Struktur Kaki Tinjauan Tentang Sepatu 1. Sepatu
tahun 1785, yang termasuk kain motif parang rusak barong dan motif parang lainnya.Wulandari, 2011: 20 mengatakan dalam bukunya,
Terakhir, Sri Sultan HB VIII menetapkan revisi larangan tersebut dengan membuat Pranatan Dalem bab Namanipun Pengangge ing Nagari
Ngayogyakarta Hadiningrat, yang dimuat dalam Rijksblad van Dyogyakarta No 19 Tahun 1927. Sampai sekarang tidak diperbaharui yang
kemudian menjadi semacam aturan tidak tertulis yang menjadi tradisi di lingkungan keraton.
Aturan dan larangan dengan penggunaan motif batik, seperti batik corak
parang rusak dilarang dipakai saat pernikahan dengan harapan agar terhindar dari rumah tangga yang rusak. Kemudian untuk motif corak sido mukti atau sido luhur
digunakan pada saat acara pernikahan diharapkan kelak kehidupan anaknya menjadi orang yang luhur dan terpandang.Wulandari, 2011: 58 mengatakan,
Seiring dengan perkembangan zaman, pihak keraton melonggarkan kebijakan mengenai motif larangan. Peraturan motif larangan sekarang
hanya berlaku di dalam keraton, terutama bila ada ada upacara-upacara adat atau upacara kebesaran. Motif larangan sekarang menjadi motif batik
yang dapat digunakan masyarakat umum. Maka dengan adanya pencanangan dari pihak keraton tersebut pemakain
motif yang awalnya dilarang untuk dipakai oleh masyarakat umum yang kemudian dapat bebas digunakan olah masyarakat ini sangat membantu bagi
kalangan industri batik. Hingga sampai saat ini motif batik keraton sudah terkenal sampai mancanegara.
b Bahan Perintang
Bahan perintang yang dimaksud adalah malamlilin batik, bahan yang digunakan dalam membatik. Bahan ini dipakai untuk menutup permukaan kulit
kayu menurut gambar motif batik. Sehingga permukaan yang tertutup malamlilin
batik tersebut menolak atau resist terhadap zat warna yang diberikan pada kulit kayu tersebut. Malamlilin ini bukan terdiri dari satu macam bahan, tetapi
campuran dari beberapa bahan pokok lilin. Sebagai bahan pokok lilin adalah antara lain: Gondorukem, damar mata kucing, parafin, putih dan kuning,
microwax, lemak binatang kendal, gajih, minyak kelapa, lilin tawon, lilin lanceng Sewan, 1973: 58. Jumlah bahan pokok yang dipakai dan
perbandingannya adalah bermacam-macam, menurut pemakaiannya dan pengalamannya masing-masing. Dari campuran bahan-bahan pokok lilin batik,
pada suatu perbandingan sedemikian rupa sehingga mencapai sifat-sifat yang dikehendaki seperti daya tahan tembus kebasahan tinggi, lemas, atau fleksible dan
tidak mudah pecah. Dapat membuat gambar atau motif dengan garis-garis tajam, mudah dilepaskan kembali pada waktu dilorod.
c Zat Warna dan Zat Pembantu
Menurut Haryani Winotosastro dalam Musman 2011: 24, dalam proses batik membutuhkan dua macam pewarnaan. Pada awalnya menggunakan pewarna
alami dari bahan alam antara lain daun, kulit pohon, kayu, kulit akar, bunga, dan sebagainya. Dengan berkembangnya zaman akan pewarnaan yang lebih mudah
menggunakannya. Maka dipakailah pewrana kimiawisintetis, ini diperoleh dari bahan naphtol, indigosol,dan rapid.
1 Naphtol
Merupakan Zat Naphtol yang disebut “Developed Azo Dyes,” karena jika digabungkan dengan garam diazo baru timbul warnanya dan tidak larut dalam air.
Kemudian Zat napthol-AS AS: Anilid Saure suatu senyawa mengandung inti siklis dan asam anilin, dan mengganti kedudukan Beta-Napthol dalam pewarnaan.
Garam ialah bahan pembangkit warna napthol. Nama dagang pabrik yang mengeluarkan, misalnya Ciba Cibanapthol, ICI Brenthol, Sandoz Calcot.
Susanto, 1973: 88.
2 Indigosol
Indigosol disebut juga dengan cat bejana-larut, yaitu leuco-ester-Natrium dari cat bejana, natrium disulfonester leuso indigo Murwati, 1999: 6.
3 Cat Rapid
Rapid ialah Naptol yang telah dicampurkan dengan garam diazo dalam bentuk yang tidak dapat bergabung koppelen dengan Naptol, yaitu “anti-
diazotat”. Jika terkena asam anorganik, maka bentuk anti-diazotat berubah menjadi bentuk iso-
merinya disebut dengan “syndiazotat”, dan bentuk ini dapat bergabung dengan Naptol dan timbul warna.