PENGGUNAAN METODE SIMULASI UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn DI KELAS VIII SMP PGRI 4 SEKAMPUNG LAMPUNG TIMUR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(1)

PENGGUNAAN METODE SIMULASI UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn

DI KELAS VIII SMP PGRI 4 SEKAMPUNG LAMPUNG TIMUR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(Skripsi)

Oleh KASTIMAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2012


(2)

PENGGUNAAN METODE SIMULASI UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn

DI KELAS VIII SMP PGRI 4 SEKAMPUNG LAMPUNG TIMUR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh

KASTIMAN

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi PPKn

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2012


(3)

DAFTAR GAMBAR


(4)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

SURAT PERNYATAAN ... v

RIWAYAT HIDUP ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

MOTTO ... viii

SANWACANA ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Batasan Masalah ... 9

D. Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Kegunaan Penelitian ... 9

1. Kegunaan Teoritis ... 9

2. Kegunaan Praktis ... 10

G. Ruang Lingkup Penelitian ... 10

1. Ruang Lingkup Ilmu ... 10

2. Ruang Lingkup Objek Penelitian ... 11

3. Ruang Lingkup Subjek Penelitian ... 11

4. Ruang Lingkup Wilayah ... 11

5. Ruang Lingkup Waktu Penelitian ... 11

II. KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teoritis ... 12

1. Pengertian Pembelajaran ... 13

2. Kedudukan Pemilihan dan Penentuan Metode dalam Pengajaran 15 3. Kedudukan Metode dalam Pembelajaran ... 16

4. Pemilihan dan Penentuan Metode ... 18

5. Metode Simulasi ... 21


(5)

b. Pelaksanaan Simulasi ... 22

c. Kelebihan Simulasi ... 22

d. Kelemahan Simulasi ... 24

6. Motivasi Belajar ... 25

7. Penerapan Metode Simulasi untuk Meningkatkan Motivasi Belajar ... 28

III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 32

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 33

1. Waktu Penelitian ... 33

2. Tempat Penelitian ... 33

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 33

1. Subjek Tindakan ... 33

2. Objek Tindakan ... 34

D. Faktor Yang Diteliti ... 34

E. Definisi Konseptual Variabel ... 35

F. Definisi Oprasional Variabel ... 35

G. Teknik Pengumpulan Data ... 38

H. Tekhnik Analisa Data ... 39

IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... ... 43

1. Siklus I ... ... 44

1.1 Perencanaan Siklus I ... 45

1.2 Pelaksanaan Siklus I ... 45

1.3 Observasi Siklus I ... 46

1.4 Refleksi Siklus I ... 48

1.5 Rekomendasi Siklus I ... 51

2. Siklus II ... 52

2.1 Perencanaan Siklus II ... 52

2.2 Pelaksanaan Siklus II ... 53

2.3 Observasi Siklus II ... 54

2.4 Refleksi Siklus II ... 55

2.5 Rekomendasi Siklus II ... 58

3. Siklus III ... 59

3.1 Perencanaan Siklus III ... 59

3.2 Pelaksanaan Siklus III ... 60

3.3 Observasi Siklus III ... 61

3.4 Refleksi Siklus III ... 62

3.5 Rekomendasi Siklus III ... 65


(6)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 72 B. Saran ... 72 DAFTAR PUSTAKA


(7)

DAFTAR TABEL

Halaman

I. Hasil wawancara dengan siswa di SMP PGRI 4 Sekampung ... 6

2. Kisi-kisi Observasi motivasi belajar siswa ... 41

3. Hasil observasi aktivitas belajar siswa siklus I... 49

4. Hasil observasi aktivitas belajar siswa siklus II ... 57


(8)

Judul Skripsi : Penggunaan metode simulasi untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn di Kelas VIII SMP PGRI 4 Sekampung Lampung Timur Tahun Pelajaran 2012-2013

Nama : Kastiman

NPM : 1013132003

Jurusan : Ilmu Pendidikan Sosial Program Studi : PPKn

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Menyetujui 1. Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Holilulloh, M.Si. Hermi Yanzi, S.Pd., M.Pd.

NIP 19610711 1987 03 1003 NIP 19820727 2006 04 1002

2. Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan IPS Ketua Program Studi PPKn

Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si. Drs. Holilulloh, M.Si.


(9)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Holilulloh, MSi. ………

Sekretaris : Hermi Yanzi, S.Pd., M.Pd. ………

Penguji : Dr. Adelina Hasyim, M.Pd. ………

Bukan Pembimbing

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315198503 1 003


(10)

Motto

Cita, Cinta dan Citra, Serta kebahagiaan Bisa tercapai

Berkat Sabar, berdoa dan Serta Selalu Berusaha


(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis di lahirkan di Kebumen Jawa Tengah, pada tanggal 12 November 1969. Penulis adalah anak dari pasangan Bapak Sutarto dan Ibu Kemisah.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh penulis antara lain:

1. SDN 3 Sendang Agung Kecamatan Kalirejo Lampung Tengah selesai tahun 1982

2. SMP Muhammadiyah Sendang Agung Kecamatan Kalirejo selesai tahun 1985 3. SMA Muhammadiyah Sendang Agung Kecamatan Kalirejo selesai tahun 1990 4. Diploma 2, PAI STAIN Jurai Siwo Kota Metro selesai tahun 2000.

5. Tahun 1992 sampai dengan 1998 mengajar di SMP Muhammadiyah 2 dan 4 Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah.

6. Tahun 2001 sampai dengan sekarang mengajar di SMP PGRI 4 Sekampung Kabupaten Lampung Timur.

Kemudian pada tahun 2010, penulis diterima di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung pada Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur S I Dalam Jabatan.


(12)

SANWACANA

Bismillaahirrahmaannirrahim,

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi tindakan kelas yang berjudul

Penggunaan Metode Simulasi Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PKn di Kelas VIII SMP PGRI 4 Sekampung Lampung Timur Tahun Pelajaran 2012-2013. Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan sebagai Sarjana Pendidikan Universitas Lampung.

Terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari hambatan yang datang baik dari luar dan dari dalam diri penulis. Penulisan skripsi ini juga tidak lepas dari bimbingan dan bantuan serta petunjuk dari berbagai pihak, diantaranya bapak Drs. Holilulloh, M.Si., sebagai ketua Program Studi PPKn sekaligus pembimbing I dan bapak Hermi Yanzi, S.Pd., M.Pd., sebagai pembimbing II terimakasih atas bimbingan dan arahanya sehingga penyusunan skripsi ini dapat selesai tepat waktu. Dan tidak lupa pula Penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Dr. M. Thoha B.S. Jaya, M.S. selaku pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.


(13)

3. Drs. Arwin Achmad, M.Si. selaku pembantu Dekan II Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Drs. Hi. Iskandarsyah, M.H. selaku pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

5. Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

6. Ibu Dr. Adelina Hasyim, M.Pd. selaku Pembahas I yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis.

7. Bapak Muhammad Mona Adha, S.Pd., M.Pd. selaku pembahas II yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis.

8. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

9. Bapak dan Ibu staf tata usaha dan karyawan Universitas Lampung.

10.Bapak Saherí, S.Pd. selaku Kepala SMP PGRI 4 Sekampung Lampung Timur yang telah memberikan izin penelitian dan atas segala bantuan yang diberikan kepada Penulis.

11.Bapak dan Ibu guru dan serta staf tata usaha Kepala SMP PGRI 4 Sekampung Lampung Timur

12.Teristimewa untuk Istri dan buah hatiku, terimakasih atas keiklasan cinta dan kasih sayang, doa, motivasi, dan dukungan moral yang telah diberikan.


