Reaksi Grafting Maleat Anhidrida Pada Polipropilena Dengan Inisiator Benzoil Peroksida

(1)

REAKSI GRAFTING MALEAT ANHIDRIDA PADA POLIPROPILENA

DENGAN INISIATOR BENZOIL PEROKSIDA

SKRIPSI

SISKA EVRIANNI

070822024

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009


(2)

REAKSI GRAFTING MALEAT ANHIDRIDA PADA

POLIPROPILENA DENGAN INISIATOR BENZOIL PEROKSIDA

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

SISKA EVRIANNI 070822024

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2009


(3)

PERSETUJUAN

Judul : REAKSI GRAFTING MALEAT ANHIDRIDA PADA POLIPROPILENA DENGAN INISIATOR BENZOIL PEROKSIDA

Kategori : SKRIPSI

Nama : SISKA EVRIANNI

Nim : 070822024

Program Studi : SARJANA (S1) KIMIA

Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

(FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di

Medan, April 2009 Komisi Pembimbing :

Pembimbing II Pembimbing I

Dra. Yugia Muis, MSi Drs. Darwin Yunus Nasution, MS

NIP 130 872 289 NIP 130 936 280

Diketahui / disetujui oleh

Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,

Dr. Rumondang Bulan Nst. MS NIP 130 459 466


(4)

PERNYATAAN

REAKSI GRAFTING MALEAT ANHIDRIDA PADA POLIPROPILENA DENGAN INISIATOR BENZOIL PEROKSIDA

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, April 2009

SISKA EVRIANNI NIM. 070822024


(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas karuniaNya menyertai penulis melakukan penelitian hingga selesainya penulisan skripsi ini.

Skripsi ini adalah merupakan tugas ahir bagi penulis guna melengkapi salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana Kimia pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Univeristas Sumatera Utara.

Keberhasilan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini tidak luput dari segala bantuan berbagai pihak. Dalam kesempatan ini setulus hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Drs. Darwin Yunus Nasution, MS selaku Dosen pembimbing I dan Ibu Dra. Yugia Muis, MSi selaku dosen pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktunya dan memberikan pemikiran serta petunjuk dan saran selama penulis melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini sehingga dapat selesai.

2. Ibu Dr. Rumondang Bulan Nasution, MS dan Bapak Drs. Firman Sebayang, MS selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Kimia yang telah mensyahkan skripsi ini. 3. Bapak dan Ibu staff pengajar Fakultas matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

khususnya jurusan Kimia yang telah membantu penulis selama mengikuti perkuliahan. 4. Bapak dan Ibu Staff Lab. Kimia Polimer dan Kimia Fisika FMIPA USU yang telah memberikan masukan dan saran-saran kepada penulis selama penelitian dan penulisan skripsi ini.

5. Patnerku dalam penelitian : B’moan dan B’Iwan dan B’ Edi.

6. Temen-temenku stambuk ’07 khususnya Icut, Sukma, Oni, Ema, Irus, Ayu dll yang tidak dapat disebutkan satu persatu, sukses selalu.

Semoga Allah SWT memberikan imbalan yang berlipat ganda atas kebaikan kita semua.

Ahirnya penulis menyadari kekurangan materi yang disajikan dalam skripsi ini, disebabkan keterbatasan literatur dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Untuk itu mengharapkan masukan dan saran yang membangun. Selanjutnya penulis mempersembahkan skripsi ini kepada para pembaca semoga kiranya bermanfaat bagi penelitian selanjutnya.

Medan, April 2009

Penulis


(6)

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang reaksi grafting maleat anhidrida pada polipropilena dengan inisiator benzoil peroksida. Reaksi grafting dilakukan dengan teknik pengolahan reaktif dalam internal mixer pada suhu 165 oC dan waktu proses 60 menit. Dengan variasi komposisi (% b/b) PP:MA:BPO, 95:3: 2, 92:6:2, 89:9:2, 86:12:2, 83:15:2.Selanjutnya dilakukan penentuan derajat grafting dengan metode titrasi dan analisis spektra FTIR untuk menentukan adanya grafting maleat anhidrida pada rantai PP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses grafting maleat anhirida pada PP dapat terjadi dan perbandingan berat campuran PP:MA:BPO (89:9:2) merupakan derajat grafting tertinggi maleat anhidrida.


(7)

THE REACTION OF MALEIC ANHYDRIDE AT POLYPROPYLENE WITH INITIATOR BENZOIL PEROXIDE

ABSTRACT

A research has been conducted on the reaction of maleic anhydride at polypropylene with initiator benzoil peroxide. Grafting reaction was done by reactive process technique in internal mixer at 165 oC and time of process is 60 minutes. Variation of composition in the weight ratio of PP:MA:BPO 95:3:2, 92:6:2, 89:9:2, 86:12:2, 83:15:2. The quantity of grafted maleic anhydride onto polypropylene molecules was determined by titration method and the modiied polymer samples were characterized by fourier transform infrared (FTIR) analysis. The result of study indicates that process grafting maleic anhydride on polypropylene can be done and the ratio of compound weight PP:MA:BPO (89:9:2) is the maximum grafting degree of maleic anhydride.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan………. ii

Pernyataan……….. iii

Penghargaan………... iv

Abstrak………... v

Abstract……….. vi

Daftar Isi……….… vii

Daftar Tabel………... ix

Daftar Gambar………... x

Daftar Lampiran………. xi

Daftar Singkatan……… xii

Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang……… 1

1.2. Perumusan Masalah……… 2

1.3. Pembatasan Masalah……….. 2

1.4. Tujuan Penelitian……… 2

1.5. Manfaat Penelitian……….. 3

1.6. Lokasi Penelitian……… 3

1.7. Metodologi Penelitian……… 3

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1. Polipropilena……….... 5

2.2. Struktur Kristalinitas Polipropilena……….. 6

2.3. Sifat-sifat Polipropilena……….... 7

2.4. Degradasi Polipropilena……… 8

2.5. Karakterisasi Polipropilena………. . 10

2.6. Maleat Anhidrida……….. 11

2.7. Karakterisasi maleat Anhidrida………. 12

2.8. Inisiator Radikal Bebas………. 12

2.8.1. Peroksida dan Hidroperoksida……… 13

2.9. Pembentukan Kopolimer Grafting………. .. 13

3.0. Proses Reaksi Grafting………... 14

3.1. Analisa Spektrofotometri Infra Merah (IR)……… 18

Bab 3 Bahan dan Metode Penelitian 3.1. Alat dan bahan……… 19

3.1.1. Alat……….. 19

3.1.2. Bahan……… 19

3.2. Prosedur Penelitian……….. 20

3.2.1. Preparasi Alat……… 20

3.2.2. Preparasi Sampel Grafting……… 20

3.2.3. Proses Grafting MA kedalam PP……….. 20


(9)

