ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JEMBATAN LAYANG (FLY OVER) DALAM MENGATASI KEMACETAN DI JALAN GAJAH MADA KOTA BANDAR LAMPUNG 2014 Kota Bandar Lampung 2014

(1)

ABSTRAK

ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JEMBATAN LAYANG (FLY OVER)

DALAM MENGATASI KEMACETAN DI JALAN GAJAH MADA KOTA BANDAR LAMPUNG 2014

Oleh

AYU MIRA ASIH

Kemacetan di Kota Bandar Lampung disebabkan oleh pertambahan jumlah penduduk dan volume kendaraan yang meningkat dan tidak diimbangi dengan lebar ruas jalan. Pemerintah memiliki wewenang untuk membuat kebijakan dalam mengatasi kemacetan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan latarbelakang kebijakan pembangunan jembatan laying (fly over) di Jalan Gajah Mada Kota Bandar Lampung dan menjelaskan efektivitas kebijakan pembangunan infrastruktur fly over dalam mengatasi kemacetan di Jalan Gajah Mada Kota Bandra Lampung.

Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif. Penelitian ini menggunakan metode “purposive sampling”, yang dianggap tahu (key informan) dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data dan mengetahui masalahnya secara mendalam. Informan penelitian ini adalah Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung, Dinas


(2)

Pekerjaan Umum Kota Bandar Lampung dan Direktorat Lalu Lintas Polresta Kota Bandar Lampung.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kebijakan pembangunan jembatan laying (fly over) yang dipilih pemerintah dari beberapa pilihan alternative lainnya yaitu pelebaran jalan, perbaikan jalan, penambahan dan pembaharuan rambu lalulintas dinilai sebagai kebijakan yang paling efektif mengatasi kemacetan di Jalan Gajah Mada Kota Bandar Lampung, karena sejak adanya pembangunan jembatan laying (fly over) kemacetan yang terjadi dijam-jam sibuk dapat terurai, waktu perjalanan yang ditempuh menjadi lebih singkat, lalu lintas menjadi lebih teratur dengan baik dan sebagainya.


(3)

ABSTRACT

ANALYSIS DEVELOPMENT POLICIES FLY OVER

IN ADDRESSING CONGESTION IN STREET GAJAH MADA CITY BANDAR LAMPUNG 2014

By

AYU MIRA ASIH

Congestion in the city of Bandar Lampung is caused by population growth and increased traffic volume and not offset by the width of the road. The government has the authority to make policy in addressing the congestion. This study ainmed to escribe the background of infrastructure development policies fly over on the road Gajah Mada Bandar Lampung city ang explain the effectiveness of infrastructure development policies fly over in addressing congestion on the road Gajah Mada Bandar Lampung.

This study includes qualitative. This study used (purposive sampling) method. Which is considered out (key informants) and can be believed to be the source of the data and know his problems in depth. The informants are transportation agencies Bandar Lampung, public works agencies and directorates Bandar Lampung.

The result of this study indicate that infrastructure development policies that fly over in select government of some other alternative options it is widening additional, road improvements and updates to the traffic signs in value as the most effective policies to overcome bottlenecks in Gajah Mada street Bandar Lampung city because since his existing fly over infrastructure bottlenecks that occur in the hours can be decomposed travel time which is taken into shorter, traffic becomes more organized well and as his.


(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Karang, Bandar Lampung pada tanggal 03 November 1991. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara pasangan Bapak Herwanto dan Ibu Rusliana. Jenjang akademik penulis dimulai dengan menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) Permata Biru, Sukarame, Bandar Lampung diselesaikan tahun 1998, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Negeri1 Sukarame, Bandar Lampung pada tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 24 Bandar Lampung pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2007 dan pada tahun yang sama penulis melanjutkan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung dan selesai pada tahun 2010.

Tahun 2010, penulis terdaftar sebagai Mahasiswa S1 Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Lampung (Unila) melalui Seleksi Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) yang saat itu penulis pilih untuk melanjutkan pendidikan dan selesai ditahun 2014.


(9)

PERSEMBAHAN

Alhamdulilahirobbil ‘alamin

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat-NYA lah penulis dapat menyelesaikan karya tulis tanda cinta untuk seluruh orang

yang penulis cintai.

Bismillahirrohmanirrohim, ku persembahkan karya tulisku ini teruntuk. Kedua orang tua ku, Ayahanda Herwanto dan Ibunda Rusliana Yang selalu memberikan kasih sayang, cinta kasih, arahan, semangat, materil, perhatian, serta doa. Semoga ayah dan bunda selalu diberikan kesehatan sampai

maut memisahkan kita amin.

Mohon doakan selalu agar ayu dapat membahagiakan ayah dan bunda kelak. Kakak


(10)

MOTO

Don’t be afraid to move, because the distance of 1000 miles stars by a single step

(UNKNOWN)

Do whatever you like, be consistent, and success will come naturally

(UNKNOWN)

Tidak ada yang kebetulan di dunia ini, ALLAH telah menentukan sekenario bagi setiap hambanya. Dan saya

percaya.... (Ayu Mira Asih)


(11)

SANWACANA

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi yang berjudul “Analisis Kebijakan Pembangunan Jembatan Layang (Fly Over) dalam Mengatasi Kemacetan di Jalan Gajah Mada Kota Bandar Lampung 2014” dapat diselesaikan. Skripsi ini dibuat sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang terlibat di dalamnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, baik secara moril maupun materil. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Allah SWT atas segala yang engkau berikan kepada hamba, baik rezeki, kesehatan, kekuatan, kesabaran dan semangat yang tiada henti hingga hamba dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Drs. H. Agus Hadiawan, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik sekaligus Penguji Utama Skripsi.

3. Bapak Dr. Syarief Makhya selaku Pembimbing Utama Skripsi atas kesediaannya memberikan bimbingan, ide, gagasan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi.

4. Bapak Darmawan Purba, S.IP., M.IP selaku Pembimbing Kedua Skripsi atas kesediannya memberikan saran, dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi.


(12)

5. Bapak Drs. Denden Kurnia Drajat, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung yang telah memberikan ilmu dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Syafarudin, S.SOS selaku Pembimbing Akademik.

7. Bapak Drs. R. Sigit Krisbintoro selaku Sekertaris Jurusan Ilmu Pemerintahan yang telah memberikan masukan serta semangat dalam menyusun skripsi ini.

8. Dosen – dosen Jurusan ilmu Pemerintahan, Pak Yana Ekana, Ibu Ari Darmastuti, Pak Pitoyo Budiono, Pak Ismono Hadi, Pak Piping Setia Priangga, Pak Aman Toto,Pak Budi Harjo, Pak Suwondo, Pak Budi Kurniawan, Pak Syihabudi dan Pak Maulana Mukhlis. Terima kasih sudah memberikan ilmunya semoga Allah SWT senantiasa memberikan kesehatan kepada BapakdanIbu. Amin.

9. Orang tua yang senantiasa memanjakan, mendoakan disertai dengan kasih sayang, motivasi, dukungan moril maupun materil, dan menantikan keberhasilanku.

10.Seluruh keluarga yang senantiasa memberikan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

11.Kepada sahabatku Nurmala Sari Hakim S.Pd, Rafika Oktaviani A.Md, Nina Agustina A.Md, Fadilla Primarinda S.E, Darasati S.E, Arlista Safitri S.Pd.

12.Sahabatku Rike Prisina S.IP, Dewi Astria S.IP, Retno Mahdita Putri S.IP, Resti Agustina S.IP, Rini Wulandari S.IP, Eka Mala Sari S.IP, Edo Putra S.IP, Ahlan Pahriadi S.IP, Monicha Anggraeni S.IP.

13.Teman-teman Ilmu Pemerintahan 2010 : Ferdita Aprilia S.IP, Betty Dora Sirait S.IP, Riska Ersi Devianasari, Yurike Pratiwi, Eti nur rahmawati S.IP, Dwi Rosa Evaliani S.IP, Dinda Nindika, Reddyah RenataSuharno S.IP, Siska Fitria S,IP, Yoan Yunita S,IP, Dita Purnama S,IP, Yosita Manara S.IP, Komang S.IP, Andrialius Feaera S.IP, Herowandi, Uli Kartika Wibowo, Rangga Giri Wibowo,


(13)

Ricky Ardian S.IP, Alam Patria, Horizon, Syintia Dwi Utami, Mirzan, Ryan Maulana S.IP, Angga S.IP, Ikhwan Efrial, Ardi Yuzka, Ilham Kurniawan, Riendi, Oktia nita, Aris Gunawansyah, Dani Kurniawan, Antarizky S.IP, Aditya Darmawan, Maulana Rendra, Indra, Anugrah Robiantori, Novandra Yudha S.IP, Tano Gupala, Tiffany, Dicky Rinaldi S.IP, Ade Wardidin, Ali Wirawan, Agus Priadi, Novrico, Riski Prianggi S.IP, Tiara Anggina Putri S.IP, CakraGumelar, Iin Tajudin, Kevin, Eky, Rendra, Pangky, Prananda S.IP, Prasaputra, Jaseng S.IP, Budi Setia Aji, Ido dan lainnya.

14.Seluruh karyawan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik : Bu Rianti, Mbak Nurma, Mbak Mila, Pakde Jumadi, Pak Herman, Pak Napoleon, Pak Syamsuri. Terimakasih atas bantuannya selama ini.

15.Almamaterku tercinta, Universitas Lampung.

Penulis berdoa semoga Allah SWT dapat membalas semua kebaikan, bantuan dan doa yang telah diberikan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, 23 Desember 2014 Penulis


(14)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Rumusan masalah ... 8

C.Tujuan Penelitian ... 8

D.Manfaat Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA A.Tinjauan Kebijakan ... 10

1. Kebijakan Publik ... 12

2. Analisis Kebijakan ... 14

3. Analisis Kebijakan Publik ... 17

4. Model Analisis Kebijakan Publik ... 18

B.Tinjauan Implementasi Kebijakan ... 21

C.Tinjauan Fungsi Pemerintah ... 24

D.Tinjauan Pembangunan ... 26

E. Tinjauan Dampak ... 30

F. Tinjauan Efektifitas ... 33

G.Kerangka Pikir Penelitian ... 34

III. METODE PENELITIAN A.Tipe Penelitian ... 37

B.Fokus Penelitian ... 38

C.Lokasi Penelitian ... 39


(15)

E. Penentuan Informan ... 40

F. Teknik Pengumpulan Data ... 41

G.Teknik Pengolahan Data ... 42

H.Teknik Analisis Data ... 43

IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN A.Gambaran Umum Kota Bandar Lampung ... 45

B.Gambaran Umum Kondisi Jalan Di Kota Bandar Lampung ... 50

C.Gambaran Umum Kondisi Kemacetan Di Kota Bandar Lampung ... 52

D.Gambaran Umum Kondisi Kemacetan Di Jalan Gajah Mada Kota Bandar Lampung ... 60

E. Kebijakan Pembangunan Fly Over 1. Issu Kemacetan Kota Bandar Lampung ... 62

2. Alternatif Mengatasi Kemacetan Di Kota Bandar Lampung ... 63

3. Efektivitas Pembangunan Infrastruktur Fly Over ... 81

4. Dampak Pembangunan Infrastruktur Fly Over ... 82

V. KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 86

B.Saran ... 87 DAFTAR PUSTAKA


(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Data Kependudukan Kota Bandar Lampung ... 5

Tabel 2. Keadaan dan Panjang Jalan di Kota Bandar Lampung ... 6

Tabel 3. Jumlah Penduduk Kota Bandar Lampung per Kecamatan ... 48

Tabel 4.Data TC Mobil dan TC Bus Kota Bandar Lampung ... 59

Tabel 5.Klasifikasi Jalan Menurut Fungsi ... 63

Tabel 6. Penilaian Alternatif ... 73


(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.Kerangka Pikir Penelitian ... 36

Gambar 2.Peta Administratif Kota Bandar Lampung ... 49

Gambar 3.Lambang Kota Bandar Lampung ... 49

Gambar 4.Titik-Titik Kemacetan Kota Bandar Lampung ... 57


(18)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pemerintah adalah organisasi yang memiliki kewenangan untuk membuat kebijakan di kawasan tertentu. Kawasan tersebut adalah wilayah yang berada dibawah kekuasaan mereka. Pemerintah sebagai wadah dari aspirasi masyarakat yang sudah sewajibnya memenuhi kebutuhan masyarakat dalam memberikan kebijakan-kebijakan yang mampu mengatasi permasalahan dimasyarakat, salah satunya dibidang pembangunan infrastruktur.

Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk menyediakan fasilitas dan layanan infrastruktur yang berkualitas, baik dalam bentuk pengaturan dengan kerangka regulasi maupun kerangka investasi, melalui rehabilitasi dan peningkatan kapasitas fasilitas infrastruktur yang rusak, serta pembangunan baru. Kerangka kebijakan regulasi dan investasi diharapkan akan meningkatkan ketersediaan fasilitas dan layanan infrastruktur.

Pembangunan infrastruktur memiliki 2 (dua) sisi yaitu: tujuan pembangunan dan dampak pembangunan. Setiap kegiatan pembangunan yang dilaksanakan pasti menimbulkan dampak terhadap lingkungan, baik dampak positif maupun dampak negatif. Yang perlu diperhatikan adalah bagaimana melaksanakan


(19)

2

pembangunan untuk mendapatkan hasil dan manfaat yang maksimum dengan dampak positif terhadap lingkungan yang minimum.

Dalam pelaksanaan kebijakan, tentu dilatarbelakangi suatu situasi dan kondisi kemasyarakatan. Salah satu masalah umum saat ini adalah masalah kemacetan, kemacetan merupakan situasi atau keadaan tertentu dimana tersendatnya atau bahkan terhentinya lalu lintas yang disebabkan oleh tingginya tingkat pertumbuhan kendaraan yang melebihi dari kapasitas jalan yang ada.

Jaringan jalan memiliki fungsi yang sangat penting, yaitu sebagai prasarana untuk memindahkan transportasi orang dan barang, yang merupakan urat nadi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, sosial, budaya dan stabilitas nasional, serta upaya pemerataan dan penyebaran pembangunan. Dalam dimensi yang lebih luas, jaringan jalan mempunyai peranan yang besar dalam pengembangan suatu wilayah, baik wilayah secara nasional, provinsi, maupun kabupaten/kota sesuai dengan fungsi dari jaringan jalan tersebut. Permasalahan disektor transportasi merupakan permasalahan yang banyak terjadi diberbagai kota.

Bila disuatu wilayah perkotaan populasinya mengalami pertumbuhan yang cukup pesat, maka secara linier terjadi juga peningkatan jumlah kendaraan. Hal ini disebabkan, karena adanya pertumbuhan penduduk didaerah perkotaan yang berarti semakin meningkatnya mobilitas warga masyarakat yang berakibat pada kepemilikan kendaraan pribadi dan angkutan umum.

Di kota-kota besar di Indonesia saat ini, perbandingan antara jumlah kendaraan yang ada tidak sebanding dengan jumlah luas jalan yang ada. Hal ini sebagai


(20)

3

pemicu terjadinya kemacetan ditambah buruknya sistem angkutan umum yang ada, akibatnya masyarakat berlomba-lomba untuk menggunakan kendaraan pribadi bila berpergian. Selain angkutan umum dan angkutan pribadi, salah satu faktor penting penyebab kemacetan yang terjadi di dalam kota adalah pola pergerakan lalu lintas dan lokasi kemacetan. Saat ini, pemerintah belum mampu secara maksimal melakukan manajemen terhadap sistem transportasi di Indonesia khususnya pada Kota Bandar Lampung.

Banyak faktor yang menjadi penyebab timbulnya kemacetan di Kota Bandar Lampung yaitu:

1. Sarana dan prasarana lalu lintas masih sangat rendah serta terbatas dan ada beberapa lampu lalu lintas yang sudah tidak akurat lagi, kondisi tersebut turut menjadi penyebab meningkatnya angka kemacetan di jalan protokol kota Bandar Lampung. Sarana dan prasarana untuk menampung jumlah pergerakan masih sangat minim, terutama ketika jam-jam sibuk pada pagi dan sore hari. Tidak jarang akibat kemacetan yang panjang, sarana pejalan kaki digunakan sebagai jalan alternatif bagi kendaraan, sehingga sangat merugikan pengguna trotoar.

2. Terbatasnya jalan alternatif untuk dilalui dengan lancar dan pengguna kendaraan tidak memiliki alternatif yang banyak untuk menuju dari satu ke tempat lain. Mereka hanya tertarik untuk menggunakan Jl. Z.A Pagar Alam, Jl. Teuku Umar, Jl. Raden Intan, Jl. Kartini, Jl. Yos Sudarso, Jl. Sudirman, Jl. Ahmad Yani, Jl. Gatot Subroto, Jl. Imam Bonjol, Jl. Antasari, serta beberapa ruas jalan lainnya. Sementara ruas jalan lain tidak mereka gunakan, karena tidak efektif dan terlalu sempit,sehingga mengakibatkan jarak tempuh yang lama.

3. Hampir bersamaannya waktu beraktivitas di Kota Bandar Lampung. Masyarakat pada umumnya, memulai aktivitas pada pukul 07.00 dan pulang beraktivitas pada sore hari pukul 16.00-18.00 dari tempat aktivitas atau pekerjaan masing-masing, seperti menuju perkantoran, tempat pendidikan (sekolah dan kampus), tempat perdagangan dan sebagainya dengan menggunakan kendaraan pribadi atau umum, sehingga kemacetan lalu lintas pada jam-jam tersebut tidak dapat dihindari.


(21)

4

4. Banyaknya jumlah angkutan umum dan kendaraan pribadi yang membuat tidak seimbangnya pertambahan jumlah kendaraan dengan pertambahan prasarana jaringan jalan. Berdasarkan data yang ada, tercatat kendaraan sepeda motor mendominasi peningkatan jumlah kendaraan. Pada tahun 2005, jumlah kendaraan yang ada di Bandar Lampung sebanyak 35.219 unit. Pada tahun 2006, jumlah kendaraan motor meningkat menjadi 35.992 unit. Kemudian pada tahun 2007 sempat menurun menjadi 32.335 unit, namun melonjak pada 2008 menjadi 42.724 unit. Tahun 2009 meningkat tajam menjadi 45.152 unit dan pada tahun 2010 jumlah sepeda motor meningkat lagi menjadi 47.487 unit.

Menurut data terakhir Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung, jumlah mikrolet, bus kota dan taksi yang beroperasi pada tahun 2012 di kota Bandar Lampung adalah 2968 kendaraan, yang terdiri dari angkot 2736 unit, bus kota 122 unit, dan taksi 110 unit. Jumlah tersebut belum ditambah dengan besarnya kendaraan beroda dua, yaitu 48.252 unit dan kendaraan roda empat yang mencapai 4217 unit. Dengan demikian, proporsional angkutan menjadi tidak seimbang. Tingginya jumlah kendaraan yang beroperasi di kota Bandar Lampung, tidak sebanding dengan lebar badan jalan yang rata-rata hanya 6 meter.

5. Banyaknya Pedagang Kaki Lima (PKL) yang berjualan di trotoar sepanjangjalan protokol kota Bandar Lampung.Keberadaan para PKL dengan jumlah relatif besar di trotoar sepanjang jalanprotokol menjadi penyebab kemacetan. Trotoar yang semestinya disediakanbagi pejalan kaki menjadi beralih fungsi sebagai tempat usaha para PKL,akibatnya para pejalan kaki berjalan di bahu jalan raya tempat berlalulalangnya kendaraan.

(Sumber: Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung 2012)

Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa jumlah kendaraan mengalami peningkatan yang bagitu cepat, peningkatan kendaraan tidak diimbangi dengan peningkatan infrastruktur jalan seperti pelebaran ruas dan perbaikan jalan yang rusak. Masalah kemacetan tidak hanya berimplikasi dengan hal teknis saja, melainkan perilaku masyarakat yang lebih memilih kendaraan pribadi dibandingkan kendaraan umum sebagai sarana transportasi.

Perbandingan antara jumlah kendaraan yang ada tidak sebanding dengan jumlah luas jalan yang ada. Hal ini sebagai pemicu terjadinya kemacetan, ditambah buruknya sistem angkutan umum yang ada. Perlu kita sadari juga,


(22)

5

bahwa kemacetan dapat membuat inefisien, seperti waktu, biaya, dan tenaga yang terbuang sia-sia, maka dariitu pihak pemerintah sendiri perlu mengadakan pembenahan, khususnya untuk mengatasi kemacetan di Kota Bandar Lampung. Kota Bandar Lampung yang menjadi salah satu kota yang mengalami peningkatan kemacetan tiap tahunnya. Peningkatan kemacetan yang terjadi di Kota Bandar Lampung, diakibatkan tidak adanya transportasi publik yang baik dan memadai, serta tidak seimbangnya kebutuhan jalan dengan kepadatan penduduk.

Pertumbuhan penduduk yang tinggi, tidak menutup kemungkinan kotaBandar Lampung mengalami kemacetan fatal. Penduduk yang padat,akan menimbulkan aktivitas masyarakat yang tinggi yang berdampak terhadap timbulnya kemacetan. Berdasarkan data sensus 2010, Bandar Lampung memiliki penduduk sebanyak 881.801 jiwa, maka Bandar Lampung memiliki kepadatan penduduk 4.471 jiwa/km².

Tabel 1. Data Kependudukan Kota Bandar Lampung

No Tahun Jumlah Penduduk

1 2008 822.880 jiwa

2 2009 833.517 jiwa

3 2010 881.801 jiwa

4 2011 1.364.759 jiwa

5 2012 1.446.160 jiwa

(Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bandar Lampung, 2013)

Masalah kemacetan menjadi bagian dari beragam permasalahan kota yang saling berkaitan satu dengan lainnya. Terjadinya kemacetan lalu lintas di Kota Bandar Lampung, merupakan salah satu permasalahan penting yang harus


(23)

6

diatasi oleh pemerintah Kota Bandar Lampung, terutama terjadinya kepadatan pada jalan-jalan utama pada kawasan-kawasan pusat kota.

Kota Bandar Lampung sebagai Ibukota Provinsi Lampung secara otomatis menjadi pusat pemerintahan, pendidikan dan perekonomian, sehingga memerlukan suatu jaringan jalan dalam kota yang baik. Hasil survei Bidang Perencanaan dan Pengendalian Dinas Pekerjaan Umum Kota Bandar Lampung menunjukkan, hingga akhir 2011, hanya 206.05 km ruas jalan milik pemkot yang kondisinya baik, sisanya 526.48 km rusak ringan, 965.48 km rusak sedang, dan 16.07 km rusak berat.

Hasil survei tersebut dikutip dalam LHP BPK Nomor :58/LHP/XVIII.BLP/12/2011 tentang Belanja Infrastruktur Kota Bandar Lampung. Secara keseluruhan panjang jalan kota Bandar Lampung berjumlah 1.353.641 km terdiri dari jalan lingkungan sepanjang 453.321 km dan jalan kota sepanjang 900.32 km, dengan rincian sebagai berikut: 406.250 km dalam keadaan baik, 409.350 km dalam kondisi sedang, 45.095 km dalam kondisi rusak, dan 25.457km dalam kondisi rusak berat.

Tabel 2. Keadaan dan Panjang Jalan di Kota Bandar Lampung

Kondisi Panjang Jalan (Km)

Jalan 2010 2011 2012

Baik 404.243 km 407.750 km 406.250 km

Sedang 406.740 km 407.250 km 409.350 km

Rusak 41.414 km 41.414 km 45.095 km

Rusak Berat 25.200 km 26.100 km 25.457 km Tidak Dirinci 22.723 km 19.110 km 14.168 km

Jumlah 900.320 km 900.320 km 900.320 km


(24)

7

Menanggapi permasalahan yang terjadi di atas, pemerintah membuat kebijakan pembangunan infrastruktur untuk mengatasi kemacetan yang ada di kota Bandar Lampung. Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi dan pembangunan. Keberadaan infrastruktur yang memadai sangat diperlukan, seperti halnya infrastruktur jalan dan jembatan. Keterbatasan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan, menyebabkan melambatnya laju investasi.

Pembangunan infrastruktur ini sangat penting bagi pembangunan Kota, khususnya pembangunan fly over yang mendapat respon positif dari masyarakat. Sebelum fly over dibangun di Bandar Lampung, banyak keluhan negatif dari masyarakat tentang kemacetan yang terjadi di Kota Bandar Lampung, yang menyebabkan terganggunya aktifitas masyarakat saat berada dijalan raya dan dalam mengendarai kendaraan, baik kendaraan umum maupun kendaraan pribadi.

Seperti pada Jalan Gajah Mada yang lalu lintasnya padat, akibat pemakaian jalan dengan waktu yang bersamaan, sehingga menyebabkan kemacetan lalu lintas sering terjadi di Jalan Gajah Mada ini. Hal ini juga yang melatarbelakangi pemilihan jalan Gajah Mada sebagai lokasi penelitian.


(25)

8

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latarbelakang diatas, maka pokok permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apa latarbelakang munculnya kebijakan pembangunan infrastruktur fly over di Jalan Gajah Mada Kota Bandar Lampung?

2. Bagaimanan efektivitas kebijakan pembangunan infrastruktur fly over di Jalan Gajah Mada Kota Bandar Lampung?

C.Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang diungkapkan di atas maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan latarbelakang kebijakan pembangunan infrastruktur fly over di Jalan Gajah Mada Kota Bandar Lampung

2. Menjelaskan efektivitas kebijakan pembangunan infrastruktur fly over di Jalan Gajah Mada Kota Bandar Lampung

D.Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini merupakan salah satu kajian Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang diharapkan mampu membantu pemahaman, khususnya mengenai kebijakan pembangunan infrastruktur fly over dalam mengatasi kemacetan di Jalan Gajah Mada Kota Bandar Lampung dengan menguji efektivitas dari kebijakan


(26)

9

pembangunan infrastruktur fly over dalam mengatasi kemacetan di Jalan Gajah Mada Kota Bandar Lampung.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan kepada Pemerintah Kota Bandar Lampung, dalam upaya meningkatkan pembangunan infrastruktur.


(27)

10

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Tinjauan Kebijakan

Kebijakan pemerintah sangat terkait dengan masalah publik atau pemerintah yang ada dalam suatu negara. Anderson (Islamy, 2001: 17) menyatakan bahwa “Kebijakan sebagai serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang pelaku atau sekelompok pelaku guna memecahkan masalah tertentu”. Berdasarkan pengertian di atas, maka kebijakan merupakan sebuah tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok pelaku yang bertujuan untuk memecahkan suatu masalah tertentu.

Lebih lanjut Friedrich (Wahab, 2004: 3) menyatakan bahwa: “Kebijakan adalah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam lingkungan tententu, sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan tertentu, sambil mencari peluang-peluang untuk mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran yang diinginkan”.

Berdasarkan definisi tersebut, maka kebijakan adalah tindakan yang dilakukan berdasarkan atas usulan dari seseorang atau sekelompok orang, karena terdapat hambatan yang harus diatasi untuk dapat mencapai sesuatu tujuan tertentu, serta mencari peluang untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan.


(28)

11

Ciri penting dari pengertian kebijakan menurut Dwidjowijoto (2006:265-266). Pertama, kebijakan adalah suatu tindakan pemerintah yang mempunyai tujuan menciptakan kesejahteraan masyarakat. Kedua, kebijakan dibuat melalui tahap-tahap yang sistematis sehingga semua permasalahan yang akan dipecahkan tercakup. Ketiga, kebijakan harus dapat dilaksanakan oleh (unit) organisasi pelaksana. Keempat, kebijakan perlu di evaluasi sehingga diketahui berhasil atau tidaknya dalam menyelesaikan masalah.

Kemudian Easton (Islamy, 2001: 19) mendefinisikan, “Kebijakan sebagai pengalokasian nilai-nilai secara paksa (syah) kepada seluruh anggota masyarakat”. Berdasarkan definisi ini, Easton menegaskan bahwa hanya pemerintah saja yang secara syah dapat berbuat sesuatu kepada masyarakat dan pilihan pemerintah untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu tersebut dirupakan dalam bentuk pengalokasian nilai-nilai kepada masyarakat. Jadi, kebijakan hanya dapat dibuat oleh pemerintah yang berupa pengalokasian nilai-nilai kepada masyarakat.

Berdasarkan pemaparan tentang kebijakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan adalah serangkaian aturan yang dibuat oleh lembaga berwenang (pemerintah) untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu yang memiliki tujuan dalam bentuk pengalokasian nilai-nilai secara paksa (syah) kepada masyarakat untuk memecahkan suatu masalah tertentu. Kebijakan tersebut berlaku untuk seluruh masyarakat karena memilik sifat memaksa dan mengikat.


(29)

12

1. Kebijakan publik

Menurut Suharto (2005: 42), Kebijakan publik adalah keputusan-keputusan yang mengikat bagi orang banyak pada tataran strategis atau bersifat garis besar yang dibuat oleh pemegang otoritas publik.

Sebagai keputusan yang mengikat publik, maka kebijakan publik haruslah dibuat oleh otoritas politik, yaitu mereka yang menerima mandat dari publik atau orang banyak, umumnya melalui suatu proses pemilihan untuk bertindak atas nama rakyat banyak. Selanjutnya kebijakan publik akan dilaksanakan oleh administrasi negara yang dijalankan oleh administrasi pemerintah.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kebijakan publik sudah seharusnya dibuat berdasarkan kepentingan publik atau rakyat banyak sebagai bentuk dari pelayanan pemerintah kepada masyarakat.

Murtono dan Suyono (2006:50-51) Kebijakan publik adalah program-program atau kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah yang telah disepakati bersama untuk memenuhi tanggungjawabnya untuk melindungi hak-hak warga negara dan mencapai tujuan masyarakat. Kebijakan publik ada tiga macam, yaitu kebijakan eksraktif, distributif, regulatif.

Pada umumnya, menurut Murtono dan Suyono (2006:51) kebijakan publikmemiliki fungsi sebagai berikut.

a. Menciptakan ketertiban dalam masyarakat demi kelancaran pelaksanaan kebijakan ekstraktif dan distributif.


(30)

13

b. Menjamin hak asasi warga masyarakat dari penyalahgunaan kekuasaan yang dilakukan oleh penyelenggara pemerintahan ataupun kelompok dominan di masyarakat.

Lebih lanjut Murtono dan Suyono (2006: 51-52) mengatakan kebijakan publik harus melalui beberapa tahapan. Pertama, yaitu dari masukan isu-isu atau masalah yang berasal dari masyrakat dan berkaitan dengan kehidupan masyarakat. Pada tahap ini dilakukan identifikasi dan pemilihan masalah dalam masyarakat yang akan dibahas dan dicari jalan keluar melalui kebijakan. Kedua, perumusan kebijakan publik. Pada tahap ini masalah-masalah yang sudah diagendakan akan dicarikan pemecahan jalan keluarnya dan disahkan menjadi kebijakan. Ketiga, yaitu penerapan dan pengawasan kebijakan publik. Tahap ini sangat penting karena dengan pelaksanaan kebijakan akan menunjukan hasil.

Menurut Anderson (Nurcholis 2012: 264) kebijakan publik adalah kebijakan-kebijakan yang dikembangkan oleh badan-badan dan pejabat-pejabat pemerintah. Terdapat lima hal yang berhubungan dengan kebijakan publik. Pertama, tujuan atau kegiatan yang berorientasi tujuan haruslah menjadi perhatian utama prilaku acak atau peristiwa yang tiba-tiba terjadi. Kedua, kebijakan merupakan pola-model tindakan pejabat pemerintah mengenai keputusan-keputusan diskresinya secara terpisah. Ketiga, kebijakan harus mencakup apa yang nyata pemerintah perbuat, bukan apa yang mereka maksud untuk berbuat, atau apa yang mereka katakana akan dikerjakan. Keempat, bentuk kebijakan bisa berupa hal yang positif atau negatif. Dan kelima,


(31)

14

kebijakan publik dalam bentuknya yang positif didasarkan pada ketentuan hukum dan kewenangan.

Dye (Nurcholis 2012: 264) menjelaskan bahwa kebijakan publik adalah apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan. Selanjutnya Dye mengatakan, apabila pemerintah memiliki untuk melakukan sesuatu maka harus ada tujuan dan kebijakan negara tersebut harus meliputi semua tindakan pemerintah, bukan semata-mata pernyataan keinginan pemerintah atau pejabatnya.

2. Analisis Kebijakan

Adapun Dwidjowijoto (2006:63) mengatakan analisis kebijakan is a must bagi perumusan kebijakan, namuntidak terlalu ditekankan pada implementasi kebijakan dan lingkungan kebijakan. Pada implementasi kebijakan dan lingkungan biasanya dilakukan evaluasi. Namun, evaluasi kebijakan merupakan bagian dari analisis kebijakan yang lebih bersifat berkenaan dengan prosedur dan manfaat dari kebijakan. Meskipun analisis kebijakan lebih fokus pada perumusan, pada perinsipnya setiap analisis kebijakan menjangkau proses kebijakan sejak awal, yaitu menemukan isu kebijakan, menganalisis faktor pendukung kebijakan, implementasi kebijakan, peluang evaluasi kebijakan, dan kondisi lingkungan kebijakan.

