai tiga fungsi utama. Pertama, sebagai sumber investasi di sektor-sektor non pertanian; surplus uang (MS) disektor pertanian menjadi sumber bahan baku atau input bagi sektor-sektor lain, khususnya agroindustri dan sektor perdagangan. Ketiga, melalui pengingkatan permintaan di pasar output, sebagai sumber diversifikasi produksi di sektor-sektor ekonomi lainnya.


(25)

Berdasarkan uraian ini dapatlah dibayangkan apabila sektor pertanian mengalami stagnasi, kerugian yang dihadapi ekonomi domestic akan sangat besar akibat industri adan sektor-sektor lain yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan pertanian juga mengalami satgnasi karena tiga fungsi dari pertanian tersebut.

2.5.3 Keterkaitan Pertanian dengan Industri Pengelola

Ada beberapa alas an kenapa sektor pertanian yang kua sangat esensial dalam proses industialisasi di Negara Indonesia, yakni:

1. Sektor pertanian yang kuat berarti ketahanan pangan terjamin, dan ini merupakan salah satu prasyarat penting agar roses industrialisasi pada khususnya dan pembangunan ekonomi pada umumnya bias terus berlangsung.Ketahanan pangn juga berarti tidak ada kelaparan dan ini menjamin kestabilan sosial dan politik.

2. Dari sisi permintaan agregat, pembangunan pertanian yang baik membuat tingkat pendapatan riil perkapita di sektor tersebut tinggi yang merupakan salah satu sumber permintaan terhadap barang-barang non makanan, terutama produk-produk industri. Ini merupakan keterkaitan konsumsi atau peningkatan pendapatan disektor pertanian membuat permintaan akhir terhadap output disektor industri juga meningkat.

3. Dari sisi penawaran agregat, pembangunan di pertanian merupakan salah satu sumber input bagi industri pengolahan.


(26)

4. Masih dari sisi penawaran agregat, pembangunan di pertanian dapat menghasilkan surplus uang (MS) disektor tersebut yang bias menjadi sumber investasi di sektor lain, terutama industri pengolahan. Ini disebut keterkaitan investasi : pertumbuhan output pertanian mengahsilkan dan bagi sektor-sektor lain.

Pembahasan teori mengenai keterkaitan ekonomi antar pertanian dan industri, dan studi-studi kasus di Negara-negara di Afrika, Asia, dan Amerika Latin yang membuktikan betapa pentingnya pertanian bagi pertumbuhan produksi di industri. Studi tersebut menunjukkan bahwa ternyata keterkaitan antar kedua sektor tersebut di dominasi oleh efek keterkaitan pendapatan, bukan efek keterkaitan produksi, dan sangat sedidkit bukti mengenai keterkaitan investasi. Oleh karena itu pertanian memerankan suatu peranaan penting dalam pertumbuhan output di industri.

2.5 Pertanian sebagai Sektor Pemimpin

Pentingnya pertanian di dalam perekonomian nasional tidak hanya diukur dari kontribusinya terhadap pembentukan atau pertumbuhan PDB atau pendapatan nasional, kesempatan kerja, dan sebagai salah satu sumber pendapatan devisa Negara, tetapi potensinya juga dilihat sebagai salah satu motor penggerak pertumbuhan output dan diversifikasi produksi di sektor-sektor ekonomi lainnya. Dalam hal ini pertanian disebut sebagai sektor ”pemimpin”. Artinya semakin besar ketergantungan daripada pertumbuhan output di sektor-sektor ekonomi lain


(27)

terhadap pertumbuhan output di sektor pertanian semakin besar peran pertanian sebagai sektor pemimpin.

Pentingnya sektor pertanian sebagai motor penggerak pembangunan atau pertumbuhan ekonomi pertama kali di usulkan oleh Irma Adlman yang terutama lewat keterkaitan pendapatan dan konsumsi. Pandangan startegis ini didasarkan pada asumsi bahwa pasar lokal akan berkembang apabila pendapatan masyarakat setempat meningkat, dan factor erkahir ini dapat terjadi apabila ada peningkatan produktifitas di sektor pertanian

Konsep dasar dari pentingnya pertanian sebagai sektor pemimpin di dalam pembangunan ekonomi nasional dapat dilihat dalam pernyataan dari Simatupang dan Syafa’at (2000) sebagai berikut : Sektor andalan perekonomian

adalah sektor yang memiliki ketangguhan dan kemampuan tinggi. Sektor andalan merupakan tulang punggung (backbone) dan mesin penggerak perekonomian (engine of growth) sehingga dapat pula disebut sebagai sektor kunci atau sektor pemimpin (leading sektor) perekonomian nasional.

Menurut mereka ada lima syarat harus dilihat sebagai criteria dalam mengevaluasi pertanian sebagai sektor kunci dalam perekonomian nasional. Kelima syarat tersebut adalah sebagai berikut :

1. Strategis, dalam arti esensial dan besar kontribusinya dalam mewujudkan sasaran-sasaran dan tujuan-tujuan daripada pembunganan ekonomi nasional, seperti pertumbuhan ekonomi (PDB) dan kesempatan kerja, peningkatan devisa Negara, pembangunan ekonomi daerah dan sebagainya


(28)

2. Tangguh, yang berarti unggul dalam persaingan baik dalam negeri maupun di pasar global dan mampu menghadapi gejolak ekonomi, politik, maupun alam. Pertanian sebagai sektor anadalan harus memiliki keunggulan kompetitif, berbasis pada kemampuan sendiri (domestik) atau kemandirian dan dapat menyesuaikan terhadap perubahan lingkungan strategis (sosial, ekonomi, politik, alam).

3. Artikulatif, yang artinya pertanian sebagai sektor andalan harus memiliki kemampuan besar sebagai dinamisator dan fasilitator bagi pertumbuhan (output) di sektor-sektor ekonomi lainnya dalam suatu spectrum yang luas. 4. Progresif, yang berarti pertanian dapat tumbuh secara berkelanjutan tanpa

menimbulkan efek-efek negatif terhadap kualitas lingkungan hidup. Hanya jika output pertanian tumbuh positif dan berkelanjutan, sektor tersebut dapat berfungsi sebagai motor pertumbuhan bagi perekonomian nasional.

5. Responsif, alam arti pertanian sebagai sektor andalan mampu memberi respons yang cepat dan besar terhdap setiap kebijaksanaan pemerintah.

2.6 Tujuan Pembangunan Pertanian

Pada umumnya tujuan pembangunan pertanian yang dicapai memlalui kebijaksanaan pertanian adalah untuk tujuan kemakmuran (general welfare) seluas-luasnya yang meliputi :

1. Peningkatan produksi dan pendapatan dengan efisiensi penggunaan sumber daya.


(29)

3. Pemerataan dalam ikut serta dalam proses kemajuan ekonomi. 4. Keamanan dan stabilitas usaha ekonomi nasional.

5. Pemeliharaan system demokrasi sebagai pilihan system sosial.

Dalam Pelita III telah dirumuskan tujuan yang akan dicapai dari kebijaksanaan pembangunan pertanian di Indonesia, antara lain :

1. Meningkatkan produksi pangan menuju swasembada karbohidrat non terigu sekaligus meningkatkan gizi masyarakat melalui penyedian protein, lemak, vitamin dan mineral.

2. Meningkatkan tingkat hidup melalui peningkatan pendapatan mereka.

3. Memperluas lapangan kerja di sektor pertanian dalam rangka pemerataan pendapatan.

4. Meningkatkan ekspor sekaligus mengurangi impor hasil pertanian.

5. Meningkatkan dukungn yang kuat terhadap pembangunan industri untuk menghasilkan barang jadi maupun setengah jadi.

6. Memanfaatkan dan memlihara kelestarian sumber alam serta memelihara dan memperbaiki lingkungan hidup.

7. Meningkatkan pertumbuhan pembangunan pedesaan secara terpadu dan terciptanya keserasian dalam kerangka pembangunan daerah.