(14)

13.Teman-teman seperjuangan S 1 guru dalam jabatan Program Studi PPKn, semuanya tanpa terkecuali untuk kekompakan dalam suka maupun duka selama ini, semoga dengan selesainya kuliah kita bukan akhir dari kebersamaan kita. Terus semangat menuju kesuksesan!

14.Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai.

Semoga amal baik yang telah Bapak/Ibu/Saudara/I serta teman-teman berikan akan selalu mendapatkan pahala dan balasan dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan baik dari penyampaian maupun kelengkapannya. Segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan sebagai tolak ukur penulis dimasa yang akan datang. Penulis juga berharap semoga karya sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Januari 2013 Penulis,


(15)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, adalah :

Nama : Kastiman

NPM : 1013132003

Program Studi : PPKn

Jurusan/Fakultas : Pendidikan IPS/FKIP Unila

Alamat : Desa Sumber Gede Sekampung Lampung Timur

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, Januari 2013

Kastiman


(16)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belajar merupakan suatu proses perubahan dalam diri seseorang yang ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan pengetahuan, kecakapan, daya pikir, sikap, kebiasaan dan lain-lain. Perubahan itu merupakan kecakapan baru yang terjadi karena adanya usaha secara sengaja melalui kegiatan pembelajaran. Sebagai bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut. Sebagai suatu proses pembelajaran, belajar merupakan suatu proses kegiatan aktif siswa dalam membangun makna atau pemahaman, maka siswa perlu diberi waktu yang memadai untuk melakukan proses itu. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara memberikan waktu yang cukup untuk berpikir ketika siswa menghadapi masalah, sehingga siswa membangun gagasannya sendiri, tidak membantu siswa terlalu dini dan menghargai usaha siswa walaupun hasilnya belum memuaskan.

Gagne (1985: 67) menyatakan untuk terjadi belajar pada diri siswa diperlukan kondisi belajar, baik internal maupun eksternal. Kondisi internal merupakan peningkatan (arising) memori siswa sebagai hasil belajar terdahulu. Sedangkan


(17)

2

kondisi eksternal meliputi aspek atau benda yang dirancang atau ditata dalam suatu pembelajaran. Keduanya bertujuan untuk merangsang ingatan siswa, menginformasikan tujuan pembelajaran, membimbing siswa belajar materi yang baru, memberikan kesempatan kepada siswa menghubungkan pengetahuan yang telah ada dengan informasi yang baru.

Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan setiap individu yang terlibat di dalam pendidikan itu dituntut berperan secara maksimal dan penuh tanggung jawab untuk meningkatkan mutu pendidikan. Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan maka setiap pelaku pendidikan harus memahami tujuan pendidikan nasional, yaitu membangun kualitas manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan selalu dapat meningkatkan hubungan dengan-Nya, sebagai warga negara yang ber Pancasila mempunyai semangat dan kesadaran yang tinggi, berbudi pekerti yang luhur dan berkepribadian yang kuat, cerdas, terampil, dapat mengembangkan dan menyuburkan sikap demokrasi, dapat memelihara hubungan yang baik antara sesama manusia dengan lingkungan, serta sehat jasmani

Agar pelaksanaan pembelajaran pendidikan kewarganegaraan tersebut menjadi pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM), salah satu solusinya adalah dengan metode pembelajaran, diantaranya dengan menggunakan metode simulasi dan pengoptimalan media pembelajaran. Metode simulasi adalah suatu peniruan sesuatu yang nyata, keadaan sekelilingnya (state of affairs), atau proses. Aksi melakukan simulasi sesuatu


(18)

3

secara umum mewakilkan suatu karakteristik kunci atau kelakuan dari sistem-sistem fisik atau abstrak.

Pendidikan mempunyai peran penting dalam membentuk generasi penerus bangsa yang cerdas dan handal dalam pelaksanaan pembangunan kehidupan bangsa. Sesuai dengan undang- undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pada pasal 3 menyatakan bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreaktif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Dengan memperhatikan isi undang- undang No. 20 tahun 2003 tersebut maka dapat dipastikan bahwa kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh keberhasilan pendidikan bangsa itu sendiri. Pendidikan menuntut pada pihak-pihak yang terlibat didalamnya untuk berperan serta dalam pencapaian hasil pendidikan yang optimal. Salah satu diantaranya adalah guru sebagai pihak yang berperan dalam terciptanya proses pembelajaran yang menarik dan bermutu baik.

Seorang guru atau pendidik tidak berhasil mengembangkan potensi peserta didik maka negara itu tidak akan maju, sebaliknya jika guru atau pendidik berhasil mengembangkan potensi peserta didik, maka terciptalah manusia yang cerdas, terampil, dan berkualitas. Sesuai dengan Depdiknas (2005: 33) yang menyatakan bahwa, “Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama,


(19)

sosio-4

kultural, bahasa, usia, suku bangsa untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang dilandasi oleh Pancasila dan UUD 1945”. Untuk mencapai tujuan ini peranan guru sangat menentukan.

Menurut Wina Sanjaya (2006: 19), peran guru adalah: “Sebagai sumber belajar, fasilitator, pengelola, demonstrator, pembimbing, dan evaluator”. Sebagai motivator guru harus mampu membangkitkan motivasi siswa agar aktivitas siswa dalam proses pembelajaran berhasil dengan baik.

Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku pada setiap individu yang meliputi pengetahuan, pemahaman, sikap dan keterampilan yang didapat melalui pengalaman atau latihan dan berlangsung secara interaksi aktif dengan lingkungan belajarnya. Mutu pendidikan sangat ditentukan oleh metode atau cara yang dilakukan oleh guru dalam proses belajar mengajar. Metode yang baik dapat mengubah sistem pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher

center) menjadi sistem pembelajaran yang berpusat pada siswa (student center).

Proses pembelajaran dimana siswa sebagai pusatnya akan membuat suasana belajar semakin hidup sehingga siswa dapat berdikusi dan bekerjasama dengan temannya.

Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi serta wawancara kepada siswa di kelas VIII SMP PGRI 4 Sekampung Lampung Timur ditemukan beberapa kelemahan yang menyebabkan motivasi belajar siswa terhadap pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) kurang optimal. Hal tersebut terjadi disebabkan karena proses pembelajaran PKn di kelas masih sepenuhnya


(20)

5

terpusat pada guru. Dalam hal ini, guru lebih aktif dalam menerangkan materi pelajaran kepada siswanya, penyajian materi yang diberikan oleh guru kepada murid selalu monoton dan kurang variatif.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru PKn Bapak Budi Santoso pada hari senin tanggal 30 Juli 2012 di ruang guru SMP PGRI 4 Sekampung “dalam memberikan materi pelajaran diakui masih terdapat kelemahan dalam pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran selama ini dalam penyampaian materi pembelajaran di dalam kelas cenderung melakukan dengan ceramah saja sehingga penghayatan dan pengamalan nilai para siswa belum terealisasikan

dengan baik”. Proses pembelajaran seperti ini menimbulkan suasana

pembelajaran yang kurang kondusif sehingga hasil belajar siswa kurang maksimal. Keadaan ini membuat siswa menjadi pasif, siswa lebih banyak melakukan atau sibuk dengan aktivitas yang tidak terkait dengan pelajaran, bercanda dengan temanya, cenderung ramai pada saat pembelajaran berlangsung sehingga konsentrasi siswa tidak terfokus, siswa banyak melamun bahkan mengantuk, siswa kurang motivasi untuk belajar, siswa tidak mampu menjawab dengan sempurna pertanyaan guru, dan siswa tidak punya keberanian untuk mengemukakan pendapat. Dengan keadaan dan situasi yang terjadi tersebut, maka siswa kurang antusias dalam mengikuti proses kegiatan pembelajaran di kelas yang berakibat tujuan dari pembelajaran itu sendiri kurang maksimal.