3.2.5. Pembuatan Larutan KOH 0`05 N dalam Metanol.. 21 3.2.6. Pembuatan KOH 0,05 N……… 21 3.3. Bagan Pengambilan Data

3.3.1. Proses Grafting MA pada PP dengan Radikal Bebas 22 3.3.2. Menghitunng Derajat Grafting dengan Metode Titrasi23 3.3.3. Pembuatan Film Untuk Analisa FTIR………… 24 Bab 4 Hasil dan Pembahasan

4.1. Hasil Pencampuran Polimer………. 25

4.2. Perhitungan……….. 26

4.3. Pembahasan……….. 26

4.3.1. Pengaruh Konsentrasi Maleat Anhidrida Terhadap

Derajat Grafting……… . 27

4.4. Analisa FTIR Campuran PP/MA/BPO………. 28 Bab 5 Kesimpulan dan Saran

5.1. Kesimpulan……….. 29

5.2. Saran………. 29

Daftar Pustaka Lampiran


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.5. Karakterisasi Dari Polipropilena………... 10

2.7. Karakterisasi Maleat Anhidrida……… 12

2.9.1. Benzoil Peroksida menjadi Benzoil Oksi………. 13

4.1. Data Hasil Pencampuran Polimer………. 26

4.2. Perbandingan Konsentrasi Maleat Anhidrida terhadap Derajat Grafting……… 28

4.3. Bilangan Gelombang PP Murni……… 29


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1.1.Struktur Molekul Propilena………. 5

2.1.2.Reaksi Polimerisasi dari propilena menjadi polipropilena……….. 5

2.2. Atom Karbon Terikat Secara Tetrahedral dengan Sudut 109,5 o… 6 2.3. Struktur Tiga Dimensi dari Polipropilena, (a) Isotaktik, (b) Ataktik, dan (c) Sindiotaktik……… 6

2.4. Reaksi Degradasi dengan Benzoil Peroksida……… 9

2.6. Pembentukan Maleat Anhidrida……….... 11

2.8.1.Proses Reaksi Grafting Polipropilena………... 13


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Spektra FTIR Polipropilena Murni………. 31 Lampiran 2. Spektra FTIR PP/MA/BPO………. 32 Lampiran 3. Gambar Alat dan Bahan……….. 33-37 Lampiran 4. Tabel Korelasi Spektra Infra Merah……… 38


(13)

DAFTAR SINGKATAN

PP = Polipropilena MA = Maleat Anhidrida BPO = Benzoil Peroksida

FTIR = Fourier Transform Infrared g = Grafting


(14)

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang reaksi grafting maleat anhidrida pada polipropilena dengan inisiator benzoil peroksida. Reaksi grafting dilakukan dengan teknik pengolahan reaktif dalam internal mixer pada suhu 165 oC dan waktu proses 60 menit. Dengan variasi komposisi (% b/b) PP:MA:BPO, 95:3: 2, 92:6:2, 89:9:2, 86:12:2, 83:15:2.Selanjutnya dilakukan penentuan derajat grafting dengan metode titrasi dan analisis spektra FTIR untuk menentukan adanya grafting maleat anhidrida pada rantai PP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses grafting maleat anhirida pada PP dapat terjadi dan perbandingan berat campuran PP:MA:BPO (89:9:2) merupakan derajat grafting tertinggi maleat anhidrida.


(15)

THE REACTION OF MALEIC ANHYDRIDE AT POLYPROPYLENE WITH INITIATOR BENZOIL PEROXIDE

ABSTRACT

A research has been conducted on the reaction of maleic anhydride at polypropylene with initiator benzoil peroxide. Grafting reaction was done by reactive process technique in internal mixer at 165 oC and time of process is 60 minutes. Variation of composition in the weight ratio of PP:MA:BPO 95:3:2, 92:6:2, 89:9:2, 86:12:2, 83:15:2. The quantity of grafted maleic anhydride onto polypropylene molecules was determined by titration method and the modiied polymer samples were characterized by fourier transform infrared (FTIR) analysis. The result of study indicates that process grafting maleic anhydride on polypropylene can be done and the ratio of compound weight PP:MA:BPO (89:9:2) is the maximum grafting degree of maleic anhydride.


(16)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dewasa ini polimer adalah merupakan bahan komersil yang sangat bermanfaat bagi keperluan manusia. Melalui reaksi polimerisasi akan menghasilkan bahan polimer baru dan kemajuan ini terus berkembang dari waktu kewaktu. Umumnya reaksi dengan monomer tertentu akan menghasilkan sifat mekanis yang sesuai dengan keperluan (Cowd MA, 1991) seperti polipropilena.

Polipropilena adalah satu polimer termoplastik yang dibuat oleh industri kimia. Polipropilena digunakan secara meluas dalam pelbagai aplikasi seperti pembungkus makanan, tekstil, bahagian-bahagian plastik, pembesar suara, komponen-komponen automotif. Kelebihan polipropilena mempunyai bobot jenis yang rendah dan murah.(Wikipedia.Org) Polipropilena lebih kuat dan lebih tahan dari polietilena, sehingga banyak dipakai untuk membuat karung, tali dan sebagainya. Karena lebih kuat, botol-botol dari polipropilena dapat dibuat lebih tipis dari polietilena (Students.itb.ac.id).

Polipropilena adalah suatu polimer yang bersifat non polar. Polipropilena ini dapat diubah sifat non polarnya menjadi polar dengan cara menggrafting gugus fungsi polar kedalam rantainya dengan adanya suatu inisiator. Nam soon lee telah menggrafting polipropilena dengan maleat anhidrida menggunakan inisitor dikumil peroksida sehingga polipropilena dapat diwarnai (Nam soon lee, 1990). M. Sclavon telah menentukan derajat grafting maleat anhidrida pada beberapa polipropilena yang tergrafting dengan maleat anhidrida komersil dengan metode titrasi dan melihat gugus fungsi maleat anhidrida yang tergrafting pada polipropilena dengan FTIR ( M.Sclavon, 1996).