Kemudian disebutkan pula dalam Panca Bakti tanaman pangan bahwa tujuan pembangunan pertanian tanaman pangan adalah sebagai berikut :

- Untuk menetapkan produksi tanaman pangan. - Menetapkan swasembada pangan .


(30)

- Meningkatkan, menumbuhkan, dan meratakan pendapatan petani dalam pembangunan pedesaan secara terpadu.

2.7 Kebijaksanaan Pembangunan Pertanian

Peran pertanian sebagai tulang punggung perekonomian nasional terbukti tidal hanya pada saat normal, terlebih lagi menonjol pada periode krisis, yaitu tahun 1986-1987 pada saat harga minyak bumi turun tajam dalam waktu yang sangat pendek dan tahun 1997-1998 pada saat terjadi krisis moneter. Pada kedua periode tersebut, pertanian diharapkan berperan sebagai katup pengaman ekonomi nasional dalam bentuk penyediaan pangan dan penciptaan kesempatan kerja bagi mereka yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK).

Secara klasik, sektor pertanian dalam mendukung ekonomi nasional ono diharapkan berperan dalam bentuk : (a) penyediaan pangan yang cukup bagi penduduk, (b) mendorong pertumbuhan ekonomi melalui penyediaan bahan baku bagi industri dan ekspor, (c) meningkatkan pemerataan kesejahteraan petani melalui penyedian kesempatan kerja dan berusaha, dan (d) memberi sumbangan pada pengembangan ekonomi wilayah.

Misi utama sektor pertanian seyogyanya adalah menghasilkan pangan yang cukup dan berkualitas untuk seluruh penduduk dengan harga yang wajar. Dengan tercapainya misi ini, pertanian pasti akan memberikan sumbangan yang besar pada tercapainya misi ini, pertanian pasti akan memberikan sumbangan yang pada Trilogi Pembangunan yaitu, stabilitas, pertumbuhan dan pemerataan. Misi lain seperti penciptaan lapangan pekerjaan yang melebihi kemampuannya,


(31)

pembinaan koperasi yang sarat dengan berbagai masalah dan lain-lain, apabila juga dapat dicapai melalui proses pembangunan pertanian ini, merupakan suatu bonus dan bukan suatu kewajiban.

Meskipun sektor pertanian memberikan sumbangan yang besar dalam penciptaan kesempatan kerja dan jaminan pendapatan masyarakat, namun ketidakseimbangan sistematik masih sering terjadi pada kelompok masyarakat tani yang sebagian besar berada di pedesaan. Meningkatnya kesempatan yang beragam belum dapat mengurangi wajah kesenjangan antar sektor, antar daerah, dan antar golongan masyarakat pada sektor pertanian. Implikasi dari kondisi tertinggal. Sehingga pembangunan pertanian seolah hanya menguntungkan pelaku kegiatan ekonomi pertanian yang lebih kuat. Hasil-hasil pembangunan pertanian yang lebih kuat. Hasil-hasil pembangunan pertanian tidak serta merta dapat merembes ke bawah sehingga tidak mampu mengangkat kesejahteraan petani seperti yang diharapkan. Keadaan ini digambarkan oleh angka kemiskinan di pedesaan masih besar serta nilai tukar pertanian (NTP) yang tidak seimbang dengan kegiatan ekonomi non pertanian. Meskipun perkembangan NTP telah relatif baik namun merata terjadi di seluruj wilayah penghasil pangan.

Serangkaian upaya pembangunan pertanian yang diluncurkan oleh pemerintah seolah belum mampu mengangkat harga jual produk pertanian dan NTP. Bahkan cenderung di nilai merugikan petani kecil dan menguntungkan pelaku ekonomi pertanian yang mampu. Misalnya, subsidi pangan yang diberikan untuk mengimpor beras dan gandum. Subsidi ini justru membawa dampak tidak menguntungkan dalam upaya memecahkan masalah pangan, terutama beras.


(32)

Pembangunan pertanian salah satunya dilaksanakan dengan memantapkan swasembada pangan yang berkelanjutan, khususnya beras ternyata belum mampu dipertahankan. Disamping itu kesejahteraan petani belum mampu ditingkatkan.


(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian.

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini memfokuskan kajian pada empat variabel utama yaitu harga jual produksi padi, jumlah hasil produksi padi, biaya pemupukan dan biaya upah tenaga kerja yang dianggap cukup dominan dalam mempengaruhi tingkat pendapatan petani padi pada Daerah Irigasi Perbaungan Kab. Serdang Bedagai.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan dan digunakan serta diolah dalam rangka penulisan skripsi ini ialah data primer. Data primer ini diperoleh dalam bentuk

Cross Section. Instrumen pengumpulan data yang digunakan yaitu kuisioner atau

angket. Sumber data adalah dari petani padi yang berusaha di Daerah Irigasi Perbaungan Kab. Serdang Bedagai.. Disamping itu, data lainnya yang mendukung penelitian ini diperoleh dari sumber bacaan seperti, buku bacaan, jurnal, dan buletin penelitian.


(34)

3.3 Penentuan Sampel

Untuk memilih sampel populasi dalam penelitian ini adalah para petani padi di Daerah Irigasi Perbaungan Kab. Seradang Bedagai dengan menggunakan metode Area Probability Sampel atau Sampel Wilayah. Dalam pemilihan responden dipilih menjadi 3 wilayah yaitu dibedakan untuk petani yang sawahnya ada di bagian hulu, bagian tengah, dan bagian hilir dari Daerah Irigasi. Sampel yang menjadi responden yaitu sebanyak 60 orang responden.

3.4 Model Analisis Data

Model analisis yang digunakan dalam menganalisa data adalah regresi berganda. Dengan menggunakan model ini penulis dapat mengetahui berapa besar pengaruh variabel bebas (tingkat harga jual produksi, jumlah produksi, biaya peumupukan dan biaya tenaga kerja) terhadap variabel terikat yaitu besarnya jumlah pendapatan petani padi.

Secara sistematis model persamaan dirumuskan sebagai berikut : Y = α + b1X1i + b2X2i + b3X3i + b4X4i + µ

Dimana :

Y = Pendapatan Petani (dalam Rupiah)

α = Intercept

b1b2 b3b4 = Koefisien Regresi

X1i = Tingkat Harga Jual Produksi (dalam Rupiah) X2i = Jumlah Produksi (dalam ton/Ha)


(35)

X4i = Tenaga Kerja (dalam Rupiah)

µ = Term Error (Kesalahan Pengganggu)

Bentuk hipotesisnya sebagai berikut :

Bentuk Hipotesa diatas secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut : 0

1 > ∂∂X

Y

artinya apabila tingkat harga jual produksi meningkat maka pendapatan petani akan naik, ceteris paribus.

0 2

> ∂∂X

Y

artinya semakin banyak jumlah produksi padi maka pendapatan petani akan meningkat, ceteris paribus.

0 3

> ∂∂X

Y

artinya semakin besar biaya pemupukan maka pendapatan petani akan menurun, ceteris paribus.

0 4

> ∂∂X

Y

artinya semakin besar biaya upah tenaga kerja maka pendapatan petani akan menurun, ceteris paribus.

3. 5 Pengolahan Data

Penulis menggunakan program komputer E-Views 4.1 untuk mengolah data dalam penulisan skripsi ini.


