Beberapa Contoh Cara Menghitung Harta Pusaka

aSuami jika istrinya yang meninggal All mempunyai anak, baik lakilaki maupun perempuan atau meninggalkan anak dari anak lakilaki, baik laki-laki maupun perempuan. bIstri, baik seorang atau lebih jika suami tidak meninggalkan anak, baik laki-laki atau perempuan dan tidak ada pula anak dari anak laki-laki cucu, baik laki-laki maupun perempuan. Jika istri lebih dari satu, cara pembagiannya seperempat dibagi sejumlah istri. 3 Ahli waris yang memperoleh 18 seperdelapan, yaitu istri jika suami meninggalkan anak, baik laki-laki atau perempuan atau anak dari anak laki-laki cucu, baik laki-laki maupun perempuan. 4Ahli waris yang memperoleh 23 dua pertiga, yaitu sebagai berikut. aDua anak perempuan atau lebih, dengan syarat apabila tidak ada anak laki-laki. Jika ada anak laki-laki, anak perempuan menjadi ahli waris asabah. bDua anak perempuan atau lebih dari anak laki-laki cucu jika tidak ada anak perempuan. cSaudara perempuan seibu sebapak lebih dari satu. dSaudara perempuan sebapak, dua orang atau lebih jika tidak ada saudara perempuan yang seibu sebapak. 5Ahli waris yang mendapat 13 sepertiga, yaitu sebagai berikut. aIbu apabila yang meninggal tidak meninggalkan anak atau cucu dari anak laki-laki, tidak pula meninggalkan dua orang saudara laki-laki maupun perempuan, baik saudara seibu sebapak atau saudara sebapak saja. bDua orang saudara atau lebih, dari saudara yang seibu, baik lelaki maupun wanita. 6Ahli waris yang mendapat 16 seperenam, yaitu sebagai berikut. aIbu apabila yang meninggal itu mempunyai anak, cucu dari anak laki- laki, dan saudara atau lebih baik saudara laki-laki atau perempuan, seibu sebapak atau sebapak saja. bBapak jika yang meninggal itu meninggalkan anak atau cucu dari anak laki-laki. cNenek jika ibu dari si mayit tidak ada. dCucu perempuan dari pihak anak laki-laki, baik sendirian atau berbilang jika bersama satu anak perempuan. Apabila anak percmpuan si mayit lebih dari satu, cucu perempuan itu tidak mendapat harta pusaka.

