1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anak merupakan generasi penerus dan potensi sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam hidupnya, anak mempunyai hak dan
kebutuhan hidup yang perlu dipenuhi, diantaranya yaitu hak pemenuhan kebutuhan nutrisi, kesehatan diri pada anak, masa bermain bersama teman,
rasa aman dan nyaman terhadap lingkungan sekitar, pendidikan serta memerlukan lingkungan keluarga dan sosial yang mendukung kelangsungan
hidupnya. Undang - Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia, menyatakan bahwa setiap anak berhak untuk mendapatkan
perlindungan hukum dari segala bentuk kekerasan fisik atau mental, penelantaran, perlakuan buruk, dan pelecehan seksual selama dalam
pengasuhan orang tua atau walinya, atau pihak lain manapun yang bertanggungjawab atas pengasuhan.
Keadaan ekonomi yang kurang dalam keluarga memunculkan sekelompok anak jalanan menjadi seorang pengemis, pengamen, asongan
yang menjadikan tempat apapun sebagai arena hidup, termasuk stopan lampu merah, kolong jembatan, trotoar, ataupun ruang terbuka yang ada di daerah
perkotaan. Selain itu, kegagalan rumah tangga keluarga juga menjadi penyebab lain munculnya anak jalanan. Banyak anak jalanan muncul akibat
kelahiran yang tidak dikehendaki dan ada anak melarikan diri dari rumah akibat ketidakharmonisan hubungan antara ibu-bapaknya. Kegagalan ini bisa
2
mendorong berkumpulnya anak jalanan menjadi satu kesatuan dengan keragaman problematika yang dialami untuk kemudian saling mengisi satu
sama lain hidup di jalanan, tanpa adanya pengawasan dari orang tua. Anak jalanan adalah anak yang menghabiskan sebagian besar
waktunya untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari di jalanan, baik untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalan dan tempat-tempat umum lainnya.
1
Anak jalanan mempunyai ciri-ciri berusia antara 5 sampai dengan 18 tahun, melakukan kegiatan atau berkeliaran di jalanan, penampilannya kebanyakan
kusam dan pakaian tidak terurus, mobilitasnya tinggi. Masalah anak jalanan masih merupakan masalah kesejahteraan sosial yang serius dan perlu
mendapat perhatian dari berbagai pihak. Hal ini dikarenakan anak-anak yang hidup di jalanan, sangatlah rentan sekali terhadap terjadinya eksploitasi anak
baik secara fisik maupun mental. Kondisi yang tidak kondusif di jalanan dengan berbagai permasalahan sosial yang dihadapi anak, akan berpengaruh
pula pada kehidupan anak di masa yang akan datang. Menurut WHO World Health Organization dalam modulnya
mengenai anak jalanan,
2
menyebutkan bahwa setiap anak jalanan memiliki alasan tersendiri untuk tinggal dijalanan. Rasionalisasinya cukup beragam,
akan tetapi faktor kemiskinan menjadi pemicu utama yang mendorong sebagian besar anak-anak hidup di jalanan. Ada beberapa alasan yang
biasanya mendorong anak - anak untuk tetap hidup di jalan yaitu adanya
1
Departemen Sosial Republik Indonesia.2005. Petunjuk Pelaksanaan Pelayanan Sosial Anak Jalanan. Jakarta : Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial
2
Departemen Sosial Republik Indonesia.2005. Petunjuk Pelaksanaan Pelayanan Sosial Anak Jalanan. Jakarta : Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial
3
tuntutan untuk mencari uang guna memenuhi kebutuhan diri sendiri dan keluarganya, mencari tempat berteduh untuk orang-orang yang memang tidak
memiliki tempat tinggal dan bagi mereka yang terbuang dari lingkungannya, untuk menyelamatkan diri dari kekerasan dalam rumah tangga atau penolakan
dari lingkungan keluarga, untuk menghindar dari tuntutan dan peraturan rumah yang dianggap terlalu mengikat dan mengekang, serta menghindar dari
institusi yang berhubungan dengan anak-anak seperti sekolah yang dianggap tidak menyenangkan dan terlalu banyak aturan. Lingkaran kemiskinan adalah
salah satu faktor utama yang menyebabkan anak turun ke jalan. Menurut UNICEF bahwa jumlah anak jalanan di dunia sebanyak 100
juta. Di Asia, menurut Childhope Asia, sebuah NGO yang berbasis di Philipina, memperkirakan ada sekitar 25-30 juta anak jalan. Di Indonesia,
berdasarkan hasil analisis situasi mengenai anak jalanan yang dilakukan oleh Departemen Sosial menunjukkan 230.000 pada tahun 2009 anak
jalanan.
3
Diperkirakan jumlah anak jalanan akan meningkat menjadi 800 juta pada tahun 2020.