(36)

3. 6 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) a. Koefisien Determinasi (R-square)

Koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar variabel-variabel independen secara bersama mampu memberi penjelasan mengenai variabel-variabel dependen. Nilai R2 berada diantara 0% sampai 100% (0% < R2 < 100%). Ini menjelaskan besarnya hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam perhitungan.

b. Uji t-statistik

Uji t merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap dependen variabel, dengan menganggap variabel independen lainnya konstan, dalam uji ini digunakan hipotesis sebagai berikut :

- Ho : β1, β2, β3, β4 = 0 - Ha : β1, β2, β3, β4 ≠ 0

Dimana β1, β2, β3, β4 adalah koefisien variabel independen ke-I nilai parameter hipotesis, biasanya dianggap = 0. Artinya tidak mempengaruhi variabel Xi terhadap Y. Bila nilai t hitung > t tabel maka pada tingkat kepercayaan tertentu Ho ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel independent yang diuji berpengaruh secara nyata (signifikan) terhadap variabel dependen. Nilai t hitung diperoleh dengan rumus :

t hitung =

Sbi b bi


(37)

Dimana :

bi : koefisien variabel independent ke-i b : nilai hipotesis nol

Sbi : simpangan baku dari variabel independent ke-i Dengan kriteria :

- Ho diterima jika t hitung < t tabel

Artinya variabel X1 (harga jual produksi), X2 (jumlah hasil produksi), X3 (biaya pemupukan), dan X4 (biaya upah tenaga kerja), tidak nyata mempengaruhi Y (pendapatan petani).

- Ha diterima jika t hitung > t tabel

Artinya variabel X1 (harga jual produksi), X2 (jumlah hasil produksi), X3 (biaya pemupukan), dan X4 (biaya upah tenaga kerja), nyata mempengaruhi Y (pendapatan petani).

c. Uji F-Statistik (uji serempak)

Uji F ini adalah pengujian yang bertujuan untuk menngetahui seberapa besar pengaruh koefisien regresi secara bersama-sama terhadap dependen varibel. Untuk pengujian ini digunakan hipotesa sebagai berikut:

- Ho : β1 = β2 = β3 = β4 = 0 (tidak ada pengaruh) - Ha : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ β4 ≠ 0 (ada pengaruh)

Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel. Jika Fhitung > Ttabel maka Ho ditolak, yang berarti variabel independent secara


(38)

bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. Nilai Fhitung dapat diperoleh dengan rumus :

F hitung =

) /( ) 1 ( ) 1 /( 2 2 k n R k R − − − Dimana :

R2 : koefisien determinasi

k : jumlah variabel independent n : jumlah sampel

Dengan kriteria :

- Ho diterima jika F hitung < F tabel

Artinya variabel X1, X2, X3, dan X4 secara bersama – sama tidak nyata mempengaruhi Y (pendapatan petani).

- Ha diterima jika F hitung > F tabel

Artinya variabel X1, X2, X3, dan X4 secara bersama – sama nyata mempengaruhi Y (pendapatan petani).

3.7 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik a. Multikolinearity

Multikolinearity adalah alat untuk mengetahui apakah ada hubungan yang kuat (kombinasi linear) diantara independent variabel. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearity dapat dilihat Rsquare, Fhitung serta standar error. Kemungkinan adannya multikolinearity jika nilai Rsquare dan Fhitung tinggi, sedangkan nilai thitung banyak yang tidak signifikan (uji tanda yang berubah tidak


(39)

b. Heterokedastisitas

Heterokedastisitas menyatakan adanya nilai varian yang tidak sama dari observasi bebas tertentu.

Heterokendastisitas ini dapat dideteksi dengan cara (Suprapto, 2004 : 55)

- Sifat persoalannya. Seringkali sifat persoalan yang diteliti menyarankan atau menunjukkan kemungkinan adanya heterokedastisitas.

- Metode grafik. Apabila tidak ada informasi sebelumnya atau informasi secara empiris tentang adanya heterokendastisitas, dalam praktiknya kita dapat membuat analisis regresi berdasarkan asumsi bahwa tidak heterokendastisitas dan kemudian melakukan pengecekan terhadap perkiraan kesalahan pengganggu (residual) kuadrat, yaitu ei2, untuk melihat kalau-kalau seluruh ei2 menujukkan pola yang sistematis. Walaupun ei2 tidak sama dengan εi2, tetapi dapat dipergunakan sebagai proxy, khususnya kalau sampel cukup besar. - Metode White

Untuk menjelaskan metode White, dapat dijelaskan melalui model persamaan sebagai berikut :

Yi = β0 + β1X1i + β2X2 +………+ ei Langkah Uji White sebagai berikut :

1. Estimasi persamaan dan dapatkan residualnya

2. Lakukan regresi pada persamaan yang disebut regresi auxiliary:

Regresi auxiliary tanpa perkalian antar variabel indepeden (no cross


(40)

3. Hipotesis nol dalam uji ini adalah tidak ada heterokedastisitas. Uji White didasarkan pada jumlah sampel (n) dikalikan dengan R2 yang akan mengikuti distribusi chi-squares dengan degree of freedom sebanyak variabel independent tidak termasuk konstanta dalam regresi auxiliary. Nilai hitung statistik chi squares (x2) dapat dicari dengan formula sebagai

berikut :

n R2 ≈ χ2df

4. Jika nilai chi-square hitung (n.R2) lebih besar dari nilai χ2 kritis dengan derajat kepercayaan tertentu (α) maka ada heterokedastisitas dan sebaliknya jika chi-square hitung lebih kecil dari nilai χ2 kritis menunjukkan tidak adanya heterokedastisitas.

3.8 Definisi

Untuk menghindari salah penafsiran dalam memahami pembahasan dalam penelitian ini, maka diberikan defenisi variabel-variabel sebagai berikut :

a. Daerah Irigasi adalah kesatuan lahan yang mendapat air dari satu jaringan irigasi dalam suatu wilayah.

b. Pendapatan Petani merupakan hasil pendapatan bersih yang diperoleh petani dari hasil tanaman padi di Daerah Irigasi Perbaungan Kab. Serdang Bedagai c. Harga Jual Produksi merupakan nilai jual atas produksi padi yang dihasilkan


(41)

d. Jumlah Hasil Produksi merupakan total hasil produksi padi yang dihasilkan dari lahan yang digarap oleh petani untuk tanaman padi di Daerah Irigasi Kab. Serdang Bedagai.

e. Biaya Pemupukan merupakan biaya yang dikeluarkan oleh petani padi untuk pemakaian pupuk atas tanaman padi di Daerah Irigasi Kab. Serdang Bedagai. f. Biaya Upah Tenaga Kerja merupakan biaya yang dikeluarkan oleh petani

untuk membiaya tenaga kerja yang ikut serta membantu dalam pengelolaan tanaman padi di Daerah Irigasi Kab. Serdang Bedagai.


(42)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Deskriftif Daerah Penelitian Geografi Daerah

Daerah Irigasi Perbaungan merupakan daerah yang dialiri oleh sarana irigasi. Daerah Irigasi Perbaungan mengaliri lahan sawah petani yang berada di Kecamatan Perbaungan dan Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai, dimana daerah ini berada pada dataran rendah dengan luas lahan sawah yang dialiri sekitar 5,090 ha. Jumlah desa yang masuk dalam Derah Irigasi Perbaungan yaitu sebanyak 20 desa, dengan batas-batas sebagai berikut :

a. sebelah utara : kecamatan Pantai cermin

b. sebelah timur : kecamatan Teluk Mengkudu/Sei Rampah c. sebelah selatan : kecamatan Sei Rampah

d. sebelah barat : kabuapten Deli Serdang

Kondisi Kependudukan

Berdasarkan data BPS tahun 2006 jumlah penduduk tahun 2006 untuk Kecamatan Perbaungan dan Kecamatan Pantai Cermin yaitu 125.154 jiwa dan jumlah KK sebanyak 28.555 jiwa

Adapun mata pencaharian penduduk : a. PNS/TNI/POLRI : 747 jiwa


(43)

c. Wiraswasta : 11.409 jiwa d. Pedagang : 3.953 jiwa e. Jasa : 992 jiwa

f. Tani : 15.419 jiwa g. Nelayan : 120 jiwa h. Buruh : 2.610 jiwa

Kondisi Pertanian

Sektor pertanian memegang peranan penting dan strategis bagi pembangunan perekonomian di Daerah Irigasi Perbaungan Kab. Serdang Bedagai. Hal ini ditunjukkan dari kontribusi sektor pertanian dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kab. Serdang Bedagai. Untuk jelasnya dapat dilihat dalam tabel 1 dan 2.