(21)

6

Keadaan seperti ini pada akhirnya mem bawa dampak kepada motivasi belajar siswa yang kurang optimal yang kurang menyenangkan siswa, siswa merasa bosan pada materi yang diberikan oleh guru. Siswa menjadi malas untuk melakukan bahkan mengikuti aktivitas belajar. Rendahnya motivasi belajar siswa diduga karena guru menggunakan metode pembelajaran yang kurang tepat dalam pembelajarannya. Untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal, maka perlu adanya perbaikan proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, hal ini terlihat dari hasil wawancara yang dilakukan kepada siswa sebagai berikut :

Tabel 01. Hasil Wawancara Dengan Siswa Kelas VIII SMP PGRI 4 Sekampung.

No. Indikator Hasil Wawancara JMLH

Siswa

Ya Tidak

1. Apakah anda mempersiapkan atau belajar materi terlebih dahulu sebelum proses belajar di kelas dimulai oleh guru.

10 (29,41%)

24 (70,59%)

34

2. Apakah anda menyukai belajar dengan metode yang digunakan oleh guru PKn pada saat di kelas.

13 (44,12%)

19 (55,88%)

34 3. Apakah anda selalu aktif dalam

kegiatan belajar atau pada pembelajaran yang berlangsung di kelas. 8 (23,53%) 25 (76,47%) 34

4. Apakah anda cepat memahami dan mengerti materi yang disampaikan oleh guru PKn

10 (29,41%)

24 (70,59%)

34 5. Apakah anda mengalami kesulitan

dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru PKn

15 (44,12%)

19 (55,88%)

34 Sumber : Observasi di SMP PGRI 4 Sekampung.


(22)

7

Berkaitan dengan hal tersebut di atas peneliti ingin meneliti melalui tindakan kelas tentang penggunaan metode simulasi untuk meningkatkan motivasi belajar pada mata pelajaran PKn. Diharapkan hasil penelitian nantinya akan memberikan kontribusi langsung pada peningkatan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sehingga tujuan dan kopentensi serta hasil belajar siswa dapat sesuai dengan harapan. Pada penelitian ini peneliti memfokuskan diri pada motivasi belajar siswa.

Metode simulasi sangat mudah dan sederhana serta dapat dilaksanakan disemua jenjang pendidikan. Dalam penerapannya harus melewati tingkatan-tingkatan sebelumnya, yakni pengetahuan dan pemahaman. Namun pada dasarnya penelitian ini tidak mengesampingkan tingkatan-tingkatan setelah tingkat aplikasi, yakni analisis, sistesis dan evaluasi. Alasannya pada siswa sekolah menengah cara berfikirnya masih dalam tahap operasi konkret. Konkrit mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-hal yang konkrit yakni yang dapat dilihat, didengar, diraba, dan diotak atik, dengan titik penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar. Pemanfaatan lingkungan akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih bermakna dan bernilai, sebab siswa dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya, keadaan yang alami, sehingga lebih nyata, lebih faktual, lebih bermakna, dan kebenarannya lebih dapat dipertanggungjawabkan.

Peneliti mencoba menerapkan penelitian tindakan kelas ke dalam pembelajaran PKn pada kelas VIII SMP PGRI 4 Sekampung dengan metode simulasi. Dengan harapan penelitian ini dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada


(23)

8

mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dan siswa dapat lebih mengingat materi dari pengalaman yang telah dilakukannya melalui kegiatan simulasi serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Peneliti mencoba meneliti lebih lanjut dalam penelitian tindakan kelas dengan judul,

”Penggunaan Metode Simulasi Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa di

Kelas VIII SMP PGRI 4 Sekampung Tahun 2012”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Siswa kurang tertarik dengan cara guru dalam menyampaikan materi dengan menggunakan metode konvensional.

2. Motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sangat rendah.

3. Siswa cepat bosan dalam mengikuti mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

4. Siswa kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas.

5. Siswa sibuk dengan aktivitasnya sendiri yang tidak berkaitan dengan proses pembelajaran.

6. Siswa bercanda dengan temanya, cenderung ramai pada saat pembelajaran berlangsung sehingga konsentrasi siswa tidak terfokus

7. Siswa tidak mampu menjawab dengan sempurna pertanyaan guru, 8. Siswa tidak punya keberanian untuk mengemukakan pendapat


(24)

9

C. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini agar tidak terjadi penyimpangan, dan dapat fokus mengingat banyak metode pembelajaran, maka dalam penelitian ini peneliti membatasi pada penggunaan metode simulasi dalam meningkatkan motivasi belajar pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kelas VIII SMP PGRI Sekampung Lampung Timur Tahun Pelajaran 2012-2013.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah penggunaan metode simulasi untuk meningkatkan motivasi belajar pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kelas VIII SMP PGRI 4 Sekampung Lampung Timur”?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan apakah penggunaan metode simulasi dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kelas VIII SMP PGRI 4 Sekampung Lampung Timur.

F. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Teoritis

Mengembangkan konsep ilmu pendidikan khususnya Pendidikan Kewarganegaraan yang mengkaji tentang Pendidikan Pancasila dan


(25)

10

Kewarganegaraan dalam kegiatan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah.

2. Kegunaan Praktis

a. Bagi siswa

Membantu siswa yang bermasalah atau mengalami kesulitan pelajaran, memungkinkan siswa terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar, mengembangkan daya nalar serta berpikir lebih kreatif, sehingga siswa termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran.

b. Bagi Guru

Meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun dan mengembangkan program pembelajaran serta melaksanakan strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa.

c. Bagi Sekolah

Meningkatkan prestasi pembelajaran agar selalu menjadi yang terbaik dan dapat dijadikan salah satu referensi guna perbaikan serta evaluasi proses pembelajaran yang ada di sekolah.

G. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang Lingkup Ilmu

Penelitian ini termasuk ruang lingkup pendidikan khususnya Pendidikan Kewarganegaraan dengan kajian Pendidikan Pancasila dan


(26)

11

Kewarganegaraan yang membahas tentang penerapan metode simulasi dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn.

2. Ruang Lingkup Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah metode simulasi

3. Ruang Lingkup Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP PGRI 4 Sekampung Lampung Timur.

4. Ruang Lingkup Wilayah

Penelitian ini dilakukan di kelas VIII SMP PGRI 4 Sekampung Lampung Timur.

5. Ruang Lingkup Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan sejak dikeluarkan surat izin penelitian pendahuluan oleh Dekan FKIP Unila sampai dengan penelitian ini selesai.


(27)

II. KAJIAN PUSTAKA

A.Deskrispsi Teoritis

Proses pembelajaran adalah suatu proses belajar dan mengajar yang saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain. Sebagai suatu proses pembelajaran, belajar merupakan suatu proses kegiatan aktif siswa dalam membangun makna atau pemahaman dari pengalaman baru berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki. Belajar merupakan suatu proses perubahan dalam diri seseorang yang ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang seperti peningkatan pengetahuan, pemahaman, kecakapan, daya pikir, sikap, kebiasaan dan lain-lain.

Sedangkan mengajar adalah menyampaikan pengetahuan kepada siswa. Sama halnya dengan belajar, mengajar pun hakikatnya adalah suatu proses, yaitu proses mengatur dan mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar anak didik, sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik melakukan proses belajar. Pada tahap berikutnya mengajar adalah proses memberikan bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam melakukan proses belajar. (Nana Sudjana, 1991: 59)

Menurut Moh. Uzer Usman (1990: 1) “Proses belajar mengajar adalah suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar


(28)

13

hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.”

