bab 5 efektifitas Kebijakan Moneter (1)

I. LATAR BELAKANG
Dewasa ini, ilmu ekonomi telah berkembang pesat menjadi cabang
ilmu

yang

sangat

penting

untuk

dipelajari

dan

dipahami

dalam

mengembangkan sebuah negara maupun perusahaan. Ilmu ekonomi dapat

dijelaskan dan dibahas berdasarkan ukuran ruang lingkup perekonomian.
Ekonomi dalam skala kecil seringkali dikenal dengan microeconomics. Selain
itu, ruang lingkup perekonomian dalam skala besar disebut sebagai
macroeconomics. Pembahasan ekonomi mikro (microeconomics) biasanya
mencakup skala kecil yaitu mengenai bagaimana pembentukan harga dalam
pasar. Sedangkan ekonomi makro (macroeconomics), cakupannya jauh lebih
luas, seperti mengenai kebijakan pemerintah dalam mengatur perekonomian
negara. Dalam pembahasan kali ini, penulis akan mengulas tentang
perekonomian dalam skala besar, yaitu macroeconomics.
Macroeconomics merupakan ilmu perekonomian yang kompleks karena
banyak membahas hal-hal yang mempengaruhi sebuah negara. Pembahasan
macroeconomics meliputi GDP, inflation, goods market, financial market,
labor market, exchange rate dan juga membahas mengenai kebijakan
pemerintah dalam menjaga perekonomian negara agar tetap stabil. Pada
praktiknya, kebijakan pemerintah terbagi atas 2 bagian, yaitu kebijakan
moneter (monetary policy) dan kebijakan fiskal (fiscal policy). Pertama,
kebijakan moneter. Kebijakan tersebut merupakan suatu usaha dalam
mengendalikan keadaan ekonomi makro agar dapat berjalan sesuai dengan
yang diinginkan melalui pengaturan jumlah uang yang beredar dalam
perekonomian. Usaha tersebut dilakukan agar terjadi kestabilan harga dan

inflasi serta terjadinya peningkatan output keseimbangan.
Selanjutnya, kebijakan fiskal yang merupakan suatu kebijakan ekonomi
dalam rangka mengarahkan kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik
dengan jalan mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Kebijakan
ini mirip dengan kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar.
Akan tetapi, kebijakan fiskal lebih menekankan pada pengaturan pendapatan
dan belanja pemerintah. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis memilih

untuk mengkaji pengaruh kebijakan moneter (monetary policy) terhadap
perubahan tingkat suku bunga bank.

II. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sebuah kebijakan moneter berpengaruh terhadap tingkat
suku bunga bank?
2. Mengapa tingkat suku bunga bank memegang peranan yang cukup
krusial dalam perekonomian sebuah negara?
3. Apa dampak dari perubahan suku bunga bank terhadap perekonomian
di Indonesia?

III. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh kebijakan moneter terhadap tingkat suku
bunga bank.
2. Untuk mengetahui pentingnya peranan tingkat suku bunga bank
terhadap perekonomian negara
3. Untuk mengetahui dampak dari perubahan tingkat suku bunga bank
terhadap perekonomian di Indonesia.

IV. Teori Dasar
Pengertian Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter merupakan kebijakan bank sentral atau otoritas moneter
dalam bentuk pengendalian terhadap banyaknya jumlah uang yang beredar
untuk mencapai perkembangan kegiatan perekonomian yang diinginkan.
Kegiatan perekonomian yang dimaksud adalah kestabilan perekonomian
makro yang tercermin dalam kestabilan harga (rendahnya laju inflasi),
membaiknya perkembangan out put riil (pertumbuhan ekonomi) serta cukup
luasnya kesempatan kerja yang tersedia. Kebijakan moneter yang dimaksud
di atas adalah bagian integral dari kebijakan ekonomi makro yang pada
umumnya dilakukan dengan mempertimbangkan siklus ekonomi, sifat
perekonomian suatu negara (terbuka atau tertutup) serta faktor-faktor
fundamental ekonomi lainnya.