Berdasarkan data dari hasil sensus Tim Penganggulangan Kemiskinan Pusat tahun 2009 menyampaikan bahwa jumlah penduduk yang
masuk kategori miskin sebesar 5,58 dari total penduduk kota Malang yang berjumlah sekitar 814.000 jiwa. Jumlah penduduk miskin tersebut menurun
dari tahun yang sebelumnya yang memiliki sekitar 11,42 dari total penduduk kota Malang.Di wilayah kota Malang masih sering dijumpai
3
Sutriyanto, Eko. Jumlah Anak di Indonesia. 2011.http:www.tribunnewsjumlah-anak-jalanan- 230-ribu-di-indonesia.com
4
kegiatan anak jalanan. Anak-anak yang seharusnya masih berada dalam lingkungan bermain dan belajar tetapi mereka sudah mencari nafkah dengan
melakukan kegiatan-kegiatan mengamen, mengemis, asongan di perempatan jalan yang penuh resiko. Mereka yang seharusnya masih
mengenyam masa indah di bawah kasih sayang dan bimbingan orang tua sudah harus menjalani kehidupan dunia jalanan yang penuh kekerasan dan
eksploitasi tanpa mengenyam pendidikan moral maupun agama. Studi pendahuluan yang dilakukan di sekitar wilayah Alun – Alun
kota Malang pada tanggal 6 November 2014, dari 8 anak jalanan yang ditemui, 5 anak mengamen, dan 3 anak mengemis meminta uang kepada
setiap orang yang lewat di depannya. Dan dari 5 orang pengamen yang diwawancarai, mengatakan bahwa mereka mengamen dikarenakan kondisi
ekonomi keluarga yang memang mengharuskan mereka ke jalan untuk ikut mencari uang, guna memenuhi kelangsungan hidupnya dan keluarganya. Dari
5orang, 3 orang yang pernah sekolah, dan 2 orang lainnya tidak pernah sekolah karena ketidaktahuan mereka dimana keluarganya. Sehingga
memaksa mereka untuk turun ke jalan mencari uang demi mencukupi kebutuhan hidupnya.
Anak jalanan setiap hari ke jalanan untuk menyanyi di hadapan orang yang ada di jalanan, dan mendapatkan uang untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya dan keluarganya.Kegiatan anak jalanan itu erat kaitannya dengan tempat mereka mangkal sehari-hari, yakni di alun-alun, jalan raya,
simpang jalan, stasiun kereta api, terminal, pasar, pertokoan, dan mall.
5
Para teoritisi jaringan pendekatan-pendekatan normatif berfokus pada kebudayaan dan proses sosialisasi yang merupakan sarana untuk
menginternalisasi norma-norma dan nilai-nilai kepada para aktor. Di dalam orientasi normatif, orang-orang dipersatukan oleh sekumpulan ide yang dianut
bersama. Para teoritisi jaringan menolak pandangan demikian dan berargumen bahwa orang harus berfokus pada pola-pola ikatan objektif yang
menghubungkan para anggota masyarakat Satu aspek yang khas dari teori jaringan ialah bahwa ia berfokus
pada deretan luas struktur-struktur mikro hingga makro. Yakni, bagi teori jaringan para aktor mungkin adalah orang-orang, tetapi mereka juga mungkin
adalah kelompok-kelompok, korporasi-korporasi, dan masyarakat. Hubungan- hubungan terjadi pada level struktur sosial berskala besar dan juga pada level
yang lebih mikroskopik. Mark Granovetter melukiskan hubungan-hubungan level mikro seperti tindakan yang “melekat” di dalam “hubungan-hubungan
pribadi yang konkret dan struktur-struktur atau ‘jaringan-jaringan’ relasi- relasi demikian”. Dasar bagi setiap hubungan itu ialah ide bahwa setiap “aktor”
individual atau kolektif mungkin mempunyai akses yang berbeda kepada sumber-sumber daya yang bernilai kekayaan, kekuasaan, informasi. Hasilnya
ialah bahwa sistem yang terstruktur cenderung terstratifikasi, dengan beberapa komponen yang bergantung kepada yang lain.
4
Jaringan sosial yang ada dilingkungan ini sangat berpengaruh, dimana jaringan tersebut menfasilitasi terjadinya komunikasi dan interaksi
4
Ritzar,George.2012.Teori Sosiologi Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. yogyakarta. Pustaka Pelajar
6
yang memungkinkan tumbuhnya kepercayaan dan memperkuat kerjasama dengan anak jalanan. Menurut Mitchell, melihat bahwa jaringan sosial sebagai
seperangkat hubungan khusus atau spesifik yang terbentuk diantara sekelompok orang yang karakteristik hubungan-hubungan tersebut dapat
digunakan untuk menginterpretasi motif-motif perilaku sosial dari orang-orang yang terlibat didalamnya.
5
Melihat hal diatas siapa aktor yang berhubungan dekat dengan anak jalanan. Orang tua bisa sebagai tokoh yang berperan
penting karena kondisi ekonomi keluarga yang kurang, sehingga membiarkan anaknya untuk mencari nafkah di jalanan. Selain itu orang-orang yang
memanfaatkan keberadaan anak jalanan sebagai aset yang berharga, seperti preman yang juga bisa sebagai aktor dari fenomena adanya sekumpulan anak
jalanan yang ada di Wilayah Kota Malang, dengan melindungi anak jalanan dalam melakukan kegiatannya atau sebagai underpressing yang menekan anak
jalanan sehingga terpaksa melakukan kegiatannya. Pemerintah
beserta masyarakat
sudah seharusnya
lebih memperhatikan anak jalanan, agar anak jalanan dapat hidup tumbuh dan
berkembang serta berpartisipasi dalam pembangunan secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, demi terwujudnya anak Indonesia
yang berkualitas, berakhlak mulia, dan sejahtera. Sehingga dengan adanya perhatian dan tindakan sosial yang lebih serius lagi, baik dari pemerintah
danmasyarakat, diharapkan jumlah anak jalanan dapat berkurang, dan anak jalanan bisa menikmati haknya sebagai anak Indonesia yang terpenuhi
kebutuhan dasar hidupnya.
5
Kusnadi. Jaringan Sosial Sebagai Strategi Adaptasi Masyarakat Nelayan. Studi Kasus di Desa Pesisir, Kecamatan Besuki, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Tesis Antropologi. Depok.
7
1.2 Rumusan Masalah