Selanjutnya dalam buku Pedoman Guru Pendidikan Agama Islam terbitan Depag RI (1990: 1), “Belajar mengajar sebagai suatu proses dapat mengandung dua pengertian yaitu rentetan tahapan atau fase dalam mempelajari sesuatu, dan dapat pula berbarti sebagai rentetan kegiatan perancangan oleh guru, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut.”

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai dengan evaluasi dan program tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitu pengajaran. Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan formal dengan guru sebagai pemegang peranan utama jadi, keberhasilan proses belajar mengajar sangat ditentukan oelh kemampuan guru dalam mengelola proses belajar mengajar.

1. Pengertian Pembelajaran

“Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling


(29)

14

Berdasarkan pengertian diatas, pembelajaran semestinya dirancang agar dapat memperlancar proses belajar mengajar. Guru atau perancang pengajaran harus terlebih dahulu menyusun rencana pengajaran sebelum melakukan proses belajar mengajar.

Jenis pembelajaran ada yang bersifat insidental dan ada yang bersifat terprogram. Pembelajaran insidental bukan merupakan kebiasaan utama sebagai guru. Pembelajaran yang terprogram dengan baik merupakan kebiasaan yang professional. Dalam pembelajaran yang terprogram, guru merancang dan menyusun materi, metode serta media pembelajaran. Jadi, pembelajaran direncanakan dengan tidak asal-asalan dan bukan sekedar mengejar atau mentransfer ilmu pengetahuan saja sebab hasil pembelajaran bisa berpengaruh secara langsung pada orang yang diajarkan.

Dan menurut Depdiknas (2002: 1-3) prinsip kegiatan pembelajaran itu antara lain:

a. Mengalami, yaitu melalui pengalaman langsung tentang apa yang sedang dipelajari, akan lebih mengaktifkan indera dari pada hanya mendengarkan secara lisan.

b. Interaksi, yaitu antara siswa dengan lingkungan sosialnya (guru dan teman) melalui diskusi, saling bertanya dan menjelaskan.

c. Komunikasi, yaitu pengungkapan isi pikiran sendiri maupun mengomentari gagasan orang lain akan mendorong siswa untuk membenahi gagasannya dan menetapkan pemahaman tentang apa yang sedang sipelajari.

d. Refleksi, yaitu memikirkan ulang apa saja yang sedang dikerjkan atau dipikirkan akan lebih baik memantapkan pemahaman. Guru harus siap memberikan tanggapan terhadap gagasan atau pendapat yang dikomunikasikan oleh siswa.

e. Mengembangkan keingintahuan, imajinasi dan fitrah bertuhan, yaitu rasa ingin tahu dan berimajinasi menghasilkan sikap peka, kritis, mandiri dan kreatif. Sedangkan fitrah bertuhan menghasilkan sikap taqwa.


(30)

15

f. Membangkitkan motivasi siswa, yaitu motivasi (daya dorong untuk belajar) dipengaruhi oleh keingintahuan dan keyakinan akan kemampuan diri melalui antara lain: pemberian tugas dan sekaligus meyakinkan kepada siswa bahwa mereka pasti bisa.

g. Memantapkan pengalaman awal siswa, yaitu siswa membangun pengalaman terhadap apa yang dipelajari, diwarnai oleh pengetahuan awal yang dimilikinya. Guru harus berupaya untuk menggali pengalaman awal siswa sebelum melalui pembelajaran.

h. Menyenangkan siswa, yaitu suasana belajar sangat mempengaruhi efektifitas proses belajar mengajar. Siswa akan sulit membangun pemahaman dalam keadaan tertekan, guru harus dapat menciptakan suasana yang menyenangkan atau mengasyikkan sesuai dengan tingkat perkembangan siswa, dengan pendidikan belajar sambil bermain dan bereksperimen.

i. Tugas yang menantang, yaitu semakin banyak waktu konsentrasi anak maka semakin baik hasil belajarnya. Konsentrasi akan terjadi bila siswa mendapat tugas yang menantang (sedikit melebihi kemampuannya).

j. Pemberian kesempatan belajar,yaitu belajar merupakan suatu proses membangun pemahaman. Guru harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir pada saat memecahkan masalah dan membangun gagasannya sendiri.

k. Memperhatikan keragaman individu, yaitu proses pembelajaran dan penilaian harus memperhatikan karakteristik siswa yang beragam. Keberagaman mencakup cara belajar, minat, kesenangan, kemampuan dan pengalaman awal.

l. Belajar untuk kebersamaan yaitu tugas-tugas memungkinkan siswa untuk bekerja baik secara mandiri maupun kelompok. Kegiatan pembelajaran berbasis kompetensi menuntut pendekatan kolaboratif antara siswa, sekolah, orang tua, perguruan tinggi, dunia usaha dan masyarakat dalam keseluruhan proses penyelenggaraan pendidikan. 2. Kedudukan Pemilihan dan Penentuan Metode dalam Pengajaran

Metode berasal dari bahasa Greeka, Metha yang berarti melewati dan hodos yang berarti jalan. Sedangkan dalam kamus ilmiah popular metode berarti cara yang teratur dan sistematis untuk pelaksanaan sesuatu. Secara luas metode berarti ilmu tentang cara yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan (Rajawali Pers: 1994 : 24).


(31)

16

Sedangkan yang dimaksud dengan metode pengajaran, adalah suatu aturan yang dilalui oleh guru didalam menyampaikan pelajaranya, agar dapat sampai pengetahuan tersebut kepada fikiran murid dengan bentuk yang baik untuk mencapai tujuan pendidikan.

Metode pembelajaran menurt Akhmat Sudrajat mengartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat; (9) symposium; dan sebagainya (http://smacepiring.wordpress.com/).

Sedangakan menurut Rustiah N.K ialah suatu teknik untuk memberikan motifasi kepada siswa agar bangkit untuk bertanya, selama mendengarkan pelajaran atau guru yang mengajukan pertanyaan-pertanyaan itu, siswa menjawab (1998 : 129).

3. Kedudukan Metode dalam Pembelajaran

Kegiatan belajar mengajar yang melahirkan interaksi unsur-unsur manusiawi adalah sebagai suatu proses dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Guru dengan sadar berusaha mengatur lingkungan belajar agar bergairah bagi anak didik. Guru dengan seperangkat teori dan pengalamannya menggunakan untuk mempersiapkan program pengajaran dengan baik dan sistematis.