Dilihat dari luas panen, tanaman padi merupakan tanaman yang dibudidayakan masyarakat yang berusaha di Daerah Irigasi Perbaungan Kab. Serdang Bedagai. Untuk jelasnya dapat dilihat dalam tabel 3, 4 dan 5.


(44)

Tabel 1

Produk Domestik Regional Bruto

Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku 2004 – 2006 (Milyar/Rp.)

Lapangan Usaha/

Industrial Origin

2004 2005r 2006*

(1) (2) (3) (4)

1. Pertanian/ Agriculture 1.888,61 2.086,28 2.339,18 2. Pertambangan dan Penggalian/ Mining

and Quarrying 44,86 54,53 59,60

3. Industri/ Manufactuirng 948,14 1.034,13 1.133,37 4. Listrik, Gas dan Air Minum/

Electricity, Gas dan Water Suply 24,99 32,79 39,20

5. Bangunan/ Contruction 299,93 376,12 484,90 6. Perdagangan, hotel dan restoran/

Trade, Hotel dan Restaurant 728,93 807,49 875,73

7. Pengangkutan dan Komunikasi/

Transportation dan Comunication 36,57 43,62 49,09

8. Keuangan, Usaha Persewaan dan Jasa perusahaan/ Financial, Real Estate

and Ownership of Dwelling Bussines Servis

154,70 169,07 191,48 9. Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan

Perorangan/ Social, Community and

Personal Service

381,61 455,73 511,77

PDRB/GRDP 4.508,35 5.059,77 5.684,32

Sumber : BPS Kabupaten Sedang Bedagai

Source : BPS – Statistic of Sedang Bedagai regency

Keterangan : r) Angka Perbaikan/ Rivised Figures *) Angka Sementara/ Preliminary Figures


(45)

Tabel 2

Produk Domestik Regional Bruto

Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000

2004 – 2006 (Milyar/Rp.)

Lapangan Usaha/

Industrial Origin

2004 2005r 2006*

(1) (2) (3) (4)

1. Pertanian/ Agriculture 1.391,38 1.441,77 1.506.20

2. Pertambangan dan Penggalian/ Mining

and Quarrying 34,24 38,37 48,09

3. Industri/ Manufactuirng 638,07 663,94 695,82

4. Listrik, Gas dan Air Minum/

Electricity, Gas dan Water Suply 15,85 17,83 20,10

5. Bangunan/ Contruction 216,93 256,23 302,11

6. Perdagangan, hotel dan restoran/

Trade, Hotel dan Restaurant 528,79 556,18 580,87

7. Pengangkutan dan Komunikasi/

Transportation dan Comunication 22,74 24,21 25,66

8. Keuangan, Usaha Persewaan dan Jasa perusahaan/ Financial, Real Estate

and Ownership of Dwelling Bussines Servis

99,58 105,63 113,59

9. Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan/ Social, Community and

Personal Service

243,45 275,60 297,70

PDRB/GRDP 3.191,04 3.379,77 3.590,14

Sumber : BPS Kabupaten Sedang Bedagai

Source : BPS – Statistic of Sedang Bedagai regency

Keterangan : r) Angka Perbaikan/ Rivised Figures *) Angka Sementara/ Preliminary Figures


(46)

Tabel 3

Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku

2004 – 2006 (Persen)

Lapangan Usaha/

Industrial Origin

2004 2005r 2006*

(1) (2) (3) (4)

1. Pertanian/ Agriculture 41,89 41,23 41,15

2. Pertambangan dan Penggalian/ Mining

and Quarrying 1,00 1,08 1,05

3. Industri/ Manufactuirng 21,03 20,44 19,94

4. Listrik, Gas dan Air Minum/

Electricity, Gas dan Water Suply 0,55 0,65 0,69

5. Bangunan/ Contruction 6,65 7,43 8,53

6. Perdagangan, hotel dan restoran/

Trade, Hotel dan Restaurant 16,17 15,96 15,41

7. Pengangkutan dan Komunikasi/

Transportation dan Comunication 0,81 0,86 0,86

8. Keuangan, Usaha Persewaan dan Jasa perusahaan/ Financial, Real Estate and

Ownership of Dwelling Bussines Servis

3,43 3,34 3,37

9. Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan/ Social, Community and

Personal Service

8,46 9,01 9,00

PDRB/GRDP 100,00 100,00 100,00

Sumber : BPS Kabupaten Sedang Bedagai

Source : BPS – Statistic of Sedang Bedagai regency

Keterangan : r) Angka Perbaikan/ Rivised Figures *) Angka Sementara/ Preliminary Figures


(47)

Tabel 4

Luas Panen, Produksi Dan Rata-Rata Produksi Padi Sawah

2006 Kecamatan/ Dictrict Luas panen/ Harves Area (Ha) Produksi/ Production (Ton) Rata-rata produksi/ Yield Rate (Kw/Ha)

(1) (2) (3) (4)

01. Kotarih 2.222 10.524 47,36

02. Silinda 1) * * *

03. Bintang bayu 1) * * *

04. Dolok Masihul 8.916 43.098 48,33

05. Sebajadi 1) * * *

06. Spispis 764 3.662 47,93

07. Dolok Merawan - - -

08. Tebing Tinggi 10.041 49.218 49,01

09. Tebing Syahbandar 1) * * *

10. Bandar Khalipah 5.973 28.677 48,01

11. Tanjung Beringin 4.668 22.967 49,20

12. Sei Rampah 17.238 84.766 49,17

13. Sei Bamban 1) * * *

14. Teluk Mengkudu 5.248 25.763 49,09

15. Perbaungan 13.839 62.826 45,40

16. Pegajahan 1) * * *

17. Pantai Cermin 6.650 32.875 49,43

Jumlah/Total 75.559 32.875 48,22

Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Serdang Bedagai

Source : Agriculture and Livestock Srervice of Sedang Bedagai Regency


(48)

Tabel 5

Luas Panen, Produksi Dan Rata-Rata Produksi Padi Sawah 2006 Kecamatan/ Dictrict Luas panen/ Harves Area (Ha) Produksi/ Production (Ton) Rata-rata produksi/ Yield Rate (Kw/Ha)

(1) (2) (3) (4)

01. Kotarih 210 513 24,43

02. Silinda - - -

03. Bintang bayu - - -

04. Dolok Masihul - - -

05. Sebajadi - - -

06. Spispis - - -

07. Dolok Merawan - - -

08. Tebing Tinggi - - -

09. Tebing Syahbandar - - -

10. Bandar Khalipah - - -

11. Tanjung Beringin - - -

12. Sei Rampah - - -

13. Sei Bamban - - -

14. Teluk Mengkudu - - -

15. Perbaungan - - -

16. Pegajahan - - -

17. Pantai Cermin - - -

Jumlah/Total 210 513 24,43

Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Serdang Bedagai


(49)

Hasil Analisis

Dalam bagian ini akan dilihat factor-faktor yang mempengaruhi Pendapatan petani padi di Daerah Irigasi Perbaungan Kab. Serdang Bedagai, Harga Jual Produksi, Jumlah Hasil Produksi Padi, Biaya Pemupukan dan Biaya Tenaga Kerja. Juga akan dilakukan pengujian terhadap hipotesis yang telah dibuat sebelumnya pada bagian awal tulisan ini yaitu sebagai berikut :

Harga Jual Produksi, Jumlah Hasil Produksi Padi, Biaya Pemupukan dan Biaya Tenaga Kerja mempunyai pengaruh terhadap jumlah produktivitas pertanian padi di Daerah Irigasi Perbaungan Kab. Serdang Bedagai, ceteris paribus.

Untuk menguji hipotesis diatas, digunakan analisis regresi linier berganda dengan teknik analisis OLS (Ordinary Least Square). Proses perhitungan regresi dilakukan dengan menggunakan program komputer E-Views versi 4.1. Adapun hasil regresi yang diperoleh adalah sebagai berikut :


(50)

Tabel 6

Hasil Regresi Pengaruh Harga Jual Produksi, Jumlah Hasil Produksi Padi, Biaya Pemupukan dan Biaya Tenaga Kerja Terhadap Pendapatan Padi di

Daerah Irigasi Perbaungan Kab. Serdang Bedagai Dependent Variabel: Y

Method: Least Squares Date: 03/05/08 Time: 10:13 Sample: 1 60

Included observations: 60

Variabel Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 1398380. 906036.5 1.543403 0.1285 X1 0.217336 0.098975 2.195857 0.0323 X2 1803804. 293616.1 6.143412 0.0000 X3 -0.963111 0.133912 -7.192090 0.0000 X4 -1.570039 0.213287 -7.361146 0.0000 R-squared 0.756296 Mean dependent var 9558833. Adjusted R-squared 0.738572 S.D. dependent var 2540665. S.E. of regression 1299043. Akaike info criterion 31.07181 Sum squared resid 9.28E+13 Schwarz criterion 31.24634 Log likelihood -927.1543 F-statistic 42.67087 Durbin-Watson stat 1.929516 Prob(F-statistic) 0.000000

Interpretasi Model Hasil estimasi :

Y = 1398380 + 0,217336X1 + 1803804X2 – 0,963111X3 – 1,570039X4

Dari hasil regresi diatas, maka dapat dilakukan interpretasi sebagai berikut :

1. Nilai konstanta adalah sebesar 1398380. Hal ini dapat diartikan bahwa jika tidak ada perubahan pada Harga Jual Produksi, Jumlah Hasil Produksi Padi, Biaya Pemupukan dan Biaya Tenaga Kerja, maka besarnya pendapatan petani padi adalah sebesar 1398380.


(51)

2. Harga Jual Produksi ternyata berpengaruh positif terhadap pendapatan petani padi di Daerah Irigasi Perbaungan Kab. Serdang Bedagai. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien regresi X1, yaitu 0,217336. Artinya, setiap kenaikan 1% Harga Jual Produksi, maka akan menaikkan pendapatan petani sebesar 0,217336. 3. Jumlah Hasil Produksi Padi ternyata berpengaruh positif terhadap pendapatan

petani padi di Daerah Irigasi Perbaungan Kab. Serdang Bedagai. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien regresi X2, yaitu sebesar 1803804. Artinya, setiap kenaikan 1% Jumlah Hasil Produksi Padi, maka akan menaikkan pendapatan petani padi sebesar 1803804.

4. Biaya Pemupukan ternyata berpengaruh negatif terhadap pendapatan petani padi di Daerah Irigasi Perbaungan Kab. Serdang Bedagai. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien regresi X3, yaitu sebesar –0,963111. Artinya, setiap kenaikan 1 % Biaya Pemupukan, maka akan menurunkan pendapatan petani padi sebesar 0,963111.

5. Biaya Tenaga Kerja ternyata berpengaruh negatif terhadap pendapatan petani padi di Daerah Irigasi Perbaungan Kab. Serdang Bedagai. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien regresi X4, yaitu sebesar –1,570039. Artinya, setiap kenaikan 1% Biaya Tenaga Kerja, maka akan menurunkan pendapatan petani padi sebesar 1,570039.


(52)

Uji t-statistik

a. Variabel Harga Jual Produksi (X1)

1. Hipotesa : Ho : b1 = 0

Ha : b1≠ 0

2. df = n – (k – 1) = 60 – 5 = 55

α = 5% t-tabel : 2,004

3. Kriteria (+) : Ho diterima apabila t-hitung < t-tabel (α = 5%) Ha diterima apabila t-hitung > t-tabel (α = 5%)

t* = 2,196

Untuk variabel Harga Jual Produksi diperoleh harga t-hitung sebesar 2,196. Dengan demikian Ho ditolak, karena t-hitung > t-tabel (2,196 > 2,004). Berarti dapat disimpulkan bahwa variabel Harga Jual Produksi berpengaruh nyata (signifikan) terhadap variabel pendapatan petani padi di Daerah Irigasi Perbaungan Kab. Serdang Bedagai dengan pengujian pada tingkat kepercayaan 95%.

Ho diterima

Ha diterima Ha diterima


(53)

b. Variabel Jumlah Hasil Produksi Padi (X2)

1. Hipotesa : Ho : b1 = 0

Ha : b1≠ 0

2. df = n – (k – 1) = 60 – 5 = 55

α = 5% t-tabel : 2,004

3. Kriteria (+) : Ho diterima apabila t-hitung < t-tabel (α = 5%) Ha diterima apabila t-hitung > t-tabel (α = 5%)

t* = 6,143

Untuk variabel Jumlah Hasil Produksi diperoleh harga t-hitung sebesar 6,143. Dengan demikian Ho ditolak, karena t-hitung > t-tabel (6,143 > 2,004). Berarti dapat disimpulkan bahwa variabel Jumlah Hasil Produksi Padi berpengaruh nyata (signifikan) terhadap variabel pendapatan petani padi di Daerah Irigasi Perbaungan Kab. Serdang Bedagai dengan pengujian pada tingkat kepercayaan 95%.

Ho diterima

Ha diterima Ha diterima


(54)

c. Variabel Biaya Pemupukan (X3)

1. Hipotesa : Ho : b1 = 0

Ha : b1≠ 0

2. df = n – (k – 1) = 60 – 5 = 55

α = 5% t-tabel : 2,004

3. Kriteria (+) : Ho diterima apabila t-hitung < t-tabel (α = 5%) Ha diterima apabila t-hitung > t-tabel (α = 5%)

t* = -7,192

Untuk variabel Biaya Pemupukan diperoleh harga t-hitung sebesar -7,192. Dengan demikian Ho diterima, karena t-hitung < t-tabel (-7,192 < -2,004). Berarti dapat disimpulkan bahwa variabel Biaya Pemupukan berpengaruh terhadap variabel pendapatan petani padi di Daerah Irigasi Perbaungan Kab. Serdang Bedagai dengan pengujian pada tingkat kepercayaan 95%.

Ha diterima

Ho diterima Ho diterima


(55)

d. Variabel Biaya Tenaga Kerja (X4)

1. Hipotesa : Ho : b1 = 0

Ha : b1≠ 0

2. df = n – (k – 1) = 60 – 5 = 55

α = 5% t-tabel : 2,004

3. Kriteria (+) : Ho diterima apabila t-hitung < t-tabel (α = 5%) Ha diterima apabila t-hitung > t-tabel (α = 5%)

t* = -7,361

Untuk variabel Biaya Pemupukan diperoleh harga t-hitung sebesar -7,361. Dengan demikian Ho diterima, karena t-hitung < t-tabel (-7,361 < -2,004). Berarti dapat disimpulkan bahwa variabel Biaya Pemupukan tidak berpengaruh nyata terhadap variabel pendapatan petani padi di Daerah Irigasi Perbaungan Kab. Serdang Bedagai dengan pengujian pada tingkat kepercayaan 95%.