b.Beberapa Contoh Cara Menghitung Harta Pusaka

Apabila harta pusaka itu akan dibagikan, sebelumnya perlu dipelajari lebih dahulu antara lain: siapa saja ahli warisnya? Siapakah di antara mereka yang mendapat bagian tertentu zawil furud, asabah, mahjub, dan beberapa bagian masing-masing? Sesudah diketahui, barulah dihitung bagian masingmasing dengan cermat dan teliti. Bagian ahli waris yang tertentu itu ada enam macam, yaitu 12, 14, 18, 23, 13, dan 16. Bilangan itu adalah bilangan pecahan karena itu bila ada ahli waris yang mendapat bagian 12, sedangkan yang lain 13, harus dicari dulu KPT-nya Kelipatan Persekutuan yang Terkecil. KPT dari dua bilangan itu adalah 6. Dalam ilmu faraid, KPT itu disebut asal masalah, dan hanya terbatas pada 7 macam saja, yaitu asal masalah 2,3,4,6,8,12,dan 24. Perhatikan cara menghitung harta pusaka contoh : Soal 1 : Seseorang meninggal dunia, ahli warisnya seorang anak wanita, suami, dan bapak. Harta pusaka yang ditinggalkan senilai Rp80.000.000,00. Berapakah bagian masing-masing? Jawab : Anak wanita mendapat 12 karena tunggal. Suami mendapat 14 karena ada anak. Bapak menjadi asabah karena tidak ada laki-laki atau cucu laki-laki. Asal masalah KPT = 4. Karena 4 ini adalah angka terkecil yang dapat dibagi oleh masing-masing penyebut 2 dan 4. Perbandingannya 12:14 = 2 : 1 Jumlah bagian mereka 2 + 1 = 3 Sisa = 4 - 1 = 3 bapak selaku asabah, jumlahnya = 2 + 1 + 1 = 4 Jadi, bagian masing-masing: a.anak wanita = 24 x Rp 80.000.000,00 = Rp 40.000.000,00 b.suami = 14 x Rp 80.000.000,00 = Rp 20.000.000,00 c.bapak = 14 x Rp 80.000.000,00 = Rp 20.000.000,00 Jumlah = Rp 80.000.000,00 Soal 2 : Seseorang meninggal dunia dengan meninggalkan harta pusaka sawah seluas 24 ha. Ahli warisnya terdiri dari suami, 2 orang saudara seibu, dan ibu. Berapakah bagian masing-masing? Jawab : Suami mendapat 12 karena tidak punya anak 2 saudara seibu mendapat 13 dua orang atau lebih Ibu mendapat 16 karena ada 2 saudara seibu atau lebih Asal masalah KPT = 6 Perbandingannya 12 : 13 : 16 = 3 : 2 : 1 Jumlah bagian mereka = 3+2 +1=6 Suami = 12x6=3;36x24 ha= 12 ha 2 saudara seibu = 13x6=2;26x24 ha= = 8 ha Masing-masing saudara seibu = 8 ha 2=4 ha Ibu = 16x6=1;16x24 ha= 4 ha Jumlah = 24 ha Keterangan: Dalam ilmu faraid, menambah angka penyebut agar menjadi sama dengan pembilanganya disebut aul. Sedangkan mengurangi angka penyebut agar menjadi sama dengan pembilangannya disebut rad. Cara menghitung warisan dengan menjadikan asal masalah KPT menjadi aul atau rad dapat ditanyakan kepada guru atau dengan mempelajari ilmu faraid secara mendalam. F.PERBANDINGAN HUKUM ADAT DAN HUKUM ISLAM Adat adalah aturan yang sudah biasa dituruti atau dilakukan sejak dahulu kala. Di suatu daerah tertentu dalam menerapkan adat yang menyangkut tentang warisan, kaum laki-laki adalah yang lebih berhak mendapat harta warisan.Tetapi sebaliknya di daerah lain, perempuanlah yang lebih berhak untuk menjadi ahli waris. Oleh karena itu, adat merupakan suatu kebiasaan yang sudah berjalan sejak zaman dahulu dan berlaku secara turun-temurun. Ahli waris menurut hukum adat adalah mereka yang paling dekat dengan generasi berikutnya, yaitu mereka yang menjadi dasar dalam keluarga yang mewariskan. Mereka yang pertama-tama termasuk ahli waris adalah semua anak yang meninggal. Pembagian warisan menurut hukum adat biasanya dilakukan atas dasar kesepakatan para ahli waris. Di Indanesia, pembagian harta warisan berbeda dengan daerah lingkungan adat yang satu dengan yang lain. Sebab-sebab memusakai harta warisan antara lain : 1. Keturunan Di sini yang diutamakan adalah anak. Namun demikian, meskipun anak perempuan ahli waris utama, ketentuan anak berbeda antara daerah adat yang satu dengan daerah adat yang lain. a.Daerah yang sifat kekeluargaannya berdasarkan parental ibu bapak, maka anak menjadi Ahli waris. b.Daerah yang sifat kekeluargaannya berdasarkan matriarkat garis ibu atau patriarkat garis bapak maka anak sebagai ahli waris yang dibatasi. Contoh: Di Minangkabau anak tidak menjadi ahli waris dari bapaknya, sebab ia masuk ke dalam keluarga ibunya. Sedangkan di Tapanuli, anak tidak dapat memperoleh harta waris ibunya. Di Bali patriarkat, anak laki-laki tcrtualah yang dapat mewarisi seluruh harta warisan dengan dibebani kewajiban memelihara adik-adiknya. Di Batak sering terjadi yang sebaliknya, yaitu anak laki-laki termuda yang mewarisi seluruh harta orang tuanya. 2. Perkawinan Hukum waris bag] istri yang ditinggal mati suami atau sebaliknya berbeda antara daerah hukum adat yang satu dengan yang lain. Di Minangkabau, suami yang ditinggal mati istri tidak menerima warisan dari istrinya itu, karena ia dianggap orang asing. Tetapi, di Sumatera Selatan hubungan waris dengan orang tua dan kerabatnya sendiri terputus.

3. Adapsi Menurut hukum adat, anak angkat memperoleh harta warisan seperti