Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

M. Umer Chapra adalah seorang pakar ekonomi berkebangsaan Pakistan yang kemudian menetap dan mendapatkan kebangsaan Saudi. Beliau dilahirkan pada tanggal 1 Februari 1933 di anak benua India yang pada waktu itu belum terbagi menjadi Pakistan dan India. 1 M. Umer Chapra mengungkapkan tiga sasaran utama dari kebijakan moneter yang ada dalam sistem ekonomi Islam. Pertama tenaga kerja penuh dan pertumbuhan ekonomi full employment and economic growth. Kedua sosio-ekonomi dan distribusi pendapatan dan kekayaan yang merata socio-economic justice and equitable distribution income and wealth. Ketiga stabilitas nilai uang stability in the value of money. 2 Tujuan kebijakan moneter yang direkomendasikan M. Umer Chapra ini mengingatkan kita pada sasaran yang juga dimiliki oleh sistem konvensional, yaitu tenaga kerja penuh full employment, pertumbuhan ekonomi economic growth dan stabilitas harga price stability. Apa yang diungkapkan M. Umer Chapra merupakan 1 M. Umer Chapra, Reformasi Ekonomi Sebuah Solusi Perspektif Islam Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008, h. ix. 2 Ali Sakti, Analisis Teoritis Ekonomi Islam Jawaban Atas Kekacauan Ekonomi Modern T.tp: PARADIGMA AQSA Publishing, 2007, h. 264. 1 sasaran antara semi-objectives dari sasaran akhir kebijakan moneter Islam, yaitu memaksimalkan kesejahteraan manusia maximize human welfare. 3 Fokus kebijakan moneter Islam lebih tertuju pada pemeliharaan berputarnya sumber daya ekonomi, dimana ini menjadi inti ekonomi Islam Islam pada semua bentuk kebijakan dan ketentuan yang diperkenankan oleh syariah. Dengan demikian dalam Islam, secara sederhana para regulator harus memastikan tersedianya usaha- usaha ekonomi dan atau produk keuangan syariah yang mampu menyerap potensi investasi masyarakat, atau ketentuan- ketentuan yang mendorong preferensi penggunaan potensi investasi pada usaha produktif terjadi. 4 Larangan Islam mengenai bunga akan mengharuskan negara-negara muslim untuk mendorong dan memudahkan investasi modal asing. Tidak diragukan ini sangat perlu sebab modal investasi telah terbukti bermanfaat untuk negara-negara berkembang dan sebagaimana diharapkan dengan menciptakan suatu iklim yang mendukung untuk investasi. 5 Sedangkan di Indonesia kebijakan moneternya masih menggunakan suku bunga. Dalam konteks kebijakan moneter di Indonesia, implementasi kebijakan moneter mengalami perkembangan dan perubahan yang sangat dinamis. Secara garis besar kebijakan moneter di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni 3 Ibid., h. 264. 4 Ibid., h. 266. 5 M. Umer Chapra, Islam and the Economic Challenge Riyadh: International Islamic Publishing House, 1992, h. 309. 2 kebijakan moneter pada era prakrisis 199798 dan pascakrisis 199798. Keduanya memiliki pendekatan yang berbeda yang perlu untuk dipahami. 6 Sebelum krisis 199798, kebijakan moneter dituntut berperan ganda. Selain diarahkan untuk memelihara kestabilan moneter, kebijakan moneter dituntut juga untuk mendukung tercapainya sasaran-sasaran pembangunan, yaitu pemerataan pendapatan,pertumbuhan ekonomi, serta peluasan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, walaupun disadari bahwa tidak mudah melaksanakan suatu kebijakan moneter dengan berbagai tujuan dimaksud karena adanya konflik dalam upaya untuk stabilisasi moneter dengan upaya untuk mendorong pertumbuhan. Selain itu, mengingat neraca pembayaran masih merupakan salah satu tantangan berat dalam pengelolaan perekonomian Indonesia, penentuan kebijakan moneter juga harus mempertimbangkan pengaruh faktor eksternal. Hal ini semakin penting, mengingat keterbukaan perekonomian Indonesia serta dianutnya sistem devisa bebas yang sudah berjalan sejak tahun 1971. Bahkan dalam keadaan seperti sekarang ini, pertimbangan pengamanan neraca pembayaran sangat menonjol dalam era sistem nilai tukar mengambang dimana gejolak eksternal secara langsung mempengaruhi berbagai variable domestik. 