ANALISIS DETERMINAN PERGERAKAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI INDONESIA (2008:07-2013:07)

(1)

ANALISIS DETERMINAN PERGERAKAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI INDONESIA (2008:07-2013:07)

Oleh

DENI HERDIANA

Indeks Harga Saham Gabungan merupakan nilai gabungan saham-saham perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang pergerakannya mengindikasikan kondisi yang terjadi di pasar modal. IHSG ini bisa digunakan untuk menilai situasi pasar secara umum atau mengukur apakah harga saham mengalami kenaikan atau penurunan. IHSG juga melibatkan seluruh harga saham yang tercatat di bursa.

Tujuan dalam penelitian ini adalah, Untuk mengetahui bagaimana dan seberapa besar pengaruh Capital Inflow, Capital Outflow, Nilai Tukar, BI Rate dan Inflasi Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Indonesia. Berdasarkan data tahun 2008–2013 dengan periode pengamatan Juli 2008–Juli 2013. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang bersifat kuantitatif yang terdiri dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Capital Inflow, Capital Outflow, Nilai Tukar, BI Rate dan Inflasi. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan metode analisisError Correction Model(ECM)

Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa secara keseluruhan variabel-variabel bebas dalam penelitian ini (Capital Inflow, Capital Outflow, Nilai Tukar, BI Rate dan Inflasi) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat yaitu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Namun berdasarkan hasil uji secara parsial menunjukan bahwa variabel BI Rate mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Capital Outflow mempunyai pengaruh negatif terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Sedangkan Capital Inflow mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Dan selanjutnya ketiga variabel lain memiliki pengaruh positif terhadap IHSG.

Kata Kunci : Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG),Capital Inflow, Capital Outflow, BI Rate, Nilai Tukar, Inflasi, Error Correction Model(ECM).


(2)

DETERMINANTS MOVEMENT ANALYSIS OF COMPOSITE STOCK PRICE INDEX (CSPI ) IN INDONESIA ( 2008:07-2013:07 )

By

DENI HERDIANA

Composite Stock Price Index is a combined value of stocks listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) indicates that movement conditions in the capital market . JCI can be used to assess the market situation in general or gauge whether stock prices rise or decline . JCI also involve the entire price of the stocks listed on the exchange .

The purpose of this research is to know how and how much influence the Capital Inflow, Capital Outflow, Exchange Rate, Bank Rate and Inflation Movement Composite Stock Price Index in Indonesia. Based on data from the years 2008-2013 with the observation period July 2008 - July 2008-2013 . Study using quantitative secondary data consisting of Composite Stock Price Index (CSPI), Capital Inflow, Capital Outflow, Exchange Rate, Bank Rate and Inflation. The analysis used in this study by using the method of analysis Error Correction Model (ECM).

From the research, it was found that overall the independent variables in this study (Capital Inflow, Capital Outflow, Exchange Rate, Bank Rate and Inflation) has a significant effect on the dependent variable is the Jakarta Composite Index (JCI). However, based on partial test results indicate that the variable BI Rate has a negative and significant impact on Composite Stock Price Index (CSPI) and Capital Outflow have a negative effect on the Jakarta Composite Index (JCI). While Capital Inflow has a positive and significant impact on the Jakarta Composite Index (JCI). And then the other three variables have a positive effect on JCI .

Keywords : Composite Stock Price Index (CSPI), Capital Inflow, Capital Outflow, BI Rate, Exchange Rate, Inflation, Error Correction Model ( ECM ) .


(3)

Oleh

DENI HERDIANA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI

Pada

Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(4)

(5)

(6)

(7)

Penulis dilahirkan pada tanggal 06 Februari 1991 di Purworejo, Kecamatan Negeri Katon, Kabupaten Pesawaran, Lampung. Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara, dengan dua kakak yang bernama Anton Sujarwo dan Yulia Fitriani, S.Pd, dari pasangan Bapak Ujang Jaya dan Ibu Suharni.

Penulis menamatkan pendidikan sekolah dasarnya di Sekolah Dasar Negeri 2 Purworejo pada tahun 2003. Kemudian melanjutkan sekolah ke jenjang Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 2 Negeri Katon dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikannya di Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Gadingrejo dan lulus pada tahun 2009.

Kemudian penulis diterima di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung Jurusan Ekonomi Pembangunan melalui jalur PKAB. Selama menjadi mahasiswa penulis pernah melaksanakan Kuliah Kunjung Lapangan (KKL) di Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementrian Keuangan dan Badan Perencanaan Nasional (Bappenas) pada tahun 2011 dan mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Banding Agung Kecamatan Punduh Pedada, Kabupaten Pesawaran pada bulan Juli tahun 2012.


(8)

MOTO

Kesakitan membuat Anda berpikir. Pikiran membuat Anda bijaksana.

Kebijaksanaan membuat kita bisa bertahan dalam hidup.

(John Pattrick)

Jika kamu menyerah hanya karena kata-kata orang lain yang ingin

menjatuhkanmu,

berarti kamu gagal dan orang itu berhasil.

(Mario Teguh)

“Belajar dari kesalahan adalah jalan terbaik untuk menuju kesuksesan.”


(9)

Dengan penuh rasa syukur atas segala rahmat dan nikmat yang telah dilimpahkan Allah SWT Sholawat serta salam selalu tercurah kepada Baginda Rasulullah Muhammad SAW. Dengan Ketulusan hati, do a dan rasa syukur kepada Allah SWT, ku persembahkan karya

kecilku ini kepada :

Ibuku yang tercinta Ibu Suharni dan Ayahku tersayang Bapak Ujang Jaya. Terima kasih atas lantunan doa yang tiada henti menyertaiku, dorongan semangat dan perhatian yang

telah diberikan untuk keberhasilanku .

Kakak-kakakku y a n g t e r s a y a n g A b a n g Anton Sujarwo, dan Teteh Yulia Fitriani, S.Pd, yang selalu memberikan semangat dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Keponakanku yang tersayang, Muhammad Kaesar Pratama, Inaya Yuliza Afifah, Putri Asena Ramadani dan Putri Nabila Sahira yang selalu meberikan senyum manis dan keceriaan

dalam keluarga.


(10)

SANWACANA

Ungkapan puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan petunjuk-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Determinan Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Indonesia (2008:7 – 2013:7).

Penulis telah banyak menerima bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati sebagai wujud rasa hormat dan penghargaan serta terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

2. Bapak Muhammad Husaini, S.E.,M.EP., selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

3. Ibu Asih Murwiati, S.E., M.E. selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

4. Bapak Dr. Ir. Yoke Muelgini, M.Sc. selaku Pembimbing Utama yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bmbingan, pengarahan dan saran dalam penyusunan skripsi ini hingga akhir kepada penulis.


(11)

ini dari awal kuliah hingga saat ini.

6. Bapak Dr. Saimul, S.E.,M.Si., selaku Penguji Utama yang telah memberikan masukan dan saran.

7. Bapak dan Ibu Dosen yang telah membekali ilmu pengetahuan selama menjalani masa perkuliahan.

8. Bapak dan Ibu Staff Administrasi di lingkungan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, terutama jurusan Ekonomi Pembangunan

9. Kedua Orang Tua tersayang, Ibuku Suharni dan Ayahku Ujang Jaya yang selalu meberikan doa, kasih sayang dan motivasi, serta kakak-kakakku Anton Sujarwo, dan Yulia Fitriani, S.Pd, atas semangat yang diberikan.

10. Keponakanku yang tersayang, Muhammad Kaesar Pratama, Inaya Yuliza Afifah, Putri Asena Ramadani dan Putri Nabila Sahira yang selalu meberikan senyum manis dan tawa dan canda dalam keluarga.

11. Teman-teman seangkatan dan seperjuangan Ekonomi Pembangunan 2009, Ayu Puspita Sari, Aditya, Candra, Lazuardi, Astra, Bukit, Markus dan teman-teman lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih atas semangat yang selalu diberikan.

12. Sahabatku Fidin, Adi, Dwi, Devi, Dedy, Hadi Purnomo dan Andy terimakasih atas dukungan dan semangat yang sangat luar biasa yang selama ini kalian berikan.


(12)

memberikan pengalaman kepada penulis selama 40 hari menjalani Kuliah Kerja Nyata.

14. Teman-teman KKN Desa Banding Agung, Kecamatan Punduh Pedada, Kabupaten Pesawaran Juli 2012; Komang, Mega, Linda, Satria, Andi, Wuni, Desi, Rina, Heni, Repa, Hani, Tammi, Sevti dan Imam atas kebersamaan suka dan duka selama 40 hari KKN.

15. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya, tanpa bantuan dari pihak-pihak yang disebutkan diatas maka penyusunan skripsi ini tidak mungkin selesai. Semoga bantuan yang telah diberikan akan mendapat balasan dari Allah SWT.

Bandar Lampung, 19 Mei 2014 Penulis


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI... i

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 13

C. Tujuan Penelitian ... 14

D. Kerangka Pemikiran ... 14

E. Hipotesis ... 19

F. Sistematika Penulisan ... 20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 21

A. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ... 21

1. Definisi IHSG ... 21

2. Metode Perhitungan IHSG ... 22

B. Capital Flow ... 26

1. Modal Masuk (Capital Inflow) ... 26

2. Modal Keluar (Capita Outflow) ... 30

C. BI Rate ... 31

1. Pengertian BI Rate ... 31

2. Fugsi BI Rate ... 31

3. Teori Suku Bunga ... 32

D. Nilai Tukar (Kurs) ... 34

1. Pengertian Nilai Tukar ... 34

2. Penentuan Nilai Tukar ... 36

3. Faktor-faktor Yang Mempengarihi Nilai Tukar ... 36


(14)

5. Sejarah Kebijakan Nilai Tukar Di Indonesia ... 40

E. Inflasi ... 41

1. Definisi Inflasi ... 41

2. Komponen Inflasi ... 43

3. Pengelompokan Inflasi ... 44

4. Tigkat Inflasi ... 47

5. Determnian Inflasi ... 47

6. Metode Pengukuran Inflasi ... 49

7. Pentingnya Kestabilan harga ... 50

8. Dampak Sosial Dari Inflasi ... 50

F. Hasil Penelitian Terdahulu ... 51

BAB III METODELOGI PENELITIAN... 60

A. Jenis dan Sumber Data ... 60

B. Variabel Penelitian ... 60

C. Definisi Operasional Variabel ... 61

D. BatasanVariabel ... 64

E. Model Analisis Data ... 65

1. Uji Stationeritas Data ... 65

2. Uji Kointegrasi ... 68

3. Uji Error Correction Model (ECM) ... 69

F. Uji Asumsi Klasik ECM ... 72

1. Uji Normalitas ... 72

2. Uji Multikolinearitas ... 72

3. Uji Heteroskedastisitas ... 73

4. Uji Autokorelasi ... 73

G. Uji Hipotesis ... 74

1. Uji Keseluruhan (Uji F) ... 74

2. Uji Parsial (Uji t) ... 75

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 77

A. Prosedur Analisis Data dan Metode ... 77

B. Hasil dan Pembahasan Uji Stasionary (Unit Root) ... 78

1. Uji Stasionary Data Pada Level ... 79

2. Uji Stasionary Data Pada First Difference ... 79

C. Hasil Dan Pembahasan Uji Kointegrasi ... 80

D. Hasil Dan Pembahasan Estimasi ECM (Metode LS) ... 82

E. Hasil Dan Pembahasan Uji Asumsi Klasik ECM ... 84

1. Hasil Uji Normalitas ... 84

2. Hasil Uji Multikolinearitas ... 85

3. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 88

4. Hasil Uji Autokorelasi ... 89

F. Uji Hipotesis ... 90


(15)

