menghasilkan suatu indikator inflasi yang lebih menggambarkan pengaruh dari faktor yang bersifat fundamental.
Di Indonesia, disagegasi inflasi IHK tersebut dikelompokan menjadi:
1. Inflasi Inti,
yaitu komponen inflasi yang cenderung menetap atau persisten persistent component di dalam pergerakan inflasi dan dipengaruhi oleh faktor
fundamental, seperti:
o
Interaksi permintaan-penawaran
o
Lingkungan eksternal: nilai tukar, harga komoditi internasional,inflasi mitra dagang.
o
Ekspektasi Inflasi dari pedagang dan konsumen.
2. Inflasi non Inti
, yaitu komponen inflasi yang cenderung tinggi volatilitasnya karena dipengaruhi oleh selain faktor fundamental.
3. Inflasi Komponen Bergejolak
Volatile Food : Inflasi yang dominan
dipengaruhi oleh shocks kejutan dalam kelompok bahan makanan seperti panen, gangguan alam, atau faktor perkembangan harga komoditas pangan domestik
maupun perkembangan harga komoditas pangan internasional.
4. Inflasi Komponen Harga yang diatur Pemerintah
Administered Prices : Inflasi yang dominan dipengaruhi oleh shocks kejutan berupa kebijakan harga
Pemerintah, seperti harga BBM bersubsidi, tarif listrik, tarif angkutan, dll.
c. Tingkat Inflasi
Kondisi inflasi menurut Samuelson 1998:581, berdasarkan sifatnya inflasi dibagi menjadi tiga bagian yaitu
1. Merayap {Creeping Inflation Laju inflasi yang rendah kurang dari 10 pertahun, kenaikan harga berjalan
lambat dengan persentase yang kecil serta dalam jangka waktu yang relatif lama.
2. Inflasi menengah {Galloping Inflation Ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar dan kadang-kadang berjalan
dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi yang arrinya harga-harga minggubulan ini lebih tinggi dari minggubulan lalu dan seterusnya.
3. Inflasi Tinggi {Hyper Inflation Inflasi yang paling parah dengan dtandai dengan kenaikan harga sampai 5 atau 6
kali dan nilai uang merosot dengan tajam. Biasanya keadaan ini timbul apabila pemerintah mengalami defisit anggaran belanja.
d. Determinan Inflasi
Inflasi timbul karena adanya tekanan dari sisi supply cost push inflation, dari sisi permintaan demand pull inflation, dan dari ekspektasi inflasi. Faktor-faktor
terjadinya cost push inflation dapat disebabkan oleh depresiasi nilai tukar, dampak inflasi luar negeri terutama negara-negara partner dagang, peningkatan harga-
harga komoditi yang diatur pemerintah administered price, dan terjadi negative supply shocks
akibat bencana alam dan terganggunya distribusi.
Faktor penyebab terjadi demand pull inflation adalah tingginya permintaan barang dan jasa relatif terhadap ketersediaannya. Dalam konteks makroekonomi, kondisi
ini digambarkan oleh output riil yang melebihi output potensialnya atau permintaan total agregate demand lebih besar dari pada kapasitas
perekonomian. Sementara itu, faktor ekspektasi inflasi dipengaruhi oleh perilaku masyarakat dan pelaku ekonomi dalam menggunakan ekspektasi angka inflasi
dalam keputusan kegiatan ekonominya.
inflasi tersebut apakah lebih cenderung bersifat adaptif atau forward looking. Hal ini tercermin dari perilaku pembentukan harga di tingkat produsen dan pedagang
terutama pada saat menjelang hari-hari besar keagamaan lebaran, natal, dan tahun baru dan penentuan upah minimum regional UMR. Meskipun ketersediaan
barang secara umum diperkirakan mencukupi dalam mendukung kenaikan permintaan, namun harga barang dan jasa pada saat-saat hari raya keagamaan
meningkat lebih tinggi dari komdisi supply-demand tersebut.
Demikian halnya pada saat penentuan UMR, pedagang ikut pula meningkatkan harga barang meski kenaikan upah tersebut tidak terlalu signifikan dalam
mendorong peningkatan permintaan.
e. Metode Pengukuran Inflasi
Suatu kenaiikan harga dalam inflasi dapat diukur dengan menggunakan indeks harga. Ada beberapa indeks harga yang dapat digunakan untuk mengukur laju
inflasi Nopirin,1987:25 antara lain:
a Consumer Price Index CPI
Indeks yang digunakan untuk mengukur biaya atau pengeluaran rumah tangga dalam membeli sejumlah barang bagi keperluan kebuthan hidup:
CPI= Cost of marketbasket ingiven year : Cost of marketbasket in base year x 100
b Produsen Price Index dikenal dengan Whosale Price Index
Index yang lebih menitikberatkan pada perdagangan besar seperti harga bahan mentah raw material, bahan baku atau barang setengah jadi. Indeks PPI ini
sejalan dengan indeks CPI.
c GNP Deflator
GNP deflator ini merupakan jenis indeks yang berbeda dengan indeks CPI dan PPI, dimana indeks ini mencangkup jumlah barang dan jasa yang termasuk dalam
hitungan GNP, sehingga jumlahnya lebih banyak dibanding dengan kedua indeks diatas
GNP Deflator = GNP Nominal : GNP Riil x 100