Teknik lain yang dilakukan untuk meningkatkan kompabilitas campuran polimer adalah dengan memodifikasi struktur matriks polimer sehingga kepolarannya meningkat,


(17)

seperti yang dilakukan oleh Mousa Ghaemy. Teknik yang dilakukan untuk memodifikasi polimer ialah dengan reaksi grafting antara maleat anhidrida dengan polietilena dengan cara refluks menggunakan inisiator Azoisobutyronnitrile (AIBN) dengan pelarut Xylene. (Mousa Ghaemy, 2002)

Pada penelitian ini, penulis berkeinginan memodifikasi struktur polipropilena dengan teknik pencampuran reaktif dalam internal mixer pada suhu 165 oC dengan cara grafting maleat anhidrida pada polipropilena dengan inisiator benzoil peroksida. Hasilnya dianalisis dengan FTIR untuk melihat gugus fungsi maleat anhidrida yang tergrafting pada polipropilena dan penentuan derajat grafting dengan metode titrasi. Diharapkan polipropilena yang telah tergrafting dengan maleat anhidrida dapat digunakan sebagai senyawa penghubung (coupling agent) dalam pembuatan komposit dengan serat alam.

1.2. Permasalahan

Yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah terjadi reaksi grafting antara maleat anhidrida dengan polipropilena 2. Bagaimana pengaruh konsentrasi maleat anhidrida terhadap derajat grafting

1.3. Pembatasan Permasalahan

Untuk mengetahui apakah reaksi grafting sudah terjadi dapat dilakukan dengan menghitung dengan derajat grafting dan analisis spektra FTIR hasil reaksi grafting.

1.4. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan :


(18)

2. Untuk mengetahui apakah reaksi grafting antara maleat anhidrida dengan polipropilena dapat terjadi

1.5. Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi reaksi grafting antara polipropilena dengan maleat anhidrida dan inisiator benzoil peroksida. Selanjutnya polipropilena yang telah dimodifikasi dapat digunakan sebagai senyawa penghubung (coupling agent) dalam pembuatan komposit polipropilena dengan serat alam.

1.6. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Polimer, FMIPA USU dan perekaman spektra FTIR dilakukan di Laboratorium Bea Cukai Belawan.

1.7. Metodologi Penelitian

Penelitian ini bersifat eksperimen laboratorium, yaitu untuk memodifikasi struktur polimer PP dilakukan beberapa tahap yaitu :

Tahap I : Preparasi alat

Tahap II : Proses analisis data meliputi : a. Preparasi sampel

b. Proses grafting

c. Menghitung derajat grafting dengan metode titrasi d. Perekaman spektra FTIR


(19)

Variabel-variabel yang digunakan adalah :

Variabel bebas : Konsentrasi maleat anhidrida dalam campuran PP:MA:BPO Variabel terikat : Derajat grafting

Variabel tetap :

1. Benzoil peroksida (BPO) 2 % 2. Suhu internal mixer 165 oC 3. Waktu proses grafting 60 menit


(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Polipropilena

Polipropilena merupakan polimer hidrokarbon yang termasuk ke dalam polimer termoplastik yang dapat diolah pada suhu tinggi. Polipropilena berasal dari monomer propilena yang diperoleh dari pemurnian minyak bumi. Struktur molekul propilena dapat dilihat pada gambar 2.1.1 berikut :

CH2=CH-CH3

Gambar 2.1.1. Struktur Molekul propilena

Secara industri, polimerisasi polipropilena dilakukan dengan menggunakan katalis koordinasi. Proses polimerisasi ini akan menghasilkan suatu rantai liniar yang berbentuk –A-A-A-A-A- , dengan A merupakan propilena. Reaksi polimerisasi dari propilena secara umum dapat dilihat pada gambar 2.1.2. berikut :

H CH3 H CH3

n C C C C

H H H H n

Propilena Polipropilena


(21)

2.2. Struktur kristalinitas Polipropilena

Kristalinitas merupakan sifat penting yang terdapat pada polimer. Kristalinitas merupakan ikatan antara rantai molekul sehingga menghasilkan susunan molekul yang lebih teratur. Pada polimer polipropilena, rantai polimer yang terbentuk dapat tersususn membentuk daerah kristalin (molekul tersususn teratur) dan bagian lain membentuk daerah amorf (molekul tersususn secara tidak teratur). (cowd MA, 1991).

Dalam struktur polimer atom-atom karbon terikat secara tetrahedral dengan sudut antara ikatan C-C 109,5 o dan membentuk rantai zigzag planar sebagai berikut :

C 109,5 o C C C

C C C C

Gambar 2.2. Atom karbon terikat secara tetrahedral dengan sudut 109,5 o

Untuk polipropilena struktur zigzag planar dapat terjadi dalam tiga cara yang berbeda-beda tergantung pada posisi relative gugus metal satu sama lain di dalam rantai polimernya (8). Ini menghasilkan struktur isotaktik, ataktik dan sindiotaktik

CH3 CH3 CH3 CH3 CH3

(a)

CH3 CH3 CH3

(b) CH3 CH3


(22)

CH3 CH3 CH3

(c) CH3 CH3

Gambar 2.3. Struktur tiga dimensi dari polipropilena, (a)isotaktik, (b) ataktik, dan (c) sindiotaktik.

Ketiga struktur polipropilena tersebut pada dasarnya secara kimia berbeda satu sama lain. Polipropilena ataktik tidak dapat berubah menjadi polipropilena sindiotaktik atau menjadi struktur lainnya tanpa memutuskan dan menyususn kembali beberapa ikatan kimia. Struktur yang lebih teratur memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk berkristalisasi dari pada struktur yang tidak teratur. Jadi, struktur isotaktik dan sindiotaktik lebih cenderung membentuk daerah kristalin dari pada ataktik. Polipropilena berstruktur stereogular seperti isotaktik dan sindiotaktik adalah sangat kristalin, bersifat keras dan kuat. Dalam struktur polipropilena ataktik gugus metal bertindak seperti cabang-cabang rantai pendek yang muncul pada sisi rantai secara acak. Ini mengakibatkan sulitnya untuk mendapatkan daerah-daerah rantai yang sama (tersusun) sehingga mempunyai sifat kristalin rendah menyebabkan tingginya kadar oksigen pada bahan tersebut sehingga bahan polimer ini mudah terdegradasi oleh pengaruh lingkungan seperti kelembaban cuaca, radiasi sinar matahari dan lain sebagainya (Schwarts, SS, 1991).

2.3. Sifat – sifat polipropilena

Polipropilena merupakan jenis bahan baku plastik yang ringan, densitas 0,90 – 0,92, memiliki kekerasan dan kerapuhan yang paling tinggi dan bersifat kurang stabil terhadap panas dikarenakan adanya hidrogen tersier. Penggunaan bahan pengisi dan penguat memungkinkan polipropilena memiliki mutu kimia yang baik sebagai bahan polimer dan tahan terhadap pemecahan karena tekanan (stress-cracking) walaupun pada temperatur tinggi.

Kerapuhan polipropilena dibawah 0 oC dapat dihilangkan dengan penggunaan bahan pengisi. Dengan bantuan pengisi dan penguat, akan terdapat adhesi yang baik.(Gachter, 1990).(10)


(23)

Polimer yang memiliki konduktivitas panas rendah seperti polipropilena (konduktivitas = 0,12 W/m) kristalinitasnya sangat rentan terhadap laju pendinginan. Misalnya dalam suatu proses pencetakan termoplastik membentuk barang jadi yang tebal dan luas, bagian tengah akan menjadi dingin lebih lambat dari pada bagian luar, yang bersentuhan langsung dengan cetakan. Akibatnya, akan terjadi perbedaan derajat kristalinitas pada permukaan dengan bagian tengahnya.

Polipropilena mempunyai tegangan (tensile) yang rendah, kekuatan benturan (impact strength) yang tinggi dan ketahan yang tinggi terhadap pelarut organik. Polipropilena juga mempunyai sifat isolator yang baik mudah diproses dan sangat tahan terhadap air karena sedikit sekali menyerap air, dan sifat kekakuan yang tinggi. Seperti polyolefin lain, polipropilena juga mempunyai ketahan yang sangat baik terhadap bahan kimia anorganik non pengoksidasi, deterjen, alcohol dan sebagainya. Tetapi polipropilena dapat terdegradasi oleh zat pengoksidasi seperti asam nitrat dan hidrogen peroksida. Sifat kristalinitasnya yang tinggi menyebabkan daya regangannya tinggi, kaku dan keras. (Almaika, S, 1983)

2.4. Degradasi Polipropilena

Tsucia dan Summil telah meneliti hasil dari dekomposisi termal polipropilena isotaktik pada suhu 360°C, 380°C dan 400 oC dalam ruang hampa. Kiran dan Gillham juga telah mempelajari degradasi termal polipropilena isotaktik. Hasil yang diperoleh oleh Kiran clan Gillhan1 ternyata sama seperti yang diperoleh Tsucia clan Summi.Kiran dan Gillham menyarankan mekanisme degradasi termal Polipropilena sebagai berikut : Radikal primer dan sekunder selanjutnya akan terpolimerisasi sehingga akan menjadi monomer-monomer. Reaksi perpindahan radikal intra molekular akan menghasilkan radikal tersier.(Bark and Alan, NS, 1982).


(24)

Degradasi Dengan Benzoil Peroksida

Polipropilena yang ditambahkan dengan benzoil peroksida akan terjadi pemutusan rantai pada polipropilena dan pembentukan ikat silang pada polipropilena. Reaksinya sebagai berikut :

2 I 2 I .

CH3 CH3

2 I . + CH CH2 .C CH2 + 2 I H

 Pemutusan Rantai

CH3 CH3 CH3

.C CH2 C CH2 + .CH CH2  Pembentukan ikat silang

CH3 CH3

. C CH2 C CH2

+ C CH2

.C CH2 CH

CH3


(25)

2.5. Karakterisasi Polipropilena

Adapun karakterisasi dari polipropilena dapat dilihat dari tabel 2.5. berikut ini :

Tabel 2.5. Karakterisasi dari polipropilena

Polipropilena

Nama kimia poli(1-metiletilena)

Sama arti

Polipropilena; Polipropena

Polipropene 25 [USAN]; Polimer Propena; Polimer Propilena; Homopolimer 1-Propena

Formula kimia (C3H6)x

Monomer Propilena (Propena)

Nombor CAS 9003-07-0 (ataktik) 25085-53-4 (isotaktik) 26063-22-9 (sindiotaktik) Kristalinitas

Amorf: 0.85 g/cm3 Kristalin: 0.95 g/cm3

Titik lebur ~ 165 °C

Suhu transisi Kaca

-10 °C

Titik Degradasi

286 °C (559 K)

Disclaimer and references

(Wikipedia, Org)


(26)

2.6. Maleat Anhidrida

Maleat anhidrida masih digunakan dalam penelitian polimer. Maleat anhidrida dapat dibuat dari asam maleat, seperti reaksi dibawah ini :

O O

H3C C HC C

OH O OH

H3C C + HC C

O O

Asetat Anhidrida Asam maleat

O HC C

O + 2 CH3COOH

HC C O

Maleat anhidrida Asam Asetat Gambar 2.6. Pembentukan Maleat Anhidrida

Maleat anhidrida dengan berat molekul 98,06, larut dalam air, meleleh pada temperatur 57- 60 0C, mendidih pada 202 0C dan spesifik grafiti 1,5.g/cm3.

Maleat anhidrida adalah senyawa vinil tidak jenuh merupakan bahan mentah dalam sintesa resin poliester, pelapisan permukaan karet, deterjen, bahan aditif dan minyak pelumas, plastisizer dan kopolimer. Maleat anhidrida mempunyai sifat kimia khas yaitu adanya ikatan etilenik dengan gugus karbonil didalamnya, ikatan ini berperan dalam reaksi adisi (Arifin, 1996).


(27)

2.7. Karakterisasi Maleat Anhidrida

Adapun karakterisasi dari maleat anhidrida dapat dilihat dari tabel 2.7. berikut :

Tabel 2.7. karakterisasi maleat anhidrida Deskripsi Berwarna atau padatan putih Bentuk molekul C4H2O3

Berat molekul 98.06 g/mol Titik didih 202 oC Titik cair 52.8 oC Tekanan 0,1 torr 25 oC

Kelarutan Larut dalam air, eter, asetat, kloroform, aseton, etil asetat, benzena.

(HSDB, 1995)

2.8. Inisiator Radikal Bebas

Beberapa jenis monomer, khususnya stirena dan metal metakrilat dan beberapa sikloalkana cincin teregang, mengalami polimerisasi oleh pemanasan tanpa hadirnya suatu inisiator radikal bebas tambahan. Akan tetapi sebahagian besar monomer memerlukan beberapa jenis inisiator. Sekarang sudah banyak tersedia inisiator-inisiator radikal bebas; mereka bisa dikelompokkan ke dalam 4 tipe utama : peroksida dan hidroperoksida, senyawa azo, inisiator redoks, dan beberapa senyawa yang membentuk radikal-radikal di bawah pengaruh cahaya (fotoinisiator). Radiasi berenergi tinggi bisa juga menimbulkan polimerisasi radikal bebas, meskipun radiasi seperti ini jarang digunakan.(Steven MP, 2001).

2.8.1. Peroksida dan Hidroperoksida

Diantara berbagai tipe inisiator, peroksida (ROOR) dan hidroperoksida(ROH) merupakan jenis yang paling banyak dipakai. Mereka tidak stabil terhadap panas dan terurai menjadi


(28)

radikal-radikal pada suatu suhu dan laju yang bergantung pada strukturnya. Peroksida yang paling umum dipakai adalah benzoil peroksida, yang mengalami homolisis termal untuk membentuk radikal-radikal benzoil oksi dapat dilihat pada gambar 2.8.1 berikut ini :

O O O

C O O C 2 C O .

Benzoil Peroksida Radikal-radikal benzoiloksi

Gambar 2.8.1. Benzoil Peroksida menjadi Benzoil Oksi (Steven MP, 2001)

2.9. Pembentukan Kopolimer Grafting

Ada 3 metode umum untuk mempreparasi kopolimer-kopolimer grafting : 1. Monomer dipolimerisasi dalam hadirnya suatu polimer dengan percabangan yang terjadi dari transfer rantai. 2. Monomer dipolimerisasi dalam hadirnya polimer yang mempunyai gugus-gugus fungsional reaktif atau letak-letak yang diaktifkan, misalnya oleh radiasi. 3. Dua polimer yang memiliki gugus-gugus fungsional reaktif direaksikan bersama.

Diperlukan 3 komponen untuk berlangsungnya grafting lewat transfer rantai : polimer, monomer, inisiator. Fungsi inisiator adalah untuk mempolimerisasi monomer sehingga membantu radikal, ion atau kompleks koordinasi polimerik yang kemudian bisa menyerang polimer asal atau biasa, rasio reaktivitas monomer-monomer juga perlu dipertimbangkan untuk memastikan grafting akan terjadi. Juga perlu untuk memperhatikan frekuensi transfer untuk menetapkan jumlah grafting. Biasanya, campuran homopolimer-homopolimer terjadi bersamaan dengan kopolimer grafting.

Grafting biasanya terjadi pada letak-letak yang bisa menerima reaksi-reaksi transfer, seperti pada karbon-karbon yang bersebelahan dengan ikatan rangkap dua dalam polidiena atau karbon-karbon yang bersebelahan dengan gugus karbonil.

Radiasi yang paling banyak dipakai untuk memberikan letak-letak aktif untuk kopolimerisasi grafting. Proses ini dikerjakan dengan radiasi utraviolet atau cahaya tampak,


(29)

dengan atau tanpa photosensitizer tambahan atau dengan radiasi ionisasi, teristimewa yang terakhir. Reaksi-reaksi radikal bebas terlibat dalam semua kasus. Kesulitan utama adalah bahwa radiasi menimbulkan grafting. Hal ini sampai batas tertentu telah dihilangkan dengan praradiasi polimer sebelum penambahan monomer baru. Salah satu metode adalah mempraradiasi polimer tersebut ketika hadir udara atau oksigen untuk membentuk gugus-gugus hidroperoksida diatas kerangkanya. Penambahan monomer berikutnya dan pemanasan akan menghasilkan polimerisasi radikal pada letak-letak peroksida yang disertai dengan beberapa homopolimerisasi dan homopolimerisasi ini di inisiasi oleh radikal-radikal hidroksi yang terbentuk selama homolisis hidroperoksida. Praradiasi bisa juga dikerjakan ketika tidak ada udara untuk membentuk radikal-radikal bebas yang ditangkap dalam matriks polimer yang kental. Kemudian monomer ditambahkan. Metode ini tidak sangat efisien karena rendahnya konsentrasi radikal yang bisa ditangkap dan homopolimerisasi masih bisa terjadi melalui reaksi-reaksi transfer rantai.

Radiasi langsung monomer dan polimer sekaligus telah digunakan secara ekstensif. Karena kopolimerisasi mungkin terjadi. Monomer dan polimer harus dipilih dengan hati-hati. Pada umumnya, kombinasi terbaik adalah antara polimer yang sangat sensitif terhadap radiasi, yakni polimer yang membentuk konsentrasi radikal yang tinggi dan monomer yang tidak sangat sensitif. Homopolimerisasi bisa dikurangi dengan memberikan radiasi yang sekejap sedangkan monomer dibiarkan berdifusi melewati polimer. Grafting radiasi terhadap emulsi-emulsi polimer juga merupakan cara efektif untuk meminimumkan homopolimerisasi, karena medium reaksi tetap fluid bahkan pada tingkat konversi yang tinggi.

Metode lain dari Grafting radiasi melibatkan radiasi terhadap campuran homopolimer. Lepas dari fakta bahwa sebahagian besar polimer bersifat inkompatibel. Teknik ini pemakaiannya terbatas, karena ikat silang antara rantai-rantai polimer demikian bisa terjadi dengan kemungkinan yang sama (Steven MP, 2001).

3.0. Proses Reaksi Grafting

Berlangsungnya reaksi ini dalam ekstruder ialah :


(30)

2. Katalis Peroksida diinjeksikan kedalam ekstruder, membentuk loka aktif pada rantai utama polimer.

3. Monomer diinjeksikan kelelehan tadi, terkadang katalis dan monomernya tercampur.

4. Komponen-komponen dicampur dengan laju geser tinggi.

5. Monomer dan produk samping dikeluarkan dari campuran lelehan pada daerah pengatsiran vakum.

6. Lelehan reaksi diekstruksi dan dipeletkan sebagai bahan baku granul dan dibentuk menjadi produk akhir. (Hartomo AJ, 1993).

Reaksi proses grafting yaitu : Dekomposisi dari inisiator

ROOR RO . + . OR (1)

Inisiasi : Penyerapan dari hidrogen

CH3 CH3

RO.+ CH – CH2 .C CH2 + ROH

(2)

Pemutusan rantai

CH3 CH3 CH3 . C CH2 C CH2 + .CH CH2


(31)

Propagasi : Grafting Maleat anhidrida

CH3 C

.C CH2 + C CH2 (4) .

CH3 CH3

CH2 .CH + CH2 CH (5) .

Transfer Rantai

CH3 CH3 CH2 CH + CH2 CH

CH3 CH3

CH2 CH + . C CH2 (6) H

Terminasi

CH3 CH3


(32)

CH3

CH3 CH + CH2=CH2 H

Disproporsionasi

CH3 CH3 CH2 CH .C CH2

CH3 C CH2

CH2 C CH3

Ikat Silang ( Cross Lingking)


(33)

3.1. Analisis Spektrofotometri Infra merah (IR)

Intrumen yang digunakan untuk mengukur resapan radiasi infra merah pada berbagai panjang gelombang disebut spektrofometer infra merah (Fessenden F, 1997).

Alat spektrofotometer infra merah pada dasarnya terdiri dari komponen-komponen pokok yang sama dengan alat spektrofotometer ultra lembayung dan sinar tampak, yaitu terdiri dari sumber sinar, monokromator berikut alat-alat optik seperti cermin dan lensa, sel tempat cuplikan, detektor amplifier dan alat dengan skala pembacaan atau alat perekam spektra (recorder) akan tetapi disebabkan kebanyakan bahan dalam menstransmisikan radiasi infra merah berlainan dengan sifatnya dalam menstransmisikan radiasi ultra lembayung, sinar tampak, sifat dan kemampuan komponen alat tersebut diatas berbeda untuk kedua jenis alat spektrofotometer itu.

Keuntungan pemakaian sistem berkas rangkap pada alat spektrofotometer adalah : 1. Memperkecil pengaruh penyerapan sinar infra merah oleh CO2 dan uap air dari udara. 2. Mengurangi pengaruh hamburan (scattering) sinar infra merah oleh partikel-partikel

debu yang ukurannya mendekati nilai rata-rata panjang gelombang infra merah. 3. Kalau blanko yang digunakan adalah pelarut dari cuplikan dengan sistem berkas

rangkap itu pita-pita serapan pelarut tidak akan timbul pada spektra yang direkam. 4. Sistem berkas rangkap mengurangi pengaruh ketidak stabilan pancaran sumber sinar

dan detektor.

5. Perekaman otomatis dapat dilakukan (scanning) (Noerdin D, 1985).

Sistem analisis spektroskopi infra merah (IR) telah memberikan keunggulan dalam mengkarakterisasi senyawa organik dan formulasi material polimer. Analisis infra merah (IR) akan menentukan gugus fungsi dari molekul yang memberikan regangan pada daerah serapan infra merah. Tahap awal identifikasi bahan polimer, maka harus diketahui pita serapan yang karakteristik untuk masing-masing polimer dengan membandingkan spektra yang telah dikenal. Pita serapan yang khas ditunjukan oleh monomer penyusun material dan struktur molekulnya. Umumnya pita serapan polimer pada spektra infra merah (IR) adalah adanya ikatan C-H regangan pada daerah 2880 cm-1 yang sampai 2900 cm -1 dan regangan dari gugus fungsi lain yang mendukung suatu analisis material (Hummel DO, 1985)


(34)

BAB 3

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. alat

Adapun alat-alat yang digunakan adalah sebagai berikut : - Neraca Analitis Mettler Toledo - Botol Aquades

- Alat-alat gelas Pyrex

- Labu Ukur Pyrex 500 ml

- Oven Memmert

- Alat Pemanas PMC

- Kertas Saring Whatman 42

- Hot Mixer Heles CR-52

- Spatula - Tabung Lebig - Selang - Pipet Tetes - Stirer

- Corong Vakum

- Buret Pyrex 50 ml

- Pompa Vakum Welch Duo – Seal - Aluminium Foil

- Alat Cetak Tekan

3.1.2 Bahan

- Aquades


(35)

- Xylene P.A Merck

- Metanol P.A Merck

- Polipropilena

- BPO Merck

- MA Merck

- Penofhthalein

3.2. Prosedur Penelitian

3.2.1. Preparasi Alat

Dihidupkan alat internal mixer selama 1 jam

3.2.2. Preparasi Sampel grafting

Ditimbang PP, MA, BPO masing-masing sesuai dengan perbandingan berikut : Sampel PP (%) MA (%) BPO (%)

1. 95 3 2

2. 92 6 2

3. 89 9 2

4. 86 12 2

5. 83 15 2

3.2.3. Proses Grafting MA kedalam PP

Dihidupkan alat dan diatur suhu sampai 165 oC selama 60 menit. Dimasukkan PP dan diputar selama 5 menit. Setelah 5 menit ditambahkan MA dan BPO dan diputar kembali selama 55 menit. Dikeluarkan dan didinginkan dengan penambahan es pada suhu kamar. Dilakukan prosedur yang sama untuk sampel berikutnya.


(36)

3.2.4. Menghitung Derajat Grafting

PP tergrafting MA yang diperoleh dari internal mixer ditimbang 1 gram kemudian direfluks dengan 100 ml xylene. Setelah larut ditambahkan 40 ml aseton sehingga terbentuk endapan, lalu disaring dengan kertas saring yang terhubung dengan pompa vakum dan dicuci dengan methanol berulang kali. Endapan yang sudah kering ditimbang dan dicatat beratnya kemudian direfluks kembali dengan 100 ml xylene. Kemudian ditambahkan 1 tetes air dan direfluks selama 15 menit. Lalu ditambahkan indikator penofthalein 1 % kemudian dititrasi dengan KOH 0,05N dalam keadan panas. Titrasi dihentikan bila terjadi perubahan warna dari putih menjadi merah jinga dan dicatat volumenya.

3.2.5. Pembuatan Larutan KOH 0,05 N dalam Metanol

Ditimbang 2,8 g KOH dilarutkan dengan metanol. Kemudian diencerkan sampai volume 1000 ml.

3.2.6. Uji Spektroskopi FTIR

PP murni dan PP tergrafting MA dengan derajat grafting paling banyak di cetak tekan panas pada suhu 165 oC selama 1 menit, sehingga akan diperoleh film PP murni dan PP tergrafting MA. Film spesimen ini dijepit pada tempat sampel kemudian diletakkan pada alat kearah sinar infra merah. Hasilnya akan direkam pada kertas berskala aluran kurva bilangan gelombang terhadap intensitas, hasilnya akan dilihat pada spektra FTIR.