2. Uji Parsial (Uji t) ... 91

G. Pembahasan ... 93

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN ... 100

A. Kesimpulan ... 100

B. Saran... 101

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Tinjauan Penelituan Terdahulu ... 51

2. Variabel penelitian, Sumber Data, Jenis & Satuan Data... 61

3. Hasil UjiUnit Rootdengan Phillips-Perron pada Orde Level Periode 2008:07–2013:07 ... 79

4. Hasil UjiUnit Rootdengan Phillips-Perron pada OrdeFirst DifferencePeriode 2008:07–2013:07 ... 80

5. Hasil Regresi Kointegrasi ... 81

6. Uji Kointegrasi Metode Engle Pada Persamaan IHSG Periode 2008:07–2013:07 ... 81

7. Hasil EstimasiError Correction Model(ECM) ... 83

8. Hasil Uji Multikolineritas Persamaan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ... 85

9. Hasil Uji Multikolineritas Persamaan Indeks Harga Saham Gabungan Dengan MelihatVariance Inflations Factor(VIF) ... 86

10. Hasil Uji Heteoskedastisitas Cross Terms... 88

11. Uji HeteoskedastisitasNo Cross Terms... 89

12. Hasil Uji Otokorelasi ... 89


(17)

Gambar Halaman

1. Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Indonesia ... 3

2. Pergerakan Capital Inflow di Indonesia... 5

3. Pergerakan Capital Outflow di Indonesia ... 7

4. Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia (BI Rate) ... 8

5. Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar AS ... 9

6. Tingkat Inflasi Di Indonesia ... 12

7. Kerangka Pemikiran ... 16

8. Bagan Analisis Data Runtut Waktu (Time Series)... 71


(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pasar modal yang ada di Indonesia mempunyai peranan yang sangat penting baik bagi sektor swasta, pemerintah maupun masyarakat. Dengan adanya pasar modal, sektor swasta yang ada dapat memanfaatkannya sebagai salah satu alternative untuk pembiayaan d a l a m usahanya. Mengingat adanya kendala-kendala yang ada pada biaya bunga dan terbatasnya dana perbankan. Bagi pemerintah, pasar modal mempunyai peranan untuk mengerahkan dana ya n g d i m i l i k i o l e h masyarakat yang digunakan untuk membiayai pembangunan. Sedangkan bagi masyarakat, pasar modal merupakan salah satu alternatif investasi yang dapat memberikan tingkat pengembalian atas pendapatan dari investasi saham maupun pendapatan dari surat berharga lain yang diperdagangkan dalam investasi saham maupun pendapatan dari surat berharga lain yang diperdagangkan di pasar modal (Samsul, 2006).

Untuk mendapatkan tingkat pengembalian saham yang optimal (sesuai dengan risiko yang ada di dalamnya), seorang investor perlu pula mengetahui indeks harga saham yang sebenarnya merupakan angka indeks dari harga-harga saham yang telah disusun dan dihitung sedemikian rupa sehingga menghasilkantrend perubahan harga saham. Dengan mengetahui indeks harga saham maka investor


(19)

dapat mengetahui kondisi pasar secara umum. Disamping itu pasar modal juga memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian Indonesia, dimana pasar modal berperan sebagai lembaga intermediasi dana dari pihak pemilik dana kepada pihak yang membutuhkan dana. Intermediasi tersebut dapat meningkatkan produktivitas perekonomian melalui aktivitas investasi. Pasar modal merupakan bagian dari perekonomian di banyak negara.

Dengan diberlakukannya kebijakan perekonomian terbuka, pasar bebas dan perkembangan teknologi yang pesat, investor akan menjadi mudah mengakses pasar modal di seluruh dunia. Fakta menunjukkan bahwa pasar modal

merupakan salah satu indikasi perkembangan perekonomian suatu negara sehingga mengisyaratkan betapa pentingnya pasar modal di suatu negara (Setyastuti, 2004). Salah satu variabel yang selama ini dipercaya terikat secara cukup kuat terhadap kinerja pasar modal indonesia adalah perubahan tingkat suku bunga (Harianto : 1998 ). Bukti penelitian empiris lainnya dilakukan oleh Wand (1970) dan Fama (1990) dipasar modal Amerika, mereka

mengatakan bahwa peningkatan suku bunga ternyata diikuti oleh kinerja pasar modal secara negatif. Suku bunga mempunyai hubungan negatif dengan Indeks Harga Saham Gabungan, sedangkan jumlah uang beredar dan inflasi memberikan pengaruh positif bagi IHSG, disisi lain valas tidak memberikan pengaruh yang berarti bagi IHSG (Daryono : 2003).

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah indikator atas perubahan harga dari seluruh saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia. Apabila IHSG mengalami positif (kenaikan), maka yang terjadi adalah investor akan


(20)

mendapatkan keuntungan. Sedangkan sebaliknya, apabila IHSG mengalami negative (penurunan), maka yang terjadi adalah investor akan mengalami kerugian. Keuntungan ataupun kerugian yang dilihat belum merupakan

keuntungan atau kerugian yang direalisasikan, tetapi merupakan keuntungan atau kerugian yang masih secara catatan.

Kenaikan harga saham bisa lebih dulu dari kenaikan pendapatan sebenarnya dalam perusahaan. Kenaikan harga saham ini menyatakan bahwa perusahaan diharapkan akan mengalami pertumbuhan yang signifikan sehingga dapat direfleksikan pada harganya. Sehingga, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sering kali disebut sebagai indikator ekonomi, menyatakan bahwa indikasi awal atas kejadian ekonomi yang akan terjadi di kemudian hari.

Gambar 1. Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Indonesia Sumber: Yahoo Finance, Data Diolah


(21)

Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang berfluktuatif dari tahun ke tahun selama periode 2008-2012. Awal tahun 2008 indeks harga saham gabungan masih berada pada posisi diatas 2000, tetapi mulai periode pertengahan hingga awal 2009 dampak resesi global mulai berpengaruh pada pergerakan saham di

Indonesia, sehingga terus mengalami penurunan hingga level di bawah 1500.

Kemudian dari periode tahun 2010 hingga tahun 2012 IHSG kembali mengalami kenaikan sepanjang tahun tersebut. Kenaikan IHSG tidak terlepas dari besarnya dana yang segar (baru) yang masuk ke Bursa Efek Indonesia

sehingga akan mendorong harga-harga naik. Dan apabila dana yang baru itu tidak masuk, maka yang akan terjadi adalah tidak akan mungkin bisa menaikkan IHSG. Situasi dunia yang masih mengalami persoalan dalam ekonomi sehingga

tidakakan menimbulkan adanya capital gain (tambahan modal), maka Indonesia sebagai salah satu negara yang dianggap mampu dalam mengelolanya merupakan tujuan investasi.

Semakin derasnya aliran modal masuk (capital inflows) ke Indonesia, terutama dari sisi portofolio, yang memiliki trend peningkatan sepanjang 2008 hingga 2011 ke Indonesia disebabkan baik oleh faktor penarik dari Indonesia sendiri, juga dikarenakan adanya faktor pendorong dari aktivitas ekonomi global. Beberapa faktor penarik dari Indonesia sendiri yakni karena tingkat imbal hasil yang ditawarkan oleh instrumen keuangan Indonesia masih cukup menarik, semakin membaiknya sovereign rating Indonesia maupun rating untuk bank-bank besar yang semakin dekat dengan peringkat investasi (investment grade), faktor


(22)

perbedaan suku bunga antara Indonesia dengan suku bunga global yang masih besar serta ekspektasi dari apresiasi nilai tukar upiah. Sementara faktor pendorong yakni adanya ekses likuiditas global dan lambatnya pemulihan ekonomi di

Amerika Serikat dan kekhawatiran krisis ekonomi di Eropa.Keadaan ini dapat dilihat dari peran asing dalam pasar modal Indonesia, terutama dari volume transaksi Bursa Efek Indonesia (BEI), yang semakin meningkat. Dimana mayoritas modal yang masuk pada umumnya bersifat jangka pendek dan ditanamkan dalam bentuk SBI, SUN ataupundiletakkan di pasar saham.

Gambar 2. Pergerakan Capital Inflow di Indonesia

Sumber: Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia, Bank Indonesia, Data diolah.

Dari grafik di atas dapat dilihat pergerakan dari Capital Inflow yang masuk ke Indonesia periode 2008-2012. Pada tahun 2008 Capital inflow di Indonesia mencapai 7.779 milyar USD. Kemudian pada tahun 2009 mengalami peningkatan menjadi 8.536 milyar USD. Dan kembali mengalami peningkatan yang cukup signifikan pada tahun 2010 yakni mencapai 14.368 milyar USD. Dan terus


(23)

merangkak naik pada tahun 2011 yang mencapai 21.414 milyar USD. Kemudian pada tahun 2012 Capital Inflow di Indonesia terus mengalami peningkatan yang cukup tajam mencapai angka 30.606 milyar USD. Dari sisi pasar modal, jelas sekali bahwacapital inflow memberikan benefit yang luar biasa. Ia akan mencari saham-saham yang dianggap bisa memberikan keuntungan (gain)tinggi. Dari sini bisa dipahami, mengapa ketikacapital inflowmengalir, minat beli di pasar sangat kuat, harga saham naik yang menyebabkan IHSG juga meningkat. Semakin derasnya aliran modal asing yang masuk ke Indonesia maka semakin bertambah sumber dana dalam pergerakan ekonomi Indonesia. Kondisi seperti ini seharusnya memberikan dampak positif karena roda perekonomian akan terdorong bergerak lebih cepat. Agar memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia secara nyata, seharusnya investasi asing tersebut tidak hanya terkonsentrasi di pasar modal saja, melainkan diinvestasikan secara jangka panjang untuk membangun sektor riil.

Semakin tingginya capital infow ke Indonesia juga menimbulkansuatu keadaan yang dikenal dengan surge. Hal ini terutama dikarenakan peningkatan secara tiba-tiba dan signifikan pendanaan luar negeri (external financing) terutama dari private flows, ke Indonesia. Namun bagaimanapun, adanya surge yang terjadi ini juga diikuti dengan keadaan yang dikenal dengan sudden reversal (pembalikan modal secara tiba-tiba) ke luar Indonesia. Kedua keadaan ini (surge dan capital reversal) dapat dijadikan sebagai suatu sinyal awal akan terjadinya krisis finansial di suatu negara melalui suatu keadaan yang dinamakan dengan transfer problem , yang dapat tergambar pada nilai real exchange rate suatu negara


(24)

Gambar 3. Pergerakan Capital Outflow di Indonesia

Sumber: Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia, Bank Indonesia, Data diolah. Dari grafik di atas dapat dilihat pergerakan dari Capital Outflow Indonesia periode 2008-2012. Pada tahun 2008 Capital Outflow di Indonesia mencapai 7.565 milyar USD. Kemudian pada tahun 2009 mengalami peningkatan menjadi 8.640 milyar USD. Pada tahun 2010 yakni mencapai 13.066 milyar USD. Dan terus merangkak naik pada tahun 2011 yang mencapai 16.523 milyar USD. Kemudian pada tahun 2012 Capital Outflow di Indonesia terus mengalami peningkatan yang cukup tajam mencapai angka 27.321 milyar USD. Arus modal asing juga dapat mendorong stimulasi perkembangan pasar modal domestik suatu negara.

Perkembangan pasar modal domestik tersebut terjadi melalui kompetisi diantara pemodal institusi. Kompetisi ini menciptakan tehnologi keuangan yang canggih dan memerlukan investasi dalam bidang informasi dan aktifitas jasa keuangan. Moshin Khan–Ulhaque (1987) pelarian modal sebagai semua arus modal keluar dari negara berkembang dengan tidak memperhatikan latar belakang terjadinya arus tersebut dari dari dalam negeri dan jenis modal tersebut.


