PENGGUNAAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PADA MATA PELAJARAN IPA SISWA KELAS V SDN 4 KOTA KARANG BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(1)

ABSTRAK

PENGGUNAAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PADA MATA

PELAJARAN IPA SISWA KELAS V SDN 4 KOTA KARANG BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh

NENI KURNIATI

Pembelajaran Ilmu pengetahuan Alam di kelas V SDN 4 Kota Karang Bandar Lampung cenderung guru mengajar dengan metode ceramah (konvensional), sehingga proses pembelajaran belum optimal, pembelajaran masih didominasi oleh guru (teacher centered) menyebabkan siswa kurang aktif dalam pembelajaran berdampak pada prestasi belajar siswa belum sesuai dengan kriteria ketuntasan yang diharapkan. Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada pembelajaran IPA kelas V SDN 4 Kota KarangBandar Lampung dengan menerapkan metode pembelajaran berbasis masalah.Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Prosedur penelitian dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur, yang terdiri dari 4 tahap, yaitu (1) merencanakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) pengamatan, dan (4) Refleksi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif untuk data aktivitas pembelajaran dari lembar pengamatan, dan analisis kuantitatif untuk data prestasi belajar dari hasil tes. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan strategi pembelajaran berbasis masalah pada mata pelajaran IPA kelas V SDN 4 Kota Karang Bandar Lampung dapat meningkatkan aktivitas belajar yang berdampak pada peningkatan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata persentase aktivitas siswa pada siklus I (72,5%), dan siklus II (97,5 %). Rata-rata persentase hasil belajar siswa pada siklus I (55,5), dan siklus II (75,5).


(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia. Pendidikan tidak

diperoleh begitu saja dalam waktu yang singkat, namun memerlukan proses

sehingga menimbulkan hasil atau efek yang sesuai dengan proses yang telah

dilalui. Sumber daya manusia yang berpendidikan akan mampu mengikuti

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Proses pembelajaran

pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,

menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi

aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan

kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta

psikologis peserta didik.

Berdasarkan prasurvey yang dilakukan peneliti di SDN 4 Kota Karang kelas

V tentang pembelajaran IPA diperoleh gambaran bahwa pembelajaran yang

dilaksanakan selama ini guru mengawali pembelajaran dengan langsung

mengajak siswa mempelajari materi yang akan dilaksanakan. Pada kegiatan

inti guru menyampaikan materi dengan ceramah (konvensional) dan siswa

hanya sebagai penerima, setelah penjelasan dirasa cukup, guru menugasi

siswa mengerjakan latihan. Dilihat dari kecenderungan tersebut, guru


(3)

sebelum menyampaikan materi, sehingga siswa kurang tertarik dan kurang

perhatian terhadap pembelajaran. Dari data prasurvey tersebut bahwa guru

masih mendominasi pembelajaran atau pembelajaran masih berpusat pada

guru (teacher centered). Sehubungan dengan data di atas, data ulangan harian semester ganjil tahun ajaran 2012/2013 sebagai berikut.

Tabel 1.1: Distribusi Frekuensi Nilai Ulangan harian pelajaran IPA siswa kelas V.

Interval Nilai Frekuensi

9,5 – 10 8,5 – 9,4 7,5 – 8,4 65 – 7,4 5,5 – 6,4 4,5 – 5,4 3,5 – 4,4 2,5 – 3,4 1,5 – 2,4 0,5 – 1,4

3 5 3 8 6 5 5 1 3 1

Jumlah Siswa 40

Dari data di atas, diketahui bahwa dengan Kriteria Ketuntasan Minimum

yang telah ditentukan oleh guru SD Negeri 4 Kota Karang yaitu ≥ 65. Sebanyak 19 siswa telah tuntas, sedangkan 21 siswa belum tuntas belajar

(lebih dari 50% jumlah seluruh siswa belum tuntas belajar).

Salah satu alternatif yang tepat untuk pemecahan masalah di atas adalah

strategi pembelajaran berbasis masalah. Karena penerapan strategi

pemecahan masalah dapat meningkatkan proses pembelajaran menjadikan

siswa aktif, mengembangkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor,

dan membuat cara berpikir siswa lebih ilmiah dan rasional, serta


(4)

memelihara, menjaga dan melestarikan alam melalui pemecahan-pemecahan

masalah.

Akibat lainnya adalah hasil belajar yang dicapai siswa rendah atau belum

mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Rata-rata hasil belajar yang

dicapai siswa pada pelajaran IPA kecil. Disamping itu kurang bervariasi

metode mengajar yang digunakan guru, membuat siswa lebih tidak berminat

mengikuti pembelajaran IPA. Berdasarkan paparan di atas, peneliti akan

melakukan perbaikan pembelajaran dengan menggunakan strategi

pembelajaran berbasis masalah pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

di kelas V SD N 4 Kota Karang.

1.2 Indentifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, indentifikasi masalah

penelitian sebagai berikut:

1. Penyampaian materi guru hanya menggunakan metode ceramah yang

berlangsung monoton tanpa adanya komunikasi dua arah dengan siswa,

sehingga membuat siswa tidak semangat dalam belajar.

2. Aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar belum maksimal

3. Hasil belajar siswa belum mencapai KKM

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, disusun rumusan masalah

penelitian sebagai berikut:

Bagaimanakah penerapan Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah dalam


(5)

1.4 Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar

siswa pada pembelajaran IPA kelas V SDN 4 Kota Karang melalui penerapan

strategi pembelajaran berbasis masalah.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Bagi Siswa

a.Meningkatkan proses belajarnya.

b.Meningkatkan hasil belajarnya.

c.Menjadi model bagi siswa dalam meningkatkan prestasinya.

2. Bagi Guru

a. Kemampuan memperbaiki pembelajaran.

b. Berkembangnya profesionalisme diri.

3. Bagi Sekolah

a. Sebagai referensi dalam perbaikan pembelajaran di sekolah.

b. Meningkatnya kualitas pendidikan di sekolah.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Agar penelitian ini mencapai sasaran sebagaimana yang telah dirumuskan,

maka ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada :

1. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 4 Kota Karang Tahun

Pelajaran 2012-2013 yang berjumlah 40 orang terdiri dari 22 siswa


(6)

2. Pembelajaran penemuan terbimbing dalam penelitian ini adalah pembelajaran

yang melibatkan siswa untuk berperan aktif dalam proses penerapan strategi

pembelajaran IPA berbasis masalah dibawah bimbingan dan arahan guru.

