logis Tokoh yang dihadirkan
banyak, sehingga penggambaran tokohnya tidak
jelas dan tindakan tokohnya tidak logis
1
Penyajian watak tokoh
Pelukisan watak tokoh wajar dan nyata, dilukiskan secara
menarik sehingga tokoh mampu membawa pembaca
merasakan peristiwa yang terjadi
Pelukisan watak tokoh wajar dan nyata, tetapi kurang
dilukiskan secarra unik ddan menarik sehingga tokoh
kurang mampu membawa pembaca merasakan peristiwa
yang terjadi
Pelukisan watak tokoh tidak wajar dan nyata, tidak
dilukiskan secara unik dan menarik sehingga tokoh tidak
mempu membawa pembaca merasakan peristiwa yang
terjadi 3
2
1
3 Latar
Pendeskripsian latar
Latar yang disajikan sesuai dengan peristiwa yang sedang
terjadi dan jelas tempat, suasana, dan waktu
3
Latar yang disajikan jelas sesuai dengan tempat dan
waktunya tetapi suasana yang ditampilkan kurang
mengesankan pembaca
Latar tidak jelas tempat, waktu, dan suasana dan latar
yang disajikan tidak sesuai dengan peristiwa dalam cerita
2
1
4 Alur
Rangkaian peristiwa
Rangkaian peristiwa runtun memiliki hubungan kausal,
dan terdapat perkenalan tokoh, permasalahan, sampai
penyelesaiannya akhir cerita
Rangkaian peristiwa kurang runtun memiliki hubungan
kausal, dan terdapat perkenalan tokoh,
permasalahan, sampai penyelesaiannya akhir cerita
Rangkaian peristiwa tidak runtun dan tidak terdapat
perkenalan tokoh, permasalahan, sampai
penyelesaiannya akhir cerita 3
2
1
Permainan alur Permainan alurplot menarik,
ada ketegangan dan kejutan serta pembayangan peristiwa
yang akan terjadi 3
Permainan alurplot kurang menarik, ada ketegangan
tetapi kurang memiliki kejutan serta tidak adanya
pembayangan peristiwa yang terjadi
Permainan alurplot tidak menarik, dan tidak ada
ketegangan dan tidak memiliki kejutan serta
pembayangan peristiwa yang akan terjadi
2
1
5 Gaya
Bahasa Ketepatan dan
kesesuaian Gaya bahasa sepenuhnya tepat
dan sesuai. Tepat jika kata yang digunakan betul-betul
mendukung gagasan yang akan diungkapkan.
Sesuai jika kata yang digunakan cocok dengan
kesempatan dan keadaan pembaca
Gaya bahasa kurang tepat dan sesuai. Kurang tepat jika kata
yang digunakan kurang mendukung gagasan yang
akan diungkapkan Kurang sesuai jika kata yang
digunakan kurang cocok dengan kesempatan dan
3
2
keadaan pembaca
Gaya bahasa yang digunakan sepenuhnya tidak tepat dan
tidak sesuai. Tidak tepat jika kata yang dipergunakan tidak
mendukung gagasan yang akan diungkapkan
Tidak sesuai jika kata yang digunakan tidak cocok dengan
kesempatan dan keadaan pembaca
1
Skor Maksimal 21
3. Menghitung skor kemampuan menulis cerita pendek dengan menggunakan
rumus sebagai berikut. Rumus:
NK = Skor yang diperoleh Skor maksimal
Keterangan : NK
: Nilai Kemampuan Contoh : Herda memperoleh skor dari keseluruhan aspek yang dinilai, yaitu 16.
Untuk menghitung skor yang diperoleh Herda berdasarkan rumus penghitungan kemampuan menulis cerita pendek adalah:
NS: 16 x 100 = 76,19 dibulatkan 76 21
X 100
Dengan demikian, jika disandingkan dengan tolok ukur penilaian, kemampuan menulis cerita pendek Herda termasuk kategori baik.
4. Menjumlah skor hasil tes kemampuan menulis cerita pendek dari penskor I dan
penskor II, kemudian hasilnya dibagi dua. 5.
Menghitung rata-rata kemampuan menulis cerita pendek dengan rumus seperti di bawah ini.
X = X N
Keterangan : X
= Skor rata-rata
X
= Jumlah skor yang diperoleh seluruh siswa dalam menulis cerita pendek N
= Jumlah sampel jumlah siswa 6. Menentukan tingkat kemampuan siswa berdasarkan pada tolok ukur yang
digunakan dalam tabel berikut ini.