(25)

BI Rate atau suku bunga Bank Indonesia, merupakan tingkat suku bunga untuk satu tahun yang ditetapkan oleh BI sebagai patokan bagi suku bunga pinjaman maupun simpanan bagi bank dan atau lembaga-lembaga keuangan di seluruh Indonesia.

Gambar 4. Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia (BI Rate) Sumber: Bank Indonesia, Data diolah.

Pada tahun 2008 BI Rate berada pada level 9,25%. Memasuki tahun 2009 BI Rate berada pada level 6,50%. Penurunan BI Rate ini dilakukan karena tekanan pada sistem keuangan yang masih tinggi, dan tren perlambatan

pertumbuhan ekonomi yang masih berlanjut (Laporan Perekonomian Indonesia, 2009). Pada tahun 2010 BI Rate berada pada level 6,50%. Memasuki tahun 2011 BI Rate berada pada level 6,00%. Kemudian pada tahun 2012 BI Rate berada pada level 5,75%. Pergerakkan suku bunga Bank Indonesia menjadi tolak ukur bagi tingkat suku bunga lainnya hingga kenaikan suku bunga Bank Indonesia ini dengan sendirinya mendorong suku bunga dana antar bank dan suku bunga deposito.


(26)

Ketika BI rate dinaikkan dan harapannya inflasi akan terkendali, maka IHSG juga bisa bangkit kembali.Namun, naiknya BI rate tidak akan serta merta menguatkan IHSG, karena yang jadi concern investor bukanlah BI rate-nya, melainkan tingkat inflasi. Dalam jangka pendek, naiknya BI rate bahkan justru berpotensi semakin melemahkan IHSG. Karena dengan naiknya BI rate, maka suku bunga di deposito, sukuk, dll biasanya (meski gak selalu) juga akan naik Jeff Madura (2001:129) dalam bukunya International Finance Management, yang diterjemahkan oleh Emil Salim menyebutkan bahwa:“Jika valuta asing mendominasi saham luar negeri mengalami apresiasi pengembalian saham yang akan diterima

investor akan meningkat, tetapi jika valuta asing tersebut mengalami depresiasi, pengembalian saham akan menurun. Jika Dollar AS menguat terhadap Rupiah maka investor AS yang bermain saham di Indonesia akan memperoleh pengembalian saham yang meningkat. Sebaliknya bagi investor lokal yang ada di Indonesia dengan menguatnya US$ akan mengurangi

pengembalian saham. Pengembalian saham yang dimaksud disini adalah capital gain.

Gambar 5. Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar AS Sumber: Bank Indonesia, Data diolah.


(27)

Berdasarkan grafik pada gambar di atas dapat dilihat perkembangan kurs rupiah terhadap dollar Amerika yang mengalami fluktuatif selama periode 2008-2012 dan kejadian-kejadian tersebut disebabkan oleh berbagai faktor seperti yang akan dijelaskan sebagai berikut: Kurs Rupiah selama tahun 2008 menunjukkan volatilitas yang lebih tinggi dari tahun sebelumnya dengan kecenderungan terdepresiasi. Pada tahun 2007, kurs Rupiah berada pada posisi 9.419/US$ dan kemudian terdepresiasi menjadi 10.950/US$ pada tahun 2008. Pada tahun 2009, kurs Rupiah terhadap US$ mengalami apresiasi yaitu dari posisi 10.950/US$ (2008) ke posisi 9.400/US$ pada tahun 2009. Pada tahun 2010, kondisi kurs Rupiah terhadap US$ pada akhir tahun mengalami apresiasi dibandingkan tahun sebelumnya yaitu dari posisi 9.400/US$ (2009) ke posisi 8.715/US$ pada tahun 2010. Pada tahun 2011, kurs Rupiah terhadap US$ mengalami depresiasi dari tahun sebelumnya dimana, pada tahun 2010 kurs Rupiah berada pada posisi 8.715/US$ dan pada tahun 2011 melemah menjadi 9.068/US$. Kemudian pada tahun 2012 kurs Rupiah terhadap dolar kembali mengalami deperesiasi dimana pada tahun sebelumnya berada pada posisi 9.068/US$ yang kemudian

terdepresiasi ke posisi 9670/US$. Melemahnya nilai tukar biasanya disebabkan oleh adanya permasalahan yang bersifat makro-fundamental dan mikro-struktural di pasar valuta asing yang bermuara pada ketidaksinambungan pasokan dan permintaan valas.

Ketika inflasi mulai naik tidak terkendali, maka efeknya adalah biaya operasional para perusahaan yang terdaftar di BEI menjadi membengkak, karena naiknya harga bahan baku, gaji karyawan, dll. Akibatnya, laba bersih para emiten


(28)

dikhawatirkan akan turun. Maka, harga sahamnya pun turun. Dan jika hal ini terjadi pada banyak saham, maka IHSG secara keseluruhan juga akan turun. Kenaikan tingkat inflasi akan mengakibatkan penurunan IHSG.

Berpengaruhnya inflasi terhadap IHSG secara negatif karena kenaikan inflasi menjadi sinyal negatif bagi investor untuk berinvestasi di pasar modal dan cenderung melepaskan saham untuk beralih pada investasi pada bentuk lain seperti tabungan atau deposito karena anggapan resiko yang lebih tinggi. Dengan demikian peralihan investasi ke bentuk yang lain akan menyebabkan investor untuk melakukan penjualan saham, sehingga menurunkan harga saham dan IHSG.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi inflasi di Indonesia. Inflasi dapat disebabkan oleh dorongan biaya produksi yang semakin meningkat (cosh push inflation), hal tersebut disebabkan oleh melemahnya nilai tukar rupiah atas dollar As yang mengakibatkan naiknya biaya produksi yang pada gilirannya akan menaikan harga dan turunnya produksi.

SedangkanMuana Nanga dalam bukunya “Makroekonomi”menjelaskan tentang penyebab terjadinya kenaikan harga atau inflasi yaitu karena disebabkan oleh kendala devisa (foreign exchange constraint) yaitu kendala yang timbul karena penerimaan devisa tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan akan barang impor yang meningkat berkenaan dengan usaha–usaha pembangunan yang semakin cepat, pertumbuhan penduduk, dan upaya industrialisasi yang pesat yang berlangsung dalam suatu lingkungan dengan teknologi yang masih terbatas, ketidakseimbangan struktural dan mobilitas faktor yang tidak sempurna.


(29)

Kekurangan barang impor dan meningkatnya harga barang impor merangkap harga kumulatif, kesulitan neraca pembayaran pada akhirnya memaksa berbagai Negara untuk mendevaluasi mata uangnya dan hal ini selanjutnya menambah beratnya tekanan inflasi dalam negeri, terutama bila elestisitas harga permintaan akan barang impor sangat rendah.

Gambar 6. Tingkat Inflasi di Indoneisa Sumber: Bank Indonesia, Data diolah.

Berdasarkan grafik pada gambar 5 dapat dilihat perkembangan inflasi di Indonesia masih tergolong tinggi. Yakni pada tahun 2008 tingkat inflasi di Indonesia mencapai 11,06%, pada tahun 2009 mencapai 2,78%, selanjutya pada tahun 2010 inflasi mencapai 6.96%, kemudian pada tahun 2011 tingkat inflasi di Indonesia mencapai 3,79% dan pada tahun 2012 mencapai 4,3%.


(30)

Apabila inflasi naik, akan berdampak pada naiknya harga bahan baku yang pada akhirnya akan menyebabkan menurunnya daya saing terhadap produk barang yang dihasikan suatu perusahaan. Hal ini akan berdampak pada

menurunnya prospek perusahaan dan akan berdampak buruk pada harga saham perusahaan tersebut di pasar modal. Selain itu meningkatnya inflasi akan menaikkan biaya perusahaan yang mengakibatkan menurunnya profitabilitas perusahaan-perusahaan yang mencatatkan sahamnya di BEJ yang pada akhirnya akan memperkecil deviden yang diterima para pemegang saham. Inflasi yang tinggi biasanya dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang terlalu panas (over heated), artinya kondisi ekonomi mengalami permintaan atas produk yang melebihi kapasitas penawaran produknya, sehingga harga-harga cenderung mengalami mengalami kenaikan.

Kondisi ekonomi yangover heatedtersebut juga akan menurunkan daya beli uang (purchasing power of money)dan mengurangi tingkat pendapatan riil yang diperoleh investor dari investasinya (Tandelilin : 2001). Inflasi meningkatkan pendapatan dan biaya perusahaan. Jika peningkatan biaya produksi lebih tinggi dari peningkatan harga yang dapat dinikmati oleh perusahaan maka profitabilitas perusahaan akan turun.

B. Rumusan Masalah

Dengan melihat latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka perumusan masalahnya adalah

1. Bagaimana pengaruh Capital Inflows, Capital Outflow, Nilai Tukar, Bi Rate dan inflasi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan.


(31)

2. Bagaimana pengaruh Capital Inflow terhadap Indeks Harga Sagam Gabungan.

3. Bagaimana pengaruh Capital Outflow terhadap Indeks Harga saham Gabungan.

4. Bagaimana pengaruh Nilai Tukar terhadap Indeks Harga Saham Gbungan. 5. Bagaimana pengaruh BI Rate terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. 6. Bagaimana pengaruh Inflasi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah maka tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui pengaruh Capital Inflows, Capital Outflow, Nilai Tukar, Bi Rate dan inflasi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan.

2. Mengetahui pengaruh Capital Inflow terhadap Indeks Harga Sagam Gabungan.

3. Mengetahui pengaruh Capital Outflow terhadap Indeks Harga saham Gabungan.

4. Mengetahui pengaruh Nilai Tukar terhadap Indeks Harga Saham Gbungan. 5. Mengetahui pengaruh BI Rate terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. 6. Mengetahui pengaruh Inflasi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan.

D. Kerangka Pemikiran

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah suatu rangkaian informasi historis mengenai pergerakan harga saham gabungan, sampai tanggal tertentu dan


(32)

gabungan di bursa efek. Menurut Anoraga dan Pakarti (2001 : 101) IHSG

merupakan indeks yang menunjukkan pergerakan harga saham secara umum yang tercatat di bursa efek yang menjadi acuan tentang perkembangan kegiatan di pasar modal. IHSG ini bisa digunakan untuk menilai situasi pasar secara umum atau mengukur apakah harga saham mengalami kenaikan atau penurunan. ISHG juga melibatkan seluruh harga saham yang tercatat di bursa.

BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap ataustance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. BI Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia melalui rapat dewan gubernur yang diadakan setiap bulan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan melalui pengelolaan likuiditas di pasar uang untuk mencapaisasaran operasional kebijakan moneter.