Analisis kebijakan merupakan kegiatan pokok dalam perumusan kebijakan karena memberikan pijakan awal mengapa sebuah kebijakan harus dibuat. Dunn (Dwidjowijoto 2006: 63) mendefinisikan analisis kebijakan sebagai


(32)

15

disiplin ilmu sosial terapan yang menerapkan berbagai metode penyelidikan, dalam konteks argumentasi dan debat publik, untuk menciptakan secara kritis, menaksir, dan mengkomunikasikan pengetahuan yang relevan dengan kebijakan.

Quade (Dwidjowijoto 2006:57) mengemukakan bahwa asal muasal analisis kebijakan disebabkan oleh banyaknya kebijakan yang memuaskan. Begitu banyak kebijakan yang tidak memecahkan masalah kebijakan, bahkan menciptakan masalah baru.

Dwidjowijoto (2006: 50) analisis kebijakan adalah pemahaman mendalam akan suatu kebijakan atau pula pengkajian untuk merumuskan suatu kebijakan. Analisis kebijakan, sebagaimana didefinisikan oleh William 1971 (Dwidjowijoto 2006: 50) bertugas melakukan synthesizing information including research result to produce a format for policy (the laying out of alternative choices) and determining future needs for policy-relevantinformation. Sementara evaluasi kebijakan adalah penilaian atas hasil atau kemanfaatan suatu kebijakan. Berdasarkan pendapat ahli diatas analisis kebijakan adalah memahami bahwa analisis kebijakan mempunyai ruang yang lebih luas dibanding evaluasi kebijakan karena analisis dapat dilakukan pra dan paska kebijakan.

Sementara Dunn (Hoed, 2006: 18) Secara garis besar analisis kebijakan adalah the process of producing knowledge of and in policy process. Tujuan analisis kebijakan adalah to provide policy makers with information that could be used to exercise reasoned judgement in finding solutions for political problems.


(33)

16

Menurut Dwidjowijoto (2006: 51) analisis kebijakan mempunyai dua dimensi, yaitu dimensi keilmuan atau sains dan dimensi praktik. Analisis kebijakan dalam arti pemahaman mendalam akan suatu kebijakan merupakan sebuah dimensi keilmuan. Dalam hal ini, analisis kebijakan dilakukan untuk meneliti suatu kebijakan yang sudah dibuat dan dilaksanakan hingga ke detail bagian-bagiannya, memahami hubungan antar bagian, dan menemukan makna kebijakan dari analisis tersebut. Makna tersebut tidak semata-mata makna yang tertulis pada kebijakan, namun juga yang muncul dari pemahaman publik atas kebijakan tersebut serta bagaimana kebijakan tersebut diimplementasikan oleh birokrasi.

Lebih lanjut Dwidjowijoto (2006: 64) mengatakan meskipun analisis kebijakan lebih fokus pada perumusan, pada prinsipnya setiap analisis kebijakan pasti mencakup evaluasi kebijakan karena analisis kebijakan menjangkau proses kebijakan sejak awal, yaitu menemukan isu kebijakan, menganalisis faktor pendukung kebijakan, implementasi kebijakan, peluang evaluasi kebijakan, dan kondisi lingkungan sekitar.

Berdasarkan pendapat ahli di atas analisis kebijakan fokus dalam perumusan, karena analisis kebijakan mencakup beberapa hal seperti menemukan isu, implementasi kebijakan, peluang evaluasi, dan kondisi lingkungan sekitar. Dengan kata lain analisis kebijakan adalah rangkaian dari semua kebijakan yang telah di laksanakan.


(34)

17

3. Analisis kebijakan publik

Dunn (2000: 119-121) memberi penjelasan tentang bentuk analisis yang sangat terkait dengan sasaran yang dimaksudkan, yakni “Analisis kebijakan retrospektif”, yang berorientasi pada masalah atau problem-oriented analysis, yaitu penciptaan dan transpormasi informasi sesudah aksi kebijakan dilakukan. Fungsinya adalah upaya untuk menerangkan sebab-sebab dari pengambilan sebuah kebijakan. Dan kajian ini masuk dalam kategori fomulasi kebijakan, yang mencoba menjawab pertanyaan mengapa suatu kebijakan diambil oleh pemerintah.

Menurut Abidin (2012: 136) menyatakan bahwa menganalisis strategi-strategi alternatif yang diidentifikasikan itu diuji ketepatannya, dapat jadi suatu strategi mempunyai nilai lebih menurut kriteria yang satu, tetapi nilai kurang menurut kriteria yang lain. Beberapa criteria yang biasa dipakai dalam mengukur ketepatan suatu strategi kebijakan publik adalah:

a. Kelayakan politik (political feasibility) b. Kelayakan ekonomi (economic feasibility) c. Kelayakan efektivitas (effectiveness feasibility)

d. Kelayakan-kelayakan lain sesuai dengan kriteria apa yang dibuat secara khusus.

Menurut Liddle (2000: 217) analisis kebijakan publik atas dasar “ salah-benar” adalah tak ubahnya pemaksaan satu model cetak-biru kebijakan publik (dan implementasinya) untuk suatu diskusi yang mestinya cerdas. Pendekatan salah-benar mengabaikan dinamika pembuatan kebijakan dari waktu ke waktu dan mengasumsikan arah kebijakan yang seragam dalam konteks bernegara yang jelas tidak pernah bebas dari politik.


(35)

18

Badjuri dan Yuwono (2002: 66) mengemukakan lima argumen tentang artipenting analisis kebijakan publik, yakni:

1. Dengan analisis kebijakan maka pertimbangan yang scientifik,rasional dan obyektif diharapkan dijadikan dasar bagi semua pembuatan kebijakan publik. Ini artinya bahwa kebijakan publikdibuat berdasarkan pertimbangan ilmiah yang rasional dan obyektif.

2. Analisis kebijakan publik yang baik dan komprehensifmemungkinkan sebuah kebijakan didesain secara sempurna dalam rangka merealisasikan tujuan berbangsa dan bernegara yaitumewujudkan kesejahteraan umum (public welfare).

3. Analisis kebijakan menjadi sangat penting oleh karena persoalanbersifat multidimensional, saling terkait (interdependent) danberkorelasi satu dengan lainnya.

4. Analisis kebijakan memungkinkan tersedianya panduan yangkomprehensif bagi pelaksanaan dan evaluasi kebijakan. Hal inidisebabkan analisis kebijakan juga mencakup dua hal pokok yaituhal-hal yang bersifat substansial saat ini dan hal-hal strategik yang mungkin akan terjadi ada masa yang akan datang.

5. Analisis kebijakan memberikan peluang yang lebih besar untuk meningkatkan partisipasi publik. Hal ini dikarenakan dalam metode analisis kebijakan mesti melibatkan aspirasi masyarakat.

Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan analisis kebijakan akan sangat membantu menghindari suatu kebijakan yang hanya memakai pertimbangan sempit semata atau pertimbangan kekuasaan semata. Hal ini dikarenakan dalam metode analisis kebijakan harus melibatkan aspirasi masyarakat.

4. Model Analisis Kebijakan Publik

Menurut Dunn (2003: 232) model kebijakan diartikan sebagai representasi sederhana mengenai aspek-aspek yang terpilih dari suatu kondisi masalah yang disusun untuk tujuan-tujuan tertentu. Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat


(36)

19

disimpulkan bahwa model kebijakan adalah suatu rencana yang telah dipilih untuk menyelesaikan tujuan yang telah direncanakan sebelumnya.

Model Rational-Comprehensive menurut Santoso (2010: 19) mendefinisikan proses kebijakan sebagai proses yang sepenuhnya rasional. Segala keputusan diambil berdasarkan informasi yang lengkap dan perhitungan yang komprehensif. Model rational-comprehensive dalam kebijakan publik dipandang sebagai pencapaian tujuan secara efisien harus menempatkan pengambilan keputusan dalam posisi strategis, sebagai pusat perhatian utamanya. Pembuatan keputusan yang rasional (rational decision-maker) harus memilih alternatif yang dirasanya paling tepat guna mencapai hasil akhir (outcome) yang diinginkan. Dengan demikian pembuatan keputusan yang rasional pada hakikatnya mencakup pemilihan alternatif terbaik yang akan memaksimalkan tingkat kepuasan nilai-nilai pembuatan keputusan.

Menurut Dunn (2003: 234-241) tipe-tipe model kebijakan antara lain adalah sebagai berikut:

1. Model Deskriptif (Descriptive Model)

Model yang disusun untuk tujuan menjelaskan atau memprediksikan konsekuensi-konsekuensi dari pilihan-pilihan kebijakan.

2. Model Normatif (Normative Model)

Model yang dirumuskan untuk maksud mengoptimalkan pencapaian utilitas (nilai).

3. Model Verbal (Verbal Model)

Sebuah model yang diekspresikan dalam bahasa sehari-hari ketimbang logika simbolis dan matematika simbolis: sama atau ekuivalen dengan masalah substantive.

4. Model Simbolis (Symbolic Model)

Sebuah model yang diekspresikan dalam bahasa logika atau matematika simbolis: sama atau ekuivalen dengan masalah formal.

5. Model Prosedural (Procedural Model)

Model yang diekspresikan dalam bentuk prosedur-prosedur elementer yang diciptakan untuk menampilkan hubungan yang dinamis.


(37)

20

6. Model Sebagai Pengganti dan Perspektif

Model kebijakan, lepas dari tujuan atau bentuk ekspesinya, dapat dipandang sebagai pengganti dari masalah-masalah substantif. Sebaliknya, model perspektif (perspective models) dipandang sebagai satu dari cara banyak lain yang dapat digunakan untuk merumuskan masalah substantif.

Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa model analisis kebijakan publik mempunyai enam model di dalamnya seperti model deskriftif, model normatif, model verbal, model simbolis, prosedural, model sebagai pengganti dan perspektif. Model-model tersebut masing-masing berupaya untuk merumuskan pengambilan keputusan dari suatu masalah atau permasalahan untuk tujuan tertentu.

Allison dan Zellinek (Dwidjowijoto, 2006: 51-52) mengembangkan tiga model analisis kebijakan, yaitu:

1. Rational Actor Model (RAM)

Menganggap bahwa organisasi negara berperilaku seperti individu yang rasional.Pemerintah sebagai satu kesatuan yang utuh mengambil keputusan setelah informasi yang tersedia dibahas secara mendetail, termasuk semua konsekuensi serta risiko yang mungkin diakibatkan oleh keputusan itu.

2. Organizational Bahavior Model (OBM)

Menekankan pada proses pengambilan keputusan organisasional yang berlangsung secara wajar. Di dalam proses itu elemen-elemen penting dalam keputusan strategis ikut dipertimbangkan sehingga keputusan yang di ambil dapat dipertanggungjawabkan menurut aturan organisasi kepada rakyat.

3. Government Politics Model (GPM)

Memahami bahwa keputusan merupakan resultan politik, yaitu hasil dari permainan politik, bahwa keputusan dibuat dari proses negoisasi dan kompromi dari konflik kepentingan yang terjadi di antara aktor-aktor politik.

Berdasarkan pendapat ahli di atas model analisis kebijakan publik adalah pemerintah adalah yang mengambil keputusan dan keputusan yang telah


(38)

21

diambil oleh pemerintah yang harus dipertanggungjawabkan karena keputusan tersebut telah melalui proses negoisasi dan kompromi dari konflik kepentingan yang terjadi di antara aktor-aktor politik.