(32)

17

Salah satu usaha yang tidak pernah guru tinggalkan adalah bagaimana memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Kerangka berpikir yang demikian bukanlah suatu hal yang aneh, tapi nyata; dan memang betul-betul dipikirkan oleh seorang guru ( Syaiful Bahri dan Aswan Zain, 1996: 82 ). Dari hasil analisis yang dilakukan, lahirlah pemahaman tentang kedudukan metode sebagai alat motivasi ekstrinsik, sebagai strategi pengajaran dan sebagai alat untuk mencapai tujuan sebagai berikut :

a. Metode sebagai alat motivasi ekstrinsik

Sebagai salah satu komponen pengajaran, metode menempati peranan yang tidak kalah pentingnya dari komponen lainnya dalam kegiatan belajar mengajar. Tidak ada satupun kegiatan belajar mengajar yang tidak menggunakan metode pengajaran. Ini berarti guru memahami benar kedudukan metode sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar. Motivasi ekstrinsik menurut Sardiman. A.M. adalah motivmotif yang aktif dan berfungsinya, karena adanya perangsang dari luar. Karena adanya perangsang dari luar yang dapat membangkitkan belajar seseorang (Sardiman A.M, 1986 : 90).

b. Metode sebagai strategi pengajaran

Setiap anak didik mempunyai karakteristik yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya, karena itu dalam kegiatan belajar mengajar menurut Roestiyah. N. K., guru harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu adalah harus mengusai


(33)

18

tekhnik-tekhnik penyajian atau biasanya disebut metode mengajar. Dengan demikian, metode mengajar adalah strategi pengajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan yang diharapkan (Rustiah 2005: 192).

c. Metode sebagai alat untuk mecapai tujuan

Tujuan dari kegiatan belajar mengajar tidak akan pernah tercapai selama komponen-komponen lainnya tidak diperlukan. Salah satunya adalah komponen metode. Metode adalah pelicin jalan pengajaran menuju tujuan. Ketika tujuan dirumuskan agar anak didik memiliki ketrampilan tertentu, maka metode yang digunakan harus disesuaikan dengan tujuan. Ketika tujuan dirumuskan agar anak didik memiliki ketrampilan tertentu, maka metode yang digunakan harus disesuaikan dengan tujuan. Antara metode dan tujuan tidak bertolak belakang. Artinya, metode harus menunjang pencapaian tujuan pengajaran. Bila tidak, maka akan sia-sia perumusan tujuan tersebut.

4. Pemilihan dan Penentuan Metode

Metode mengajar yang guru gunakan dalam setiap kali pertemuan kelas bukanlah asal pakai, tetapi setelah melalui seleksi yang berkesusaian dengan perumusan tujuan intruksional khusus. Karenanya, guru pun selalu menggunakan metode yang lebih dari satu. Pemakaian metode yang satu digunakan untuk mencapai tujuan yang satu, sementara penggunaan metode lain, juga diguanakan untuk mencapai tujuan yang lain. Begitulah adanya, sesuai dengan kehendak tujuan pengajaran yang telah dirumuskan.


(34)

19

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode mengajar (Syaiful Bahri dan Aswan Zain, 1996: 83) :

a. Nilai strategi metode

Kegiatan belajar mengajar adalah sebuah interaksi yang bernilai pendidikan. Di dalamnya terjadi interaksi edukatif antara guru dan anak didik. Bahan pelajaran yang guru berikn itu akan kurang memberikan dorongan (motivasi) kepada anak didik bila penyampaiannya menggunakan srtategi yang kurang tepat. Disinilah kehadiran metode menempati posisi penting dalam penyampaian bahan pelajaran. Karena itu, dapat dipahami bahwa metode adalah suatu cara yang memiliki nilai strategis dalam kegiatan belajar mengajar. Nilai strategisnya adalah metode dapat mempengaruhi jalannya kegiatan belajar mengajar.

b. Efektifitas penggunaan metode

Penggunaan metode yang tidak sesuai dengan tujuan pengajaran akan menjadi kendala dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Cukup banyak bahan pelajaran yang terbuang dengan percuma hanya karena penggunaan metode menurut kehendak guru dan mengabaikan kebutuhan siswa, fasilitas, serta situasi kelas. Karena itu, efektifitas penggunaan metode dapat terjadi apabila ada kesesuaian antara metode dengan semua komponen pelajaran yang telah diprogramkan dalam satuan pelajaran, sebagai persiapan tertulis.


(35)

20

c. Pentingnya pemilihan dan penentuan metode

Guru sebagai salah satu sumber belajar berkewajiban menyediakan lingkungan belajar yang kreatif bagi kegiatan belajar anak didik di kelas. Salah satu kegiatan yang harus guru lakukan adalah melakukan pemilihan dan penentuan metode yang bagaimana yang akan dipilih untuk mencapai tujuan pengajaran. Pemilihan dan penentuan metode ini didasari adanya metode-metode tertentu yang tidak bisa dipakai untuk mencapai tujuan tertentu.

Kegagalan guru mencapai tujuan pengajaran akan terjadi jika pemilihan dan penentuan metode tidak dilakukan dengan pengenalan terhadap karakteristik dari masing-masing metode pengajaran. Karena itu, yang terbaik guru lakukan adalah mengetahui kelebihan dan kelemahan dari beberapa metode pengajaran yang akan dibahas dalam uraian-uraian selanjutnya.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode

Metode mengajar banyak sekali jenisnya, karena metode dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain:

a. Tujuan yang beragam jenis dan fungsinya. b. Anak didik yang beragam tingkat kematanganya. c. Situasi yang beragam keadaanya.

d. Fasilitas yang beragam kualitas dan kuantitasnya.

e. Pribadi guru serta kemampuan propesionalnya yang berbeda-beda. (Sunaryo. 1989: 23)


(36)

21

Dengan demikian jelaslah bahwa metode menekankan pada interaksi dengan siswa sehingga dalam melakukan proses belajar mengajar tidak hanya pada satu arah interaksi.

5. Metode Simulasi a. Pengertian

Menurut arti katanya, simulasi (simulation) berarti tiruan atau suatu perbuatan yang bersifat berpura-pura saja. Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Maksudnya ialah siswa (dengan bimbingan guru) melakukan peran dalam simulasi tiruan untuk mencoba menggambarkan kejadian yang sebenarnya. Maka di dalam kegiatan simulasi, peserta atau pemegang peran melakukan lingkungan tiruan dari kejadian yang sebenarnya (Prayitno Kupul dan Zainal Abidin, 1979 : 17).

Simulasi sebagai metode mengajar menurut uraian (Ngalim Purwanto, 1998: 21) adalah sebagai berikut: simulasi adalah suatu tiruan atau perbuatan yang hanya pura-pura saja. Dalam setiap bentuk simulasi akan terjadi hal-hal sebagai berikut: (1) para pemain yang memegang peranan yang mewakili dunia kenyataan, dan juga membuat keputusan-keputusan dalam mereaksi penilaian mereka terhadap setting dalam mana mereka temukan sendiri, (2) Mereka mengalami perbuatan-perbuatan tiruan yang berhubungan dengan dengan keputusan-keputusan mereka dan penampilan umum mereka. (3) Mereka memonitor hasil-hasil kegiatan masing-masing, dan diarahkan untuk merefleksi terhadap hubungan antara keputusan-keputusan mereka sendiri dan


(37)

22

konsekuensi-konsekuensi akhir yang menunjukkan gabungan dari berbagai perbuatan. Dengan demikian maka alam simulasi para pelaku dapat memperoleh kecakapan bersikap dan bertindak yang sesuai jika menghadapi situasi yang sebenarnya (Sunaryo, 1989 : 137).

