RUMUSAN MASALAH TUJUAN DAN MANFAAT KEGIATAN PENELITIAN Kajian Teoritik

5 misalnya dengan mempelajari buku teks yang ada. Di samping itu, apabila tugas diberikan dengan frekuensi yang cukup tinggi, dan dikerjakan oleh para mahasiswa secara perorangan, maka dosen perlu banyak waktu untuk mengevaluasinya. Berdasarkan kenyataan tersebut di atas, perlu dicoba dilakukan penelitian tindakan dengan memperbanyak latihan pengerjaan soal matematika secara beregu tetapi dengan sistem yang kompetitif. Untuk membangkitkan semangat belajar mandiri, perlu dicoba sistem rangsangan berupa bonus nilai yang akan diperhitungkan pada nila akhir mata kuliah untuk setiap tugas. Bahkan apabila perlu seorang mahasiswa yang berhasil menyelesaikan semua tugas dengan baik nilainya langsung dapat dipakai sebagai nilai akhir mata kuliah.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian pada Latar Belakang Masalah tersebut di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut : Apakah dengan latihan pengerjaan soal secara beregu dan kompetitif pada matakuliah matematika untuk mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan prestasi belajar mereka akan meningkat?

C. TUJUAN DAN MANFAAT KEGIATAN PENELITIAN

Sesuai dengan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : a. Secara umum, untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matakuliah Matematika. b. Secara khusus, untuk mengetahui pengaruh latihan pengerjaan soal secara beregu dan kompetitif pada peningkatan prestasi belajar matematika pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik bangunan. 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritik

Dengan adanya keterbatasan waktu, pada pembelajaran suatu matakuliah ada dua alternatif yang dapat dipilih, yaitu membahas sebanyak mungkin materi kuliah atau membatasi beberapa materi pokok saja. Utomo dan Ruijter 1989 menekankan perlunya memilih alternatif kedua, karena dengan mendalami materi tertentu yang mewakili secara tuntas, mahasiswa akan mampu mendalami materi lain. Untuk mendalami materi secara tuntas, diperlukan latihan tahap demi tahap yaitu Utomo dan Ruijter, 1989 : a. Dosen memberi contoh penyelesaian soal. b. Mahasiswa berlatih dibimbing oleh dosen. Langkah-langkah baru dilatih secara terperinci dan lengkap, kemudian diteruskan ke tingkat yang lebih tinggi. c. Mahasiswa diberi pekerjaan rumah untuk melatih diri. d. Pada kuliah berikutnya, pekerjaan rumah dibicarakan atau dosen menempelkan penyelesaiannya sehingga mahasiswa memeriksanya sendiri. Pada latihan diperlukan umpan balik yang akan meningkatkan efektifitas interaksi dosen-mahasiwa dan memberikan dorongan kepada mahasiswa Utomo dan Ruijter, 1989. Rooijakkers 1989 mengemukakan bahwa setelah dosen selesai menjelaskan, maka : a. Mahasiswa mengerjakan sendiri-sendiri. b. Dosen melihat-lihat, apakah timbul masalah. c. Salah satu mahasiswa menulis pekerjaannya di papan tulis, agar mereka saling mengoreksi. Setelah itu, dosen memberi tugas tentang hal yang belum dikerjakan agar mahasiswa memecahkan sendiri. Tugas ini dikerjakan dengan kelompok- kelompok kecil untuk melatih kemampuan bekerjasama. Tugas tersebut dapat dilakukan pada jam kuliah atau di luar jam kuliah, dan hasilnya diserahkan kepada dosen. 7 Penugasan berupa latihan mengerjakan soal matematika dapat dikategorikan dalam metode pemecahan masalah problem-solving. Brown dan Atkins 1993 mengemukakan prasyarat keberhasilan cara ini, yaitu : a. Pengajar tahu bagaimana memecahkan masalah tersebut, yang meliputi adanya kekeliruan umum dan kesalahan prosedur yang biasa muncul, serta kiat yang perlu diberikan dan pertanyaan yang perlu agar mahasiswa tergerak untuk memecahkan masalah. b. Pengajar tahu strategi-strategi pemecahan masalah yang ada untuk materi yang bersangkutan. c. Pengajar tahu bagaimana mengarahkan kelompok mahasiswa terlibat dalam pemecahan masalah. Brown dan Atkins 1993 juga menekankan perlunya membangkitkan semangat mahasiswa agar tidak terlalu takut berbuat keliru dalam latihan dengan prinsip “berbuat keliru adalah bagian dari belajar ke benar” being wrong is part of learning to be right. Suryabrata 1983 mengemukakan bahwa pemberian hadiah dan hukuman merupakan dua sarana membangkitkan motivasi belajar mahasiswa. Nilai baik merupakan hadiah, tetapi tugas-tugas dalam belajar untuk meraih nilai baik pada umumnya dianggap sebagai hukuman. Oleh karena itu ada kecenderungan untuk memperoleh nilai baik tanpa melakukan tugas-tugas belajar, misalnya dengan belajar untung-untungan dan menyontek. Untuk itu diperlukan pengawasan yang memadai dalam memberikan hadiah reward kepada mahasiswa. Utomo dan Ruijter 1989 menjelaskan bahwa penilaian dapat dilakukan dengan memeriksa pengerjaan soal dan menelaah jalan yang telah dikerjakan, dan apabila ditemukan kekeliruan perlu diberi saran untuk memperbaiki sebagai umpan balik kepada mahasiswa. Untuk meresapkan materi yang telah dipelajari dan untuk mengetahui pemahaman terhadap isi pelajaran sudah betul, maka mahasiswa perlu mengkomunikasikan kepada orang lain, seperti : teman kuliah dan dosen Suryabrata, 1983. Bentuk komunikasi tersebut dapat berupa bertanya, belajar bersama dan diskusi, yang dengan senidirinya memerlukan adanya suatu 8 kelompok. Selanjutnya Suryabrata 1983 mengemukakan bentuk kelompok yang baik, yaitu : a. Anggota tidak terlalu banyak, yaitu tiga hingga lima orang. b. Kemampuan belajar kurang lebih sama. c. Masing-masing anggota berpartisipasi secara aktif. d. Mempunyai semacam rencana kerja atau kegiatan dan membuat pembagian kerja. Tentang keuntungan belajar bersama dalam kelompok, Suryabrata 1983 mengemukakan : a. Mendapat kepastian telah mengerti materi yang dipelajari. b. Mendengarkan dan membaca dari temannya akan lebih meresapkan materi yang dipelajari. c. Bertanya dan menerangkan dalam diskusi akan meningkatkan penguasaan materi. d. Mengembangkan kebiasaan belajar yang baik. Selain untuk mengevaluasi hasil tindakan, tes penampilan juga sekaligus dapat untuk memberikan umpan balik. Tes ini diadakan setelah satu materi selesai dan umpan balik diberikan dengan membahas pekerjaan dan jawaban lengkap baik di kelas atau ditempel Utomo dan Ruijter, 1989.

B. Kerangka Teoritik