C. Tinjauan Tentang Batik
Kuswadji dalam Aziz, Ibnu 2010: 1, berpendapat bahwa batik berasal dari bahasa jawa ‘Mbatik’ kata mbat dalam bahasa Jawa yang juga disebut
ngembat. Kata tersebut bermakna melontarkan atau bisa juga melemparkan. Sedangkan kata ‘tik’ dapat diartikan sebagai titik sehingga yang dimaksud
batikmbatik adalah melemparkan titik berkali-kali pada kain. Ada juga yang berpendapat secara etimologi dan terminologinya, batik
merupakan rangkaian kata mbat dan tik. Asti Musman dan Ambar B.Arini 2011:
1 menyatakan bahwa Mbat dalam bahasa Jawa diartikan sebagai ngembat atau melempar berkali-kali, sedangkan tik berasal dari kata titik. Jadi, membatik berarti
melempar titik-titik berkali-kali pada kain. Sehingga akhirnya bentuk-bentuk titik tersebut berhimpitan menjadi bentuk garis. Selain itu, batik juga berasal dari kata
mbat yang merupakan kependekkan dari kata membuat, sedangkan tik adalah titik. Ada juga yang berpendapat bahwa batik berasal dari gabungan dua kata bahasa
jawa amba yang bermakna menulis dan titik yang bermakna titik. Pendapat Soedjoko dalam Aziz, Ibnu 2010: 1, batik berasal dari bahasa
sunda. Dalam bahasa sunda, batik memiliki makna menyungging pada kain ditemukan babad sengkala 1633 dan Pandji lengkara 1770.
a Motif Batik
Dari semua karya batik, dari batik tulis, batik cap, maupun batik printing unsur utama yang dapat membentuk sebuah karya batik adalah motif. Motif
merupakan unsur utama dalam pembuatan karya batik. “Motif Batik adalah
kerangka gambar yang mewujudkan batik secara keseluruhan. Motif Batik disebut juga corak batik atau pola batik tersebut diungkap” Sewan Susanto, 1973: 212.
Pemakaian motif batik tersebut sering dikaitkan dengan makna yang simbolis. Misalnya seperti, motif gurda pada batik klasik atau tradisional. Ini sebagai
lambang kendaraan menuju surga Asti Musman dan Ambar B. Ariani, 2011: 37.
Adapun motif klasik atau motif tradisional. Pada bukunya Kusrianto, 2013: viii menyebutkan istilah motif untuk
menyebutkan desain secara keseluruhan dari sebuah kain batik. Sebuah motif terdiri dari sekumpulan ornamen atau ragam hias. Dapat juga diartikan bagian
pokok dari pola batik. Dimana istilah ornamen sendiri memiliki arti dalam pembahasan tentang batik adalah sebagai bentuk objek gambar yang berfungsi
sebagai penghias dan pengisi. Kemudian untuk ragam hias, ini digunakan untuk menyebut ornamen yang memiliki bentuk yang sudah khas. Dan untuk istilah Pola
merupakan penggabungan bagian dari motif atau digunakan untuk menyebut sebuah rancangan gambar suatu motif di atas kertas yang akan diterapkan pada
kain. Motif dapat juga disebut dengan dasar atau pokok dari suatu gambar yang
symbol atau lambang dibalik motif tersebut. Motif terdiri atas unsur bentuk atau objek, skala atau proporsi, dan komposisi. Motif menjadi kerangka gambar yang
mewujudkan batik secara keseluruhan Wulandari, 2011:113. Dikatakan lagi bahwa motif sering dikaitkan dengan makna simbolik, ini dapat dicontohkan
dengan penggunaan motif parang tentu saja menjadi milik raja pembuatnya dan keturunannya. Larangan penggunaanpun dicanangkan oleh Sri Sultan HB I pada
tahun 1785, yang termasuk kain motif parang rusak barong dan motif parang lainnya.Wulandari, 2011: 20 mengatakan dalam bukunya,
Terakhir, Sri Sultan HB VIII menetapkan revisi larangan tersebut dengan membuat Pranatan Dalem bab Namanipun Pengangge ing Nagari
Ngayogyakarta Hadiningrat, yang dimuat dalam Rijksblad van Dyogyakarta No 19 Tahun 1927. Sampai sekarang tidak diperbaharui yang
kemudian menjadi semacam aturan tidak tertulis yang menjadi tradisi di lingkungan keraton.
Aturan dan larangan dengan penggunaan motif batik, seperti batik corak
parang rusak dilarang dipakai saat pernikahan dengan harapan agar terhindar dari rumah tangga yang rusak. Kemudian untuk motif corak sido mukti atau sido luhur
digunakan pada saat acara pernikahan diharapkan kelak kehidupan anaknya menjadi orang yang luhur dan terpandang.Wulandari, 2011: 58 mengatakan,
Seiring dengan perkembangan zaman, pihak keraton melonggarkan kebijakan mengenai motif larangan. Peraturan motif larangan sekarang
hanya berlaku di dalam keraton, terutama bila ada ada upacara-upacara adat atau upacara kebesaran. Motif larangan sekarang menjadi motif batik
yang dapat digunakan masyarakat umum. Maka dengan adanya pencanangan dari pihak keraton tersebut pemakain
motif yang awalnya dilarang untuk dipakai oleh masyarakat umum yang kemudian dapat bebas digunakan olah masyarakat ini sangat membantu bagi
kalangan industri batik. Hingga sampai saat ini motif batik keraton sudah terkenal sampai mancanegara.
b Bahan Perintang
Bahan perintang yang dimaksud adalah malamlilin batik, bahan yang digunakan dalam membatik. Bahan ini dipakai untuk menutup permukaan kulit
kayu menurut gambar motif batik. Sehingga permukaan yang tertutup malamlilin