Tujuan Kebijakan Moneter, meliputi :


Memelihara stabilitas harga
Kebijakan moneter mempunyai

sasaran

untuk

menyeimbangkan

penawaran dan permintaan uang agar tidak terjadi kelebihan atau


kekurangan uang yang dapat berakibat pada keguncangan harga
Mendukung pertumbuhan ekonomi yang rill dan mantap
Mantapnya kegiatan investasi dan usaha peningkatan produksi
merupakan

mantap.

prasyarat

tercapainya

Pertumbuhan

ekonomi

pertumbuhan
yang

ingin

ekonomi
dicapai

yang
adalah


pertumbuhan rill yakni pertumbuhan dalam ukuran jumlah barang dan
jasa yang dihasilkan bukan pertumbuhan dalam hitungan uang


semata-mata.
Mendukung tercapainya tingkat pengangguran yang rendah
Pengangguran yang tinggi merupakan musuh setiap perekonomian.
Setiap negara berusaha melakukan kebijakan untuk menguranginya,
antara lain dengan kebijakan moneter.

Kebijakan moneter yang dilakukan dalam rangka pengendalian jumlah uang
beredar (JUB), dapat dilakukan melalui beberapa instrumen. Adapun
instrumen kebijakan moneter di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi:
a) Kebijakan Moneter Kualitatif adalah kebijakan moneter yang dilakukan
oleh Bank Indonesia dalam bentuk himbauan moral kepada para
pemimpin bank-bank umum agar ikut mengamankan apa yang
menjadi kebijakan Bank Indonesia. Wujud kebijakan moneter kualitatif
ini antara lain: bujukan moral (moral suasion); kredit selektif dan
lainnya.

b) Kebijakan Moneter Kuantitatif adalah kebijakan moneter dalam rangka
pengendalaian jumlah uang yang beredar melalui pengendalian
besaran moneter yang berujud angka-angka atau kuantitatif. Wujud
kebijakan moneter kuantitatif antara lain:
- Politik
diskonto
adalah
kebijakan
mempengaruhi

jumlah

uang

yang

pemerintah
beredar

dengan


untuk
cara

menaikkan atau menurunkan tingkat menurunkan tingkat bunga
pada bank. Tingkat bunga yang dapat diatur pemerintah adalah
tingkat bunga pinjaman dari bank sentral kepada bank-bank
-

umum.
Politik operasi pasar terbuka adalah kebijakan pemerintah untuk
mempengaruhi jumlah uang yang beredar dengan cara menjual

-

atau membeli surat-surat berharga milik negara.
Kebijakan syarat cadangan kas pada bank adalah kebijakan
pemerintah untuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar
dengan cara menetapkan jumlah minimum cadangan kas yang
harus ada pada setiap bank.


Kebijakan moneter memiliki peran dan fungsi. Adapun peran dan fungsi
kebijakan moneter adalah sebagai berikut :
Peran Kebijakan Moneter
1. Mempertahankan iklim investasi
Dengan tingkat inflasi yang rendah, maka iklim investasi akan tetap
hidup. Jika inflasi rendah, suku bunga bank juga cenderung rendah.
Rendahnya suku bunga bank akan mendorong orang untuk melakukan
investasi atau usaha baru.
2. Memperluas kesempatan kerja
Kebijakan moneter dapat menciptakan

iklim

kondusif

bagi

berlangsungnya berbagai kegiatan ekonomi. Setiap kegiatan ekonomi
membutuhkan tenaga kerja. Adanya kegiatan ekonomi berarti pula

memperluas kesempatan kerja.
3. Menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi
Keadaan
ekonomi
yang
kondusif
memungkinkan

terjadinya

pertumbuhan ekonomi. Adanya kestabilan nilai kurs mata uang serta
kestabilan harga barang dan jasa sangat dibutuhkan para investor atau
pengusaha dalam menjalankan kegiatan ekonomi. Kegiatan ekonomi
yang berjalan baik menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
4. Memperbaiki kondisi neraca pembayaran

Neraca pembayaran nasional dikatakan baik jika mengalami surplus
atau nilai ekspor melebih nilai impor. Untuk mencapai kondisi tersebut,
kebijakan moneter yang terkait dengan mata uang atau nilai kurs
sangat


diperlukan.