Dalam pembelajaran ini siswa ditempatkan untuk belajar sendiri untuk

mengembangan kreatifitas dalam pemecahan masalah.

3. Indikator KPS yang dilatihkan dalam penelitian ini yaitu :

a. Mengkomunikasikan (communicating)

Mampu membaca informasi dalam tabel dan menjelaskan hasil percobaan.

b. Menyimpulkan (inferring)

Mampu membuat kesimpulan tentang suatu fenomena setelah

mengumpulkan dan menginterprestasi data.

Indikator keterampilan proses sains diukur melalui tes formatif yang dilakukan

pada akhir siklus.

4. Penguasaan konsep IPA siswa merupakan hasil nilai tes formatif pada materi

pokok penerapan pembelajaran IPA berbasis masalah pada setiap akhir siklus.

5. Media pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah LKS (Lembar

Kerja Siswa) yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang disusun secara

kronologis sehingga membantu siswa menemukan konsep dan membangun

keterampilan proses sains mengkomunikasikan dan menyimpulkan siswa pada

penerapan pembelajaran IPA berbasis masalah

6. Materi pokok pada penelitian ini adalah penerapan pembelajaran IPA berbasis


(7)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Belajar

Banyak ahli pendidikan yang mengungkapkan pengertian belajar menurut

sudut pandang mereka masing-masing. Berikut ini kutipan pendapat beberapa

ahli pendidikan tentang belajar.

a. Gagne dan Berliner (dalam Anni, 2006: 2) mengemukakan bahwa

belajar merupakan proses di mana suatu organisme mengubah

perilakunya karena hasil dari pengalaman.

b. Morgan (dalam Anni, 2006: 2) mengemukakan bahwa belajar

merupakan perubahan relative permanen yang terjadi karena hasil dari

praktik atau pengalaman.

c. Hilgard dan Bower (dalam Dalyono, 2005: 211) mengemukakan bahwa

belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap

sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang

berulang-ulang dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu

tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan,

kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seseorang.

Dari definisi-definisi yang dikemukakan di atas, ada beberapa elemen yang

penting yang mencirikan pengertian tentang belajar adalah sebagai berikut :

a. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau


(8)

b. Berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis seperti perubahan

dalam pengertian, pemecahan suatu masalah/berpikir, keterampilan,

kecakapan, kebiasaan ataupun sikap.

c. Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingakah laku di mana

perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik tetapi

juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik.

2.2 Prestasi Belajar

Prestasi belajar berasal dari kata prestasi dan belajar. Prestasi berarti hasil yang

telah dicapai (Depdikbud dalam Susanti, 2009). Sedangkan pengertian prestasi

belajar adalah suatu usaha memperoleh kepandaian atau ilmu (Depdikbud

dalam Susanti, 2009). Sementara itu Oemar Hamalik (2005) mengemukakan

hasil belajar menunjukkan pada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu

merupakan indikator adanya perubahan tingkah laku siswa. Perubahan dari

belum mampu ke arah menjadi mampu dalam jangka waktu tertentu, hal

tersebut dapat dikatakan hasil belajar.

Prestasi belajar merupakan hasil yang tercapai seseorang setelah melakukan

suatu proses belajar. Prestasi belajar merupakan perubahan tingkah laku

kognitif, tingkah laku afektif dan tingkah laku psikomotorik (Larasati, 2005).

Ada tiga taksonomi yang dipakai untuk mempelajari jenis perilaku dan

kemampuan internal akibat belajar, yaitu (1) ranah kognitif, ranah kognitif

terdiri dari enam jenis perilaku diantaranya: pengetahuan, pemahaman,


(9)

terdiri dari lima perilaku yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian dan

penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup, dan (3) ranah

psikomotor, ranah psikomotor terdiri dari tujuh jenis perilaku yaitu persepsi,

kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan kompleks,

penyesuaian gerakan, dan kreativitas (Bloom dalam Dimyati dan Mudjiono,

1999).

Dari beberapa uraian diatas penulis dapat menginterpretasikan bahwa hasil

belajar adalah suatu indikator dari keberhasilan belajar siswa atau individu

setelah melalui beberapa tahapan-tahapan dalam waktu yang cukup lama untuk

menghasilkan pengetahuan, sikap, keterampilan, kemampuan, informasi dan

nilai.

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat digolongkan yaitu faktor

intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah suatu faktor yang ada dalam diri

individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang

berasal dari luar individu.

Menurut Slameto dalam Larasati (2005), faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar itu adalah:

1. Faktor intern meliputi:

a. Faktor jasmaniah yang terdiri atas faktor kesehatan dam cacat tubuh.

b. Faktor psikologi terdiri atas intelegensi, perhatian, bakat minat, motif, kematangan dan kelelahan.

2. Faktor ekstern meliputi:

a. Faktor keluarga yang meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga dan keperluan keluarga.


(10)

b. Faktor sekolah yang terdiri dari strategi mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah dan alat pelajaran.

c. Faktor masyarakat yang meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keberhasilan prestasi

belajar yang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari dalam individu

itu sendiri dan juga diluar individu tersebut.

2.3 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Sains atau Ilmu Pengetahuan berasal dari bahasa Inggris “Science”. Ilmu

pengetahuan dalam arti luas terdiri atas ilmu pengetahuan dan ilmu

pengetahuan alam/ natural science (Depdiknas, 2004). Nash dalam Depdiknas

(2004), mengatakan bahwa “science is a way of looking at the world” sains

dipandang sebagai suatu cara atau metode untuk dapat mengamati sesuatu,

dalam hal ini adalah dunia.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem

pendidikan nasional pasal 37 ayat 1 yaitu bahan kajian ilmu pengetahuan alam,

antara lain, fisika, biologi dan kimia dimaksudkan untuk mengembangkan

pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis peserta didik terhadap

lingkungan dan sekitarnya.

Menurut Carin & Sund dalam Djuanda.dkk (2006) sains adalah suatu sistem untuk memahami alam semesta melalui observasi dan eksperimen yang terkontrol.

1. Sains sebagai Ilmu: secara umum sekurang-kurangnya mencakup 3 aspek yaitu aspek aktivitas, metode dan pengetahuan.


(11)

2. Sains sebagai produk: sebagai suatu produk sains merupakan kumpulan pengetahuan yang tersusun dalam bentuk fakta, konsep, prinsip, hukum dan teori.