Simulasi sering dikaitkan dengan permainan. Terdapat perbedaan di antara kedua permainan tersebut. Di dalam permainan (games), para pemain melakukan persaingan untuk mencapai kemenangan atau mengalahkan lawannya. Selain itu, permainan lebih memberi hiburan (kesenangan) kepada pemain-pemainnya. Menurut Derick, U dan McAleese yang dikemukakan pada Abu Ahmadi, dalam simulasi unsur persaingan, mencapai kemenangan dan peristiwa tersebut tidak ada, sehingga simulasi lebih bersifat realitas dan mengandung unsur pendidikan daripada permainan (Abu Ahmadi, 1997: 83). Bentuk-bentuk simulasi dapat dilakukan dari yang paling sederhana sampai kegiatan yang paling kompleks, misalnya tiruan perbuatan atau peranan anggota keluarga (ayah, ibu, anak-anak) dalam menghadapi suatu masalah, tiruan kehidupan sehari-hari dalam masyarakat (jual beli di pasar, dan sebagainya), tiruan yang lebih sulit dari kejadian-kejadian pentingdalam masyarakat (sidang DPRD, sidang PBB, perundingan diplomasi, ataukejadian-kejadian sejarah yang penting).

b. Pelaksanaan Simulasi

Simulasi dilaksanakan oleh sekelompok siswa meskipun dalam beberapa hal dapat dilakukan secara individu (sendiri) atau berpasangan (dua orang). Bila dilakukan secara kelompok kecil, tiap kelompok dapat melakukan simulasi


(38)

23

yang sama dengan kelompok lainnya atau simulasi yang berbeda dengan kelompok lainnya. Di dalam pelaksanaan simulasi harus terjadi proses-proses kegiatan yang menimbulkan (menghasilkan) domain afektif (misalnya menyenangkan, menggairahkan, suka, sedih, terharu, simpati, solidaritas, gotong royong, dan sebagainya). Di samping itu dalam simulasi juga harus dapat dilakukan korelasi antara beberapa bidang studi atau disiplin (pendekatan interdisiplin). Simulasi juga harus menggambarkan situasi yang lengkap dan proses atau tahap dalam situasi tersebut hubungan sebab akibat, percobaan-percobaan, fakta-fakta, dan pemecahan masalah.

Beberapa tujuan dari kegiatan atau pelatihan simulasi adalah sebagai berikut: 1. Untuk meningkatkan kegiatan belajar siswa dengan melibatkan siswa

dalam mempelajari situasi yang hampir serupa dengan kejadian yang sebenarnya.

2. Untuk melatih siswa menguasai ketrampilan tertentu, baik yang bersifat profesional maupun yang penting bagi kehidupan sehari-hari.

3. Untuk pelatihan memecahkan masalah.

4. Untuk memberikan rangsangan atau kegairahan belajar siswa.

5. Untuk merasakan atau memahami tingkah laku manusia dan situasisituasi masyarakat di sekitarnya.

6. Untuk melatih dan membantu siswa dalam memimpin, bergaul dan memahami hubungan antara manusia, bekerja sama dalam kelompok dengan efektif, menghargai dan memahami perasaan dan pendapat orang lain, dan memupuk daya kreatifitas siswa.


(39)

24

c. Kelebihan simulasi

1. Dalam simulasi dapat dicapai tujuan-tujuan yang menyangkut domain kognitif (penambahan pengetahuan tentang berbagai konsep dan pengertian), domain afektif (seperti menyenangkan, mengharukan, solidaritas, simpati, dan sebagainya), serta domain psikomotor.

2. Simulasi itu dimaksudkan untuk latihan ketrampilan agar dapat menghadapi kenyataan dengan baik.

3. Dalam simulasi dapat menggambarkan situasi yang lengkap dan proses yang berturut-turut yang diperkirakan terjadi dalam situasi yang sesungguhnya.

4. Dalam simulasi dapat diusahakan terintegrasinya beberapa ilmu, serta terjadinya berbagai proses seperti akibat-akibat, problem solving dan sebagainya.

d. Kelemahan Simulasi

1. Sering terjadi kegagalan akibat kurang persiapan, penjelasan, peralatan tidak sempurna, waktu dan kondisi siswa.

2. Kadang-kadang simulasi tidak sesuai dengan tingkat kedewasaan anak atau anak dituntut terlalu banyak di dalam memegang peranan sehingga ia tidak menguasainya dan kehilangan arah. Selain itu, pembagian tugas bagi para pemegang peranan kurang jelas atau penunjukan peranan kurang kuat.

3. Simulasi seharusnya mewakili keadaan yang sebenarnya dengan peniruan yang sangat teliti dari situasi yang sebenarnya sehingga dapat


(40)

25

mencapai hasil yang maksimal. Hal ini sulit dilaksanakan di sekolah-sekolah.

4. Guru sering mengalami kesulitan dalam menggabungkan beberapa simulasi yang berhubungan satu sama lain dari satu topik, misalnya: kehidupan di pasar, di kantor pos, di stasiun, di bank, dan sebagainya; sehingga kadang-kadang bersifat lepas atau saling bertentangan antara satu dengan yang lain (misalnya: pedagang yang menghendaki harga barang naik dengan konsumen yang menghendaki harga barang turun).

6. Motivasi Belajar

Motivasi belajar menurut Wlodkowski dan Jaynes (2004: 11) adalah merupakan sebuah nilai dan hasrat untuk belajar. Sedangkan menurut Sardiman (2004: 75), motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Definisi motivasi belajar menurut Uno (2007: 23) adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung.

Menurut teori motivasi prestasi dari Mc. Clelland konsep penting lain dari teori motivasi yang didasarkan dari kekuatan yang ada pada diri manusia adalah motivasi prestasi menurut Mc. Clelland, seseorang dianggap mempunyai apabila dia mempunyai keinginan berprestasi lebih baik dari pada orang lain


(41)

26

pada banyak situasi. Mc. Clelland menguatkan pada tiga kebutuhan menurut Reksohadiprojo dan handoko (1996: 85) yaitu :

1. Kebutuhan prestasi tercermin dari keinginan mengambil tugas yang dapat dipertanggung jawabkan secara pribadi atas perbuatan-perbuatannya. Ia menentukan tujuan yang wajar dapat memperhitungkan resiko dan ia berusaha melakukan sesuatu secara kreatif dan inovatif.

2. Kebutuhan afiliasi, kebutuhan ini ditujukan dengan adanya bersahabat. 3. Kebutuhan kekuasaan, kebutuhan ini tercermin pada seseorang yang ingin

mempunyai pengaruh atas orang lain, dia peka terhadap struktur pengaruh antar pribadi dan dia mencoba menguasai orang lain dengan mengatur perilakunya dan membuat orang lain terkesan kepadanya, serta selalu menjaga reputasi dan kedudukannya.

Berdasarkan uraian dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak yang menjadi kekuatan pada individu yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan seluruh tingkah laku sehingga diharapkan tujuan belajar dapat tercapai. Terdapat dua macam motivasi menurut Djamarah (2002: 13), yaitu:

a. Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motifmotif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.

b. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motifmotif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Motivasi belajar dikatakan ekstrinsik bila anak didik menempatkan tujuan belajarnya di luar faktor-faktor situasi belajar. Anak didik belajar karena hendak mencapai tujuan yang terletak di luar hal yang


(42)

27

dipelajarinya. Misalnya, untuk mencapai angka tinggi, diploma, gelar, kehormatan dan sebagainya.

Aspek-aspek Motivasi Belajar Menurut Frandsen (dalam Suryabrata, 2006 ; 236 – 237), ada beberapa aspek yang memotivasi belajar seseorang, yaitu:

a. Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas. Sifat ingin tahu mendorong seseorang untuk belajar, sehingga setelah mereka mengetahui segala hal yang sebelumnya tidak diketahui maka akan menimbulkan kepuasan tersendiri pada dirinya.

b. Adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu maju. Manusia terus menerus menciptakan sesuatu yang baru karena adanya dorongan untuk lebih maju dan lebih baik dalam kehidupannya.

c. Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru dan teman-teman. Jika seseorang mendapatkan hasil yang baik dalam belajar, maka orang-orang disekelilingnya akan memberikan penghargaan berupa pujian, hadiah dan bentuk-bentuk rasa simpati yang lain.

d. Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik dengan kooperasi maupun dengan kompetisi. Suatu kegagalan dapat menjadikan seseorang merasa kecewa dan depresi atau sebaliknya dapat menimbulkan motivasi baru agar berusaha lebih baik lagi. Usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik tersebut dapat diwujudkan dengan kerjasama bersama orang lain (kooperasi), ataupun bersaing dengan orang lain (kompetisi).