Kebijakan

moneter

dapat

mempertahankan

stabilitas kurs maupun menurunkan ke tingkat yang diinginkan.
Dengan

suatu

tingkat

kurs

tertentu,

diharapkan

barang-barang

produksi dalam negeri akan bisa lebih murah dibanding produk dari
negara lain. Kondisi ini meningkatkan daya saing produk dalam negeri
sehingga

pada

akhirnya

akan

memperbesar

volume

ekspor

(menciptakan neraca pembayaran yang surplus).
5. Menjaga kestabilan nilai kurs mata uang
Untuk menjaga agar nilai kurs mata uang stabil sesuai yang
diharapkan, maka Bank Indonesia melakukan kebijakan moneter
berupa operasi pasar terbuka. Dalam keadaan apabila nilai kurs mata
uang rupiah merosot tajam dibanding dollar Amerika Serikat, maka
Bank Indonesia melakukan intervensi pasar dengan menjual dollar.
6. Menjaga kestabilan harga barang dan jasa
Masyarakat membutuhkan keadaan dimana harga barang dan jasa
tetap

stabil

menciptakan

sehingga
keadaan

dapat
seperti

menjalankan
itu,

maka

Bank

usahanya.
Indonesia

Untuk
dapat

melakukan kebijakan moneter berupa menaikkan atau menurunkan
suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Tujuan kebijakan ini adalah
untuk menurunkan atau menaikkan jumlah uang yang beredar (JUB).
Apabila harga barang dan jasa naik terus-menerus (tidak stabil) maka
Bank Indonesia menaikkan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia agar
jumlah uang yang beredar berkurang sehingga laju kenaikan harga
barang dan jasa dapat dikurangi.
7. Menurunkan laju inflasi
Apabila terjadi inflasi yang tinggi, Bank Indonesia dapat melakukan
kebijakan moneter untuk menurunkan jumlah uang yang beredar (JUB).
Untuk menurunkan jumlah uang yang beredar, kebijakan moneter yang
diambil dapat berupa menaikkan atau menurunkan suku bunga
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) atau pun dengan kebijakan moneter

lainnya yaitu reserve requirements. Untuk menurunkan laju inflasi
berarti jumlah uang yang beredar harus dikurangi. Untuk itu, dengan
kebijakan reserve requirements, Bank Indonesia menetapkan kenaikan
cadangan minimum dari bank-bank umum.

Fungsi Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter berfungsi sebagai instrumen/cara untuk mempengaruhi
perekonomian. Kebijakan moneter sebagai sebuah cara, dipergunakan untuk
mencapai tujuan/sasaran ekonomi yang diharapkan, di antaranya adalah
untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, mengatasi pengangguran,
memperbaiki neraca pembayaran yang defisit, dan menjaga stabilitas nilai
uang.
Menurut Karl dan Fair (2001:635) suku bunga adalah pembayaran bunga
tahunan dari suatu pinjaman, dalam bentuk persentase pinjaman yang
diperoleh dari jumlah bunga yang diterima tiap tahun dibagi dengan jumlah
pinjaman.
Pengertian suku bunga menurut Sunariyah (2004:80) adalah harga dari
pinjaman. Suku bunga dinyatakan sebagai persentase uang pokok per unit
waktu. Bunga merupakan suatu ukuran harga sumber daya yang digunakan
oleh debitur yang harus dibayarkan kepada kreditur.
Lalu bagaimana penggunaannya di masyarakat? Dana yang dipinjam dari
bank merupakan suatu beban atas peminjaman sejumlah uang tertentu di
masa

datang

dan

akan

menjadi

kewajiban

berupa

bunga

kepada

masyarakat.
Tingkat bunga akan berfluktuasi sehingga berpengaruh pada keinginan
masyarakat untuk meminjam uang di bank. Makin rendah suku bunga maka

semakin tinggi keinginan masyarakat untuk meminjam uang di bank.
Artinya, pada tingkat suku bunga rendah maka masyarakat akan lebih
terdorong untuk meminjam uang di bank demi memenuhi kebutuhannya.
Adapun fungsi suku bunga menurut Sunariyah (2004:81) adalah :


Sebagai daya tarik bagi para penabung yang mempunyai dana lebih



untuk diinvestasikan.
Suku bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam rangka
mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam



suatu perekonomian.
Pemerintah dapat memanfaatkan suku bunga untuk mengontrol jumlah
uang beredar.