3. Sains sebagai proses: Sebagai suatu proses, sains merupakan cara kerja, cara berpikir dan cara memecahkan suatu masalah; sehingga meliputi kegiatan bagaimana mengumpulkan data, menghubungkan fakta satu dengan yang lain, menginterpretasi data dan menarik kesimpulan.

Menurut Nagel (dalam Depdiknas, 2004) sains dapat dilihat dari tiga aspek, secara singkat ketiga aspek itu adalah sebagai berikut:

1. Tujuan Sains adalah sebagai alat untuk menguasai alam dan untuk memberikan sumbangan untuk kesehjateraan umat manusia. Sebagai contoh adalah berbagai keuntungan uang didapat dari sains dan teknologinya di bidang kesehatan dan industri.

2. Sains dapat dilihat sebagai suatu pengetahuan yang sistematik dan tangguh dalam arti merupakan suatu hasil atau kesimpulan yang didapat dari berbagai peristiwa.

3. Sains dapat dilihat sebagai suatu metode. Metode sains ini merupakan suatu perangkat aturan-aturan untuk memecahkan masalah, untuk mendapatkan atau mengetahui penyebab dari suatu kejadian dan untuk mendapatkan hukum-hukum ataupun teori dari objek yang diamati.

2.4 Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah

Strategi pembelajaran berbasis masalah adalah bagian dari strategi belajar

inkuiri. Strategi pembelajaran berbasis masalah memberi tekanan pada

terselesaikannya suatu masalah secara menalar. Pentingnya strategi belajar ini

oleh karena belajar pada prinsipnya adalah suatu proses interaksi antara

manusia dan lingkungannya. Proses ini dapat juga disebut sebagai internalisasi

oleh karena di dalam interaksi tersebut manusia aktif memahami dan

menghayati makna dari lingkungannya. Proses ini berlangsung secara

bertahap, mulai dari menerima stimulus dari lingkungan, sampai pada memberi


(12)

John Dewey dalam Sanjaya (2006) menjelaskan 6 langkah SPBM yang kemudian dia namakan metode pemecahan masalah (problem solving), yaitu:

1. Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah yang akan dipecahkan.

2. Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang.

3. Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. 4. Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan

informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah.

5. Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan.

6. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.

Sedangkan menurut Djamarah (2006), langkah-langkah dalam pemecahan masalah adalah sebagai berikut:

1. Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan.

2. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Misalnya, dengan jalan membaca buku-buku, meneliti, bertanya, berdiskusi, dan lain-lain.

3. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh, pada langkah kedua di atas.

4. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini siswa harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa jawaban tersebut betul-betul cocok. Apakah sesuai dengan jawaban sementara atau sama sekali tidak sesuai.

5. Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tadi.

Menurut Sanjaya (2006) SPBM dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Terdapat 3 ciri utama strategi pembelajaran berbasis masalah:

1. SPBM merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi SPBM ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. SPBM tidak mengharapkan siswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi pembelajaran, akan tetapi melalui metode pemecahan masalah siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan.


(13)

2. Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. SPBM menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah maka tidak mungkin ada proses pembelajaran. 3. Pemecahan masalah dilakukan dengan pendekatan berpikir secara ilmiah.

Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan data dan fakta yang jelas.

Sejalan dengan teori di atas, Gulo (2002) menjelaskan bahwa pemilihan materi dalam strategi pembelajaran berbasis masalah memerlukan kriteria sebagai berikut:

1. Bahan yang dipilih bersifat conflict issue atau kontroversial. Bahan seperti itu dapat direkam dari peristiwa-peristiwa konkret dalam bentuk audio visual atau klipping atau disusun sendiri oleh guru.

2. Bahan yang dipilih bersifat umum sehingga tidak terlalu asing bagi siswa. 3. Bahan tersebut mencakup kepentingan orang banyak dalam masyarakat. 4. Bahan tersebut mendukung tujuan pengajaran dan pokok bahasan dalam

kurikulum sekolah.

5. Bahan tersebut merangsang perkembangan kelas yang mengarah pada tujuan yang dikehendaki.

6. Bahan tersebut menjamin kesinambungan pengalaman belajar siswa.

Menurut Sanjaya (2006) keunggulan dan kelemahan strategi pembelajaran berbasi masalah yaitu:

1. Keunggulan:

a. Pemecahan masalah (problem solving) merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.

b. Pemecahan masalah (problem solving) dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.

c. Pemecahan masalah (problem solving) dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.

d. Pemecahan masalah (problem solving) dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.

e. Pemecahan masalah (problem solving) dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Disamping itu, pemecahan masalah itu juga dapat mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya.


(14)

f. Melalui Pemecahan masalah (problem solving) bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran (matematika, IPA, sejarah, dan lain-lain), pada dasarnya merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa. Bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku-buku saja.

g. Pemecahan masalah (problem solving) dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.

h. Pemecahan masalah (problem solving) dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru. i. Pemecahan masalah (problem solving) dapat memberikan kesempatan

pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.

j. Pemecahan masalah (problem solving) dapat mengembangkan minat siswa untuk terus menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.

2. Kelemahan:

a. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.

b. Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuh-kan cukup waktu untuk persiapan.

c. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.

Berdasarkan definisi-definisi di atas, bahwa dalam penelitian ini langkah

pembelajaran berbasis masalah yang akan dilaksanakan dengan memilih salah

satu pendapat para ahli teori di atas yaitu dari John Dewey. Adapun

langkah-langkah tersebut adalah berikut.

Langkah pertama, guru mengajukan pertanyaan atau menampilkan fenomena

dalam kehidupan sehari-hari, lalu siswa merumuskan masalah berdasarkan

pertanyaan atau fenomena dalam kehidupan sehari-hari. Langkah kedua, siswa


(15)

hipotesis atau jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji.

Dan langkah selanjutnya, untuk menguji hipotesis dilakukan pengumpulan

data dari eksperimen/ observasi, serta langkah terakhir yaitu menganalisis data

untuk menguji hipotesis dan merumuskan rekomendasi pemecahan masalah,

yaitu sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.

Sehingga pada akhir pembelajaran, dari hasil pengumpulan data melalui

eksperimen atau observasi, siswa akan memperoleh konsep-konsep yang

relevan dari materi yang dipelajari. Dengan demikian, dalam Strategi

Pembelajaran berbasis masalah ini siswa terlibat secara mental maupun fisik

untuk memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.