Yang dimaksud dengan Capital Flows (Aliran modal) adalah keluar-masuknya modal pada suatu negara.Keluar-masuknya modal ini dicatat dalam neraca modal (capital account), yang nantinya akan mempengaruhi neraca pembayaran

(balance of payment). Semakin tingginya capital infow ke Indonesia juga menimbulkansuatu keadaan yang dikenal dengan surge. Hal ini terutama dikarenakan peningkatan secara tiba-tiba dan signifikan pendanaan luar negeri (external financing) terutama dari private flows, ke Indonesia. Namun

bagaimanapun, adanya surge yang terjadi ini juga diikuti dengan keadaan yang dikenal dengan sudden reversal (pembalikan modal secara tiba-tiba) ke luar Indonesia. Kedua keadaan ini (surge dan capital reversal) dapat dijadikan sebagai suatu sinyal awal akan terjadinya krisis finansial di suatu negara melalui suatu


(33)

Indeks Harga Saham Gabungan

Inflasi (INF) BI Rate

(BIR) Capital Inflow

(CIF) Capital Outflow

(COF) Nilai Tukar

(E)

keadaan yang dinamakan dengan transfer problem , yang dapat tergambar pada nilai real exchange rate suatu negara. Kenaikan IHSG tidak terlepas dari besarnya dana segar (baru) yang masuk ke bursa sehingga mendorong harga-harga naik. Bila dana segar itu tidak masuk, maka tidak mungkin bisa menaikkan IHSG. Situasi dunia yang masih mengalami persoalan dalam ekonomi sehingga tidak menimbulkan adanya capital gain, maka Indonesia sebagai salah satu negara yang dianggap bagus dalam mengelolanya di mana politik sedikit stabil merupakan tujuan investasi. Menurut Musdholifah & Tony (2007), nilai tukar atau kurs adalah perbandingan antara harga mata uang suatu negara dengan mata uang negara lain. Misal kurs rupiah terhadap dollar Amerika menunjukkan berapa rupiah yang diperlukan untuk ditukarkan dengan satu dollar Amerika. Menurut Bodie dan Marcus (2001:331) inflasi merupakan suatu nilai dimana tingkat harga barang dan jasa secara umum mengalami kenaikan. Inflasi adalah salah satu peristiwa moneter yang menunjukkan suatu kecenderungan akan naiknya harga-harga barang secara umum, yang berarti terjadinya penurunan nilai uang..


(34)

Berdasarkan model pada Gambar.7 tersebut menunjukkan bahwa variabel independen terdiri dari Capital Flows (CIF), Capital Outflow (COF), Nilai Tukar (E), BI Rates (BIR), Inflasi (INF), dan variabel dependennya IHSG. Menurut Ansari (2004). Aliran modal mempunyai dua efek terhadap perekonomian, yaitu efek langsung dan efek tidak langsung. Efek langsung berasal dari fakta bahwa aliran modal asing menunjukan ketersediaan dana yang dapat diinvestasikan, yang secara langsung dapat menambah (mengurangi) total volume investasi domestik. Sedangkan cara tidak langsungnya adalah bahwa modal asing menambah (mengurangi) pendapatan nasional yang nantinya akan meningkatkan (menurunkan) tabungan domestik. Meningkatnya (menurunnya) tabungan domestik akan menambah (mengurangi) dana untuk investasi.

Perubahan tingkat suku bunga akan memberikan pengaruh bagi pasar modal dan pasar keuangan. Apabila tingkat suku bunga naik maka secara langsung akan meningkatkan beban bunga. Perusahaan yang mempunyai leverage yang tinggi akan mendapatkan dampak yang sangat berat terhadap kenaikan tingkat bunga. Kenaikan tingkat bunga ini dapat mengurangi profitabilitas perusahaan sehingga dapat memberikan pengaruh terhadap harga saham perusahaan yang

bersangkutan. Selain kenaikan beban bunga, tingkat suku bunga yang tinggi dapat menyebabkan investor tertarik untuk memindahkan dananya ke deposito. Hal ini terjadi karena kenaikan tingkat suku bunga Bank Indonesia akan diikuti oleh bank-bank komersial untuk menaikkan tingkat suku bunga simpanan.


(35)

Kurs merupakan salah satu indikator yang mempengaruhi aktivitas di pasar saham maupun pasar uang karena investor cenderung akan berhati- hati untuk melakukan investasi portofolio. Kurs mata uang menunjukan harga mata uang apabila

ditukarkan dengan mata uang lain. Penentu nilai kurs suatu negara dengan mata uang negara lainnya ditentikan sebagaimana halnya barang yaitu oleh permintaan dan penawaran mata uang yang bersangkutan. Hukum ini juga berlaku untuk kurs rupiah, jika demand akan rupiah lebih banyak dari supplynya maka kurs rupiah akan terdeprisiasi, demikian sebaliknya.

Terdepriasinya kurs rupiah terhadap mata uang asing khususnya dollar Amerika memiliki pengaruh negatif terhadap ekonomi dan pasar modal. Ketika mata uang terdepriasi, hal ini mengakibatkan naiknya biaya bahan baku terhadap sebagian besar perusahaan yang mengimpor dari luar negeri. Kenaikan ini mengurangi tingkat keuntungan perusahaan. Hal ini akan mendorong investor untuk melakukan aksi jual terhadap harga saham-saham yang dimilikinya.

Inflasi berpengaruh terhadap harga saham melalui dua cara, secara langsung maupun secara tidak langsung. Menurut Tandelilin (2000), peningkatan inflasi secara relatif merupakan sinyal negatif bagi pemodal di pasar modal. Hal ini dikarenakan peningkatan inflasi akan menaikkan biaya produksi perusahaan. Jika peningkatan biaya produksi lebih tinggi dari peningkatan harga yang dapat dinikmati oleh perusahaan maka profitabilitas perusahaan akan turun. Secara langsung, inflasi mengakibatkan turunnya profitabilitas dan daya beli uang


(36)

sedangkan secara tidak langsung inflasi berpengaruh melalui perubahan tingkat bunga.

Kenaikan inflasi dapat menurunkan capital gain yang menyebabkan berkurangnya keuntungan yang diperoleh investor. Di sisi perusahaan, terjadinya peningkatan inflasi, di mana peningkatannya tidak dapat dibebankan kepada konsumen, dapat menurunkan tingkat pendapatan perusahaan. Hal ini berarti risiko yang akan dihadapi perusahaan akan lebih besar untuk tetap berinvestasi dalam bentuk saham, sehingga permintaan terhadap saham akan turun. Inflasi dapat menurunkan keuntungan suatu perusahaan sehingga sekuritas di pasar modal menjadi komoditi yang tidak menarik. Hal ini berarti inflasi memiliki hubungan yang negatif dengan return saham (Ishomuddin,2010).

E. Hipotesis

Berdasarkan tujuan penelitian, kerangka pikir. dan teori maka hipotesis yang akan dibuktikan dalam penelitian ini adalah:

Berdasarkan tujuan penelitian, kerangka pikir. dan teori maka hipotesis yang akan dibuktikan dalam penelitian ini adalah:

1. Diduga bahwa terdapat pengaruh yang positif antara variabel BI Rates, Capital Inflow, Capital Outflow, Nilai Tukar dan inflasi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Indonesia.


(37)

2. Diduga bahwa Capital Inflow berpengaruh positif terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Indonesia.

3. Diduga bahwa Capital Outflow berpengaruh positif terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Indonesia.

4. Diduga bahwa BI Rate berpengaruh positif terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Indonesia.

5. Diduga bahwa inflasi berpengaruh negatif terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Indonesia.

6. Diduga bahwa Nilai Tukar berpengaruh negatif terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Indonesia.

F. Sistematika Penulisan

Di dalam penulisan skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab.

Bab 1 (satu) adalah pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah,

permasalahan yang terjadi, tujuan melakukan penelitian, serta kerangka pemikiran yang membahas gambaran yang akan diteliti.

Bab 2 (dua) adala tinjauan pustaka yang membahas review tentang BI Rates, Capital Flows, Capital Outflow, Nilai Tukar dan inflasi di Indonesia terhadap Determinan Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Bab 3 (tiga) metode penelitian yang membahas tentang ruang lingkup penelitian yang dilakukan, definisi variabel operasional, data penelitian serta tehnik atau prosedur penelitian.

Bab 4 (empat) hasil pembahasan yang berisi hasil uji estimasi. Bab 5 (lima) Kesimpulan dan saran.


(38)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Indeks Harga Saham Gabungan

1. Definisi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Indeks Harga Saham Gabungan(disingkatIHSG, dalam Bahasa Inggris

disebut jugaJakarta Composite Index, JCI, atauJSX Composite) merupakan salah satu indeks pasar saham yang digunakan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI; dahulu Bursa Efek Jakarta (BEJ)). Diperkenalkan pertama kali pada tanggal 1 April 1983, sebagai indikator pergerakan harga saham di BEJ, Indeks ini mencakup

pergerakan harga seluruh saham biasa dan saham preferen yang tercatat di BEI. Hari Dasar untuk perhitungan IHSG adalah tanggal 10 Agustus 1982. Pada tanggal tersebut, Indeks ditetapkan dengan Nilai Dasar 100 dan saham tercatat pada saat itu berjumlah 13 saham. Sunariyah (2003 : 147), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah suatu rangkaian informasi historis mengenai pergerakan harga saham gabungan, sampai tanggal tertentu dan mencerminkan suatu nilai yang berfungsi sebagai pengukuran kinerja suatu saham gabungan di bursa efek. Menurut Anoraga dan Pakarti (2001 : 101) IHSG merupakan indeks yang menunjukkan pergerakan harga saham secara umum yang tercatat di bursa efek yang menjadi acuan tentang perkembangan kegiatan di pasar modal. IHSG ini bisa digunakan untuk menilai situasi pasar secara umum atau mengukur apakah


(39)

harga saham mengalami kenaikan atau penurunan. ISHG juga melibatkan seluruh harga saham yang tercatat di bursa.

2. Metode perhitungan

Dasar perhitungan IHSG adalah jumlah Nilai Pasar dari total saham yang tercatat pada tanggal 10 Agustus 1982. Jumlah Nilai Pasar adalah total perkalian setiap saham tercatat (kecuali untuk perusahaan yang berada dalam program

restrukturisasi) dengan harga di BEJ pada hari tersebut. Formula perhitungannya adalah sebagai berikut:

X100 d

p IHSG =

dimana p adalah Harga Penutupan di Pasar Reguler, x adalah Jumlah Saham, dandadalahNilai Dasar.

bulan 1 selama waktu periode Jumlah bulan 1 selama harian periode IHSG Jumlah IHSG Rata

Rata− =

Perhitungan Indeks merepresentasikan pergerakan harga saham di pasar/bursa yang terjadi melalui sistem perdagangan lelang. Nilai Dasar akan disesuaikan secara cepat bila terjadi perubahan modal emiten atau terdapat faktor lain yang tidak terkait dengan harga saham. Penyesuaian akan dilakukan bila ada tambahan emiten baru, HMETD (right issue),partial/company listing, waran dan obligasi konversi demikian jugadelisting. Dalam hal terjadistock split, dividen saham atau saham bonus, Nilai Dasar tidak disesuaikan karena Nilai Pasar tidak terpengaruh. Harga saham yang digunakan dalam menghitung IHSG adalah harga saham di pasar reguler yang didasarkan pada harga yang terjadi berdasarkan sistem lelang.


(40)

Perhitungan IHSG dilakukan setiap hari, yaitu setelah penutupan perdagangan setiap harinya. Dalam waktu dekat, diharapkan perhitungan IHSG dapat dilakukan beberapa kali atau bahkan dalam beberapa menit, hal ini dapat dilakukan setelah sistem perdagangan otomasi diimplementasikan dengan baik.

Situasi pasar secara umum baru dapat diketahui jika kita mngetahui indeks harga saham gabungan. Untuk perhitungan indeks harga saham gabungan ini, caranya hampir sama dengan menghitung indeks harga saham individual, tetapi harus menjumlahkan seluruh harga saham yang tercatat. Rumus untuk menghitung indeks harga saham gabungan (IHSG) adalah sebagai berikut.