7 Mengingat keterbatasan sumber daya untuk membiayai pembangunan pada masa Pemerintahan Orde Baru, kebijakan moneter pada masa itu diselaraskan dengan prioritas sasaran pembangunan yang ditetapkan oleh pemerintah. Di satu sisi, koordinasi antara kebijakan moneter dengan kebijakan fiskal dan ekonomi makro 6 Aulia Pohan, Kerangka Kebijakan Moneter dan Implementasinya di Indonesia Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008, h.4. 7 Ibid., h. 5. 3 lainnya dapat dilakukan dengan baik karena secara kelembagaan Bank Indonesia berada di bawah pemerintah. Di sisi lain, sikap prudent sebuah bank sentral menjadi kurang menonjol dalam kebijakan Bank Indonesia sebagai pelaksana kebijakan moneter. Fungsi mendorong pertumbuhan ekonomi tampak terlalu dipaksakan sehingga kebijakan kebijakan perkreditan cenderung longgar dan dilakukan langsung oleh Bank Indonesia melalui pemberian kredit likuiditas. 8 Setelah masa krisis 199798, kebijakan moneter mengalami perubahan yang cukup mendasar sejalan dengan perubahan tantangan yang dihadapi. Perubahan kerangkan kebijakan moneter ini sejalan dengan perubahan tatanan kelembagaan otoritas moneter. Dengan berlakunya Undang-Undang No.23 Tahun 1999, Bank Indonesia selaku otoritas moneter menjadi lembaga yang independen dan fungsi fokus pada stabilitas nilai tukar rupiah. Dalam pelaksanaan kebijakan moneter, Bank Indonesia tidak lagi dituntut berperan ganda sebagaimana diatur dalam Undang- Undang No. 13 Tahun 1968, tetapi mempunyai sasaran tunggal, yaitu inflasi. Inflasi menyebabkan perlunya kontrol harga dan subsidi pada bahan makanan dan barang- barang esensial yang dikonsumsi. Sementara, kontrol harga akan menghambat pertumbuhan jangka panjang bagi pasokan barang-barang ini, subsidi justru menambah beban berat pada anggaran pemerintah yang kini sudah tidak tertanggung lagi. Inflasi juga menyebabkan kurs menjadi overnilai yang diadopsi oleh pemerintah untuk menahan tekanan-tekanan inflasioner. 9 Walaupun demikian, bukan berarti tugas Bank Indonesia lebih mudah. Sebagai lembaga yang independen, Bank 8 Ibid., h. 6. 9 M. Umer Chapra, Islamic and Economic Developmet Islamabad: Islamic Research Istitute Press, 1993, h.36. 4 Indonesia dituntut lebih mampu dalam menjalankan tugasnya untuk menghadapi tantangan perubahan perekonomian global. Dalam rangka mencapai sasaran akhir kebijakan moneter, Bank Indonesia menerapkan kerangka kebijakan moneter melalui pengendalian suku bunga. Suku bunga kebijakan, yang dikenal dengan istilah BI Rate, ditetapkan melalui Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia. Dalam tataran operasional, BI rate tercermin dari pergerakan suku bunga Pasar Uang Antar Bank. 10 Berdasarkan pemikiran tersebut, penulis membuat skripsi ini dengan judul “Pemikiran M. Umer Chapra tentang Instrumen Kebijakan Moneter dan Peluang Implementasinya di Indonesia”. Alasan pemilihan tema tersebut didasarkan pada hal-hal berikut: 1. Ingin mengetahui dan memahami konsep pemikiran M. Umer Chapra tentang instrumen kebijakan moneter. 2. Ingin mengatahui dan mengkaji lebih lanjut bagaimana peluang implementasinya pemikiran M. Umer Chapra tentang instrumen kebijakan moneter di Indonesia.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah