Karakterisasi Polipropilena Maleat Anhidrida Pembentukan Kopolimer Grafting

2.5. Karakterisasi Polipropilena

Adapun karakterisasi dari polipropilena dapat dilihat dari tabel 2.5. berikut ini : Tabel 2.5. Karakterisasi dari polipropilena Polipropilena Nama kimia poli1-metiletilena Sama arti Polipropilena; Polipropena Polipropene 25 [USAN]; Polimer Propena; Polimer Propilena; Homopolimer 1-Propena Formula kimia C 3 H 6 x Monomer Propilena Propena Nombor CAS 9003-07-0 ataktik 25085-53-4 isotaktik 26063-22-9 sindiotaktik Kristalinitas Amorf: 0.85 gcm 3 Kristalin: 0.95 gcm 3 Titik lebur ~ 165 °C Suhu transisi Kaca -10 °C Titik Degradasi 286 °C 559 K Disclaimer and references Wikipedia, Org Universitas Sumatera Utara

2.6. Maleat Anhidrida

Maleat anhidrida masih digunakan dalam penelitian polimer. Maleat anhidrida dapat dibuat dari asam maleat, seperti reaksi dibawah ini : O O H 3 C C HC C OH O OH H 3 C C + HC C O O Asetat Anhidrida Asam maleat O HC C O + 2 CH 3 COOH HC C O Maleat anhidrida Asam Asetat Gambar 2.6. Pembentukan Maleat Anhidrida Maleat anhidrida dengan berat molekul 98,06, larut dalam air, meleleh pada temperatur 57- 60 C, mendidih pada 202 C dan spesifik grafiti 1,5.gcm 3 . Maleat anhidrida adalah senyawa vinil tidak jenuh merupakan bahan mentah dalam sintesa resin poliester, pelapisan permukaan karet, deterjen, bahan aditif dan minyak pelumas, plastisizer dan kopolimer. Maleat anhidrida mempunyai sifat kimia khas yaitu adanya ikatan etilenik dengan gugus karbonil didalamnya, ikatan ini berperan dalam reaksi adisi Arifin, 1996. Universitas Sumatera Utara

2.7. Karakterisasi Maleat Anhidrida

Adapun karakterisasi dari maleat anhidrida dapat dilihat dari tabel 2.7. berikut : Tabel 2.7. karakterisasi maleat anhidrida Deskripsi Berwarna atau padatan putih Bentuk molekul C 4 H 2 O 3 Berat molekul 98.06 gmol Titik didih 202 o C Titik cair 52.8 o C Tekanan 0,1 torr 25 o C Kelarutan Larut dalam air, eter, asetat, kloroform, aseton, etil asetat, benzena. HSDB, 1995 2.8. Inisiator Radikal Bebas Beberapa jenis monomer, khususnya stirena dan metal metakrilat dan beberapa sikloalkana cincin teregang, mengalami polimerisasi oleh pemanasan tanpa hadirnya suatu inisiator radikal bebas tambahan. Akan tetapi sebahagian besar monomer memerlukan beberapa jenis inisiator. Sekarang sudah banyak tersedia inisiator-inisiator radikal bebas; mereka bisa dikelompokkan ke dalam 4 tipe utama : peroksida dan hidroperoksida, senyawa azo, inisiator redoks, dan beberapa senyawa yang membentuk radikal-radikal di bawah pengaruh cahaya fotoinisiator. Radiasi berenergi tinggi bisa juga menimbulkan polimerisasi radikal bebas, meskipun radiasi seperti ini jarang digunakan.Steven MP, 2001.

2.8.1. Peroksida dan Hidroperoksida

Diantara berbagai tipe inisiator, peroksida ROOR dan hidroperoksidaROH merupakan jenis yang paling banyak dipakai. Mereka tidak stabil terhadap panas dan terurai menjadi Universitas Sumatera Utara radikal-radikal pada suatu suhu dan laju yang bergantung pada strukturnya. Peroksida yang paling umum dipakai adalah benzoil peroksida, yang mengalami homolisis termal untuk membentuk radikal-radikal benzoil oksi dapat dilihat pada gambar 2.8.1 berikut ini : O O O C O O C 2 C O . Benzoil Peroksida Radikal-radikal benzoiloksi Gambar 2.8.1. Benzoil Peroksida menjadi Benzoil Oksi Steven MP, 2001