2.5 Hipotesis

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik hipotesis PTK sebagai berikut ;

Apabila dalam pembelajaran IPA kelas V SDN 4 Kota Karang menggunakan

Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah dengan memperhatikan prosedur

secara tepat, maka akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

2.6 Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah:

1. Adanya peningkatan aktivitas siswa selama pembelajaran dengan strategi

pembelajaran berbasis masalah di setiap siklusnya.

2. Adanya peningkatan prestasi belajar siswa pada setiap siklusnya.

3. Berdasarkan prestasi belajar, ≥ 85% siswa mencapai kriteria ketuntasan minimum (KKM) yang ditetapkan sekolah 65.


(16)

Rencana Tindakan Analisis &

Refleksi

Observasi

Pelaksanaan Tindakan SIKLUS I

Analisis & Refleksi

Observasi

Pelaksanaan Tindakan Perbaikan Rencana Tindakan

SIKLUS II BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (classroom action research). Prosedur penelitian dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur, yang terdiri dari 4 tahap, yaitu (1) merencanakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) pengamatan, dan (4) Refleksi ( Wardhani, 2007)

Adapun alur dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah sebagai berikut:


(17)

3.2 Setting (Penataan) Penelitian

1. Tempat/lokasi penelitian : Penelitian dilaksanakan di SDN 4 Kota Karang

2. Lama penelitian : 4 bulan

3. Waktu penelitian : semester genjil tahun ajaran 2012/2013

4. Subjek penelitian : kelas V SDN 4 Kota Karang

3.3 Alat Pengumpul Data

1. Lembar observasi

Instrumen ini dirancang oleh peneliti berkolaborasi dengan guru kelas.

Lembar observasi ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai

kinerja guru dan aktivitas belajar siswa selama penelitian tindakan kelas

dalam pembelajaran IPA dengan strategi pembelajaran berbasis masalah

2. Angket

Instrumen ini juga dirancang oleh peneliti berkolaborasi dengan guru

kelas. Pedoman ini digunakan untuk menjaring data berkaitan dengan

pandangan dan pendapat siswa terhadap strategi pembelajaran berbasis

masalah.

3. Tes

Tes digunakan untuk mendapatkan data prestasi belajar IPA kelas V

semester 1 SDN 4 Kota Karang yang diajarkan dengan strategi


(18)

3.4 Teknik Analisis Data

1. Analisis kualitatif, akan digunakan untuk menganalisis data yang terdiri

atas:

a. Data aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung.

Data diperoleh dengan mengadakan pengamatan secara langsung

terhadap aktivitas siswa selama pembelajaran dilakukan dengan

menggunakan lembar observasi aktivitas siswa. Data aktivitas

diperoleh berdasarkan perilaku yang sesuai dan relevan dengan kegiatan

pembelajaran.

b. Data kinerja guru selama pembelajaran berlangsung.

Data diperoleh dengan mengadakan pengamatan secara langsung

terhadap kinerja guru selama pembelajaran dilakukan dengan

menggunakan lembar observasi kinerja guru.

Rumus Penilaian dengan persen dari lembar observasi siswa dan kinerja

guru di atas adalah sebagai berikut.

100

X SM

R

NP

Keterangan :

NP = Nilai persen yang dicari atau diharapkan R = Skor mentah yang diperloleh siswa

SM = Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan 100 = Bilangan tetap


(19)

Kriteria Keberhasilan Aktivitas Belajar Siswa dan kinerja Guru dalam (%)

90% – 100% = Baik sekali 75% – 89% = Baik 60% – 74% = Cukup 40% – 59% = Kurang 0% – 39% = Kurang sekali ( Arifin, 2010)

c. Lembar angket siswa

Data diperoleh dengan membagikan lembar angket pada akhir

penelitian. Rumus penilaian dengan persen dari lembar angket siswa

sebagai berikut.

% 100

X SS SM PA

Keterangan:

PA = Persentase Aspek SM = Siswa Menjawab “ya”

SS = Seluruh Siswa

2. Analisis kuantitatif

Data hasil penelitian yang tergolong data kuantitatif dilakukan secara deskriptif, yakni dengan menghitung ketuntasan klasikal dan ketuntasan individual dengan rumus sebagai berikut:

a. Ketuntasan Individual

100

X N R


(20)

Keterangan :

S = Nilai yang diharapkan

R= Jumlah skor / item yang dijawab benar

N= Skor maksimum dari tes

b. Ketuntasan Klasikal

% 100

X SS STB KK

Keterangan :

KK = Ketuntasan Klasikal STB = Siswa yang Tuntas Belajar SS = Seluruh Siswa

Ketuntasan individual : Jika siswa mencapai ketuntasan hasil

belajar ≥ 65

Ketuntasan klasikal : Jika ≥ 85 % dari seluruh siswa mencapai

ketuntasan hasil belajar ≥65 (KKM)

(Mulyasa, 2002)

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian berupa soal pilihan ganda dan uraian.. Instrumen lain

berupa lembar kegiatan siswa dan guru selama pembelajaran.

3.6 Validitas Dan Realibilitas

A. Validitas

Validitas Adalah : Suatu Ukuran Yang Menunjukkan Tingkat Kevalidatisan Dan

Kesahihan Instrument, Untuk Menentukan Validitas Butir Soal Dapat Di Gunakan

Berapa Tahapan Dan Rumus Sbb:

Rpbis = Mp-Mt P


(21)

Analisa Validitas Dari Hasil Uji Coba 10 Butir Soal Terhadap 40 Orang Peserta

Tabel 3.1 Tabel Penilaian Validitas Dengan 10 Butir Soal Dan 40 Orang Peserta

TABEL PENILAIAN DENGAN 10 BUTIR SOAL DAN 40 ORANG PESERTA

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 ALYA 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9