Bunga dalam hal ini memungkinkan masyarakat yang kekurangan dana
mempunyai alternatif untuk meminjam dana dari bank. Begitupun sebaliknya
masyarakat yang kelebihan dana akan menyimpan dana ke bank atau
lembaga keuangan lainnya. Masyarakat yang meminjam dana dibebankan
bunga sebagai harga dana yang dipinjam. Jadi, tingkat bunga adalah harga
dari pinjaman.
PENGARUH KEBIJAKAN MONETER TERHADAP PERMINTAAN AGREGAT
Kurva permintaan agregat menunjukan jumlah permintaan barang dan jasa
dalam perekonomian pada setiap tingkat harga. Seperti telah kita pelajari
pada pembahasan sebelumnya, kemiringan kurva permintaan agregat
bergerak menurun karena tiga alasan sebagai berikut:
· Pengaruh kekayaan: Tingkat harga yang lebih rendah menaikkan nilai riil
uang yang dipegang oleh rumah tangga, sedangkan kesejahteraan yang
lebih tinggi ini mendorong belanja konsumen.
· Pengaruh suku bunga: Tingkat harga yang lebih rendah menurunkan suku
bunga karena orang berusaha untuk meminjamkan kelebihan uang yang

mereka pegang, sedangkan suku bunga yang lebih rendah mendorong
pengeluaran untuk investasi.
· Pengaruh nilai tukar: Apabila tingkat harga yang lebih rendah menurunkan
tingkat suku bunga, investor memindahkan sebagian dari dana mereka ke
luar negeri dan menyebabkan mata uang domestik mengalami depresiasi
relatif dengan mata uang asing. Depresiasi ini membuat barang-barang
didalam negeri menjadi lebih murah dibandingkan dengan barang-barang
luar negeri dan akibatnya mendorong belanja ekspor neto.
Disini, kita mengembangkan teori tentang bagaimana suku bunga ditentukan
yang disebut dengan teori

preferensi

likuiditas (theory of liquidity

preference). Setelah kita mengembangkan teori ini, kita menggunakannya
untuk memahami kemiringan kurva permintaan agregat yang menurun serta
bagaimana kebijakan moneter mengubah kurva ini.
Teori Preferensi Likuiditas
Teori preferensi likuiditas (theory of liquidity preference) –teori Keynes
yang menyatakan bahwa suku bunga berubah-ubah untuk membuat jumlah
uang yang beredar dan permintaan uang menjadi seimbang.
Anda mungkin masih ingat bahwa para ekonom membagi suku bunga
menjadi dua macam, yaitu suku bunga nominal –suku bunga yang umum
dilaporkan dansuku bunga riil –suku bunga yang telah dikoreksi dengan
pengaruh inflasi. Dalam analisis yang akan kita bahas, tingkat inflasi harapan
diasumsikan konstan. Oleh karena itu, apabila suku bunga nominal naik atau
turun suku bunga riil yang diinginkan oleh masyarakat juga naik atau turun.
Sekarang,

mari

kita

kembangkan

teori

preferensi

likuiditas

dengan

memperhatikan jumlah uang yang beredar dan permintaan uang serta
bagaimana masing-masing bergantunga pada suku bunga.

Jumlah Uang yang Beredar. Bagian pertama dari teori preferensi likuiditas
adalah jumlah uang yang beredar. Seperti telah kita bahas, jumlah uang
yang beredar dikendalikan oleh Bank Sentral. Karena ditetapkan oleh
kebijakan bank sentral, jumlah uang yang beredar tidak dipengaruhi oleh
variabel-variabel ekonomi lainnya. Secara khusus jumlah uang yang beredar
tidak bergantung pada suku bunga. Setelah bank sentral memutuskan
kebijakannya, jumlah uang yang beredar tidak berubah, tanpa memandang
suku bunga yang berlaku. Kita menggambarkan jumlah uang yang beredar
tetap dengan kurva penawaran vertikal.
Permintaan Uang. Bagian ke dua dari teori preferensi likuiditas adalah
permintaan uang. Meskipun ada banyak faktor yang memengaruhi jumlah
permintaan uang, faktor yang digaris bawahi oleh teori preferensi likuiditas
adalah suku bunga. Alasannya adalah suku bunga merupakan biaya
kesempatan untuk memiliki uang. Artinya, apabila kita memiliki kekayaan
berupa uang tunai didompet, bukan berupa obligasi berbunga, kita
kehilangan bunga yang seharusnya kita peroleh. Kenaikan suku bunga
menaikkan biaya kepemilikan uang sehingga mengurangi jumlah permintaan
uang. Penurunan suku bunga mengurangi biaya kepemilikan uang dan
menaikkan jumlah permintaan. Oleh karena itu, kurva permintaan uang
miring ke bawah.
Keseimbangan dalam Pasar Uang. Menurut teori preferensi likuiditas,
suku bunga berubah-ubah untuk menyeimbangkan jumlah uang yang
beredar dan permintaan uang. Ada dua jenis suku bunga yang disebut
dengan suku bunga keseimbangan yang menyebabkan jumlah permintaan
uang tepat seimbang dengan jumlah uang yang beredar. Apabila suku bunga
berada ditingkat lain, orang akan berusaha menyesuaikan portofoloio asset
mereka sehingga mendorong suku bunga ke titik keseimbangannya.
Kemiringan ke Bawah Kurva Permintaan Agregat