(37)

Polipropilena

PP-g-Ma 3.3. Bagan Penelitian

3.3.1. Proses Grafting MA pada PP dengan Radikal Bebas

Dimasukkan kedalam internal mixer pada suhu 165 oC dan diputar selama 5 menit

Ditambahkan MA dan BPO dan diputar kembali selama 55 menit Dikeluarkan dan didinginkan dengan penambahan es pada suhu kamar Dilakukan prosedur yang sama untuk sampel berikutnya.


(38)

Larutan PP-g-MA

Endapan Basah

3.3.2. Menghitung Derajat Grafting dengan Metode Titrasi

1 g PP-g-MA

Direfluks dengan 100 ml xylene selama 60 menit

Ditambahkan Aseton 40 ml

Disaring dan dicuci kembali dengan methanol berulang-ulang

Dikeringkan didalam oven pada suhu 120 oC selama 6 jam Endapan kering

Direfluks dengan 100 ml xylen selama 45 menit

Ditambahkan 1 tetes air dan di refluks kembali selama 15 menit Setelah 15 menit Ditambahkan 3 tetes indikator penofthalien

Dititrasi dengan KOH 0,05 N dalam keadaan panas

Titrasi dihentikan bila terjadi perubahan warna dari putih menjadi merah jingga

Dicatat volume titran dan dihitung derajat graftingnya Larutan PP-g-MA


(39)

3.3.3. Pembuatan Film untuk Analisis FTIR

Dimasukkan ke alat cetak tekan

Dicetak tekan selam 1 menit

pada suhu 165 oC

ANALISIS DENGAN FTIR

Dimasukkan Ke alat cetak tekan

Dicetak tekan selama 1 menit

pada suhu 165 oC

ANALISIS DENGAN FTIR POLIPROPILENA MURNI FILM Polipropilena Murni

Polipropilena Murni


(40)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pencampuran Polimer

Pada penelitian ini dilakukan pencampuran antara PP/MA/BPOda. Hasil pencampuran variasi komposisi campuran dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Data Hasil Pencampuran Polimer No Sampel PP

(%) MA (%) BPO (%) Berat Endapan (gram) Volume KOH 0,05N (ml) Derajat Grafting (%)

1. 95 3 2 0,705 1,5 5,21

2. 92 6 2 0,63 1 3,88

3. 89 9 2 0,215 0,5 5,69

4. 86 12 2 0,42 0,1 0,58

5. 83 15 2 0,635 0,2 0,77

Grafik perbandingan derajat grafting dengan konsentrasi MA terlihat pada gambar 4.1 Derajat Grafting (MAH % ) Vs

Konsentrasi Maleat Anhidrat (MA)

5,21 3,88 5,69 0,58 0,77 1 0 1 2 3 4 5 6

3 6 9 12 15

[MA] Mula-mula D e ra ja t G ra ft in g ( % )

Gambar 4.1. Grafik Perbandingan derajat grafting dengan konsentrasi MA

[MA] Derajat Grafting

3 5,21

6 3,88

9 5,69

12 0,58 15 0,77


(41)

4.2 PERHITUNGAN

ml KOH x N KOH x 56,1

Bilangan Asam =

Berat endapan ( g )

Bilangan Asam x 98 Derajat Grafting =

2 x 56,1

Untuk sample 1 diperoleh volume KOH = 1,5 ml dan berat endapan = 0,705 gram, maka dari rumus diatas diperoleh :

1,5 ml x 0,05 x 56,1

Bilangan asam = = 5,96 0,705

5,96 x 98

Derajat Grafting = = 5,21 % 2 x 56,1

Dengan cara yang sama untuk sample PP-g-MA 2,3,4 dan 5 diperoleh hasil : Derajat grafting sampel 2 = 3,88 %

Derajat grafting sampel 3 = 5,69 % Derajat grafting sampel 4 = 0,58 % Derajat grafting sampel 5 = 0,77 %

4.3. Pembahasan

Reaksi radikal bebas dari monomer kedalam hidrokarbon ( polyolefin ) adalah jenis inisiasi melalui alkoksi radikal yang dibentuk dari dekomposisi peroksida. Pencangkokan maleat anhidrida kedalam polipropilena terjadi ketika polimer tersebut menjadi radikal. Bentuk formasi pencangkokan maleat anhidrida kedalam PP dapat berupa disproporsionasi dan cross


(42)

lingking. Semakin banyak jumlah maleat anhidrida tergrafting pada PP maka semakin tinggi

juga derajat graftingnya.

4.3.1. Pengaruh Konsentrasi Maleat Anhidrida Terhadap Derajat Grafting

Pengaruh konsentrasi Maleat Anhidrida terhadap derajat grafting tertera pada tabel berikut : Tabel 4.2. perbandingan Konsentrasi maleat Anhidrida terhadap derajat grafting

Pengaruh konsentrasi maleat anhidrida terhadap derajat grafting tertera pada tabel 4.2. Pada penelitian ini, penentuan derajat grafting dilakukan dengan metode titrasi. Persentase derajat grafting bertambah pada konsentrasi monomer 3 dan 9 %. Posisi maksimum ditandai pada konsentrasi maleat anhidrida 9 %. Ini menunjukkan bahwa kenaikan derajat grafting disebabkan oleh formasi ikat silang polimer dan poli (maleat anhidida) bertambah. Hasil ini didukung oleh Gaylord an Cowoker yang telah meneliti proses grafting maleat pada polietilena (Gaylor, 1989).

Persentase derajat grafting mulai menurun ketika konsentrasi maleat anhidrida 12 %. Ini disebabkan oleh karena terjadinya homopolimerisasi, yang menyebabkan monomer-monomer maleat anhidrida cenderung membentuk diri polimer sendiri dibandingkan menempel pada rantai polipropilena. Persentase derajat grafting tidak hanya bergantung pada jumlah rantai cabang tetapi juga berat molekul mereka; dimana dapat menurunkan derajat grafting dengan penambahan konsentrasi inisiator. Ketika konsentrasi poli (maleat anhidrida) bertambah, maka laju konbinasi mereka dan disproporsionasi juga bertambah terhadap pembentukan polipropilena makroradikal. Hasil ini didukung oleh Mousa Ghaemy, Solaimon Roohina yang telah meneliti proses grafting maleat pada polietilena dengan teknik refluks ( Mousa G, 2002).