2 ANDINI 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 8

3 CAHYA 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 7

4 CITRA 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 9

5 DEDE 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 8

6 DEDI 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 9

7 DARMA 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 6

8 ELLI 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 8

9 ENDANG 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 8

10 FITRIYANI 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9

11 FATRA 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9

12 GUNAWAN 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 7

13 GILANG 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9

14 GUNANJAR 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 8

15 HESTI 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 8

16 HANA 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 8

17 HELEN 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 7

18 HADI 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 8

19 HERI 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 7

20 IJAL 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9

21 IWAN 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 8

22 INDRI 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 7

23 ISMA 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9

24 JONI 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 7

25 JULI 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 7

26 JAYA 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 7

27 KASMAN 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9

28 KARNO 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 6

29 KOMALA 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 8

30 KIKI 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 8

31 LENI 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9

32 LENA 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 7

33 M.FAUZI 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 7

34 M.ALAMSYAH 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 7

35 NAILA 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 7

36 NADIRA 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 7

37 SIFA 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 7

38 SUSI 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 6

39 SILVI 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 7

40 SALMAN 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 8

29 31 35 29 29 36 29 32 27 32 NO NAMA SISWA

BUTIR SOAL

SKOR

JUMLAH


(22)

Tabel 3.2 Tabel Penilaian Validitas Dengan 10 Butir Soal dan 40 Orang Peserta

Penyelesaian

NO

NOMOR BUTIRAN SOAL

Xt Xt2

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9 81

2 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 8 64

3 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 7 49

4 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 9 81

5 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 8 64

6 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 9 81

7 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 6 36

8 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 8 64

9 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 8 64

10 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 81

11 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9 81

12 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 7 49

13 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9 81

14 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 8 64

15 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 8 64

16 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 8 64

17 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 7 49

18 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 8 64

19 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 7 49

20 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 81

21 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 8 64

22 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 7 49

23 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 81

24 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 7 49

25 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 7 49

26 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 7 49

27 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 9 81

28 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 6 36

29 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 8 64

30 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 8 64

31 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9 81

32 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 7 49

33 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 7 49

34 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 7 49

35 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 7 49

36 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 7 49

37 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 7 49

38 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 6 36

39 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 7 49

40 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 8 64

N 29 31 35 29 29 36 29 32 27 32 309 2421

P 0,725 0,775 0,875 0,725 0,725 0,9 0,725 0,8 0,675 0,8 Q 0,275 0,225 0,125 0,275 0,275 0,1 0,275 0,2 0,325 0,2


(23)

Analisa Validitas Dari Soal Di Atas Adalah :

 Nilai ∑Xt = 309 Nilai ∑Xt2= 2421

 Nilai P Adalah Jumlah Yang Menjawab Benar Pada Butir 1 Yang Menjawab Benar 29 Orang Berarti P = 29/40= 0,725

 Nilai Q Adalah 1-P ( Pada Butir 1 Nilai Q Adalah 1- 0,725= 0,275

 Demikian Untuk Butir Soal Seterusnya

 Menghitung Rata-Rata Skor Total :

Mt = ∑Xt / N = 309 / 40 = 7,725

 Menghitung Mp Setiap Butir Soal ( Rata-Rata Hitung Dari Skor Total Yang Di Jawab Dengan Benar )

Penyelesaian Perhitungan Mp :

Pada Butir 1 Jumlah Yang Menjawab Benar Ada 29 Orang

(1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,13,14,15,17,18,19,20,21,22,23,25,26,27,28,29,30,

31,32,33,35,36,37,38,39,40) Skor Dari Tiap Siswa Adalah :

(9+8+7+9+8+9+6+8+8+9+9+7+7+9+8+8+8+7+8+7+9+8+7+9+7+7+7+9

+6+8+8+9+7+7+7+7+7+7=8) Total Nya Adalah: 309 Maka Mp Dapat Di

Cari Dengan Menggunakan Rumus :Mp = 309/29 = 10,7

 Menghitung Standar Deviasi Total : Sdt = ∑Xt2 – (∑Xt)2

N N

= 2421 – (309)2

40 40


(24)

= 59.01

= 48,23

Maka Dapat Di Ketahui Validitas Dari Butir 1 Adalah :

Rpbis = Mp-Mt P

Sdt Q

= 10,7-7,725 0,725 48.24 0,275

= 0,125 0,725 48.23 0,275

= (0,06) ( 2,63)

= ( 0.16 )

= 0.4 --- valid

Makin Tinggi Koefisien Korelasi Yang Dimiliki Semakin Valid Butir

Instrumen Tersebut, Secara Umum Jika Koefisien Korelasi Sudah Lebih

Besar Dari 0,3 Maka Butir Instrument Tersebut Sudah Dikatakan Valid

Weiresma And Jurs , 1990

B. Realibilitas

Realibilitas Adalah : Tingkat Keajegan Suatu Test, Sejauh Mana Test

Dapat Di Percaya , Analisis Reabilitasi Butir Soal Dengan Metode Kuder-


(25)

Rkr

20

= K ( 1-

∑Pq)

K-1 S

2

Kr20 = Koefisien Korelasi Dengan Kr 20

K = Jumlah Butir Soal P = Proporsi Jawaban Benar Q = Proporsi Jawaban Salah ( 1-P)

Untuk Menghitung Harga P Dan Q Sama Dengan Yang Di Uraikan Pada

Pembahasan Validitas Butir Instrument, Sedangkan Mencari Variasi Atau Variant

Adalah :

S

2

= ∑X

2

/ N

X

2

Analisis Realibilitas Untuk Butir Soal No 1 Adalah Sebagai Berikut :

Tabel 3.3 Tabel Penilaian Reabilitas Dengan 10 Butir Soal dan 40 Orang Peserta

Data hasil uji coba 10 butir soal terhadap 40 orang peserta.

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1

2 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1

3 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1

4 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1

5 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0

6 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1

7 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0

8 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1

9 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1

10 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1

11 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1

12 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0

13 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1

14 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0

15 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1

16 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0

17 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0

18 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1

19 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1

20 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1

21 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1

22 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1

23 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1

24 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1

25 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1

26 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1

27 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1

28 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1

29 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1

30 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1

31 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1

32 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1

33 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1

34 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1

35 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1

36 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1

37 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0

38 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1

39 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0

40 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1

P Q J NO

NOMOR BUTIRAN SOAL


(26)