B.Tinjauan Implementasi Kebijakan

Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kesuksesan implementasi kebijakan. Baik itu bersifat internal maupun eksternal. Howlett dan Ramesh ( 1995:154-155) dalam Badjuri & Yuwono (2000:114-115) dipengaruhi oleh :

a. Pangkal tolak permasalahan, jika pangkal permasalahan tidak jelas, maka implementasi kebijakan publik akan berjalan dengan lancar. Artinya dengan mengenali apakah pangkal tolak itu berdomain sosial, politik, ekonomi, ataupun kebudayaan akan lebih memudahkan implementer kebijakan dalam melaksanakan kebijakan publik tersebut.

b. Tingkat keakutan masalah yang dihadapi pemerintah: semakin akut persoalan yang dihadapi sebuah kebijakan publik maka akan membutuhkan waktu penyelesaian dalam implementasi kebijakan semakin lama dan pengorbanan sumberdayanya. Baik material maupun immaterial tentu akan semakin banyak.

c. Ukuran kelompok yang ditargetkan semakin kecil targeted groups yang dituju dari sebuah kebijakan publik, tentunya akan semakin mudah dikelola ketimbang kelompok target yang besar dan mempunyai ruang lingkup yang luas.

d. Dampak perilaku yang diharapkan; jika dampak yang diinginkan semata-mata kuantitatif (ekonomis), maka akan lebih mudah menanganinya ketimbang jika dampak yang dinginkan merupakan perilaku seperti tingkat ketaqwaan seseorang, pengalaman dan penghayatan tentang nasionalisme, pembangunan watak bangsa dan seterusnya, selain berdimensi kualitatif, dampak perilaku semacam ini membutuhkan waktu yang tidak pendek. Implementasi kebijakan publik harus dilakukan dalam konteks organisasi yang menyeluruh dengan tujuan dan target yang jelas, prioritas yang jelas serta sumberdaya pendukung yang jelas pula, jika ketiga hal ini tidak diperhatikan dengan baik, jangan terlalu banyak berharap kesuksesan implementasi sebuah kebijakan publik.


(39)

22

Walaupun tidak banyak studi tentang bagaiman mendesain kesuksesan kebijakan, ada beberapa literatur yang menjelaskan beberapa pelajaran yang dapat dipetik untuk kesuksesan implementasi kebijakan menurut Brigman & Davis 2000, Fenna 1998 dan Turner & Hulme 1997. (Badjuri & Yuwono 2002:116-117), seperti :

a. Jika sebuah kebijakan publik didesain tidak didasarkan pada kerangka dan acuan teori yang kuat dan jelas, maka implementasinya akan terganggu, karena konteks persoalannya tidak didesain secara baik serta bagaimana mekanisme bekerjanya tidak dipersiapkan secara matang.

b. Antara Kebijakan dan implementasi harus disusun suatu korelasi yang jelas sehingga konsekuensi yang diinginkanpun jelas pula. Semakin kompleks kesinambungan kebijakan dengan implementasi, maka akan semakin komplek persoalan dan beban yang akan dihadapi dilapangan, dimana bisa saja implementasi kebijakan publik tersebut akan gagal. c. Implementasi kebijakan publik akan gagal jika terlalu banyak lembaga

yang bermain. Itu artinya mesti disusun sebuah organisasi koordinator yang berfungsi mengkoordinasikan dan juga mengelola bagaimana agar proses implementasi kebijakan dapat berjalan dengan baik.

d. Sosialisasi kebijakan kepada mereka yang akan melaksanakan kebijakan sangatlah penting karena hal ini sangat mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan. Pelaksanaan kebijakan pada tingkat yang paling bawah (steel level bureaucracy) harus diberikan informasi yang menyeluruh dan utuh mengenai kebijakan publik yang akan diambil. e. Evaluasi kebijakan secara terus menerus (monitoring) terhadap sebuah

kebijakan sangatlah krusial karena sebuah kebijakan akan berevolusi secara baik dan efisien, jika ada evaluasi yang terus menerus dan berkesinambungan. Banyak bukti menunjukkan bahwa kebijakan publik yang ambisius akan gagal, jika evaluasinya dilakukan setelah beberapa tahun implementasinya.

f. Untuk berhasil dengan baik, pembuat kebijakan publik harus menaruh perhatian yang sama terhadap implementasi dan perumusan kebijakan. Implementasi tidak bisa dipisahkan dari kebijakan. Sesuatu tidak akan jelas gunanya, jika tidak dijelaskan bagaimana cara melakukannya. Ini artinya bagaimana cara melaksanakannya merupakan fokus pokok dan faktor yang mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan.

Ada beberapa kondisi yang mempengaruhi kesuksesan sebuah implementasi kebijakan publik Turner & Hulme 1997; Brigman & Davis 2000 (Badjuri & Yuwono 2002:117-119), yaitu :


(40)

23

a. Ada tidaknya keterbatasan-keterbatasan eksternal yang parah. Maksudnya jika terdapat penolakan yang besar dari kalangan eksternal organisasi publik, maka jelas implementasi kebijakan akan gagal. Oleh karenanya diperlukan sebuah upaya konstuktip sedemikian rupa sehingga konstrain eksternal ini dapat diminimalisir semaksimal mungkin.

b. Ketersediaan waktu dan sumberdaya yang cukup. Jika implementasi kebijakan tidak didukung dengan waktu dan sumberdaya yang cukup (seperti sumber daya uang dan sumber daya manusia), maka jagan terlalu banyak berharap implementasi kebijakan akan berhasil dengan sukses. c. Adanya dukungan berbagai kombinasi sumberdaya yang cukup dalam

setiap tahapan implementasi kebijakan. Ini artinya kontinuitas dukungan sumberdaya dalam setiap tahapan implementasi kebijakan harus dipersiapkan secara baik dan matang.

d. Analisis kausalitas akan banyak mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan. Ini penting karena kadang-kadang terdapat kesulitan yang nyata tentang berfikir kausalitas dalam semua persoalan kebijakan publik.

e. Perlunya sebuah lembaga koordinator, yang diperlukan untuk lebih dominan mengelola tahapan-tahapan implementasi kebijakan. Kalau tidak ada lembaga koordinator yang jelas, maka dengan sendiri tidak ada mekanisme akuntabilitas dan kontinuitas yang berkesinambungan dari sebuah implementasi kebijakan publik.

f. Dalam tahapan awal implementasi, harus ada kejelasan dan kesepakatan mengenai tujuan dan sasaran apakah yang akan dituju. Ini penting agar terjadi kejelasan dan kesatupaduan gerak dan langkah dari masing-masing lembaga yang terlibat.

g. Adanya pembagian kerja yang jelas dari setiap tahapan implementasi sehingga menghasilkan kejelasan hak dan tanggung jawab dari masing-masing lembaga pelaksana tersebut.

h. Sebagaimana disampaikan, koordinasi, komunikasi, dan kerjasama yang baik antar lembaga pelaksana kebijakan itu akan mempengaruhi kebijakan implementasi.

i. Kepatuhan terhadap kesepakatan dan tujuan yang telah ditetapkan dalam koordinasi implementasi tersebut, berpengaruh positif terhadap kesuksesan implementasi kebijakan. Ini berkaitan dengan konsistensi dan komitmen antara apa yang ditulis dengan apa yang dilaksanakan dalam tahapan implementasi itu.

C.Tinjauan Fungsi Pemerintahan

Budiarjo (2000: 46) mengatakan, bahwa fungsi pemerintahan secara minimum adalah:

1. Melaksanakan penertiban ( law and order )


(41)

24

3. Menegakkan keadilan

Ndraha (2003: 73) menyatakan, bahwa “Pemerintahan adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh sebuah lembaga”. Berdasarkan pengertian tersebut, maka pemerintah merupakan sebuah lembaga atau badan yang melakukan sesuatu, karena kekuasaan yang dimilikinya dan dan mempunyai kekuasaan dalam mengatur pemerintahan yang menyangkut dalam kepentingan negara dan masyarakat.

Menurut Ndraha (2003: 75), fungsi pemerintah dibagi tiga hakiki, yaitu: 1. Pelayanan

2. Pemberdayaan 3. Pembangunan

Lebih lanjut Ndraha (2003: 76), ada dua macam fungsi pemerintah, yaitu: 1. Fungsi primer

Fungsi yang terus menerus berjalan dan berhubungan positif dengan kondisi pihak yang diperintah. Artinya, fungsi primer tidak pernah berkurang dengan meningkatnya kondisi ekonomi, politik, dan sosial masyarakat: semakin meningkat kondisi yang diperintah, semakin meningkat fungsi primer pemerintah.Pemerintah berfungsi primer sebagai provider jasa-publik yang tidak diprivatisasikan dan layanan-sipil termasuk layanan-birokrasi. Kedua jenis fungsi itu disingkat sebagai fungsi pelayanan (serving). Fungsi pelayanan ini bersifat universal, dijalankan oleh semua bangsa dan negara di seluruh dunia, baik negara


(42)

25

maju maupun yang sedang berkembang, sesuai dengan kondisi masing-masing.

2. Fungsi sekunder

Pemerintah adalah fungsi yang berhubungan negatif dengan kondisi ekonomi, politik dan sosial yang diperintah, dalam arti, semakin tinggi taraf hidup, semakin kuat bargaining position, dan semakin integratif masyarakat yang diperintah, semakin berkurang fungsi sekunder pemerintah. Fungsi pemerintah berubah dari rowing ke steering.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan fungsi pemerintah adalah pelayanan publik yang diberikan kepada masyarakat oleh pemerintah itu sendiri untuk membuat suatu perubahan untuk masyarakat ksusunya di bidang ekonomi, politik, dan sosial.

Pramono (2008: 202-203) berpendapat, fungsi pemerintah adalah mensejahterakan masyarakat dengan menggunakan sumber daya seefisien mungkin. Hasil produksi pemerintah sebagian besar, berupa barang dan jasa untuk kepentingan umum (public goods and service). Barang dan jasa seperti ini tidak dijual. Misalnya jalan raya, jembatan, berbagai fasilitas umum, fasilitas sosial, keamanan dan sebagainya.

D.Tinjauan Pembangunan

Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung terus menerus yang bertujuan meningkatkan taraf hidup setiap anggota masyarakat. Pembangunan diartikan sebagai pertumbuhan,


(43)

26

perkembangan, demokrasi, perubahan, produktivitas, industrilisasi atau modernisasi.

Pembangunan menurut Soekanto (2006: 382), disamping memiliki tujuan-tujuan yang diinginkan tidak mustahil pembangunan mengakibatkan terjadinya dampak pada subsistem kemasyarakatan. Dampak tersebut akan timbul apabila terjadi gejala-gejala, antara lain :

a. Perubahan yang cepat

b. Perubahan sosial, ekonomi, politik yang simultan

c. Pencarian faktor kesalahan karena ketidakmampuan membawa perubahan ekonomi yang cepat

Rogers (Nasution, 2004: 28) menyatakan, bahwa pembangunan adalah suatu proses perubahan sosial dengan partisipasi yang luas dalam suatu masyarakat, yang dimaksudkan untuk kemajuan sosial dan material (termasuk bertambah besarnya keadilan, kebebasan dan kualitas lainnya yang dihargai) untuk mayoritas rakyat melalui kontrol yang lebih besar yang mereka peroleh terhadap lingkungan mereka.

Berdasarkan pendapat di atas, maka pembangunan merupakan suatu proses perubahan menuju masyarakat yang lebih baik dari segi sosial maupun material. Pembangunan berjalan tanpa henti, dimana kehidupan dahulu yang kurang baik diganti dengan kehidupan yang lebih baik.

Menurut Siagian (2005: 4), Pembangunan merupakan suatu proses sedikitnya terdapat 7 ide pokok pembangunan, yaitu:


(44)

27

a. Pembangunan merupakan rangkaian kegiatan yang berlangsung secara berkelanjutan dan terdiri dari tahap-tahap yang disutu pihak bersifat independent, akan tetapi dipihak lain merupakan bagian dari sesuatu yang bersifat tanpa akhir.

b. Pembangunan merupakan upaya yang secara sadar ditetapkan sebagai sesuatu untuk dilaksankan.

c. Pembangunan dilakukan secara terencana baik dalam arti jangka panjang, jangka sedang, dan jangka pendek.

d. Perencana pembangunan mengandung makna pertumbuhan dan perubahan.

e. Pembangunan mengarah kepada modernitas.

f. Modernitas yang ingin dicapai melalui kegiatan pembangunan perdefinisi bersifat multidimensional.

g. Semua hal yang disinggung diatas ditujukan kepada usaha pembinaan bangsa, sehingga negara bangsa yang bersangkutan semakin kukuh pondasinya dan semakin mantap keberadaannya, sehingga menjadi negara bangsa yang sejajar dengan bangsa-bangsa lain didunia,karena mampu menciptakan situasi yang membuatnya berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah dengan negara bangsa lain tersebut.

Sesuai pendapat ahli di atas, pembangunan adalah serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk membangun dan memberi perubahan bagi masyarakat, karena suatu pembangunan menimbulkan dampak perubahan jangka panjang, sedang, dan jangka pendek bagi kehidupan masyarakat. Berdasarkan hal tersebut kebijakan yang telah ditetapkan pemerintah harus dijalankan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah dengan memiliki sinergi yang sama dalam melaksanakan program-program yang ada dalam rangka memajukan pembangunan tidak hanya dipusat tetapi juga didaerah.

Sedangkan Siagian (2005: 4) menyatakan, “Pembangunan adalah rangakain usaha mewujudkan pertumbuhan dan perubahan secara terencana dan sadar yang ditempuh oleh suatu negara bangsa menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa”. Berdasarkan pengertian diatas, maka pembangunan adalah


(45)

28

suatu usaha untuk mencapai perubahan secara terencana yang dilakukan oleh suatu negara dalam rangka pembinaan bangsa.

Nogroho dan Dahuri (2004:9) menyatakan, bahwa “Pembangunan adalah suatu upaya terkoordinasi untuk menciptakan alternatif yang lebih banyak secara syah kepada setiap warga negara untuk memenuhi dan mencapai aspirasinya yang paling manusia”. Berdasarkan pengertian di atas maka pembangunan merupakan sebuah upaya untuk menciptakan suatu alternatif yang syah bagi warga negara untuk dapat memenuhi aspirasinya sehingga aspirasi dari masyarakat tersebut dapat terwujud.

Sumodiningrat & Nugroho (2005: 201), Salah satu tugas pemerintah dalam pembangunan adalah “Menyediakan prasarana atau infrastruktur yang keras, seperti jembatan, irigasi, jalan raya, waduk-waduk, bendungan-bendungan dan sejenisnya, yang sering disebut sebagai public goods atau barang-barang dan jasa publik”.

Rai (2008: 5) mengatakan, barang publik (public goods) adalah barang dan jasa yang diadakan oleh sektor publik (pemerintah) untuk keperluan masyarakat. Barang dan jasa tersebut harus disediakan oleh negara atau adanya kegagalan mekanisme pasar (market failure), sehingga sektor privat tidak mau dan tidak mampu memproduksi barang publik tersebut.

Lebih Lanjut Rai (2008: 5) menyatakan, bahwa terdapat dua sifat utama barang publik, yaitu nonexcludability dan nonrivalness in consumption berarti bahwa barang tersebut dapat dinikmati oleh semua orang tanpa mengorbankan kenikmatan orang lain. Sedangkan nonrivalness in consumption berarti, bahwa


(46)

29

dalam menggunakan barang tersebut orang tidak perlu bersaing untuk mendapatkannya.

Sedangkan Hidayat (2007:23) menyatakan, objek yang diatur dalam administrasi publik dalam target utama pembangunan adalah barang publik (public goods), seperti minyak, air, hutan, maupun public utilities, seperti jalan, jembatan, serta sarana dan prasarana lainnya.

Sementara Savas (Abidin, 2006:245) menyebutkan, barang publik (public goods) itu sebagaibarang bersama (Collective goods) barang-barang ini tidak dapat dipisahkan antara yang membayar dengan yang tidak, dan dikonsumsikan tidak secara individu, tetapi secara bersama. Contoh: penerangan jalan dan keamanan. Karena sifatnya yang demikian, barang ini harus diproduksi dan didistribusikan oleh pemerintah.

Berdasarkan seluruh pendapat ahli di atas, Barang publik (public goods) adalah barang yang dapat dinikmati oleh semua orang. Barang publik tidak dapat dibatasi siapa penggunanya dan sebisa mungkin tidak perlu mengeluarkan biaya untuk dapat menggunakan barang publik tersebut. Barang publik adalah barang yang apabila dikonsumsi oleh individu tertentu tidak akan mengurangi konsumsi orang lain akan barang tersebut.

E.Tinjauan Dampak

Pandangan mengenai dampak dalam arti umum adalah suatu perubahan yang terjadi dari suatu aktifitas. (Soemarwoto, 1992: 45). Dalam kebijakan


(47)

30

pemerintah, pandangan mengenai dampak kebijakan-kebijakannya. ( Islamy, 2001:115 ) menurut Islamy dampak kebijakan dapat dibagi menjadi:

a. Dampak kebijakan yang diharapkan dan b. Dampak kebijakan yang tidak diharapkan

Menurut Azis (2010: 53) Eksternalitas dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu eksternalitas positif dan eksternalitas negatif.

1. Eksternalitas positif terjadi ketika kegiatan satu pihak memiliki dampak positif terhadap pihak lain.

2. Eksternalitas negatif terjadi ketika tindakan yang dilakukan satu pihak berdampak negatif terhadap pihak ketiga atau pihak yang tidak terlibat dalam transaksi

Selanjutnya Suryadiningrat (1989: 108) menyebutkan bahwa kebijakan pemerintah selalu ada evaluasi, dan yang banyak mengevaluasi kebijakan pemerintah adalah objek kebijakan, dalam hal ini adalah masyarakat. Sedangkan pengertian dari evaluasi kebijakan pemerintah menurutnya merupakan penilaianakibat dari impact kebijakan terhadap publik dengan mengadakan perbandingan antara hasil, output, outcome dan produk kebijakan bilamana hasil tersebut sesuai dengan standar. Maka kebijakan dapat dikatakan sukses.

Adapun menurut Anderson dalam buku Islamy ( 2001:115 ) dampak kebijakan pemerintah dapat dilihat dari beberapa dimensi, yaitu:

1. Dampak kebijakan yang diharapkan (intended consequens) atau dampak yang tidak diharapkan (unintended consequens) baik pada problemnya


(48)

31

maupun pada masyarakat. Sasaran itu ditujukan kepada siapa?, dan ini perlu ditentukan terlebih dahulu.

2. Limbah kebijakan terhadap situasi atau orang-orang (kelompok) yang bukan menjadi sasaran/tujuan utama dari kebijakan tersebut, ini biasanya disebut “externalities” atau “spillover effects”. Limbah kebijakan ini bisa positif atau bisa pula negatif.

3. Dampak kebijaksaan dapat terjadi atau berpengaruh pada kondisi sekarang atau kondisi yang akan datang.

4. Dampak kebijaksanaan terhadap “biaya” langsung atau direct costs. Merupakan menghitung biaya dari setiap program kebijakan pemerintah (economic costs) relative lebih mudah dari pada menghitung biaya-biaya lain yang bersifat kualitatif (social costs).

Soemarwoto ( 1992: 43 ) menyatakan bahwa “ Dampak adalah suatu perubahan yang terjadi akibat suatu aktifitas. Aktifitas tersebut dapat bersifat alamiah, baik kimia, fisik, maupun biologi dan aktifitas dapat pula dilakukan oleh manusia”. Pada konteks ini dampak dilakukan karena adanya aktivitas manusia dalam pembangunan. Berdasarkan pengertian tersebut maka dampak merupakan suatu perubahan yang dilakukan oleh manusia yang dapat bersifat alamiah, baik kimia, fisik, maupun biologi. Artinya bahwa perubahan yang terjadi adalah dari aktivitas manusia.

Selanjutnya Brown ( Wahab, 2004:106 ) menyatakan bahwa seseorang yang tidak sepakat terhadap suatu dampak dipersepsikan akan:

1. Memandang dampak tersebut sebagai suatau yang tidak sejalan dengan tujuan undang-undang yang sebenarnya.

2. Memandang undang-undang itu sebagai suatu yang sebenrnya.

3. Mempertanyakan kebenaran (validitas) data yang menyangkut dampak tersebut.


(49)

32

Dimensi dampak kebijakan menurut Anderson ( Islamy, 2003: 115 ) adalah sebagai berikut:

1. Dampak kebijaksanaan diharapkan baik pada problemnya maupun pada masyarakat. Sasaran kebijakan itu terutama ditujukan kepada siapa dan hal ini perlu ditentukan terlebih dahulu.

2. Limbah kebijksanaan terhadap situasi atau orang-orang (kelompok) yang bukan menjadi sasaran/tujuan utama dari kebijaksanaan tersebut. Ini disebut “eksternalities”atau “spillover effects”. Limbah kebijaksanaan ini dapat positif atau negatif.

3. Dampak kebijaknasaan dapat terjadi atau berpengaruh pada kondisi sekarang atau kondisi yang akan datang.

Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kebijakan atau kebijaksanaan yang telah dilaksanakan dalam bentuk apapun pasti memiliki dampak positif dan negatif yang terjadi baik sesudah dilaksanakannya kebijakan tersebut atau pun dimasa yang akan datang. Pendapat ahli ini akan dijadikan fokus utama yang digunakan dalam analisis penelitian.

Dampak menurut Hosio ( 2007:57 ) adalah “perubahan nyata pada tingkah laku atau sikap yang dihasilkan oleh keluaran kebijakan”. Berdasarkan pengertian dampak tersebut dapat dikatakan bahwa dampak merupakan sebuah perubahan nyata akibat keluaran kebijakan berupa sikap atau tingkah laku dari masyarakat.

Sedangkan menurut Islamy ( 2001:115 ). “Dampak kebijakan adalah akibat -akibat dan konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkan dengan dilaksanakannya kebijakan-kebijakan”. Berdasarkan pengertian diatas maka dampak merupakan suatu akibat dari suatu kebijakan yang dilaksanakan disuatu tempat yang merupakan sebuah konsekuensi dari dijalankannya sebuah kebijakan.


(50)

33

Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa dampak adalah suatu perubahan yang terjadi sebagai akibat atau hubungan dari suatu aktifitas atau tindakan yang dilakukan sebelumnya yang merupakan suatu frekuensi dari suatu kebijakan tersebut. Jadi, sebenarnya dampak akan terjadi jika terdapat suatu perubahan yang berasal dari tindakan aktifitas yang telah dilakukan terhadap sebelum dilakukannya aktifitas atau tindakan.

Terkait dengan masalah penelitian ini maka dampak adalah suatu perubahan dari adanya pembangunan infrastruktur. Melihat adanya dampak dapat dilakukan dengan membandingkan keadaan sebelum dan sesudah terjadi pembangunan. Analisis dampak pembangunan pasar pada penelitian adalah tentang perbedaan antara kondisi sebelum adanya pembangunan setelah adanya pembangunan Infrastruktur. Berkaitan dengan hal ini yang ditekankan adalah adanya pengaruh kuat yang mendatangkan akibat sebelum dan sesudah dari adanya pembangunan infrastruktur terhadap teratasinya kemacetan yang menjadi suatu permasalahan.

F. Tinjauan Efektivitas

Pada dasarnya efektivitas menunjukan tingkat keberhasilan dalam pencapaian suatu tujuan. Winarno (1977: 38) menyatakan bahwa efektivitas adalah keadaan yang menunjukan sejauhmana apa yang telah direncanakan atau diinginkan dapat terlaksana atau tercapai.

Sedangkan Soewarno (1971: 38) menyatakan bahwa efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan


(51)

34

sebelumnya. Efektivitas juga berupa pengukuran dalam arti tercapainya tujuan atau sasaran sebelumnya. Efektivitas merupakan suatu tujuan terhadap sasaran yang benar-benar ingin dicapai dengan kata lain merupakan keberhasilan dari rencana yang ditetapkan.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, dapat diambil kesimpulan, bahwa efektivitas adalah kemampuan memenuhi tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Dengan melihat dari realita yang terjadi, dapat dinilai sesuatu itu efektif atau tidak.

G.Kerangka Pikir Penelitian

Saat ini Indonesia sedang mengupayakan pembangunan kearah yang lebih maju. Berbagai program disiapkan untuk mendukung tujuan pembangunan yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

Salah satu cara yang dilakukan pemerintah dalam mengupayakan pembangunan kearah yang lebih maju adalah dengan menciptakan kebijakan pembangunan khususnya dibidang infrastruktur, karena dengan adanya pembangunan infrastruktur yang baik permasalahan yang sering terjadi yaitu kemacetan dapat diatasi dengan membangun sarana sepeti fly over atau dengan perbaikan dan pelebaran jalan.

Dalam penelitian ini peneliti memakai Model Rational-Comprehensive menurut santoso (2010: 19) mendefinisikan proses kebijakan sebagai proses yang sepenuhnya rasional. Segala keputusan diambil berdasarkan informasi


(52)

35

yang lengkap dan perhitungan yang komprehensif. Model rational-comprehensive dalam kebijakan publik dipandang sebagai pencapaian tujuan secara efisien harus menempatkan pengambilan keputusan dalam posisi strategis, sebagai pusat perhatian utamanya. Pembuatan keputusan yang rasional (rational decision-maker) harus memilih alternatif yang dirasanya paling tepat guna mencapai hasil akhir (outcome) yang diinginkan. Dengan demikian, pembuatan keputusan yang rasional pada hakikatnya mencakup pemilihan alternatif terbaik yang akan memaksimalkan tingkat kepuasan nilai-nilai pembuatan keputusan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mendeskripsikan kebijakan pembangunan infrastruktur fly over dalam mengatasi kemacetan di Jalan Gajah Mada Kota Bandar Lampung dimulai dengan mengetahui issu, tujuan, alternatif kebijakan, kriteria, penilaian alternatif dan dampak.


(53)

36

Kerangka pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut.

Bagan 1. Kerangka pikir

Alternatif Kebijakan: 1. Pelebaran jalan

2. Perbaikan jalan

3. Penambahan dan pembaharuan rambu lalu lintas

4. Pembangunan infrastruktur fly over Tujuan:

Mengatasi Kemacetan

Kriteria: Efektivitas

Impact (dampak): -Positif -Negatif Penilaian Alternatif:

-Politik -Ekonomi -Efektivitas Issu

Kebijakan: Kemacetan lalu lintas


(54)

37

III. METODE PENELITIAN

A.Tipe Penelitian

Tipe penelitian dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Menurut Meleong (2004: 26), penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya, perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain. Secara holistik dan dengan cara deskripsi dengan bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu kontek kasus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Kegiatan kualitatif ini juga dapat dimaknai sebagai rangkaian kegiatan penelitian yang mengembangkan pola pikir induktif dalam menarik suatu kesimpulan dari suatu fenomena tertentu. Pola berpikir induktif ini adalah cara berpikir dalam rangka menarik kesimpulan dari sesuatu yang bersifat khusus dan bersifat umum.

Dengan pendekatan ini, penulis dapat memperoleh gambaran yang lengkap dari permasalah yang dirumuskan dengan memfokuskan pada pencarian makna dibalik fenomena yang muncul dalam penelitian dengan harapan agar informasi yang dikaji lebih bersifat komprehensif, mendalam, ilmiah dan apa adanya.


(55)

38

Peneliti ini menyajikan analisis terhadap Fenomena melalui kata-kata, bukan dengan angka-angka. Hasil penelitian merupakan gambaran dari fakta yang ditemukan dilapangan yang akan diolah secara lebih dalam dan terperinci. Dalam penelitian ini, penulis ingin medapatkan gambaran yang jelas dan mendalam mengenai kebijakan pembangunan infrastruktur fly over dalam mengatasi kemacetan di Jalan Gajah Mada Kota Bandar Lampung.

B.Fokus Penelitian

Fokus penelitian memberikan batasan dalam studi dan pengumpulan data, sehigga penelitian akan fokus dalam memahami masalah-masalah yang menjadi tujuan penelitian. Fokus penelitian bagi Meleong (1999: 63) dimaksudkan untuk membatasi penelitian guna memilih mana data yang relevan dan data yang tidak relevan agar tidak dimasukkan ke dalam sejumlah data yang sedang dikumpulkan walaupun data tersebut menarik.

Sejalan dengan Meleong, Sugiyono (2006: 233) menyebutkan bahwa batasan masalah dalam penelitian kualitatif disebut dengan fokus, yang berisi pokok masalah yang masih bersifat umum. Tanpa adanya fokus penelitian, maka peneliti akan terjebak pada melimpahnya volume data yang diperolehnya di lapangan.

Fokus penelitian mempunyai peranan yang sangat penting dalam membimbing dan mengarahkan jalannya penelitian. Melalui fokus penelitian ini, suatu informasi di lapangan dapat dipilah-pilah sesuai dengan konteks permasalahannya. Sehingga rumusan masalah dan fokus penelitian saling


(56)

39

berkaitan karena permasalahan penelitian dijadikan acuan penentuan fokus penelitian, meskipun fokus dapat berubah dan berkurang sesuai dengan data yang ditentukan di lapangan.

Penelitian ini di fokuskan pada tiga hal berikut:

1. Mendeskripsikan kebijakan pembangunan infrastruktur fly over di Jalan Gajah Mada Kota Bandar Lampung.

2. Mendeskripsikan tentang kondisi di Jalan Gajah Mada Kota Bandar Lampung.

3. Menganalisis kebijakan pembangunan infrastruktur fly over di Jalan Gajah Mada Kota Bandar Lampung.

C.Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah lingkungan, tempat, atau wilayah yang direncanakan oleh peneliti untuk dijadikan sebagai objek penelitian. Tempat merupakan daerah atau wilayah dimana subjek atau objek penelitian yang hendak diteliti. Penelitian ini berada di Jalan Gajah Mada Kota Bandar Lampung. Lokasi tersebut dipilih karena Jalan Gajah Mada adalah salah satu titik jalan yang mengalami kemacetan cukup parah yang disebabkan terdapat rel kereta api dan pada Jalan Gajah Mada menuju ke Jalan Ir. Juanda juga terdapat beberapa bangunan sekolah yang membuat aktivitas pengguna jalan saat pagi dan sore hari menjadi lebih padat.


(57)

40

D.Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini yang dimaksud adalah subjek dari mana data yang diperoleh. Data yang diperoleh dibagi kedalam dua jenis data, yaitu:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari informan sebagai objek penelitian melalui wawancara dengan responden.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data tambahan yang diperoleh dari sumber lain yang memiliki kaitan dengan penelitian ini. Dalam penelitian ini yang dimaksud data sekunder adalah buku, koran, skripsi, jurnal, internet dan undang-undang.

E.Penentuan Informan

Untuk memilih dan menentukan informan, peneliti mengacu pada teknik “purposive sampling”, peneliti memilih informan yang dianggap tahu (key informan) dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap dan mengetahui masalahnya secara mendalam. Informan dalam penelitian ini adalah:

1. Dinas perhubungan Kota Bandar Lampung, yaitu Sekretaris Kepala Dinas dan Kepala Bagian Lalu Lintas.

2. Direktorat Lalu Lintas Polresta Kota Bandar Lampung, yaitu Kepala Unit Dikyasa.


(58)

41

3. Dinas Pekerjaan Umum Kota Bandar Lampung, yaitu Kepala Seksi Perencanaan.

Hal itu disebabkan karena mereka dianggap mengetahui tentang pelaksanaan pembangunan infrastruktur fly over di Jalan Gajah Mada Kota Bandar Lampung.

F. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh informasi dan fakta dalam penelitian ini teknik penelitian yang digunakan oleh penulis adalah:

1. Wawancara

Wawancara merupakan mencari informasi dengan melalukan tanya jawab secara langsung dengan responden. Wawancara dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan yang telah dibuat pedoman wawancaranya terlebih dahulu. Peneliti juga mengajukan pertanyaan-pertanyaan tambahan untuk menggali jawaban informan secara lebih mendalam.

Wawancara dimulai dari pihak Direktorat Lalu Lintas Polresta pada tanggal 17 Oktober 2014, lalu Dinas Perhubungan pada tanggal 30 Oktober 2014 dan Dinas Pekerjaan Umum pada tanggal 26 November 2014 Kota Bandar Lampung.

2. Observasi

Observasi adalah mengamati bagaimana kinerja dan apa yang dilakukan oleh objek penelitian.


(59)

42

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data sekunder seperti buku, skripsi, jurnal, webside dan undang-undang yang berkaitan dengan objek penelitian.

G.Teknik Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari lapangan terlebih dahulu diolah sebelum dianalisis. Hal itu bertujuan untuk memudahkan dalam menganalisis data. Penelitian ini menggunakan teknik pengolahan data yang meliputi:

1. Editing, yaitu suatu kegiatan memeriksa data yang terkumpul dan memeriksa kelengkapan hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan, guna menghindari kekeliruan dan kesalahan penulisan sehingga akan mendukung proses penelitian. Data yang diedit dalam penelitian ini berupa data hasil wawancara dengan Dinas perhubungan Kota Bandar Lampung, Direktorat Lalu Lintas Polresta Kota Bandar Lampung dan Dinas Pekerjaan Umum Kota Bandar Lampung.