IHSG=(∑ Ht/∑Ho) x 100%

∑Ht = Total harga semua saham pada waktu yang berlaku ∑Ho= Total harga semua saham pada waktudasar

Dari harga indeks inilah kita bisa mengetahui apakah kondisi pasar sedang ramai, lesu, atau dalam keadaan stabil. Angka IHSG menunjukan di atas 100 berarti kondisi pasar sedang ramai, sedangkan pada saat IHSG menunjukan dibawah 100 berarti kondisi pasar sedang lesu, IHSG menunjukan nilai 100 berarti pasar dalam keadaan stabil.

Indeks tertimbang merupakan indeks yang mempertimbangkan factor-faktor yang akan mempengaruhi naik turunya angka indeks tersebut. Besar kecilnya bobot tergantung dari besarnya pngaruh dari perubahan harga saham tersebut

mempengaruhi keseluruhan harga sahan yang ada. Saham yang berperan kecil dalam mempengaruhi pasar akan diberi bobot kecil.


(41)

Metode perhitungan angka indeks dengan menggunakan timbangan (pembobotan) dikemukakan ole Laspeyres dan Paasche. Kedua orang ini menggunakan factor timbangan yang berbeda. Laspeyres mendasarkan pada jumlah saham pad awaktu dasar, sedangkan Paasche menggunakan jumlah saham pada waktu yang berlaku.

Pembobotan saham dipengaruhi oleh jumlah saham yang didaftarkan oleh perusahaan. Semakin besar jumlah saham yang didaftarkan, semakin besar pula bobotnya. Biasanya dengan besarnya jumlah saham yang didaftarkan, saham ini akan semakin likuid dalam perdagangan atau transaksi. Jumlah saham yang dipakai pada ssat waktu dasar didasarkan pada saat perusahaan melakukan go public atau melakukan emisi perdana.

Cara yang mendasarkan pembobotan pada waktu dasar ini ditemukan oleh Laspeyres. Adapun untuk perhitungan menggunakan rumus berikut. IHSG= [ (∑Ht.Ko)/(∑Ho.Ko) ]x 100%

Ko= Jumlah semua saham yang beredar pada waktu dasar

Sedangkan untuk perhitungan angka indeks dengan menggunakan waktu berlaku sebagai bobot dikemukakan oleh Paasche. Rumus yang digunakan adalah berikut.

IHSG= [ (∑Ht/∑Ho.Ko) ]x 100 %

Kt= Jumlah semua saham yang beredar pada waktu yang berlaku.

Jika diperbandingkan, sebenarnya dilihat dari segi praktis, rumus yang

dikemukakan oleh Laspeyres lebih baik, karena bobot yang dipakai tidak berubah, tetapi secara teoritis kurang baik, karena yang berpengaruh tehadap harga


(42)

Sebaliknya secara teoritis rumus Paasche sangat baik, karena perubahan jumlah saham diperhitungkan pengaruhnya terhadap perubahan harga, tetapi dari segi praktis, cukup sulit diterapakan.

Untuk menjembatani keua rumus di atas baik Laspeyres maupun Paasche, maka ada dua rumus lain yang digunakan untuk menghitung indeks harga saham gabungan, yaitu menurut Irving Fisher dan Drobisch.

Rumus Irving Fisher : IHSG=√ IHSGLx IHSGP

IHSGL= Indeks harga saham gabungan menggunakan rumus Laspeyres IHSGP= Indeks harga saham gabungan menggunakan rumus Paasche Rumus IHSG menurut Drobisch :

IHSG= (IHSGL+ IHSGP)/2

Karena jumlah saham yang tercatat sangat banyak , seringkali jika harus

menghitung semua saham yang tercacat akan mengalami kesulitan. Oleh karena itu, dalam perhitungan hanya menggunkan sampel dari keseluruhan saham yang tercatat.

Yang perlu diperhatikan disini adalah bagaimana cara pengambilan sampel sehingga didapat hasil yang mewakili. Sampel ini diambil dari perkiraan saham yang diyakini memiliki peran penting dalam mempengaruhi pasar.


(43)

B. Aliran Modal (Capital Flow)

Aliran modal merupakan keluar-masuknya modal pada suatu negara. Keluar-masuknya modal ini dicatat dalam neraca modal (capital account), yang nantinya akan mempengaruhi neraca pembayaran (balance of payment). Neraca modal mencatat aliran modal jangka pendek dan jangka panjang, serta pinjaman asing dan hibah. Yang termasuk dalam aliran modal jangka pendek ialah simpanan dan pinjaman bank, disebut investasi portofolio, sedangkan aliran modal jangka panjang meliputi penanaman modal asing langsung dan saham (Hossain dan Chowdhury, 1998).

1. Modal Masuk (Capital Inflow)

Modal masuk adalah dana asing yang mengendap ke suatu negara dalam waktu tertentu. Modal masuk juga dapat berasal dari pemilik modal domestik yang membawa kembali uangnya yang ditanamkan di luar negeri. Ada beberapa cara dana asing masuk ke suatu negara, yaitu:

penanaman modal asing langsung, dan penanaman modal asing tidak langsung.

a. Penanaman Modal Asing Langsung (Foreign Direct Investment) Salvatore (1997) menyatakan bahwa penanaman modal asing langsung meliputi investasi ke dalam aset-aset secara nyata berupa pembangunan pabrik- pabrik, pengadaan berbagai macam barang modal, pembelian tanah untuk keperluan produksi, pembelanjaan berbagai peralatan inventaris,


(44)

dan sebagainya. Pengadaan modal asing itu biasanya dibarengi dengan penyelenggaraan fungsi- fungsi manajemen, dan pihak investor sendiri tetap mempertahankan kontrol terhadap dana-dana yang telah ditanamkannya. Krugman (1991) dalam Siahaan (2005) mendefinisikan penanaman modal asing langsung sebagai arus modal internasional dimana perusahaan dari suatu negara memperluas atau mendirikan perusahaan di negara lain.

Penanaman modal asing langsung tidak hanya berupa pemindahan

sumberdaya, tetapi juga pemberlakuan kontrol terhadap perusahaan di luar negeri.

Penanaman modal langsung, menurut IMF (2003) dan OECD

(Organization of Economic Corporation and Development) dalam Duce dan España (2003) merefleksikan pada tujuan untuk mempertahankan

kepentingan jangka panjang yang dilakukan oleh kesatuan investor sebagai pelaku ekonomi kepada suatu perusahaan yang dimiliki penduduk asli dalam ekonomi lainnya. Kepentingan tersebut menjelaskan eksistensi sebuah hubungan jangka panjang antara investor asing dengan perusahaan domestik yang berinvestasi dan pengaruh signifikan terhadap manajemen perusahaan. Investasi langsung ini melibatkan transaksi awal dan biaya-biaya lain hingga terbentuknya perjanjian. Ada beberapa alasan mengapa investor asing

menanam modal secara langsung di negara lain: (1) memperoleh keuntungan setinggi mungkin dan mendiversifikasikan atau memecahkan resiko; (2) menghindari pajak yang terlalu berat di suatu negara; (3) mendukung


(45)

kegiatan bisnis disuatu negara yang sarana infrastrukturnya belum memadai; (4) melakukan integrasi horizontal atau

perluasan kegiatan produksi ke wilayah yang lebih luas. Hal ini biasa dilakukan oleh perusahaan monopolistik dan oligopolistik yang memiliki keunikan dalam pengetahuan produksi atau keterampilan manajerial; (5) melakukan integrasi vertikal. Integrasi jenis ini dilakukan oleh

perusahaan asing yang menanam modalnya untuk memperoleh kontrol atas jalur pasokan bahan-bahan mentah atau komoditi primer yang mereka butuhkan. Hal ini dilakukan agar investor asing memperoleh suplai bahan mentah secara kontinyu dengan harga yang lebih murah.

Wahyudi (1990) menyatakan tiga bentuk penanaman modal asing langsung dari negara maju ke negara berkembang, yaitu: (1) saham baru; (2) pendapatan yang diinvestasikan kembali; (3) pinjaman bersih dari perusahaan induk atau afiliasinya. Keuntungan jangka panjang

penanaman modal asing langsung ialah peningkatan produktivitas, hal ini berkaitan langsung dengan investasi produktif, yang memungkinkan transfer teknologi, dan kemampuan pemasaran dan manajerial. Sedangkan keprihatinan bagi negara penerima tentang penanaman modal asing langsung ialah kesempatan untuk mengambil keuntungan monopoli akibat tingginya tingkat proteksi.


(46)

b. Penanaman Modal Asing Tidak Langsung

Penanaman modal asing tidak langsung sering disebut penanaman modal jangka pendek. Investasi jenis ini berbentuk portofolio (portofolio investment). Mishkin (2001) mengemukakan teori pilihan portofolio (theory of portofolio choice) yang menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk membeli aset, yaitu: (1) kekayaan (wealth), jika kekayaan seseorang semakin meningkat maka ia akan memiliki sumber yang lebih banyak untuk membeli aset- aset; (2) hasil yang diharapkan (expected return), yaitu hasil yang mungkin didapatkan dengan memegang aset tersebut; (3) risiko (risk), yaitu derajat ketidakpastian yang

dihubungkan dengan suatu aset relatif terhadap aset-aset lainnya; (4) likuiditas (liquidity), yaitu seberapa cepat dan mudah suatu aset diubah dalam bentuk uang tunai (cash). Teori di atas mengisyaratkan bahwa setiap tindakan investor dalam memegang suatu aset akan didasarkan pada keempat faktor tersebut. Definisi aset di sini ialah sesuatu yang dimiliki sebagai simpanan kekayaan atau nilai. Aset ini dapat berupa uang, tanah, bangunan, mesin, valuta asing, obligasi, saham, dan lainnya.

Investor asing menanam modal dengan menguasai saham yang dapat dipindahkan (yang diterbitkan atau dijamin oleh negara penerima modal). Penguasaan saham ini tidak secara otomatis memberikan hak investor asing untuk mengendalikan perusahaan. Para pemegang saham hanya

memiliki hak atas dividen perusahaan. Motif utama investor asing dalam menanamkan modalnya didorong beberapa alasan, yaitu: (1)


(47)

melakukan diversifikasi portofolio diantara berbagai pasar dan lokasi; (2) untuk memperoleh keuntungan yang lebih tinggi; (3) menghindari

ketidakpastian politik (political risks); (4) berspekulasi di pasar valuta asing. Jadi, semua modal yang masuk ke suatu negara dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk membeli aset dan motif pembelian aset pada negara tertentu.

2. Modal Keluar (Capital Outflow)

Modal keluar merupakan aliran modal yang berasal dari suatu negara ke negara lain. Hal ini terjadi jika ada pembelian aset asing oleh penduduk domestik suatu negara, atau penjualan kembali aset domestik yang dipegang investor asing dan membawa uangnya keluar dari negara tersebut. Selain modal keluar, dikenal juga adanya istilah pelarian modal (capital flight). Definisi pelarian modal sampai saat ini masih belum dapat diterima secara umum. Akan tetapi, dalam beberapa tahun ini pelarian modal sering dikaitkan pada negara berkembang yang mengalami peningkatan utang luar negeri yang diiringi dengan sejumlah besar modal keluar.

Moshin Khan–Ulhaque (1987) dalam Diniarni (2005) mendefinisikan pelarian modal sebagai semua arus modal keluar dari negara berkembang dengan tidak memperhatikan latar belakang terjadinya arus tersebut dari dari dalam negeri dan jenis modal tersebut. Ia mengartikan hal tersebut sebagai pelarian modal karena umumnya negara sedang berkembang mengalami kekurangan (kelangkaan) modal, sehingga arus keluar berarti


(48)

menghilangkan potensi sumber daya yang tersedia, dan pada akhirnya menghilangkan potensi pertumbuhan ekonomi negara tersebut.