Selanjutnya

Tabel 3.4 Tabel Penilaian Reabilitas Dengan 10 Butir Soal dan 40 Orang Peserta

Penyelesaian

NO

NOMOR BUTIRAN SOAL

Xt Xt2

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9 81

2 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 8 64

3 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 7 49

4 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 9 81

5 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 8 64

6 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 9 81

7 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 6 36

8 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 8 64

9 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 8 64

10 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 81

11 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9 81

12 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 7 49

13 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9 81

14 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 8 64

15 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 8 64

16 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 8 64

17 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 7 49

18 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 8 64

19 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 7 49

20 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 81

21 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 8 64

22 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 7 49

23 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 81

24 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 7 49

25 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 7 49

26 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 7 49

27 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 9 81

28 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 6 36

29 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 8 64

30 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 8 64

31 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9 81

32 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 7 49

33 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 7 49

34 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 7 49

35 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 7 49

36 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 7 49

37 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 7 49

38 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 6 36

39 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 7 49

40 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 8 64

J 29 31 35 29 29 36 29 32 27 32 30

9 2421

P 0,725 0,775 0,875 0,725 0,725 0,9 0,725 0,8 0,675 0,8

Q 0,275 0,225 0,125 0,275 0,275 0,1 0,275 0,2 0,325 0,2

∑p.q 0.199 38 0.174 38 0.109 38 0.199 38 0.199 38 0.0 9 0.199 38 0.1 6 0.219 38 0.1


(27)

 Hitung Skor Rata-Rata Total Dengan Rumus :

X = ∑Xt / N = 309 / 40 = 7,725

 Menghitung Variasi Total :

S2 = ∑X2/ N – X2 = 2421 / 40 – 7,72 = 60.525 – 59.29 = 0.84

Menghitung Realibilitas Dengan Rumus Rkr20 Untuk Butir 1 Sebagai Berikut ;

Rkr20 = K ( 1- ∑Pq)

K-1 S2

= 10 (1- 1.4028) 10-1 0.84

= 1,11 ( 1- 1.67 )

= 1,11 ( 0,67)

= 0,67

= 0,7 ---Reliabel

Kesimpulan :

Koefisien Korelasi Berada Antara 0-1, Suatu Instrument Dikatakan Reliable Jika

Koefisien Korelasinya ≥ 0,6, Makin Tinggi Koefisien Korelasinya Makin Rliabel

Instrument Tersebut.

C. Analisis butir soal


(28)

Tabel 3.5 Tabel Penilaian Analisis Butir Soal Dengan 10 Butir Soal dan 40 Orang

Peserta Penyelesaian Data hasil uji coba 10 butir pada 40 peserta

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 ALYA 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9

2 ANDINI 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 8

3 CAHYA 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 7

4 CITRA 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 9

5 DEDE 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 8

6 DEDI 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 9

7 DARMA 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 6

8 ELLI 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 8

9 ENDANG 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 8

10 FITRIYANI 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9

11 FATRA 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9

12 GUNAWAN 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 7

13 GILANG 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9

14 GUNANJAR 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 8

15 HESTI 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 8

16 HANA 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 8

17 HELEN 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 7

18 HADI 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 8

19 HERI 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 7

20 IJAL 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9

21 IWAN 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 8

22 INDRI 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 7

23 ISMA 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9

24 JONI 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 7

25 JULI 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 7

26 JAYA 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 7

27 KASMAN 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9

28 KARNO 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 6

29 KOMALA 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 8

30 KIKI 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 8

31 LENI 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9

32 LENA 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 7

33 M.FAUZI 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 7

34 M.ALAMSYAH 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 7

35 NAILA 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 7

36 NADIRA 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 7

37 SIFA 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 7

38 SUSI 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 6

39 SILVI 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 7

40 SALMAN 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 8

29 31 35 29 29 36 29 32 27 32

NO NAMA SISWA

BUTIR SOAL

SKOR


(29)

Hasil perhitungan dan sebaran tingkat kesukaran butir soal berdasarkan data

Tabel 3.6 Tabel Hasil Perhitungan dan sebaran tingkat kesukaran butir soal

berdasarkan data

No soal N Sm ∑x p Kriteria

1 40 1 29 0,728 mudah

2 40 1 31 0,775 mudah

3 40 1 35 0,875 mudah

4 40 1 29 0,725 mudah

5 40 1 29 0,725 mudah

6 40 1 36 0,9 mudah

7 40 1 29 0,725 mudah

8 40 1 32 0,8 mudah

9 40 1 27 0,675 sedang

10 40 1 32 0,8 mudah

Cara perhitungan :

 Untuk butir soal 1

P = ∑X / Smn maka P = 29 / 1 x 40 = 0,725

 Untuk butir soal 2

P = ∑X / Smn maka P = 31 / 1 x 40 = 0,775

 Untuk butir soal 3

P = ∑X / Smn maka P = 35 / 1 x 40 = 0,875 Dan seterusnya sampai dengan butir soal no 10.

1. Daya pembeda soal pilihan ganda

Untuk menentukan daya pembeda soal bentuk pilihan ganda maka akan kita

perhatikan kembali table hasil pelaksanaan uji coba 10 butir test pilihan ganda


(30)

Mengurutkan jumlah perolehan skor peserta test dari yang tertinggi sampai

yang terendah, hasil dari langkah tersebut dapat di lihat di table berikut :

Tabel 3.7 Tabel Uji Pilihan Ganda Tabel penilaian dengan 10 butir soal dengan 45 orang peserta

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10

11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10

2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9

18 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9

25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9

26 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9

27 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9 33% Kelompok atas

41 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9

3 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 8

4 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 8

5 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 8

8 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 8

10 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 8

16 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8

17 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 8

30 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 8

32 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 8

36 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 8

38 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 8

45 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 8

1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 7

6 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 7

9 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 7

12 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 7

13 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 7

14 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 7

15 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 7

19 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 7

20 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 7

21 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 7

22 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 7

23 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 7

28 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 7

29 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 7

31 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 7

33 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 7

35 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 7

37 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 7

39 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 7 33% Kelompok bawah

40 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 7

42 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 7

43 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 7

44 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 7

24 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 6

34 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 5

NO

NOMOR BUTIR INSTRUMEN


(31)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10

11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10

2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9

18 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9

25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9

26 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9

27 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9

41 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9

3 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 8

4 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 8

5 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 8

8 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 8

10 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 8

∑X 13 12 10 12 12 12 11 11 11 10

N 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40

Sm 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

p 0.325 0.3 0.25 0.3 0.3 0.3 0.275 0.275 0.275 0.25 NO

NOMOR BUTIR INSTRUMEN

SKOR Pada table di atas kita kelompokkan peserta test menjadi dua kelompok,

teratas yaitu : 33% dari 40 peserta maka jumlahnya menjadi 13 orang, begitu

juga kelompok bawah ada 13 orang hasil dari 33%x40 orang.