Ha diterima

Ho diterima Ho diterima


(56)

Analisis Koefisien Determinasi (R2)

Berdasarkan hasil output Program E-Views 4.1, dapat dilihat nilai R2 adalah sebesar 0,756 yang berarti bahwa variabel X1 (Harga Jual Produksi), X2 (Jumlah Hasil Produksi Padi), X3 (Biaya Pemupukan), dan X4 (Biaya Tenaga Kerja) secara bersama-sama mampu memberikan penjelasan terhadap variasi pendapatan petani padi di Daerah Irigasi Perbaungan Kab. Serdang Bedagai (Y) sebesar 75,6%. Sedangkan sisanya sebesar 24,4% dijelaskan oleh variabel lain.

Uji F Statistik

Untuk membuktikan nilai R-Square tersebut diatas, maka dilakukan pengujian dengan menggunakan uji F. Hipotesisnya adalah sebagai berikut :

- Ho : β1 = β2 = β3 = β4 = 0 (tidak ada pengaruh) - Ha : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ β4 ≠ 0 (ada pengaruh)

Berdasarkan hasil output E-Views 4.1, diperoleh nilai F hitung sebesar 42,671 dengan nilai probabilitas (siginifikansi) adalah sebesar 0,000. Dengan demikian Ho ditolak, karena nilai F-hitung > F-tabel (42,671 > 3,14) dan nilai probabilitas (signifikansi) lebih kecil dari nilai α 0,05 (0,000 < 0,05). Berarti dapat disimpulkan bahwa variabel X1 (Harga Jual Produksi), X2 (Jumlah Hasil Produksi Padi), X3 (Biaya Pemupukan), dan X4 (Biaya Tenaga Kerja) berpengaruh secara nyata (signifikan) terhadap Y (Pendapatan Petani Padi di Daerah Irigasi Perbaungan Kab. Serdang Bedagai) pada tingkat kepercayaan 95%.


(57)

Ho diterima Ha diterima

0 3,14 42,671

Uji Penyimpangan Klasik a. Multikolinearity

Uji multikolinearitas adalah adanya korelasi yang kuat diantara variabel independent dari suatu model estimasi. Ukuran hubungan yang kuat apabila r > 0,5 ; maka berdasarkan lampiran dapat dilihat korelasi masing-masing variabel sebagai berikut :

Tabel 7

Korelasi antar variabel independent dari model estimasi

Variabel Harga Jual Produksi (X1) Jumlah Hasil Produksi Padi (X2) Biaya Pemupukan (X3) Biaya Tenaga Kerja (X4) Harga Jual Produksi

(X1)

1.000000 0.811539 0.250789 0.119203 Jumlah Hasil Produksi

(X2)

0.811539 1.000000 0.290111 0.199480 Biaya Pemupukan (X3) 0.250789 0.290111 1.000000 -0.464607 Biaya Tenaga Kerja

(X4)

0.119203 0.199480 -0.464607 1.000000

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa besarnya korelasi antara variabel independent terdapat masalah multikolinearity disebabkan karena variabel X1


(58)

(Harga Jual Produksi) terhadap variabel X2 (Jumlah Hasil Produksi) dan sebaliknya lebih besar dari 0,5.

b. Heterokedastisitas

Untuk menguji ada tidaknya heteroskedastisitas dalam model estimasi di atas. Maka penulis menggunakan metode White untuk menganalisanya. Ada 2 jenis regresi yang digunakan dalam metode White Heterokedasticity ini yaitu: White Heterokedasticity (no cross terms) dan White Heterokedasticity (cross terms). Karena model regresi yang penulis gunakan mengandung banyak variabel bebas, maka penulis menggunakan metode White Heterokedasticity (no cross terms) untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas. Heterokedastisitas menyatakan adanya nilai varian yang tidak sama dari observasi bebas tertentu. Hasil uji White Heterokedasticity (no cross terms) adalah sebagai berikut :


(59)

Tabel 8

Uji White Heterokedastisitas White Heteroskedasticity Test:

F-statistic 3.093899 Probability 0.006376 Obs*R-squared 19.60460 Probability 0.011940 Test Equation:

Dependent Variabel: RESID^2 Method: Least Squares

Date: 03/08/08 Time: 13:57 Sample: 1 60

Included observations: 60

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 2.43E+13 9.58E+12 2.539144 0.0142 X1 1038980. 2155397. 0.482037 0.6318 X1^2 -0.035542 0.091215 -0.389648 0.6984 X2 -1.25E+13 6.97E+12 -1.789123 0.0795 X2^2 1.24E+12 7.59E+11 1.629803 0.1093 X3 -1916063. 2031961. -0.942963 0.3501 X3^2 0.604007 0.569095 1.061347 0.2935 X4 485637.6 3235102. 0.150115 0.8813 X4^2 -0.201407 0.685282 -0.293904 0.7700 R-squared 0.326743 Mean dependent var 1.55E+12 Adjusted R-squared 0.221134 S.D. dependent var 4.02E+12 S.E. of regression 3.54E+12 Akaike info criterion 60.76773 Sum squared resid 6.40E+26 Schwarz criterion 61.08188 Log likelihood -1814.032 F-statistic 3.093899 Durbin-Watson stat 1.874252 Prob(F-statistic) 0.006376

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,326743. Nilai Chi-squares hitung sebesar 19,6046 diperoleh dari Obs*R-squared dikalikan dngan determinasi. Sedangkan nilai kritis Chi-squares (χ2) pada α = 5% dengan df sebesar 8 adalah 15,5073. Karena nilai Chi-squares (χ2) hitung lebih besar dari nilai kritis Chi-squares (χ2) maka dapat disimpulkan terdapat masalah heterokedantisitas. Terdapatnya heterokedastisitas


(60)

juga bisa dapat dilihat dari nilai probabilitas Chi-squares sebesar 0,011940 (1,2%) lebih kecil dari α = 5% yang berarti signifikan.

Adanya masalah heterokedastisitas pada model persamaan menjelaskan bahwa terdapat varian variabel ganguan namun tidak diketahui besarnya. Untuk mengatasi masalah ini maka dilakukan penyembuhan dengan metode White tentang heteroscedasticity-corrected standard errors didasarkan pada asumsi bahwa variabel gangguan et tidak saling berhubungan atau tidak ada serial korelasinya.

Hasil penyembuhan heterokedastisitas dapat dilihat sebagai berikut : Tabel 9

White Heteroscedasticity-Corrected Standard Errors Dependent Variabel: Y

Method: Least Squares Date: 03/08/08 Time: 09:45 Sample: 1 60

Included observations: 60

White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 1398380. 1232448. 1.134636 0.2614 X1 0.217336 0.163843 1.326485 0.1902 X2 1803804. 503440.1 3.582958 0.0007 X3 -0.963111 0.121632 -7.918264 0.0000 X4 -1.570039 0.154927 -10.13407 0.0000 R-squared 0.756296 Mean dependent var 9558833. Adjusted R-squared 0.738572 S.D. dependent var 2540665. S.E. of regression 1299043. Akaike info criterion 31.07181 Sum squared resid 9.28E+13 Schwarz criterion 31.24634 Log likelihood -927.1543 F-statistic 42.67087 Durbin-Watson stat 1.929516 Prob(F-statistic) 0.000000


(61)

Dari hasil penyembuhan heterokedastisitas (heteroscedasticity-corrected

standard errors) tersebut diatas maka dapat dilihat nilai standard error yang lebih

tinggi dan t-statistik yang semakin kecil dibanding dengan hasil regresi yang menggunakan metode OLS.