C. BI Rate

1. Pengertian BI Rate

BI rate merupakan suatu tingkat suku bunga yang dikeluarkan oleh Bank sentral (Bank INdonesia) sebagai indikator tingkat risiko. Apabila BI rate mengalami kenaikan maka artinya Bank Indonesia menaikkan tingat risiko pasar, karena dinilai perekonomian memburuk. Begitu juga sebaliknya. Surat berharga, seperti obligasi misalnya akan memberikan tingkat bunga yang melebihi BI rate, karena obligasi tersebut akan tidak menarik bagi investor apabila dibawah atau sama dengan BI rate.(Bank Indonesia)

2. Fungsi BI Rate

BI Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter.

Sasaran operasional kebijakan moneter dicerminkan pada perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar BankOvernight(PUAB O/N). Pergerakan di suku bunga PUAB ini diharapkan akan diikuti oleh perkembangan di suku bunga deposito, dan pada gilirannya suku bunga kredit perbankan.


(49)

Dengan mempertimbangkan pula faktor-faktor lain dalam perekonomian, Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI Rate apabila inflasi ke depan

diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan.

3. Teori Suku Bunga

A. Teori Keynessian, Preferensi Liquiditas

Teori penentuan tingkat suku bunga Keynes dikenal dengan teoriliquidity prefence. Keynes mengatakan bahwa tingkat bunga semata-mata merupakan fenomena moneter yang mana pembentukannya terjadi di pasar uang. Artinya tingkat suku bunga ditentukan oleh penawaran dan permintaan akan uang. Dalam Konsep Keynes, alternatif penyimpangan kekayaan terdiri dari surat berharga (bonds) dan uang tunai. Asumsi Teori Keynes adalah dasar pemilikan bentuk penyimpangan kekayaan adalah perilaku masyarakat yang selalu menghindari resiko dan ingin memaksimumkan keuntungan.

Keynes tidak sependapat dengan pandangan ahli-ahli ekonomi klasik yang mengatakan bahwa tingkat tabungan maupun tingkat investasi sepenuhnya ditentukan oleh tingkat bunga, dan perubahan-perubahan dalam tingkat bunga akan menyebabkan tabungan yang tercipta pada tingkat penggunaan tenaga kerja penuh akan selalu sama dengan investasi yang dilakukan oleh para pengusaha.

Menurut Keynes, besarnya tabungan yang dilakukan oleh rumah tangga bukan tergantung dari tinggi rendahnya tingkat bunga. Ia terutama tergantung dari besar


(50)

kecilnya tingkat pendapatan rumah tangga itu. Makin besar jumlah pendapatan yang diterima oleh suatu rumah tangga, semakin besar pula jumlah tabungan yang akan diperolehnya. Apabila jumlah pendapatan rumah tangga itu tidak mengalami kenaikan atau penurunan, peubahan yang cukup besar dalam tingkat bunga tidak akan menimbulkan pengaruh yang berarti keatas jumlah tabungan yang akan dilakukan oleh rumah tangga dan bukannya tingkat bunga.

B. Teori Suku Bunga Hicks

Hicks mengemukakan teorinya bahwa tingkat bunga berada dalam keseimbangan pada suatu perekonomian bila tingkat bunga ini memenuhi keseimbangan sektor moneter dan sektor rill. Pandangan ini merupakan gabungan dari pendapat klasik dan keynesian, dimana mashab klasik mengatakan bahwa bunga timbul karena uang adalah produktif artinya bahwa bila seseorang memiliki dana maka mereka dapat menambah alat produksinya agar keuntungan yang diperoleh meningkat. Jadi uang dapat meningkatkan produktivitas sehingga orang ingin membayar bunga. Sedangkan menurut keneysian bahwa uang bisa produktif dengan metode spekulasi di pasar uang dengan kemungkinan memperoleh keuntungan, dan keuntungan inilah sehingga orang ingin membayar bunga.

Dari beberapa konsep tentang tingkat bunga, maka dapat kita hubungkan antara tingkat suku bunga tabungan dengan tingkat bunga kredit, dimana sektor

perbankan menghimpun dana melalui giro, deposito dan tabungan lalu disalurkan melalui berbagai fasilitas kredit. Jelaslah bahwa penawaran kredit perbankan ditentukan oleh adanya akumulasi modal dalam bentuk deposito dan tabungan sebagai salah satusumber dana perbankan dalam menyalurkan kredit. Adanya


(51)

tabungan masyarakat tidaklah berarti dana hilang dari peredaran, tetapi dipinjam / dipakai oleh pengusaha untuk membiayai investasi.

Penabung mendapatkan bunga atas tabungannya, sedangkan pengusaha bersedia membayar bunga tersebut selama harapan keuntungan yang diperoleh dari investasi lebih besar dari bunga tersebut. Adanya kesamaan antara tabungan dengan investasi adalah sebagai akibat bekerjanya mekanisme tingkat bunga.

Tingkat bunga akan berfluktuasi sehingga keinginan untuk menabung dari ma untuk menabung dari masyarakat. Besarnya tingkat suku bunga yang ditetapkan oleh bank juga dipengaruhi oleh besarnyaCost Of Money. Tingkat bunga kredit yang ditetapkan untuk seluruh nasabah harus labih besar dari jumlahCost Of Moneydan biaya operasionalnya.

D. Nilai Tukar

1. Pengertian Nilai Tukar

Menurut Musdholifah & Tony (2007), nilai tukar atau kurs adalah perbandingan antara harga mata uang suatu negara dengan mata uang negara lain. Misal kurs rupiah terhadap dollar Amerika menunjukkan berapa rupiah yang diperlukan untuk ditukarkan dengan satu dollar Amerika.

Menurut Triyono (2008), kurs (exchange rate) adalah pertukaran antara dua mata uang yang berbeda, yaitu merupakan perbandingan nilai atau harga antara kedua mata uang tersebut.


(52)

Nilai tukaradalah harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya atau nilai dari suatu mata uang terhadap nilai mata uang lainnya (Salvatore 1997:9). Kenaikan nilai tukar mata uang dalam negeri disebut apresiasi atas mata uang asing. Penurunan nilai tukar uang dalam negeri disebut depresiasi atas mata uang asing.

Jadi, dapat disimpulkan nilai tukar rupiah adalah suatu perbandingan antara nilai mata uang suatu negara dengan negara lain. Heru (2008) menyatakan bahwa nilai tukar mencerminkan keseimbangan permintaan dan penawaran terhadap mata uang dalam negeri maupun mata uang asing $US. Merosotnya nilai tukar rupiah merefleksikan menurunnya permintaan masyarakat terhadap mata uang rupiah karena menurunnya peran perekonomian nasional atau karena meningkatnya permintaan mata uang asing $US sebagai alat pembayaran internasional. Semkin menguat kurs rupiah sampai batas tertentu berarti menggambarkan kinerja di pasar uang semakin menunjukkan perbaikan. Sebagai dampak meningkatnya laju inflasi maka nilai tukar domestik semakin melemah terhadap mata uang asing. Hal ini mengakibatkan menurunnya kinerja suatu perusahaan dan investasi di pasar modal menjadi berkurang.

Heru (2008) menyatakan bahwa nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing pun mempunyai pengaruh negatif terhadap ekonomi dan pasar modal. Dengan menurunnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing akan mengakibatkan meningkatnya biaya impor bahan-bahan baku yang akan digunakan untuk produksi dan juga meningkatkan suku bunga. Walaupun menurunnya nilai tukar juga dapat mendorong perusahaan untuk melakukan ekspor.


(53)

2. Penentuan Nilai Tukar

Perubahan dalam permintaan dan penawaran sesuatu valuta, yang selanjutnya menyebabkan perubahan dalam kurs valuta, disebabkan oleh banyak faktor seperti yang diuraikan dibawah ini (Sukirno, 2004:402).

1 Perubahan dalam cita rasa masyarakat.

2 Perubahan harga barang ekspor dan impor. . 3 Kenaikan harga umum (inflasi).

4 Perubahan suku bunga dan tingkat pengembalian investasi. 5 Pertumbuhan ekonomi.

3. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Nilai Tukar

Ada beberapa faktor utama yang mempengaruhi tinggi rendahnya nilai tukar mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing. Faktor-faktor tersebut adalah :

a. Laju inflasi relative

Dalam pasar valuta asing, perdagangan internasional baik dalam bentuk barang atau jasa menjadi dasar yang utama dalam pasar valuta asing, sehingga perubahan harga dalam negeri yang relatif terhadap harga luar negeri dipandang sebagai faktor yang mempengaruhi pergerakan kurs valuta asing.

Misalnya, jika Amerika sebagai mitra dagang Indonesia mengalami tingkat inflasi yang cukup tinggi maka harga barang Amerika juga menjadi lebih tinggi,

sehingga otomatis permintaan terhadap barang dagangan relatif mengalami penurunan.


(54)

b. Tingkat pendapatan relative

Faktor lain yang mempengaruhi permintaan dan penawaran dalam pasar mata uang asing adalah laju pertumbuhan riil terhadap harga-harga luar negeri. Laju pertumbuhan riil dalam negeri diperkirakan akan melemahkan kurs mata uang asing. Sedangkan pendapatan riil dalam negeri akan meningkatkan permintaan valuta asing relatif dibandingkan dengan supply yang tersedia.

c. Suku bunga relative

Kenaikan suku bunga mengakibatkan aktifitas dalam negeri menjadi lebih menarik bagi para penanam modal dalam negeri maupun luar negeri. Terjadinya penanaman modal cenderung mengakibatkan naiknya nilai mata uang yang semuanya tergantung pada besarnya perbedaan tingkat suku bunga di dalam dan di luar negeri, maka perlu dilihat mana yang lebih murah, di dalam atau di luar negeri. Dengan demikian sumber dari perbedaan itu akan menyebabkan terjadinya kenaikan kurs mata uang asing terhadap mata uang dalam negeri.

d. Kontrol pemerintah

Menurut Madura (2003:114), bahwa kebijakan pemerintah bisa mempengaruhi keseimbangan nilai tukar dalam berbagai hal termasuk :

a. Usaha untuk menghindari hambatan nilai tukar valuta asing. b. Usaha untuk menghindari hambatan perdagangan luar negeri.

c. Melakukan intervensi di pasar uang yaitu dengan menjual dan membeli mata uang. Alasan pemerintah untuk melakukan intervensi di pasar uang adalah :


(55)

1. Untuk memperlancar perubahan dari nilai tukar uang domestik yang bersangkutan.

2. Untuk membuat kondisi nilai tukar domestik di dalam batas-batas yang ditentukan.

3. Tanggapan atas gangguan yang bersifat sementara.

d. Berpengaruh terhadap variabel makro seperti inflasi, tingkat suku bunga dan tingkat pendapatan.

e. Ekspektasi

Faktor kelima yang mempengaruhi nilai tukar valuta asing adalah ekspektasi atau nilai tukar di masa depan. Sama seperti pasar keuangan yang lain, pasar valas bereaksi cepat terhadap setiap berita yang memiliki dampak ke depan. Dan sebagai contoh, berita mengenai bakal melonjaknya inflasi di AS mungkin bisa menyebabkan pedagang valas menjual Dollar, karena memperkirakan nilai Dollar akan menurun di masa depan. Reaksi langsung akan menekan nilai tukar Dollar dalam pasar.

Kemudian menurut Madura (2003:111-123), untuk menentukan perubahan nilai tukar antar mata uang suatu negara dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terjadi di negara yang bersangkutan yaitu selisih tingkat inflasi, selisih tingkat suku bunga, selisih tingkat pertumbuhan GDP, intervensi pemerintah di pasar valuta asing dan expectations (perkiraan pasar atas nilai mata uang yang akan datang).