Tabel 4. Tolok Ukur Penilaian Kemampuan Menulis Cerita Pendek Interval Presentase Tingkat Kemampuan
Keterangan
85 - 100 Baik sekali
75 - 84 Baik
60 - 74 Cukup
40 - 59 Kurang
0 - 39 Kurang sekali
Nurgiantoro, 2001: 399 X 100
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh pada bab empat, dapat disimpulkan
bahwa kemampuan menulis cerita pendek pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Gadingrejo tahun pelajaran 20142015 tergolong kategori cukup dengan skor rata-
rata 67,75. Adapun rincian dari hasil penelitian sebagai berikut. 1
Jumlah skor rata-rata keseluruhan hasil tes kemampuan menulis cerita pendek pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Gadingrejo tahun pelajaran 20142015
yaitu, 67,75. Jika disandingkan dengan tolok ukur penilaian, tingkat kemampuan menulis cerita pendek pada siswa kelas XI SMA Negeri 1
Gadingrejo tahun pelajaran 20142015 termasuk dalam kategori cukup. 2
Skor rata-rata kemampuan menulis cerita pendek siswa kelas XI SMA Negeri 1 Gadingrejo tahun pelajaran 20142015 per indikatornya adalah sebagai berikut.
a. Indikator tema, tingkat kemampuan baik. Hal ini dapat dilihat dari skor
rata-rata kemampuan siswa dalam penyajian tema, yaitu 79,25. b.
Skor rata-rata kemampuan siswa dalam menulis cerita pendek untuk indikator tokoh, yaitu 68,96 dengan tingkat kemampuan cukup, ditinjau
dari:
Kelogisan tindakan tokoh dengan skor rata-rata 76,15, tergolong berkategori baik.
Penyajian watak tokoh dengan skor rat-rata 61,65, tergolong berkategori cukup.
c. Indikator latar, tingkat kemampuan cukup dengan skor rata-rata, yaitu
65,25. d.
Skor rata-rata kemampuan siswa dalam menulis cerita pendek untuk indikator alur, yaitu 60,35 dengan tingkat kemampuan cukup, ditinjau dari.
Rangkaian peristiwa, tergolong berkategori cukup dengan skor rata-rata 63,68.
Permainan alur, tergolong berkategori kurang dengan skor rata-rata 56,95.
e. Indikator gaya bahasa, tingkat kemampuan cukup dengan skor rata-rata
67,37.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, penulis menyampaikan beberapa saran sebagai berikut.
1. Dalam proses pembelajaran, guru sebaiknya memberikan arahan, bimbingan,
dan menyampaikan
evaluasi terhadap
pekerjaan siswa,
khususnya pembelajaran menulis cerita pendek agar dapat mengevaluasi hasil tulisan yang
telah dibuatnya, sehingga akan mendapatkan hasil yang baik. Sebaiknya guru dan siswa juga harus bekerja sama dalam proses pembelajaran agar apa yang
akan dicapai mudah terlaksana.
2. Siswa SMA Negeri 1 Gadingrejo hendaknya lebih sering berlatih menulis
cerita pendek karena hasil skor yang diperoleh secara keseluruhan masih tergolong cukup.
3. Siswa disarankan untuk lebih intensif dalam membaca cerpen karya para
penulis cerpen yang ternama dan berkualitas. Hal tersebut penting sekali karena sebagai bahan acuan dalam menulis cerita pendek.
4. Pada aspek pengembangan tokoh dan alur supaya lebih ditingkatkan agar
cerpen yang dihasilkan lebih menarik dibaca, bukan hanya daftar peristiwa. Peningkatan pengembangan karakter tokoh hendaknya dilakukan berdasarkan
fungsinya sebagai tokoh protagonis dan antagonis sehingga cerpen yang dihasilkan siswa juga lebih menarik.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Budianta, Melani dkk. 2002. Membaca Sastra Pengantar Memahami Sastra untuk Perguruan Tinggi. Depok.
Dalman. 2014. Keterampilan Menulis. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Daryanto. 2014. Pendekatan Pembelajaran Saitifik Kurikulum 2013. Yogyakarta:
Gava Media. Esten, Mursal. 1987. Kesustraan: Pengantar Teori dan Sejarah. Bandung:
Angkasa Margono. S. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Mujid, Abdul. 2014. Implementasi Kurikulum 2013 Kajian Teoritis dan Praktis. Bandung: Interes Media.
Nadeak, Wilson. 1989. Bagaimana Munulis Cerpen. Bandung: Yayasan Kalam Gadjah Mada University Press.
Nurgiantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: FPBS IKIP.
Nurgiantoro, Burhan. 1994. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. 2010. Pedoman Umum Ejaan Yang Disempurnakan
dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Bandung: Yrama Widya. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan RD. Bandung:
Alfabeta. Suyanto, Edi. 2012. Perilaku Tokoh dalam Cerpen Indonesia. Bandar Lampung:
Universitas Lampung.