Analisis pengaruh suku bunga terhadap permintaan agregat barang dan jasa
dapat dirangkum menjadi 3 langkah, (1) tingkat harga yang lebih tinggi
meningkatkan permintaan uang, (2) permintaan uang yang lebih tinggi
menyebabkan suku bunga menjadi lebih tinggi, (3) suku bunga yang lebih
tinggi mengurangi jumlah permintaan barang dan jasa. Hasil akhir analisis ini
adalah hubungan negatif antara tingkat harga dan jumlah permintaan
barang dan jasa yang diilustrasikan oleh kurva permintaan agregat yang
miring ke bawah.
Perubahan Jumlah Uang yang Beredar
Sejauh ini, kita telah menggunakan teori preferensi likuiditas untuk
menjelaskan bagaimana jumlah keseluruhan permintaan barang dan jasa
dalam perekonomian berubah seiring dengan berubahnya tingkat harga.
Artinya, kita mengamati pergerakan disepanjang kurva permintaan agregat
yang miring ke bawah. Namun, teori ini juga menjelaskan beberapa peristiwa
lain yang mengubah jumlah permintaan barang dan jasa. Setiap jumlah
permintaan barang dan jasa berada pada tingkat harga tertentu, kurva
permintaan agregat pun bergeser.
Satu variabel penting yang menggeser kurva permintaan agregat adalah
kebijakan moneter: Apabila bank sentral menaikkan jumlah uang yang
beredar, suku bunga turun dan jumlah permintaan barang dan jasa untuk
tingkat harga tertentu naik yang menyebabkan kurva permintaan agregat
bergeser ke kanan. Sebaliknya, apabila bank sentral menurunkan jumlah
uang yang beredar, suku bunga naik dan jumlah permintaan barang dan jasa
untuk tingkat harga tertentu turun, yang menyebabkan kurva permintaan
agregat bergeser ke kiri.
Peranan Target Suku Bunga dalam Kebijakan Moneter

Bagaimana bank sentral memengaruhi perekonomian? Sebelumnya telah
kita bahas bahwa bank sentral memberlakukan jumlah uang yang beredar
sebagai instrumen kebijakan moneter. Cara lain bagi bank sentral untuk
melakukan kebijakan moneter adalah dengan menargetkan suku bunga
pinjaman jangka pendek bagi bank-bank.
Keputusan bank sentral untuk menargetkan suku bunga pada dasarnya tidak
mengubah analisis kita terhadap kebijakan moneter. Teori preferensi
likuiditas memberi satu prinsip penting: Kebijakan moneter dapat dijelaskan,
baik dalam terminologi jumlah uang yang beredar maupun terminologi suku
bunga. Apabila target suku bunga telah ditetapkan, misalnya 6 persen,
penjual obigasi bank sentral seakan-akan diberitahu:”Lakukan segala operasi
pasar terbuka yang diperlukan untuk memastikan bahwa suku bunga
keseimbangan sama dengan 6 persen”. Dengan kata lain, apabila bank
sentral menetapkan target suku bunga, bank sentral berkomitmen untuk
menyesuaikan jumlah uang yang beredar untuk membuat keseimbangan
dipasar uang guna mencapai target tersebut.
Hasilnya, perubahan kebijakan moneter dapat dipandang, baik sebagai
target suku bunga yang berubah-ubah maupun sebagai perubahan jumlah
uang

yang

beredar.