2. Interpretasi, yaitu mendeskripsikan hasil penelitian yang didapatkan oleh peneliti dari lokasi penelitian berupa data primer dan kemudian diinterpretasikan untuk kemudian dilakukan penarikan kesimpulan sebagai hasil penelitian. Interpretasi data dalam penelitian ini dilakukan dengan memasukkan kesimpulan yang didapat dari hasil wawancara.


(60)

43

H.Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis model interaktif (Interactive Model Of Analysis). Menurut Miles dan Huberman (1992:16), dalam model ini tiga komponen analisis, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan, dilakukan dengan bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data (Data Collecting) sebagai suatu siklus. Ketiga kegiatan dalam analisis model interaktif ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema dan polanya dari catatan-catatan tertulis dilapangan. Setelah penulis mendapatkan data-data dari lapangan, penulis harus terlebih dahulu mengkaji kelayakan datanya, dengan memilih data mana yang benar-benar dibutuhkan dalam penelitian ini.

2. Penyajian Data

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat berupa uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya. Penyajian data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Melalui penyajian data tersebut, maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami. Data yang disajikan diharapkan mampu memberikan pemahaman yang menyeluruh terhadap


(61)

44

penomena kemacetan lalu lintas di jalan Gajah Mada Kota Bandar Lampung 2014.

3. Penarikan Kesimpulan

Tahapan terakhir adalah tahap kesimpulan. Pada tahap ini peneliti menganalisis data secara lebih spesifik hingga mendapat suatu kesimpulan yang utuh. Kesimpulan yang dibuat diharapkan mampu mengungkapkan bagaimana fenomena kemacetan di Jalan Gajah Mada Kota Bandar Lampung 2014, dengan kata lain kesimpulan yang dibuat akan menjawab tujuan masalah yang telah ditetapkan sebelumnya.


(62)

86

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai barikut:

1. Pembangunan infrastruktur Fly Over di Jalan Gajah Mada dilatarbelakangi oleh kemacetan lalu lintas. Kebijakan pembangunan infrastruktur Fly Over diambil sebagai suatu alternatif yang paling efektif mengatasi kemacetan di Jalan Gajah Mada karena kebijakan ini dianggap sebagai suatu pilihan terbaik dari alternatif kebijakan yang lainnya seperti pelebaran jalan, perbaikan jalan, dan pembaharuan rambu lalu lintas.

2. Kemacetan lalu lintas pada Jalan Gajah Mada tersebut disebabkan karena ruas jalan yang tidak seimbang dengan volume kendaraan yang melintas di Jalan Gajah Mada. Kemacetan parah terjadi dijam-jam sibuk yaitu pada pukul 07.00-08.00 dan 17.00-18.00 WIB. Adanya rel kereta api di jalan tersebut juga menjadi alasan utama yang menyebabkan kemacetan terjadi karena apabila kereta api melintas kendaraan harus menghentikan kendaraannya untuk mengantri agar dapat melintas kembali sesudah kereta api selesai melintas yang membuat antrian panjang terjadi.


(1)

86

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai barikut:

1. Pembangunan infrastruktur Fly Over di Jalan Gajah Mada dilatarbelakangi oleh kemacetan lalu lintas. Kebijakan pembangunan infrastruktur Fly Over diambil sebagai suatu alternatif yang paling efektif mengatasi kemacetan di Jalan Gajah Mada karena kebijakan ini dianggap sebagai suatu pilihan terbaik dari alternatif kebijakan yang lainnya seperti pelebaran jalan, perbaikan jalan, dan pembaharuan rambu lalu lintas.

2. Kemacetan lalu lintas pada Jalan Gajah Mada tersebut disebabkan karena ruas jalan yang tidak seimbang dengan volume kendaraan yang melintas di Jalan Gajah Mada. Kemacetan parah terjadi dijam-jam sibuk yaitu pada pukul 07.00-08.00 dan 17.00-18.00 WIB. Adanya rel kereta api di jalan tersebut juga menjadi alasan utama yang menyebabkan kemacetan terjadi karena apabila kereta api melintas kendaraan harus menghentikan kendaraannya untuk mengantri agar dapat melintas kembali sesudah kereta api selesai melintas yang membuat antrian panjang terjadi.


(2)

87

3. Pembangunan infrastruktur Fly Over dinilai efektif dan memiliki banyak keunggulan dari alternatif-alternatif lainnya seperti pelebaran jalan, perbaikan jalan, penambahan dan pembaharuan rambu lalu lintas, sehingga dapat dikatakan bahwa pembangunan infrastruktur Fly Over adalah suatu kebijakan yang paling efektif dalam mengatasi kemacetan. Hal tersebut sesuai dengan yang dirasakan oleh masyarakat setelah adanya infrastruktur Fly Over, seperti berkurangnya kemacetan yang terjadi di jam-jam sibuk, mempersingkat waktu perjalanan yang ditempuh, lalu lintas menjadi lebih teratur dengan baik dan sebagainya.

B.Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian mengenai kebijakan pembangunan infrastruktur Fly Over dalam mengatasi kemacetan di Jalan Gajah Mada Kota Bandar Lampung, saran yang dapat diberikan peneliti adalah sebagai berikut:

1. Diharapkan Dinas Pekerjaan Umum dapat secepatnya menyelesaikan perbaikan jalan yang berada di bawah pembangunan Fly Over agar masyarakat yang menggunakan jalan di bawah Fly Over juga dapat merasa nyaman melintas di jalan tersebut dengan sama nyamannya seperti saat pengguna jalan melintasi Fly Over.

2. Pemerintah juga diharapkan memperhatikan dampak pembangunan Fly Over pada pengusaha yang mempunyai ruko-ruko di bawah Fly Over,


(3)

88

karena sejak Fly Over di bangun ruko-ruko tersebut mengalami penurunan jumlah konsumen.

3. Pemerintah juga diharapkan memberi solusi yang baik kepada pengusaha yang mempunyai ruko-ruko di bawah Fly Over, seperti mengadakan saran plang penunjuk yang menyatakan bahwa di bawah Fly Over terdapat banyak ruko yang berjualan. Sehingga masyarakat dapat mengetahui bahwa di bawah Fly Over tersebut terdapat ruko-ruko yang beroprasi melakukan perdagangan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zainal Said. 2014. Kebijakan Publik. Jakarta. Salemba Humanika

Badjuri, Abdulkahar & Yuwono, Teguh. 2002. Kebijakan Publik Konsep dan Strategi. Universitas Diponegoro. Semarang.

Bill Liddle. 2008. Dari Columbus Untuk Indonesia. Gramedia. Jakarta. Benny H. Hoed. 2001. Dari Logika Tuyul Ke Erotisme. Indonesia Tera.

Yogyakarta.

Budiarjo, Merriam. 2000. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Gramedia Press. Jakarta. Dunn, William. 2003. Pengantar analisis kebijakan publik edisi kedua. Gadjah

Mada University Press. Yokyakarta.

Fadilah Putra. 2001. Paradigma Kritis Dalam Studi Kebijakan Publik. Pustaka Pelajar Bekerjasama Dengan Universitas Sunan Giri Surabaya.

Gunawan Sumodiningrat & Riant Nugroho. 2005. Membangun Indonesia Emas. PT Elex Media Komputindo. Jakarta.

Handayaningrat, Soewarno. 1971. Pengantar Ilmu Administrasi dan Managemen. Gunung Agung. Jakarta.

Hosio, J E. 2007. Kebijakan Publik dan Desentralisasi. Laksbang. Yogyakarta Hanif Nurcholis. 2012. Teori & Praktik Pemerintahan & Otonomi Daerah.

Grafindo. Jakarta.

Hidayat, L. Misbah. Reformasi Administrasi. 2007. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Iwan, J Azis. Pembangunan Berkelanjutan. PT Gramedia. Jakarta

Islamy, M Irfan. 2001. Prinsip-prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara. PT. Bina Aksara. Bandung.

I Gusti Agung Rai. Audit Kinerja Pada Sektor Publik. 2008. Salemba Empat. Jakarta.


(5)

Meleong, Lexy J. 1999. Metode Penelitian Kualitatif. Cet Ke-22. PT. Remaja Rosda Karya. Jakarta.

Nugroho, Iwan dan Rochmin Dahuri. 2004. Pembangunan Wilayah Perspektif Ekonomi, Sosial dan Lingkungan. LP3ES. Jakarta.

Ndraha, Taliziduhu. 2003. Kybernology ( Ilmu Pemerintahan Baru ). Rineka Cipta. Jakarta.

Purwo, Santoso, 2010. Analisis Kebijakan Publik ( Modul Pembelajaran ). Yokyakarta

Riant Nugroho Dwidjowijoto.2006. Kebijakan Publik Untuk Negara Berkembang. PT Elex Media Komputindo. Jakarta.

Riant Nugroho Dwidjowijoto. 2003. Kebijakan Publik; Formulasi, Implementasi, Evaluasi.PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.

Soemarwotto, otto. 1992. Analisis Dampak Lingkungan. Gadjah Mada University Press. Yokyakarta

Suwito Eko Pramono. 2008. Ilmu Pengetahuan Sosial. PT Gramedia. Jakarta Soekanto, Soerjono. 2006. Pengantar Sosiologi. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Siagian, Sondang P. 2005. Administrasi pembangunan Konsep. Dimensidan

Strateginya Bumi Aksara. Jakarta.

Surachmad, Winarno. 1977. Dasar Teknik Research. Alumni. Bandung .

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung.

Suharto, Edi. 2005. Kebijakan Publik dan otonomi Pendidikan. Ghalia Indonesia, Jakarta.

Sri Murtono dan Hasan Suyono. 2006. 3 Pendidikan Kewarganegaraan. Yudhistira Ghalia Indonesia.

Said Zainal Abidin. 2006. Kebijakan Publik. Suara Bebas. Yogyakarta.

Suryaningrat, Bayu. 1989. Perumusan Kebijaksanaan dan Koordinasi Pembangunan Indonesia. Bina Aksara. Jakarta

Wahab, Solichin Abdul. 2004. Analisis Kebijaksanaan. Bumi Aksara. Jakarta. William N. Dunn. 2000. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gajah


(6)

Undang-Undang:

Undang-undang No. 5 tahun 1975 dan Peraturan Pemerintah No. 3 tahun 1982 Undang-undang LLAJ yang baru dalam pasal 112 ayat (3) Undang-Undang No. 22 Tahun 2009

Peraturan Pemerintah Nomor 3 tahun 1964 yang kemudian menjadi Undang-Undang Nomor 14 tahun 1964

Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 1983

MENDAGRI nomor 140/1799/PUOD tanggal 19 Mei 1987 Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung No. 04

Surat Keputusan Gubernur No. G/185.B.111/Hk/1988 tanggal 6 Juli 1988

Website:

http://lampung.tribunnews.com/2011/06/07/jalan-soekarno-hatta-akan-dibangun-flyover 11 Mei 2014 pukul 13.28

http://www.radarlampung.co.id/read/bandarlampung/68102-gagas-dua-flyover 11 Mei 2014 pukul 15.22