(62)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada Bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Dari data yang diperoleh yang terdiri dari Harga Jual Produksi, Jumlah Hasil Produksi, Biaya Pemupukan dan Biaya Tenaga Kerja, telah dianalisis dengan menggunakan program E-Views 4.1, dapat diprediksi pengaruh Harga Jual Produksi, Jumlah Hasil Produksi, Biaya Pemupukan dan Biaya Tenaga Kerja terhadap Pendapatan petani padi di Daerah Irigasi Perbaungan Kab. Serdang Bedagai.

2. Melalui hasil regresi, didapat variabel Harga Jual Produksi ternyata berpengaruh positif terhadap pendapatan petani padi di Daerah Irigasi Perbaungan Kab. Serdang Bedagai. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien regresi X1, yaitu 0,217336. Artinya, setiap kenaikan 1% Harga Jual Produksi, maka akan menaikkan pendapatan petani sebesar 0,217336. 3. Jumlah Hasil Produksi Padi ternyata berpengaruh positif terhadap

pendapatan petani padi di Daerah Irigasi Perbaungan Kab. Serdang Bedagai. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien regresi X2, yaitu sebesar 1803804. Artinya, setiap kenaikan 1% Jumlah Hasil Produksi Padi, maka akan menaikkan pendapatan petani padi sebesar 1803804.


(63)

4. Biaya Pemupukan ternyata berpengaruh negatif terhadap pendapatan petani padi di Daerah Irigasi Perbaungan Kab. Serdang Bedagai. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien regresi X3, yaitu sebesar –0,963111. Artinya, setiap kenaikan 1 % Biaya Pemupukan, maka akan menurunkan pendapatan petani padi sebesar 0,963111.

5. Biaya Tenaga Kerja ternyata berpengaruh negatif terhadap pendapatan petani padi di Daerah Irigasi Perbaungan Kab. Serdang Bedagai. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien regresi X4, yaitu sebesar –1,570039. Artinya, setiap kenaikan 1% Biaya Tenaga Kerja, maka akan menurunkan pendapatan petani padi sebesar 1,570039.

6. Fisher menegaskan bahwa pendapatan adalah serangkaian kejadian yang berkaitan dengan beberapa tahap yang berbeda yaitu pendapatan psikis, pendapatan riil, pendapatan uang.

2. SARAN

Dalam pengembangan pertanian skill merupakan hal penting yang sangat penting untuk mendapat perhatian, hal ini disebabkan karena petani Indonesia sejak dahulu masih menerapkan pola tani tradisonal, petani memeproduksi hasil-hasil pertanian dengan tanpa mempergunakan keahlian dan pengetahuan, sehingga hasil pertanian mereka tidak berkembang dengan baik.

Skill sangat penting dalam proses produksi, sebab negara kita tenaga skill ini masih sangat sedikit sekali dan tenaga kerja sektor pertanian di Indonesia


(64)

masih didominasi oleh tenaga kerja yang mengolah pertanian berdasarkan pengalaman turun temurun.

Pemerintah harus berusaha untuk meningkatkan produktivitas pertanian dengan berusaha meningkatkan skill para petani lewat penyuluhan-penyuluhan, sehingga setidaknya petani dapat merubah sikap mereka yang selama ini yang mengikuti pola tradisional dalam berproduksi.


(65)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Bustanul, 2007, Diagnosis Ekonomi Politik Pangan dan Pertanian, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Manurung, J. Jonni dkk, 2005, Ekonometrika Teori & Aplikasi, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.

Mubyarto, 1991, Pengantar Ekonomi Pertanian, LP3ES, Jakarta. Rahim, Abdul, 2007, Ekonomika Pertanian, Penebar Swadaya, Jakarta.

Soemitro Djojohadikusumo, 1988, Pembangunan Ekonomi Indonesia, Sinar Harapan, Jakarta.

Sukirno, Sadono 1985, Ekonomi Pembangunan : Proses Masalah dan Dasar Kebijaksanaan Pembangunan, LPFE – UI, Yogyakarta.

Tambunan, Tulus, 2003, Perkembangan Sektor Pertanian di Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Teguh, Muhammad, 1999, Metode Penelitian Ekonomi Teori dan Aplikasi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Todaro, Michael, 1987, alih Abdullah Burhanuddin, Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Erlangga, Jakarta.

Widarjono, Agus, 2007, Ekonometrika Teori & Aplikasi untuk Ekonomi dan Bisnis, Ekonasia, Yogyakarta.

Winardi, SE, 1996, Kamus Ekonomi, Penerbit Mandar Maju.

Wirartha, I Made, 2006, Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi, CV. Andi, Yogyakarta


(66)

Zulkarnaen Djamin, 1983, Perekonomian Indonesia, Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.


(67)

Lampiran I

QUESTIONER PENELITIAN

I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama Petani : 2. Jenis Kelamin :

3. Usia :

4. Pendidikan Terakhir : 5. Jumlah Tanggungan :

II. PENGELOLAAN USAHA TANI

1. Berapa hektar luas lahan pertanian yang Bapak/Ibu usahakan untuk tanaman padi ?

……….. 2. Berapa produktivitas tanaman padi dari hasil lahan yang Bapak/Ibu garap

untuk setiap musim tanam?

……… 3. Jenis pupuk apakah yang Bapak/Ibu pakai untuk tanaman padi?

……… ………


(68)

4. Berapa biaya pemupukan yang Bapak/ibu keluarkan untuk tanaman padi setiap musim tanam?

……… ……… 5. Ada berapa orangkah pekerja yang Bapak/Ibu gunakan dalam mengusahakan

lahan pertanian padi Bapak/Ibu?

……… 6. Berapa upah yang Bapak/Ibu berikan untuk setiap pekerja?

……… 7. Selain tenaga kerja manusia, teknologi apa yang Bapak/Ibu gunakan untuk

membantu dalam menanam padi?

……… 8. Berapa biaya tambahan yang Bapak/Ibu keluarkan untuk penggunaan

teknologi tersebut?

……… 9. Berapa pendapatan Bapak/Ibu setiap musim tanam?


(69)

No

Pendapatan bersih dari usaha

tani padi sawah (Rp) Harga jual produksi (Rp) Jumlah hasil produksi (ton/ha) Biaya pemupukan (Rp) Biaya upah tenaga kerja (Rp)

Y X1 X2 X4 X5

1 10760000 15900000 6,00 3500000 1640000 2 12350000 15900000 6,00 2437500 1100000 3 10450000 13250000 5,00 1950000 870000 4 7500000 19875000 7,50 3900000 1740000 5 7000000 12428500 4,50 3700000 1640000 6 5000000 7950000 3,00 1950000 870000 7 9300000 18550000 7,00 3650000 1640000 8 11030000 14575000 5,50 2430000 1100000 9 12800000 18550000 7,00 4000000 1740000 10 14500000 15900000 6,00 975000 435000 11 10250000 12428500 5,00 1460000 670000 12 14600000 19875000 7,50 3600000 1640000 13 8500000 10600000 4,00 1460000 670000 14 10400000 14575000 5,50 2925000 1300000 15 11030000 14575000 5,50 2400000 1100000 16 9200000 10600000 4,00 975000 435000 17 15800000 17225000 6,50 975000 435000 18 11700000 15900000 6,00 2925000 1300000 19 16900000 22525000 8,50 3900000 1700000 20 10500000 13250000 5,00 1950000 870000 21 13600000 17225000 6,50 2400000 1100000 22 14300000 19875000 7,50 3900000 1740000 23 11700000 15900000 6,00 2925000 1300000 24 11600000 15900000 6,00 2925000 1300000 25 8300000 13250000 5,00 3400000 1540000 26 7600000 13250000 5,00 3900000 1740000 27 9200000 10600000 4,00 975000 435000 28 5900000 6625000 2,50 480000 236000 29 7800000 10600000 4,00 1950000 870000 30 12200000 18550000 7,00 3900000 1740000 31 10900000 15900000 6,00 3400000 1540000 Lampiran 2 Data Variabel