2.9. Pembentukan Kopolimer Grafting

Ada 3 metode umum untuk mempreparasi kopolimer-kopolimer grafting : 1. Monomer dipolimerisasi dalam hadirnya suatu polimer dengan percabangan yang terjadi dari transfer rantai. 2. Monomer dipolimerisasi dalam hadirnya polimer yang mempunyai gugus-gugus fungsional reaktif atau letak-letak yang diaktifkan, misalnya oleh radiasi. 3. Dua polimer yang memiliki gugus-gugus fungsional reaktif direaksikan bersama. Diperlukan 3 komponen untuk berlangsungnya grafting lewat transfer rantai : polimer, monomer, inisiator. Fungsi inisiator adalah untuk mempolimerisasi monomer sehingga membantu radikal, ion atau kompleks koordinasi polimerik yang kemudian bisa menyerang polimer asal atau biasa, rasio reaktivitas monomer-monomer juga perlu dipertimbangkan untuk memastikan grafting akan terjadi. Juga perlu untuk memperhatikan frekuensi transfer untuk menetapkan jumlah grafting. Biasanya, campuran homopolimer-homopolimer terjadi bersamaan dengan kopolimer grafting. Grafting biasanya terjadi pada letak-letak yang bisa menerima reaksi-reaksi transfer, seperti pada karbon-karbon yang bersebelahan dengan ikatan rangkap dua dalam polidiena atau karbon-karbon yang bersebelahan dengan gugus karbonil. Radiasi yang paling banyak dipakai untuk memberikan letak-letak aktif untuk kopolimerisasi grafting. Proses ini dikerjakan dengan radiasi utraviolet atau cahaya tampak, Universitas Sumatera Utara dengan atau tanpa photosensitizer tambahan atau dengan radiasi ionisasi, teristimewa yang terakhir. Reaksi-reaksi radikal bebas terlibat dalam semua kasus. Kesulitan utama adalah bahwa radiasi menimbulkan grafting. Hal ini sampai batas tertentu telah dihilangkan dengan praradiasi polimer sebelum penambahan monomer baru. Salah satu metode adalah mempraradiasi polimer tersebut ketika hadir udara atau oksigen untuk membentuk gugus- gugus hidroperoksida diatas kerangkanya. Penambahan monomer berikutnya dan pemanasan akan menghasilkan polimerisasi radikal pada letak-letak peroksida yang disertai dengan beberapa homopolimerisasi dan homopolimerisasi ini di inisiasi oleh radikal-radikal hidroksi yang terbentuk selama homolisis hidroperoksida. Praradiasi bisa juga dikerjakan ketika tidak ada udara untuk membentuk radikal-radikal bebas yang ditangkap dalam matriks polimer yang kental. Kemudian monomer ditambahkan. Metode ini tidak sangat efisien karena rendahnya konsentrasi radikal yang bisa ditangkap dan homopolimerisasi masih bisa terjadi melalui reaksi-reaksi transfer rantai. Radiasi langsung monomer dan polimer sekaligus telah digunakan secara ekstensif. Karena kopolimerisasi mungkin terjadi. Monomer dan polimer harus dipilih dengan hati-hati. Pada umumnya, kombinasi terbaik adalah antara polimer yang sangat sensitif terhadap radiasi, yakni polimer yang membentuk konsentrasi radikal yang tinggi dan monomer yang tidak sangat sensitif. Homopolimerisasi bisa dikurangi dengan memberikan radiasi yang sekejap sedangkan monomer dibiarkan berdifusi melewati polimer. Grafting radiasi terhadap emulsi- emulsi polimer juga merupakan cara efektif untuk meminimumkan homopolimerisasi, karena medium reaksi tetap fluid bahkan pada tingkat konversi yang tinggi. Metode lain dari Grafting radiasi melibatkan radiasi terhadap campuran homopolimer. Lepas dari fakta bahwa sebahagian besar polimer bersifat inkompatibel. Teknik ini pemakaiannya terbatas, karena ikat silang antara rantai-rantai polimer demikian bisa terjadi dengan kemungkinan yang sama Steven MP, 2001.

3.0. Proses Reaksi Grafting

Berlangsungnya reaksi ini dalam ekstruder ialah : 1. Granul polimer dilelehkan pada daerah awal umpan ekstrudernya. Universitas Sumatera Utara 2. Katalis Peroksida diinjeksikan kedalam ekstruder, membentuk loka aktif pada rantai utama polimer. 3. Monomer diinjeksikan kelelehan tadi, terkadang katalis dan monomernya tercampur. 4. Komponen-komponen dicampur dengan laju geser tinggi. 5. Monomer dan produk samping dikeluarkan dari campuran lelehan pada daerah pengatsiran vakum. 6. Lelehan reaksi diekstruksi dan dipeletkan sebagai bahan baku granul dan dibentuk menjadi produk akhir. Hartomo AJ, 1993. Reaksi proses grafting yaitu : Dekomposisi dari inisiator ROOR RO . + . OR 1 Inisiasi : Penyerapan dari hidrogen CH 3 CH 3 RO.+ CH – CH 2 . C CH 2 + ROH 2 Pemutusan rantai CH 3 CH 3 CH 3 . C CH 2 C CH 2 + .CH CH 2 3 Universitas Sumatera Utara Propagasi : Grafting Maleat anhidrida CH 3 C .C CH 2 + C CH 2 4 . CH 3 CH 3 CH 2 .CH + CH 2 CH 5 . Transfer Rantai CH 3 CH 3 CH 2 CH + CH 2 CH CH 3 CH 3 CH 2 CH + . C CH 2 6 H Terminasi CH 3 CH 3 CH 2 CH + . C CH 2 Universitas Sumatera Utara CH 3 CH 3 CH + CH 2 =CH 2 H Disproporsionasi CH 3 CH3 CH 2 CH .C CH 2 CH 3 C CH 2 CH 2 C CH 3 Ikat Silang Cross Lingking Gambar 3.0. Proses Reaksi Grafting Polipropilena Bettini SHP, 1999 Universitas Sumatera Utara

3.1. Analisis Spektrofotometri Infra merah IR