(56)

4. Sistem Kurs Mata Uang

Menurut Triyono (2008) terdapat lima jenis sistem kurs utama yang berlaku, yaitu: sistem kurs mengambang (floating exchang rate), kurs tertambat (pegged exchange rate), kurs tertambat merangkak (crawling pegs),sekeranjang mata uang (basket of currencies), kurs tetap (fixed exchange rate).

1. Sistem kurs mengambang

Kurs ditentukan oleh mekanisme pasar dengan atau tanpa adanya campur tangan pemerintah dalam upaya stabilisasi melalui kebijakan moneter apabila terdapat campur tangan pemerintah maka sistem ini termasuk mengambang terkendali (managed floating exchange rate).

2. Sistem kurs tertambat

Suatu negara menambatkan nilai mata uangnya dengan sesuatu atau sekelompok mata uang negara lainnya yang merupakan negara mitra dagang utama dari negara yang bersangkutan, ini berarti mata uang negara tersebut bergerak mengikuti mata uang dari negara yang menjadi tambatannya.

3. Sistem kurs tertambat merangkak

Di mana negara melakukan sedikit perubahan terhadap mata uangnya secara periodik dengan tujuan untuk bergerak ke arah suatu nilai tertentu dalam rentang waktu tertentu. Keuntungan utama dari sistem ini adalah negara dapat mengukur penyelesaian kursnya dalam periode yang lebih lama jika dibanding dengan sistem kurs terambat.


(57)

4. Sistem sekeranjang mata uang

Keuntungannya adalah sistem ini menawarkan stabilisasi mata uang suatu negara karena pergerakan mata uangnya disebar dalam sekeranjang mata uang. Mata uang yang dimasukan dalam keranjang biasanya ditentukan oleh besarnya peranannya dalam membiayai perdagangan negara tertentu.

5. Sistem kurs tetap

Dimana negara menetapkan dan mengumumkan suatu kurs tertentu atas mata uangnya dan menjaga kurs dengan cara membeli atau menjual valas dalam jumlah yang tidak terbatas dalam kurs tersebut. Bagi negara yang memiliki

ketergantungan tinggi terhadap sektor luar negeri maupun gangguan seperti sering mengalami gangguan alam, menetapkan kurs tetap merupakan suatu kebijakan yang beresiko tinggi.

5. Sejarah Perkembangan Kebijakan Nilai Tukar di Indonesia

Sejak tahun 1970, negara Indonesia telah menerapkan tiga sistem nilai tukar (Nopirin, 2000 : 172).

1. Sistem kurs tetap (1970- 1978)

Sesuai dengan Undang-Undang No.32 Tahun 1964, Indonesia menganut sistem nilai tukar tetap kurs resmi Rp. 250/US$. Untuk menjaga kestabilan nilai tukar pada tingkat yang ditetapkan, Bank Indonesia melakukan intervensi aktif di pasar valuta asing.


(58)

2. Sistem mengambang terkendali (1978-Juli 1997)

Pada masa ini, nilai tukar rupiah didasarkan pada sistem sekeranjang mata uang (basket of currencies). Kebijakan ini diterapkan bersama dengan dilakukannya devaluasi rupiah pada tahun 1978. Dengan sistem ini, pemerintah menetapkan kurs indikasi (pembatas) dan membiarkan kurs bergerak di pasar

denganspreadtertentu. Pemerintah hanya melakukan intervensi bila kurs bergejolak melebihi batas atas atau bawah dari spread.

3. Sistem kurs mengambang (14 Agustus 1997-sekarang)

Sejak pertengahan Juli 1997, nilai tukar rupiah terhadap US$ semakin melemah. Sehubungan dengan hal tersebut dan dalam rangka mengamankan cadangan devisa yang terus berkurang maka pemerintah memutuskan untuk menghapus rentang intervensi (sistem nilai tukar mengambang terkendali) dan mulai menganut sistem nilai tukar mengambang bebas (free floating exchange rate) pada tanggal 14 Agustus 1997.

E. Definisi Inflasi

Secara sederhana inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Kebalikan dari inflasi disebut deflasi.

Tidak semua kenaikan harga selalu diidentikan dengan inflasi, misalnya kenaikan harga pada hari Lebaran, ini hanya gejolak pasar yang terjadi sesaat saja dan tidak


(59)

berlangsung terus-menerus. Setiap negara pasti mengalami inflasi dengan tingkat yang berbeda-beda, inflasi yang terjadi dapat disebabkan oleh faktor yang

berbeda-beda.

Menurut Bodie dan Marcus (2001:331) inflasi merupakan suatu nilai dimana tingkat harga barang dan jasa secara umum mengalami kenaikan. Inflasi adalah salah satu peristiwa moneter yang menunjukkan suatu kecenderungan akan naiknya harga-harga barang secara umum, yang berarti terjadinya penurunan nilai uang. Penyebab utama dan satu-satunya yang memungkinkan gejala ini muncul menurut Teori Kuantitas mengenai uang pada mazhab klasik adalah terjadinya kelebihan uang yang beredar sebagai akibat penambahan jumlah uang di masyarakat.

Menurut Winardi (1995 : 235) pengertian inflasi adalah suatu kenaikan relatif dalam tingkat harga umum (Sarwoko, 2005). Inflasi dapat timbul bila jumlah uang atau uang deposito dalam peredaran banyak, dibandingkan dengan jumlah barang-barang atau jasa yang ditawarkan atau bila karena hilangnya kepercayaan terhadap mata uang nasional, terdapat gejala yang meluas untuk menukar dengan barang-barang.

Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat. Sejak Juli 2008, paket barang dan jasa dalam keranjang IHK telah dilakukan atas dasar Survei Biaya Hidup (SBH) Tahun 2007 yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Kemudian, BPS akan memonitor perkembangan harga dari


(60)

barang dan jasa tersebut secara bulanan di beberapa kota, di pasar tradisional dan modern terhadap beberapa jenis barang/jasa di setiap kota.

Indikator inflasi lainnya berdasarkaninternational best practiceantara lain:

1. Indeks Harga Perdagangan Besar(IHPB). Harga Perdagangan Besar dari suatu komoditas ialah harga transaksi yang terjadi antara penjual/pedagang besar pertama dengan pembeli/pedagang besar berikutnya dalam jumlah besar pada pasar pertama atas suatu komoditas. [Penjelasan lebih detail mengenai IHPB dapat dilihat pada web site Badan Pusat Statistik www.bps.go.id]

2. Deflator Produk Domestik Bruto(PDB) menggambarkan pengukuran level harga barang akhir (final goods) dan jasa yang diproduksi di dalam suatu ekonomi (negeri). Deflator PDB dihasilkan dengan membagi PDB atas dasar harga nominal dengan PDB atas dasar harga konstan.

a. Komponen Inflasi

Ada tiga komponen yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan telah terjadi inflasi, Prathama dan Mandala (2001:203)

1. Kenaikan harga

Harga suatu komoditas dikatakan naik jika menjadi lebih tinggi darpada harga periode sebelumnya.

2. Bersifat umum

Kenaikan harga suatu komoditas belum dapat dikatakan inflasi jika kenaikan tersebut tidak menyebabkan harga secara umum naik.


(61)

3. Berlangsung terus menerus

Kenaikan harga yang bersifat umum juga belum akan memunculkan inflasi, jika terjadi sesaat, karena itu perhitungan inflasi dilakukan dalam rentang waktu minimal bulanan.

b. Pengelompokan Inflasi

Dalam teori ekonomi, inflasi dapat dibedakan menjadi dua jenis (Boediono, 1996),

1. Demand-Pull Inflation

Inflasi ini bermula dari adanya kenaikan permintaan total (agregate demand), sedangkan produksi telah berada pada keadaan kesempatan kerja penuh atau hampir mendekati kesempatan kerja penuh. Apabila kesempatan kerja penuh (full-employment) telah tercapai, penambahan permintaan selanjutnya hanyalah akan menaikkan harga saja (sering disebut dengan inflasi murni).

2. Cost-Push Inflation

Cost push inflation ditandai dengan kenaikan harga serta turunnya produksi. Jadi inflasi yang dibarengi dengan resesi. Keadaan ini timbul dimulai dengan adanya penurunan dalam penawaran total (agregate supply) sebagai akibat kenaikan biaya produksi. Kenaikan produksi akan menaikkan harga dan turunnya produksi.

Penggolongan inflasi menurut asalnya (Boediono, 1996), dibedakan menjadi dua, yaitu,


(62)

1. domestic inflation,

Yaitu inflasi yang sepenuhnya disebabkan oleh kesalahan pengelolahan

perekonomian baik di sektor riil ataupun di sektor moneter dalam negeri oleh para pelaku ekonomi dan masyarakat; serta

2. imported inflation,

Yaitu inflasi yang disebabkan oleh karena adanya kenaikan harga-harga komoditi di luar negeri (di Negara asing yang memiliki hubungan perdagangan dengan negara yang bersangkutan).

Inflasi yang diukur dengan IHK di Indonesia dikelompokan ke dalam 7 kelompok pengeluaran (berdasarkanthe Classification of individual consumption by purpose - COICOP), yaitu :

1. Kelompok Bahan Makanan

2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, dan Tembakau 3. Kelompok Perumahan

4. Kelompok Sandang 5. Kelompok Kesehatan

6. Kelompok Pendidikan dan Olah Raga 7. Kelompok Transportasi dan Komunikasi.

Disamping pengelompokan berdasarkan COICOP tersebut, BPS saat ini juga mempublikasikan inflasi berdasarkan pengelompokan yang lainnya yang dinamakan disagregasi inflasi. Disagregasi inflasi tersebut dilakukan untuk


(63)

menghasilkan suatu indikator inflasi yang lebih menggambarkan pengaruh dari faktor yang bersifat fundamental.

Di Indonesia, disagegasi inflasi IHK tersebut dikelompokan menjadi:

1. Inflasi Inti,yaitu komponen inflasi yang cenderung menetap atau persisten (persistent component) di dalam pergerakan inflasi dan dipengaruhi oleh faktor fundamental, seperti:

o Interaksi permintaan-penawaran

o Lingkungan eksternal: nilai tukar, harga komoditi internasional,inflasi mitra dagang.

o Ekspektasi Inflasi dari pedagang dan konsumen.

2. Inflasi non Inti, yaitu komponen inflasi yang cenderung tinggi volatilitasnya karena dipengaruhi oleh selain faktor fundamental.

3. Inflasi Komponen Bergejolak(Volatile Food) : Inflasi yang dominan

dipengaruhi olehshocks(kejutan) dalam kelompok bahan makanan seperti panen, gangguan alam, atau faktor perkembangan harga komoditas pangan domestik maupun perkembangan harga komoditas pangan internasional.

4. Inflasi Komponen Harga yang diatur Pemerintah(Administered Prices) : Inflasi yang dominan dipengaruhi olehshocks(kejutan) berupa kebijakan harga Pemerintah, seperti harga BBM bersubsidi, tarif listrik, tarif angkutan, dll.


(64)

c. Tingkat Inflasi

Kondisi inflasi menurut Samuelson (1998:581), berdasarkan sifatnya inflasi dibagi menjadi tiga bagian yaitu

1. Merayap {Creeping Inflation)

Laju inflasi yang rendah (kurang dari 10% pertahun), kenaikan harga berjalan lambat dengan persentase yang kecil serta dalam jangka waktu yang relatif lama.

2. Inflasi menengah {Galloping Inflation)

Ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar dan kadang-kadang berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi yang arrinya harga-harga minggu/bulan ini lebih tinggi dari minggu/bulan lalu dan seterusnya.