(1)

No

Pendapatan bersih dari usaha

tani padi sawah (Rp) Harga jual produksi (Rp) Jumlah hasil produksi (ton/ha) Biaya pemupukan (Rp) Biaya upah tenaga kerja (Rp)

Y X1 X2 X4 X5

1 10760000 15900000 6,00 3500000 1640000 2 12350000 15900000 6,00 2437500 1100000 3 10450000 13250000 5,00 1950000 870000 4 7500000 19875000 7,50 3900000 1740000 5 7000000 12428500 4,50 3700000 1640000 6 5000000 7950000 3,00 1950000 870000 7 9300000 18550000 7,00 3650000 1640000 8 11030000 14575000 5,50 2430000 1100000 9 12800000 18550000 7,00 4000000 1740000 10 14500000 15900000 6,00 975000 435000 11 10250000 12428500 5,00 1460000 670000 12 14600000 19875000 7,50 3600000 1640000 13 8500000 10600000 4,00 1460000 670000 14 10400000 14575000 5,50 2925000 1300000 15 11030000 14575000 5,50 2400000 1100000 16 9200000 10600000 4,00 975000 435000 17 15800000 17225000 6,50 975000 435000 18 11700000 15900000 6,00 2925000 1300000 19 16900000 22525000 8,50 3900000 1700000 20 10500000 13250000 5,00 1950000 870000 21 13600000 17225000 6,50 2400000 1100000 22 14300000 19875000 7,50 3900000 1740000 23 11700000 15900000 6,00 2925000 1300000 24 11600000 15900000 6,00 2925000 1300000 25 8300000 13250000 5,00 3400000 1540000 26 7600000 13250000 5,00 3900000 1740000 27 9200000 10600000 4,00 975000 435000 28 5900000 6625000 2,50 480000 236000 29 7800000 10600000 4,00 1950000 870000 30 12200000 18550000 7,00 3900000 1740000 31 10900000 15900000 6,00 3400000 1540000 32 11200000 13250000 5,00 1460000 671000

Lampiran 2


(2)

No bersih dari usaha tani padi sawah

(Rp) Harga jual produksi (Rp) hasil produksi (ton/ha) Biaya pemupukan (Rp) Biaya upah tenaga kerja (Rp)

Y X1 X2 X4 X5

33 11800000 14575000 5,50 1950000 870000 34 10300000 15900000 6,00 3900000 1740000 35 7500000 12428500 4,50 3700000 1640000 36 6900000 11925000 4,50 3400000 1540000 37 9700000 13250000 5,00 2430000 1100000 38 7200000 12428500 5,00 3600000 1640000 39 7800000 10600000 4,00 1950000 870000 40 11800000 13250000 5,00 975000 435000 41 14500000 15900000 6,00 975000 435000 42 8000000 13250000 5,00 3600000 1640000 43 10300000 14575000 5,50 2925000 1300000 44 14200000 19875000 7,50 3900000 1740000 45 9700000 13250000 5,00 2430000 1160000 46 9000000 13250000 5,00 2925000 1300000 47 13600000 17225000 6,50 2400000 1160000 48 7700000 10600000 4,00 1950000 870000 49 6500000 7925000 3,00 975000 435000 50 9100000 11925000 4,50 1950000 870000 51 10400000 13250000 5,00 1950000 870000 52 9700000 7950000 5,50 2430000 1100000 53 6500000 10600000 4,00 975000 435000 54 7000000 6625000 4,50 2430000 1100000 55 4000000 15900000 3,00 1950000 870000 56 11670000 15900000 6,00 2925000 1300000 57 7200000 14575000 6,00 3650000 1600000 58 6600000 10600000 5,50 3400000 1500000 59 7500000 10600000 4,00 2430000 1100000 60 7600000 13250000 6,50 3900000 1740000 597640000 836739000 321 154652500 69467000


(3)

Lampiran 3 Hasil Regresi

Dependent Variable: Y Method: Least Squares Date: 03/05/08 Time: 10:13 Sample: 1 60

Included observations: 60

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 1398380. 906036.5 1.543403 0.1285 X1 0.217336 0.098975 2.195857 0.0323 X2 1803804. 293616.1 6.143412 0.0000 X3 -0.963111 0.133912 -7.192090 0.0000 X4 -1.570039 0.213287 -7.361146 0.0000 R-squared 0.756296 Mean dependent var 9558833. Adjusted R-squared 0.738572 S.D. dependent var 2540665. S.E. of regression 1299043. Akaike info criterion 31.07181 Sum squared resid 9.28E+13 Schwarz criterion 31.24634 Log likelihood -927.1543 F-statistic 42.67087 Durbin-Watson stat 1.929516 Prob(F-statistic) 0.000000


(4)

Uji White Heterokedastisitas

White Heteroskedasticity Test:

F-statistic 3.093899 Probability 0.006376 Obs*R-squared 19.60460 Probability 0.011940 Test Equation:

Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares

Date: 03/12/08 Time: 21:56 Sample: 1 60

Included observations: 60 Variable Coefficien

t

Std. Error t-Statistic Prob. C 2.43E+13 9.58E+12 2.539144 0.0142 X1 1038980. 2155397. 0.482037 0.6318 X1^2 -0.035542 0.091215 -0.389648 0.6984 X2 -1.25E+13 6.97E+12 -1.789123 0.0795 X2^2 1.24E+12 7.59E+11 1.629803 0.1093 X3 -1916063. 2031961. -0.942963 0.3501 X3^2 0.604007 0.569095 1.061347 0.2935 X4 485637.6 3235102. 0.150115 0.8813 X4^2 -0.201407 0.685282 -0.293904 0.7700 R-squared 0.326743 Mean dependent var 1.55E+1

2 Adjusted R-squared 0.221134 S.D. dependent var 4.02E+1

2 S.E. of regression 3.54E+12 Akaike info criterion 60.76773 Sum squared resid 6.40E+26 Schwarz criterion 61.08188 Log likelihood -1814.032 F-statistic 3.093899 Durbin-Watson stat 1.874252 Prob(F-statistic) 0.006376


(5)

Lampiran 5

Hasil Uji White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance

Dependent Variable: Y Method: Least Squares Date: 03/08/08 Time: 09:45 Sample: 1 60

Included observations: 60

White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 1398380. 1232448. 1.134636 0.2614 X1 0.217336 0.163843 1.326485 0.1902 X2 1803804. 503440.1 3.582958 0.0007 X3 -0.963111 0.121632 -7.918264 0.0000 X4 -1.570039 0.154927 -10.13407 0.0000 R-squared 0.756296 Mean dependent var 9558833. Adjusted R-squared 0.738572 S.D. dependent var 2540665. S.E. of regression 1299043. Akaike info criterion 31.07181 Sum squared resid 9.28E+13 Schwarz criterion 31.24634 Log likelihood -927.1543 F-statistic 42.67087 Durbin-Watson stat 1.929516 Prob(F-statistic) 0.000000


(6)

Korelasi Variabel Matrix

Variabel X1 X2 X3 X4

X1 1.000000 0.811539 0.250789 0.119203 X2 0.811539 1.000000 0.290111 0.199480 X3 0.250789 0.290111 1.000000 -0.464607 X4 0.119203 0.199480 -0.464607 1.000000