Prinsipnya: Perubahan

kebijakan

moneter

yang

bertujuan untuk memperluas permintaan agregat dapat dijabarkan, baik
sebagai kenaikan jumlah uang yang beredar atau sebagai penurunan suku
bunga.

V. Rangkaian Kerja
Dalam menganalisis mengenai kebijakan moneter terhadap tingkat
suku bunga bank, kami memiliki beberapa rangkaian rencana kerja. Rencana
kerja yang pertama adalah mencari data- data atau materi yang berkaitan
dengan tema yang kami pilih. Pencarian data ini dapat dilakukan dengan
studi pustaka, browsing, atau melakukan wawancara singkat dengan pihak

yang

bersangkutan.

Namun

dikarenakan

sulitnya

untuk

melakukan

wawancara langsung dengan Bank Indonesia, maka kami tidak akan
melakukan wawancara tersebut. Kami akan lebih menggali informasi dari
artikel- artikel yang terkait dengan tema serta mengulas lebih jauh mengenai
tiga rumusan masalah utama yang kami pilih. Rumusan masalah yang
pertama yaitu bagaimana sebuah kebijakan moneter berpengaruh terhadap
tingkat suku bunga bank. Rumusan kedua yaitu mengapa tingkat suku bunga
bank memegang peranan yang cukup krusial dalam sebuh perekonomian.
Dan rumusan masalah yang terakhir yaitu apa dampak dari perubahan suku
bunga bank terhdap perekonomian di Indonesia.
Rencana kerja kedua adalah dengan melakukan pengamatan terhadap
suku bunga bank. Hal ini sangat penting untuk dilakukan agar kami tetap
mengetahui perkembangan dari suku bunga bank yang ada di Indonesia.
Seperti yang kita ketahui juga bahwa saat ini suku bunga bank di Indonesia
sangat dinamis dan tidak dapat diprediksi. Pengamatan ini dapat kami
lakukan dengan melihat artikel atau berita- berita terbaru yang sedang
hangat di masyarakat. Rencana kerja ketiga adalah melakukan hipotesa.
Hipotesa atau dugaan baiknya juga dilakukan sehingga dapat memperdalam
ulasan rumusan masalah. Hipotesa ini juga dilakukan agar dapat melihat
suatu masalah atau fenomena dari sudut pandang yang berbeda.
Rencana kerja keempat adalah pembahasan masalah. Pembahasan
masalah ini akan kami lakukan sesuai dengan materi dan data yang telah
kami peroleh sebelumnya. Pembahasan masalah yang akan kami lakukan
yaitu menghubungkan antara masalah atau kasus dengan teori yang terkait
dengan kasus tersebut. Sehingga diharapkan teori tersebut benar- benar
dapat diterapkan pada masalah yang dihadapi sehari- hari. Dan rencana
kerja terakhir yaitu membuat sebuah kesimpulan atas rumusan- rumusan
masalah secara keseluruhan. Kesimpulan juga disertai saran untuk para

pihak terkait atau pemerintah agar masalah kebijakan moneter terhadap
tingkat suku bunga bank dapat diatasi dengan baik.

Daftar Pustaka
http://nhuehayati.students.uii.ac.id/2014/06/23/pengaruh-kebijakanmoneter-dan-fiskal-terhadap-permintaan-agregat/
(http://www.seputarforex.com/artikel/forex/lihat.php?id=122127&)
(http://studentshareid.blogspot.co.id/2015/02/kebijakan-moneter-dankebijakan-fiskal.html)

Macroeconomics
Kebijakan Moneter Terhadap Tingkat Suku Bunga
INCLUDEPICTURE "https://media.licdn.com/media/p/6/005/07a/29b/39dc5f2.jpg" \*

MERGEFORMATINET

Kelompok:
Devina Arsyadi

(0134141053)

Joshua Hutomo

(0134141036)

Khairul Arifin
Luisa Agata

(0134141045)
(0134141011)

Mariska Regina

(0134141067)

Raphael Chrislemuel (0134141030)
Rita Clarisa Limas

(0134141060)

Rizky Christian

(0134141007)

Vikko Agarian (0134141008)
S1 Prasetiya Mulya School of Business and Economics
Accounting 3B
2015