Konsentrasi MA (%) Derajat Grafting

3 5,21

6 3,88

9 5,69

12 0,58


(43)

4.3.2. Analisis FTIR campuran PP/MA/BPO

Penerapan spektroskopi infra merah dalam penelitian polimer mencakup dua aspek yaitu aspek kualitatif dan aspek kuantitatif. Penelitian ini lebih menekankan aspek kualitatif karena berupa penentuan struktur dengan cara mengamati frekuensi-frekuensi yang khas dari gugus fungsi spektra FTIR yang didapat yaitu dengan cara membandingkan spektra polipropilena murni dengan spektra campuran PP/MA/BPO yang dapat dilihat pada lampiran.

Bilangan gelombang FTIR PP murni dapat dilihat dari tabel 4.3. Tabel 4.3. Bilangan gelombang PP Murni

Sampel Bilangan gelombang (cm -1) Gugus fungsi

2921,15 CH2

PP Murni

1375,58-1458,62 CH3

Bilangan gelombang FTIR campuran PP/MA/BPO adalah sebagai berikut : Tabel 4.4. Bilangan gelombang PP/MA/BPO

Sampel Panjang gelombang (cm -1) Gugus fungsi

2919,89 CH2

1714.43 C=O

PP-g-MA

1460.87 CH3

Dari tabel 4.4. hasil spektra FTIR menunjukkan telah terjadi interaksi antara PP, MA dan BPO. Hal ini ditunjukkan dengan munculnya puncak serapan 2919,89 cm -1 khas untuk CH2 dari polipropilena dan maleat anhidrida yang didukung puncak serapan bilangan gelombang pada daerah 1714.43 cm -1 yang merupakan serapan gugus karbonil dari maleat anhidrida.


(44)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Konsentrasi MA yang tertinggi pada PP adalah sebesar 9 % dengan derajat grafting 5,69 %

2. Reaksi grafting antara polipropilena dengan MA dengan inisiator BPO didalam alat internal mixer pada suhu 165 oC dapat terjadi.

5.2. Saran

Diharapkan pada peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian modifikasi polipropilena dengan maleat anhidrida dan benzoil peroksida dengan memvariasikan waktu, variasi Benzoil Peroksida dll.


(45)

DAFTAR PUSTAKA

Almaika, S. And Scott, G. 1983. In Degradation and Stabilisation of Polyolefin. App. Sci. Publ. Ltd. London.

Arifin. 1996. Sintesis Kopolimer Stirena Maleat Anhidrida dan Karakterisasinya. Tesis PPS Kimia, Bandung: Institut Teknologi Bandung Press.

Bark and Alan. N.S. 1982. Analysis of Polymer System. London: Applied Science Publisher Itd.

Bettini. S.H.P. 1999. Grafting of Maleic Anhydride onto Poliropylene by Reactive Processing.

I. Effect of Maleic Anhydride and Peroxide Concentration on The Reaction. Brazil:

Sao Paulo.

Cowd. M.A. 1991. Kimia Polimer. Terjemahan Firman. Bandung: H. ITB. Fessenden. F. 1997. Kimia Organik. Edisi ketiga. Jakarta: Erlangga.

Gachter. M. 1990. Plastic Addictives Handbook. Third Edition. Munich: Hanser Publisher. Ghaemy. M. 2002. Grafting of Maleic Anhydride on Polyethylene in a Homogeneous Medium

in The Presence of Radical Initiator. Department of Chemistry. Iran:University of

Mazandaran.

Hartomo. A.J. 1993. Politeknik Pemrosesan Polimer Praktis. Yogyakarta: Andi Offset. HSDB. 1995. Hazardous Substance Data Bank National Library of Medicine. Edisi7/31/95.

Bethesda: Micromedex Inc.

Http. Wiki. Polipropilena. Ms. Wikipedia. Org. Http. Makromolekul. Student. Itb. Ac. Id.

Hummel. D.O. 1985. Infrared spectra Polymer in the Medium and Long Wavelength Region. London: John Wiley and Sons.

Lee. NS. 1990. The Graft Reaction of Polypropylene With Maleic Anhydride and Its

Dyebility. Dep of textile Ewng. Korea: Seoul Nation University.

Noerdin. D. 1985. Elusidasi Struktur Senyawa Organik dengan Cara Spektroskopi Ultra

lembayung dan Infra Merah. Bandung: Angkasa.

Schwattz. SS. 1981. Plastic Material and Processes. New york: Van Nostrand Reinhold. Sclavon. M. 1996. The Anhydride Content of Some Commercial PP-g-MA: FTIR and

Titration. Journal of Applied Polymer Science. Belgium: John Wiley and Sons.

Steven. MP. 2001. Kimia Polimer. Jakarta: PT Paradnya Paramita.


(46)

Lampiran I. Hasil FTIR PP Murni

Dari spektra FTIR diatas diperoleh korelasi gugus fungsi sebagai berikut :

Sampel Bilangan gelombang (cm -1) Gugus fungsi

2921,15 CH2

PP Murni


(47)

Lampiran II. Hasil spektra FTIR untuk PP/MA/BPO (derajat grafting tertinggi)

Dari spektra FTIR diatas diperoleh korelasi gugus fungsi sebagai berikut :

Sampel Panjang gelombang (cm -1) Gugus fungsi

2919,89 CH2

1714.43 C=O

PP-g-MA


(48)

Lampiran III : Gambar Alat dan Bahan

Neraca Analitis


(49)

Benzoil Peroksida


(50)

Hot Mixet


(51)

Tabung Leibig dan Alat Pemanas


(52)

Gelas Ukur, Xylene, Metanol


(1)

Lampiran II. Hasil spektra FTIR untuk PP/MA/BPO (derajat grafting tertinggi)

Dari spektra FTIR diatas diperoleh korelasi gugus fungsi sebagai berikut :

Sampel Panjang gelombang (cm -1) Gugus fungsi

2919,89 CH2

1714.43 C=O

PP-g-MA


(2)

46

Lampiran III : Gambar Alat dan Bahan


(3)

Benzoil Peroksida


(4)

48

Hot Mixet


(5)

Tabung Leibig dan Alat Pemanas


(6)

50

Gelas Ukur, Xylene, Metanol