3. Inflasi Tinggi {Hyper Inflation)

Inflasi yang paling parah dengan dtandai dengan kenaikan harga sampai 5 atau 6 kali dan nilai uang merosot dengan tajam. Biasanya keadaan ini timbul apabila pemerintah mengalami defisit anggaran belanja.

d. Determinan Inflasi

Inflasi timbul karena adanya tekanan dari sisisupply(cost push inflation), dari sisi permintaan (demand pull inflation), dan dari ekspektasi inflasi. Faktor-faktor terjadinya cost push inflation dapat disebabkan oleh depresiasi nilai tukar, dampak inflasi luar negeri terutama negara-negara partner dagang, peningkatan


(65)

harga-harga komoditi yang diatur pemerintah (administered price), dan terjadinegative supply shocksakibat bencana alam dan terganggunya distribusi.

Faktor penyebab terjadidemand pull inflationadalah tingginya permintaan barang dan jasa relatif terhadap ketersediaannya. Dalam konteks makroekonomi, kondisi ini digambarkan olehoutputriil yang melebihioutputpotensialnya atau

permintaan total (agregate demand) lebih besar dari pada kapasitas

perekonomian. Sementara itu, faktor ekspektasi inflasi dipengaruhi oleh perilaku masyarakat dan pelaku ekonomi dalam menggunakan ekspektasi angka inflasi dalam keputusan kegiatan ekonominya.

inflasi tersebut apakah lebih cenderung bersifat adaptif atauforward looking. Hal ini tercermin dari perilaku pembentukan harga di tingkat produsen dan pedagang terutama pada saat menjelang hari-hari besar keagamaan (lebaran, natal, dan tahun baru) dan penentuan upah minimum regional (UMR). Meskipun ketersediaan barang secara umum diperkirakan mencukupi dalam mendukung kenaikan permintaan, namun harga barang dan jasa pada saat-saat hari raya keagamaan meningkat lebih tinggi dari komdisisupply-demandtersebut.

Demikian halnya pada saat penentuan UMR, pedagang ikut pula meningkatkan harga barang meski kenaikan upah tersebut tidak terlalu signifikan dalam mendorong peningkatan permintaan.


(66)

e. Metode Pengukuran Inflasi

Suatu kenaiikan harga dalam inflasi dapat diukur dengan menggunakan indeks harga. Ada beberapa indeks harga yang dapat digunakan untuk mengukur laju inflasi (Nopirin,1987:25) antara lain:

a) Consumer Price Index (CPI)

Indeks yang digunakan untuk mengukur biaya atau pengeluaran rumah tangga dalam membeli sejumlah barang bagi keperluan kebuthan hidup:

CPI= (Cost of marketbasket ingiven year : Cost of marketbasket in base year) x 100%

b) Produsen Price Index dikenal dengan Whosale Price Index

Index yang lebih menitikberatkan pada perdagangan besar seperti harga bahan mentah (raw material), bahan baku atau barang setengah jadi. Indeks PPI ini sejalan dengan indeks CPI.

c) GNP Deflator

GNP deflator ini merupakan jenis indeks yang berbeda dengan indeks CPI dan PPI, dimana indeks ini mencangkup jumlah barang dan jasa yang termasuk dalam hitungan GNP, sehingga jumlahnya lebih banyak dibanding dengan kedua indeks diatas


(67)

f. Pentingnya Kestabilan Harga

Kestabilan inflasi merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan yang pada akhirnya memberikan manfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pentingnya pengendalian inflasi didasarkan pada pertimbangan bahwa inflasi yang tinggi dan tidak stabil memberikan dampak negatif kepada kondisi sosial ekonomi masyarakat.

Pertama, inflasi yang tinggi akan menyebabkan pendapatan riil masyarakat akan terus turun sehingga standar hidup dari masyarakat turun dan akhirnya

menjadikan semua orang, terutama orang miskin, bertambah miskin.

Kedua, inflasi yang tidak stabil akan menciptakan ketidakpastian (uncertainty) bagi pelaku ekonomi dalam mengambil keputusan. Pengalaman empiris menunjukkan bahwa inflasi yang tidak stabil akan menyulitkan keputusan masyarakat dalam melakukan konsumsi, investasi, dan produksi, yang pada akhirnya akan menurunkan pertumbuhan ekonomi.

Ketiga, tingkat inflasi domestik yang lebih tinggi dibanding dengan tingkat inflasi di negara tetangga menjadikan tingkat bunga domestik riil menjadi tidak

kompetitif sehingga dapat memberikan tekanan pada nilai rupiah

g. Dampak Sosial Dari Inflasi

Inflasi dapat menyebabkan gangguan pada stabilitas ekonomi di mana para pelaku ekonomi enggan untuk melakukan spekulasi dalam perekonomian. Di samping itu inflasi juga bisa memperburuk tingkat kesejahteraan masyarakat akibat


(1)

76

2. Untuk hipotesis variabel bebas yang berhubungan positif dengan variabel terikat dan dengan α 5% untuk uji satu arah, jika t-hitung > t-tabel, maka Ho ditolak atau Ha diterima; atau jika t-hitung≤ t-tabel Ho diterima atau Ha ditolak.

Jika Ho ditolak, berarti variabel bebas yang diuji berpengaruh nyata secara statistik terhadap variabel terikat. Jika Ho diterima berarti variabel bebas yang diuji tidak berpengaruh nyata secara statistik terhadap variabel terikat.


(2)

100

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab IV, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Penelitian ini menunjukan bahwa secara keseluruhan variabel-variabel bebas dalam penelitian ini (Capital Inflow, Capital Outflow, Nilai Tukar, Bi Rate dan Inflasi) mempunyai pengaruh positif terhadap variabel terikat yaitu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

2. Capital Inflow mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Indonesia. Hal ini sesuai dengan hipotesis yang diajukan.

3. Capital Outflow mempunyai pengaruh yang negatif terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Indonesia. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis yang diajukan.

4. Kurs Rupiah terhadap dolar AS mempunyai pengaruh yang positif dan

signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Indonesia. Hal ini t i d a k sesuai dengan hipotesis yang diajukan.


(3)

101

5. BI Rate mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Indonesia. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis yang diajukan.

6. Inflasi mempunyai pengaruh yang positif terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Indonesia. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis yang diajukan.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, maka saran yang dapat diberikan penulis sebagai berikut:

1. Variabel Capital Inflow, Nilai Tukar Rupiah dan Inflasi terbukti berpengaruh positif terhadap IHSG sehingga variabel-variabel tersebut dapat dijadikan sebagai acuan bagi investor dalam memprediksi indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI).

2. Karena variabel BI Rate dan Capital Outflow terbukti berpengaruh negatif terhadap IHSG maka, variabel BI Rate dan Capital Outflow dapat dijadikan sebagai acuan dalam memprediksi indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI).

3. Dengan masih adanya pengaruh yang tidak signifikan dalam penelitian ini, penulis menyarankan agar bisa diteliti lebih lanjut lagi pada peneliti berikutnya agar dapat hasil yang lebih baik lagi.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, P. dan P. Pakarti. 2006.Pengantar Pasar Modal. Rineka Cipta, Jakarta.

Ansari. M. I. 2004.“Sustainability of the US Current Account Deficit: An

Econometric Analysis of the Impact of Capital Inflow on Domestic Economy”. Journal of Applied Economics, Vol. VII, No. 2: 249-269.

Bank Indonesia. 2008-2013. Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia

(SEKI).Bank Indonesia, Jakarta

Bodie, Z., Kane, A., and Marcus, A. J. 2002. Essentials Investment. McGraw- Hill: New York.

Boediono. 2000.Ekonomi Moneter.Edisi 3. BPFE: Yogyakarta.

Chalimah. 1996.Pengaruh Informasi Laporan Keuangan Perusahaan yang Dipublikasikan terhadap Fluktuasi Harga (Ancangan Strategi Investasi Sahamdi Pasar Modal Indonesia). Thesis.Magister Managemen UNDIP: Semarang.

Gujarati, Damodar R. 2006. Dasar-dasar Ekonometrika. Jilid 1. Alih Bahasa Julius Mulyadi. Erlangga: Jakarta.

Hajiji H, Ajid. 2008.Pengaruh Kurs Dolar Amerika Serikat, Suku Bunga Sbi Dan Inflasi Terhadap Perubahan Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Jakarta (Periode Januari 2000Mei 2008). Institut Pertanian Bogor: Bogor. Haryanto, M.Y Dedi, Riyatno. 2007.Pengaruh Suku Bunga, Sertifikat Bank

Indonesia, dan Nilai Tukar terhadap Resiko Sistemis Saham Perusahaan di BEJ. Jurnal Keuangan dan Bisnis.

Hossain, A dan Chowdhury, A. 2001. Open-Economy Macroeconomics for Developing Countries. Edward Elgar Publishing : United


(5)

International Monetary Fund(IMF).International Financial Statistics (IFS). www.imf.org

Ishomuddin. 2010. Analisis Pengaruh variabel Makroekonomi Dalam dan Luar Negeri terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI periode 1999.1-2009.12 (Analisis Seleksi Model OLS-ARCH/GARCH). Universitas Diponegoro. Semarang.

Jogiyanto, Hartono. 2000.Teori Portofolio dan Analisis Investasi.BPFE: Yogyakarta

Krugman Paul R dan Obstfeld Maurice. 1999.Ekonomi Internasional: Teori dan Kebijakan. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Madura, Jeff. 2001. Manajement Keuangan Internasional, Edisi Keempat. Jakarta ; Erlangga

Mankiw, Gregory N. 2006.Principles of Economics, Pengantar Ekonomi Makro.Edisi Ketiga.Alih Bahasa Chriswan Sungkono. Salemba Empat: Jakarta.

Mishkin, Frederic. 2001. The Economics of Money, Banking and Financial Markets. Columbia University, America.

Mansyur, Moh. 2005. Pengaruh Indek Bursa Global terhadap Indek Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Jakarta (BEJ) Periode 2000-2002. Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran: Bandung.

Mauliano, Deddy Azhar. 2009.Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (Ihsg) Di Bursa Efek Indonesia. Universitas Gunadarma: Depok

Nopirin. 2000.Ekonomi Moneter. Buku II. Edisi ke 1. Cetakan Kesepuluh. BPFE UGM: Yogyakarta.

Nurdianti, Hastri. 2010. Analisis pengaruh IHSG, SBI, KURS, PDB, dan inflsi terhadap kinerja reksadana pendapatan tetap. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah: Jakarta.

Pasaribu, Pananda, Wilson L Tobing, Adler Haymans Manurung. 2008. Pengaruh Variabel Makro Ekonomi terhadap IHSG. Jurnal. Universitas Indonesia: Jakarta.

Pohan, Aulia. 2008.Potret Kebijakan Moneter Indonesia. Cetakan Pertama. PT.Raja Grafindo: Jakarta.


(6)

Raditya, Bayu. 2010. Analisis tingkat sertifikat bank Indonesia, inflasi, dan nilai kurs terhadap return saham LQ 45 dan dampaknya terhadap IHSG. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah: Jakarta. Salvatore, Dominick. 2008. Theory and Problem of Micro Economic

Theory,3rd Edition.Alih Bahasa oleh Rudi Sitompul. Erlangga: Jakarta. Siahaan, N. 2005.Pengaruh Foreign Direct Invesment terhadap

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Sunariyah. 2000.Pengantar pengetahuan pasar modal.UPP APM YKPN. Yogyakarta

Sukirno, Sadono. 2002.Teori Makro Ekonomi. Cetakan Keempat Belas. Rajawali Press: Jakarta.

Tandelilin, Eduadus. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Edisi Pertama. BPFE: Yogyakarta.