Langkah selanjutnya adalah menghitung proporsi jawaban benar untuk butir

soal pada kelompok atas dan kelompok bawah untuk keperluan perhitungan

kita buat kedua kelompok tersebut seperti pada table.

Tabel 3.8 Tabel Proposi Jawab Benar

Untuk menghitung proporsi menjawab benar pada baris p, perhitungan


(32)

KELOMPOK ATAS KELOMPOK BAWAH

1 0.325 0.275 0.05

2 0.3 0.25 0.05

3 0.25 0.275 -0.025

4 0.3 0.275 0.025

5 0.3 0.3 0

6 0.3 0.35 -0.05

7 0.275 0.35 -0.075

8 0.275 0.475 -0.2

9 0.275 0.5 -0.225

10 0.25 0.525 -0.275

NOMOR BUTIR PROPORSI MENJAWAB BENAR DAYA PEMBEDA (D)

Tabel 3.9 Tabel Proposi Jawab Benar Tingkat

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

28 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 7

29 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 7

31 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 7

33 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 7

35 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 7

37 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 7

39 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 7

40 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 7

42 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 7

43 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 7

44 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 7

24 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 6

34 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 5

∑X 11 10 11 11 12 14 14 19 20 21

N 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40

Sm 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

p 0.275 0.25 0.275 0.275 0.3 0.35 0.35 0.475 0.5 0.525 NO

NOMOR BUTIR INSTRUMEN

SKOR

Langkah selanjutnya membandingkan proporsi menjawab benar, butir soal

untuk kedua kelompok untuk memudahkan perhitungan daya pembeda butir

soal, maka disajikan dalam bentuk table.


(33)

Kriteria Daya Pembeda (Crocker & Algina dalam Drs. Harun Rasyid):

0,40 – 0.10 = Baik

0,30 – 0,39 = Dapat diterima (tidak perlu direvisi) 0,20 – 0,29 = Perlu direvisi

-1,0 – 0,19 = Tidak Berfungsi

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa daya pembeda dari beberapa

soal tersebut diatas sebanarnya termasuk dalam soal yang memiliki daya

pembeda yang baik, yaitu butir tersebut dapat membedakan peserta

bekemampuan tinggi dengan peserta berkemampuan rendah.

3.7Menguji Coba Instrumen Test

Untuk mendapatkan validitas yang baik, maka instrumen test diujicobakan

dikelas

3.8 Menganalisis Hasil Uji Coba Test

Dari hasil uji coba instrumen test, maka skor yang diperoleh akan dianalisis


(34)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Berdasarkan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan metode

pemberian tugas yang dilakukan terhadap siswa kelas V mata pelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam Sekolah Dasar Negeri 4 Kota Karang Bandar Lampung

dapat disimpulkan :

1. Aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan siswa yang aktif. Pada

siklus I pertemuan 1 (20%) siswa aktif, pertemuan 2 (72,5%) siswa aktif.

Pada siklus II pertemuan 1 (90%) siswa aktif pertemuan 2 (97,5%) siswa

aktif.

2. Hasil belajar yang telah dilakukan siswa meningkat dari siklus I rata-rata

hasil belajar 55,5 menjadi 75,5 pada siklus II. Terjadi peningkatan dari

siklus I ke siklus II sebesar 20.

5.2Saran

Dalam menerapkan strategi pembelajaran berbasis masalah dalam proses

pembelajaran perlu diperhatikan beberapa hal:

1. Masalah yang dipilih mendukung tujuan pengajaran dan pokok bahasan


(35)

2. Guru harus menguasai materi pembelajaran dengan baik, terutama

menguasai mekanisme strategi pembelajaran berbasis masalah sehingga

guru dapat menguasai kelas.

3. Langkah-langkah strategi pembelajaran berbasis masalah harus

disampaikan dengan jelas kepada siswa, sehingga tidak membuat siswa


(36)

DAFTAR PUSTAKA

Anni, Catarina. 2006. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta. Media Abadi BSNP. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah Standar Isi Standar Kelulusan IPA. Depdiknas. Jakarta.

Dalyono. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta. Renika Cipta Depdiknas. 2004. Sains. Depdiknas. Jakarta.

Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Abdi Mahatsa Djuanda. 2006. Kapita Selekta Pembelajaran. Depdiknas. Jakarta

Djamarah, Syaiful Bahri. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta. Gulo, W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Grasindo. Jakarta.

Hamalik, Oemar. 2005. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Larasati,Riska. 2005. Analisis Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan Pengaruhnya Terhadap Upaya Peningkatan Hasil Belajar Akuntansi Dalam Pokok Bahasan Pencatatan Transaksi Perusahaan Dagang Mata Pelajaran Akuntansi pada Siswa Kelas II Semester I SMU Negeri 7 Purworejo. (Skripsi). Universitas Negeri Semarang. Semarang.

Sagala, Syaiful, 2006. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung. Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Kencana Prenada Media. Jakarta.

Susanti, Yeni. 2009. Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses untuk Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas IV SDN Rama Nirwana, Universitas Lampung. Lampung.

Suharsimi, Arikunto. 1998. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta. Bumi Aksara

Syaifuddin, Mohammad, dkk. 2007. Manajemen Berbasis Sekolah. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.


(1)

30

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10

11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10

2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9

18 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9

25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9

26 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9

27 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9

41 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9

3 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 8

4 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 8

5 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 8

8 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 8

10 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 8

∑X 13 12 10 12 12 12 11 11 11 10

N 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40

Sm 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

p 0.325 0.3 0.25 0.3 0.3 0.3 0.275 0.275 0.275 0.25

NO

NOMOR BUTIR INSTRUMEN

SKOR Pada table di atas kita kelompokkan peserta test menjadi dua kelompok, teratas yaitu : 33% dari 40 peserta maka jumlahnya menjadi 13 orang, begitu juga kelompok bawah ada 13 orang hasil dari 33%x40 orang.

Langkah selanjutnya adalah menghitung proporsi jawaban benar untuk butir soal pada kelompok atas dan kelompok bawah untuk keperluan perhitungan kita buat kedua kelompok tersebut seperti pada table.

Tabel 3.8 Tabel Proposi Jawab Benar

Untuk menghitung proporsi menjawab benar pada baris p, perhitungan


(2)

31

KELOMPOK ATAS KELOMPOK BAWAH

1 0.325 0.275 0.05

2 0.3 0.25 0.05

3 0.25 0.275 -0.025

4 0.3 0.275 0.025

5 0.3 0.3 0

6 0.3 0.35 -0.05

7 0.275 0.35 -0.075

8 0.275 0.475 -0.2

9 0.275 0.5 -0.225

10 0.25 0.525 -0.275

NOMOR BUTIR PROPORSI MENJAWAB BENAR DAYA PEMBEDA (D) Tabel 3.9 Tabel Proposi Jawab Benar Tingkat

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

28 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 7

29 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 7

31 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 7

33 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 7

35 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 7

37 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 7

39 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 7

40 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 7

42 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 7

43 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 7

44 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 7

24 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 6

34 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 5

∑X 11 10 11 11 12 14 14 19 20 21

N 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40

Sm 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

p 0.275 0.25 0.275 0.275 0.3 0.35 0.35 0.475 0.5 0.525 NO

NOMOR BUTIR INSTRUMEN

SKOR

Langkah selanjutnya membandingkan proporsi menjawab benar, butir soal untuk kedua kelompok untuk memudahkan perhitungan daya pembeda butir soal, maka disajikan dalam bentuk table.


(3)

32 Kriteria Daya Pembeda (Crocker & Algina dalam Drs. Harun Rasyid): 0,40 – 0.10 = Baik

0,30 – 0,39 = Dapat diterima (tidak perlu direvisi) 0,20 – 0,29 = Perlu direvisi

-1,0 – 0,19 = Tidak Berfungsi

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa daya pembeda dari beberapa soal tersebut diatas sebanarnya termasuk dalam soal yang memiliki daya pembeda yang baik, yaitu butir tersebut dapat membedakan peserta bekemampuan tinggi dengan peserta berkemampuan rendah.

3.7Menguji Coba Instrumen Test

Untuk mendapatkan validitas yang baik, maka instrumen test diujicobakan dikelas

3.8 Menganalisis Hasil Uji Coba Test

Dari hasil uji coba instrumen test, maka skor yang diperoleh akan dianalisis untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam memahami materi


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Berdasarkan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan metode pemberian tugas yang dilakukan terhadap siswa kelas V mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Sekolah Dasar Negeri 4 Kota Karang Bandar Lampung dapat disimpulkan :

1. Aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan siswa yang aktif. Pada siklus I pertemuan 1 (20%) siswa aktif, pertemuan 2 (72,5%) siswa aktif. Pada siklus II pertemuan 1 (90%) siswa aktif pertemuan 2 (97,5%) siswa aktif.

2. Hasil belajar yang telah dilakukan siswa meningkat dari siklus I rata-rata hasil belajar 55,5 menjadi 75,5 pada siklus II. Terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 20.

5.2Saran

Dalam menerapkan strategi pembelajaran berbasis masalah dalam proses pembelajaran perlu diperhatikan beberapa hal:

1. Masalah yang dipilih mendukung tujuan pengajaran dan pokok bahasan dalam kurikulum sekolah serta menarik minat siswa untuk belajar.


(5)

63

2. Guru harus menguasai materi pembelajaran dengan baik, terutama menguasai mekanisme strategi pembelajaran berbasis masalah sehingga guru dapat menguasai kelas.

3. Langkah-langkah strategi pembelajaran berbasis masalah harus disampaikan dengan jelas kepada siswa, sehingga tidak membuat siswa bingung saat proses pembelajaran berlangsung.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Anni, Catarina. 2006. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta. Media Abadi BSNP. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah Standar Isi Standar Kelulusan IPA. Depdiknas. Jakarta.

Dalyono. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta. Renika Cipta Depdiknas. 2004. Sains. Depdiknas. Jakarta.

Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Abdi Mahatsa Djuanda. 2006. Kapita Selekta Pembelajaran. Depdiknas. Jakarta

Djamarah, Syaiful Bahri. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta. Gulo, W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Grasindo. Jakarta.

Hamalik, Oemar. 2005. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Larasati,Riska. 2005. Analisis Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan Pengaruhnya Terhadap Upaya Peningkatan Hasil Belajar Akuntansi Dalam Pokok Bahasan Pencatatan Transaksi Perusahaan Dagang Mata Pelajaran Akuntansi pada Siswa Kelas II Semester I SMU Negeri 7 Purworejo. (Skripsi). Universitas Negeri Semarang. Semarang.

Sagala, Syaiful, 2006. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung. Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Kencana Prenada Media. Jakarta.

Susanti, Yeni. 2009. Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses untuk Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas IV SDN Rama Nirwana, Universitas Lampung. Lampung.

Suharsimi, Arikunto. 1998. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta. Bumi Aksara

Syaifuddin, Mohammad, dkk. 2007. Manajemen Berbasis Sekolah. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.


Dokumen yang terkait

IMPLEMENTASI MODEL SEQIP DENGAN MENGGUNAKAN PENILAIAN KINERJA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA POKOK BAHASAN PROSES PEMBENTUKAN TANAH KELAS V SDN 4 ASEMBAGUS TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 3 4

IMPLEMENTASI MODEL SEQIP DENGAN MENGGUNAKAN PENILAIAN KINERJA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA POKOK BAHASAN PROSES PEMBENTUKAN TANAH KELAS V SDN 4 ASEMBAGUS TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 3 17

PENGGUNAAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN 2 PURWODADI TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 12 44

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD NEGERI 3 SUKADADI TAHUN PALAJARAN 2012/2013

0 4 65

PENGGUNAAN METODE SIMULASI UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn DI KELAS VIII SMP PGRI 4 SEKAMPUNG LAMPUNG TIMUR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 6 63

PENGGUNAAN METODE SIMULASI UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn DI KELAS VIII SMP PGRI 4 SEKAMPUNG LAMPUNG TIMUR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 8 57

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE INDEX CARD MATCH (ICM) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS IVA SDN 1 METRO BARAT TAHUN PELAJARAN 2012/2013

1 16 43

PENGGUNAAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PADA MATA PELAJARAN IPA SISWA KELAS V SDN 4 KOTA KARANG BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 6 36

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI MEDIA REALIA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS IV SDN I CANDIMAS KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 2 35

PENGGUNAAN PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS II SDN 3 TALANG KECAMATAN TELUK BETUNG SELATAN KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 7 70