(43)

28

e. Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran. Apabila seseorang menguasai pelajaran dengan baik, maka orang tersebut tidak akan merasa khawatir bila menghadapi ujian, pertanyaanpertanyaan dari guru dan lain-lain karena merasa yakin akan dapat menghadapinya dengan baik. Hal inilah yang menimbulkan rasa aman pada individu.

f. Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir daripada belajar. Suatu perbuatan yang dilakukan dengan baik pasti akan mendapatkan ganjaran yang baik, dan sebaliknya, bila dilakukan kurang sungguh-sungguh maka hasilnya pun kurang baik bahkan mungkin berupa hukuman.

7. Penerapan Metode Simulasi untuk Meningkatkan Motivasi Belajar

Penerapan metode simulasi ini berangkat dari model belajar mengajar guru yang dinilai masih konvensional dan kurang variatif. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan pembelajaran yang lebih ke arah sosial dan pengalaman langsung. Namun pada kenyataannya masih banyak guru yang masih menggunakan metode ceramah dan kurang adanya variasi pembelajaran yang bersifat kontekstual atau pengalaman langsung. Siswa masih dijejali dengan teori-teori abstrak yang memungkinkan siswa mempunyai bayangan yang berbeda dengan apa yang dimaksud dengan guru. Maksud guru ingin menyampaikan informasi A, akan tetapi siswa beranggapan B, kejadian yang seperti inilah yang menyebabkan misskonsepsi antara guru dan siswa. Informasi yang diberikan tidak sama dengan apa yang diterima.Untuk


(44)

29

menghindari terjadinya misskonsepsi seperti ini guru membutuhkan media dan strategi pembelajaran yang efektif.

Pada pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan materi Pancasila sebagai dasar negara, peneliti menerapkan metode simulasi untuk meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VIII SMP PGRI 4 Sekampung. Berawal dari keinginan peneliti untuk mengajak siswa untuk mempelajari PKn secara kontekstual sesuai dengan materi yang ada. Sebelum diadakannya penelitian ini, peneliti melihat proses pendidikan di SMP PGRI Sekampung masih konvensional dan masih mengandalkan metode ceramah dalam menyampaikan materi. Dalam kegiatan belajar mengajar kurang adanya pembaharuan dan bersifat monoton. Dari sini siswa kelas VIII SMP PGRI Sekampung diajak untuk secara langsung terlibat membahas materi. Pada materi ini siswa diajak untuk mengenal dan dapat menguraikan proses perumusan pancasila sebagai dasar negara. Pengetahuan dan pemahaman siswa diaplikasikan pada pembelajaran kontekstual. Pada pengukuran penilitian ini, peneliti sebatas menilai hingga tingkat aplikasi (level bawah). Namun tidak mengesampingkan tingkat analisis, sintesis dan evaluasi (level atas). Ini mengingat anak usia sekolah menengah, cara berfikirnya masih pada tahapan operasional konkret.

Memperhatikan tahapan perkembangan berpikir tersebut, kecenderungan belajar anak usia sekolah dasar memiliki tiga ciri, yaitu: (1) Konkrit. Konkrit mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-hal yang konkrit yakni yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan diotak atik, dengan titik penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar. Pemanfaatan


(45)

30

lingkungan akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih bermakna dan bernilai, sebab siswa dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya, keadaan yang alami, sehingga lebih nyata, lebih faktual, lebih bermakna, dan kebenarannya lebih dapat dipertanggungjawabkan. (2)

Integratif; Pada tahap usia sekolah dasar anak memandang sesuatu yang

dipelajari sebagai suatu keutuhan, mereka belum mampu memilah-milah konsep dari berbagai disiplin ilmu, hal ini melukiskan cara berpikir anak yang deduktif yakni dari hal umum ke bagian demi bagian. (3) Hierarkis; Pada tahapan usia sekolah dasar, cara anak belajar berkembang secara bertahap mulai dari hal-hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu diperhatikan mengenai urutan logis, keterkaitan antar materi, dan cakupan keluasan serta kedalaman materi (Chris Pearson dalam WordPress.com. 2008).

Peneliti memilih metode simulasi sebagai metode pembelajaran kali ini. Metode lebih mengarah kepada pembelajaran pengalaman langsung. Siswa menjadi subjek lain dan mempelajari lingkungan sekitarnya tanpa ia menghilangkan karakter pribadi masing-masing

Permainan simulasi dapat merangsang berbagai bentuk belajar, seperti belajar tentang persaingan (kompetisi), kerja sama, empati, sistem sosial, konsep, ketrampilan, kemampuan berpikir kritis, pengambilan keputusan, dan lain-lain. Namun demikian, model simulasi agak berbeda dengan model-model lain. Model ini agak rumit, tergantung pada pengembangan simulasi yang tepat, baik yang melibatkan peneliti, pengembang (sistem analis, programer, dan


(46)

lain-31

lain), guru atau kelompok guru, dan lain-lain. Dewasa ini dengan dengan semakin majunya teknologi komunikasi atau informasi, seperti komputer dan multimedia, telah banyak permaianan simulasi dihasilkan untuk berbagai kebutuhan yang mencakup berbagai kebutuhan yang mencakup berbagai topik dari berbagai disiplin ilmu (Prosedur pembelajaran) (Hamzah B Uno, 2007: 30).

Proses simulasi ini tergantung pada peran guru. Ada empat prinsip yang harus dipegang oleh guru. Pertama adalah penjelasan. Untuk melakukan simulasi permainan harus benar-benar memahami aturan main. Oleh karena itu, guru memberikan penjelasan dengan sejelas-jelasnya tentang aktivitas yang harus dilakukan berikut konsekuensikonsekuensinya. Kedua adalah mengawasi

(refereeing). Simulasi dirancang untuk tujuan tertentu dengan aturan dan

prosedur main tertentu. Oleh karena itu guru harus mengawasi proses resitasi dan simulasi sehingga berjalan sebagaimana seharusnya. Ketiga adalah melatih

(coaching). Dalam resitasi dan simulasi, siswa akan mengalami kesalahan.

Oleh karena itu, guru harus memberikan saran, petunjuk, atau arahan sehingga memungkinkan mereka tidak melakukan kesalahan yang sama. Keempat adalah diskusi. Dalam resitasi dan simulasi, refleksi menjadi sangat penting. Oleh karena itu, setelah resitasi dan simulasi selesai, guru mendiskusikan beberapa hal, seperti (1) seberapa jauh simulasi sudah sesuai dengan situasi nyata (real word), (2) kesulitan-kesulitan, (3) hikmah apa yang dapa diambil dari resitasi dan simulasi, dan (4) bagaimana memperbaiki/meningkatkan kemampuan siswa, dan lain-lain.


(47)

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas atau class room action research adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar, sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam kelas secara bersama (Arikunto, 2007: 3).

Penelitian ini akan dilakukan untuk menguji cobakan suatu metode pembelajaran yaitu metode simulasi apakah dapat meningkatkan motivasi belajar pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan siswa Kelas VIII SMP PGRI 4 Sekampung Lampung Timur.

Dalam penerapan metode simulasi ini peneliti berusaha untuk mengkaji hubungan sebab akibat dan mencari pengaruh yang terjadi dalam pelaksanaan metode simulasi terhadap peningkatan motivasi belajar siswa.


(48)

33

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013 yaitu bulan Juli sampai dengan Oktober.

2. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kelas VIII SMP PGRI 4 Sekampung Lampung Timur.

C. Subyek dan Obyek Penelitian

1 Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa Kelas VIII SMP PGRI 4 Sekampung Lampung Timur. Tahun Pelajaran 2012/2013 sebanyak 36 peserta didik terdiri dari 25 perempuan dan 11 laki-laki. Dengan latar belakang berasal dari ekonomi keluarga hampir 85% menengah kebawah dan berada di daerah pedesaan. Dan sebagian besar peserta didik yang masuk ke Kelas VIII SMP PGRI 4 Sekampung Lampung Timur motivasi belajarnya rendah.


(49)

34

2 Obyek Penelitian

Obyek dalam penelitian ini adalah proses peningkatan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

D. Faktor yang Diteliti

Faktor yang diteliti dalam penelitian ini adalah :

1. Pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlomba atau berkompetisi/ untuk merubah perilaku secara kelompok. Siswa diharuskan mengikuti aturan permainan untuk menumbuhkan keinginan melakukan suatu ketrampilan sosial tertentu. Siswa mengikuti permainan dalam situasi yang tidak sebenarnya, untuk selanjutnya menerapkan pada situasi yang nyata. Melalui simulasi ini diharapkan siswa dapat mengembangkan konsep-konsep dan ketrampilan sosial yang dierlukan pada suatu penampilan.

2. Motivasi belajar, adalah suatu daya penggerak baik yang berasal dari individu maupun yang berasal dari luar individu yang mendorong seseorang untuk melakukan aktivitas guna mencapai tujuan yang di inginkan. Indikatornya meliputi durasi kegiatan (berapa lama kemampuan pengguna waktu untuk melakukan kegiatan), frekuensi kegiatan (berapa


(50)

35

selang kegiatan itu dilaksanakan dalam periode waktu tertentu), presistensi (ketepatan pada tujuan kegiatan belajar), ketabahan, keuletan, kemampuan dalam menghadapi rintangan dan kesulitan untuk mencapai tujuan, target, cita-cita, pengorbanan untuk mencapai tujuan, arah sikap untuk mencapai tujuan.

3. Kemampuan guru dalam menerapkan metode simulasi.

E. Definisi Konseptual Variabel

Simulasi adalah tiruan atau suatu perbuatan yang bersifat berpura-pura saja. Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Maksudnya ialah siswa (dengan bimbingan guru) melakukan peran dalam simulasi tiruan untuk mencoba menggambarkan kejadian yang sebenarnya. Maka di dalam kegiatan simulasi, peserta atau pemegang peran melakukan lingkungan tiruan dari kejadian yang sebenarnya.

F. Definisi Operasional Penelitian

Simulasi dilaksanakan oleh sekelompok siswa meskipun dalam beberapa hal dapat dilakukan secara individu (sendiri) atau berpasangan (dua orang). Bila


(51)

36

dilakukan secara kelompok kecil, tiap kelompok dapat melakukan simulasi yang sama dengan kelompok lainnya atau simulasi yang berbeda dengan kelompok lainnya. Di dalam pelaksanaan simulasi harus terjadi proses-proses kegiatan yang menimbulkan (menghasilkan) domain afektif (misalnya menyenangkan, menggairahkan, suka, sedih, terharu, simpati, solidaritas, gotong royong, dan sebagainya). Di samping itu dalam simulasi juga harus dapat dilakukan korelasi antara beberapa bidang studi atau disiplin (pendekatan interdisiplin). Simulasi juga harus menggambarkan situasi yang lengkap dan proses atau tahap dalam situasi tersebut hubungan sebab akibat, percobaan-percobaan, fakta-fakta, dan pemecahan masalah.

Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang bersifat siklus dan terdiri dari empat rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam siklus berulang. Empat kegiatan utama yang ada pada setiap siklus, yaitu

a. Planning

b. Acting

c. Observasi dan


(52)

37

Sesuai dengan model yang dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robbin Mc Taggart dalam Arikunto (2006: 16) Rangkaian rencana penelitian tindakan dalam penelitihan ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Perencanaan

Refleksi

Pengamatan

SIKLUS I

Refleksi

Pelaksanaan

Perencanaan Pengamatan

SIKLUS II

Perencanaan

Pelaksanaan

Refleksi SIKLUS III Pelaksanaan

Pengamatan


(53)

38

Gambar 2. Model Penelitian Tindakan (Arikunto , 2006:16)

F. Teknik Pengumpulan Data

Salah satu cara untuk melengkapai penelitian ini dengan menggunakan teknik pengumpulan data, hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang lengkap yang nantinya dapat mendukung keberhasilan penelitian. Usaha untuk mengumpulan data penelitian ini, maka digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut.

1. Teknik pokok

a. Observasi

Peneliti melakukan observasi terhadap proses pembelajaran yang dilakukan berdasarkan skenario model pembelajaran yang telah dipersiapkan.

b. Tes

Tes disajikan dalam bentuk diskusi antar kelompok, untuk mengetahui hasil belajar siswa. Untuk mengetahui hasil belajar siswa tersebut dapat dilihat dari jumlah poin-poin yang diperoleh setiap anggota kelompok.


(54)

39

c. Dokumentasi

Teknik dekomentasi digunakan untuk mendapatkan data-data primer yang berupa data jumlah siswa, foto aktifitas pembelajaran, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan lembar penilaian.

G. Teknik Analisis Data

1. Data Kualitatif

Data kualitatif diperoleh dari data aktifitas siswa, dimana siswa dibagi dalam beberapa kelompok. Dalam hal ini, data kualitatif menggunakan metode focus

group discussion, dimana setiap kelompok diberikan pertanyaan yang telah

dibuat oleh peneliti sesuai dengan materi yang diberikan. Focus group

discussion adalah suatu metode riset yang oleh Irwanto (1981:1) didefinisikan

sebagai suatu proses pengumpulan informasi mengenai suatu permasalahan tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi kelompok.

(Setiap siswa diamati aktivitasnya secara klasikal dalam setiap pertemuan dengan memberi tanda checklist (  ) pada lembar observasi yang telah disediakan sesuai dengan indikator yang telah ditentukan. Indikator siswa dikatakan aktif jika lebih dari atau sama dengan 75% frekuensi yang


(55)

40

ditetapkan perindikator dilakukan siswa.setelah selesai diobservasi dihitung jumlah aktivitas yang dilakukan siswa, lalu dipersentasikan.

Data pada siklus I dan II diolah menjadi persentase aktivitas siswa. Seorang siswa dikategorikan aktif apabila minimal 75% dari jenis kegiatan yang ada dilakukan. Jadi, siswa dikatakan aktif jika telah melakukan 5 indikator aktivitas dari 6 indikator aktivitas yang ada. Pemilihan persentase keaktifan siswa didukung oleh Arikunto (1989 : 17) yaitu:

a. 81%-100% adalah aktivitas siswa sangat baik a. 61%-80% adalah aktivitas siswa baik

b. 41%-60% adalah aktivitas siswa cukup c. 21%-40% adalah aktivitas siswa kurang d. 0%-20% adalah aktivitas siswa kurang sekali

Menentukan persentase siswa aktif dengan menggunakan rumus : P = F x 100 %

N

Keterangan :

P = Angka persentase


(56)

41

N = Jumlah individu (Sudijono, 1996)

2. Data Kuantatif

Untuk mengetahui motivasi belajar siswa setelah diterapkan metode simulasi diambil dari pengamatan dalam kegiatan pembelajaran selama penelitian sebagai upaya untuk mengetahui kesesuain antara perencanaan dan pelaksanaan tindakan. Data diperoleh dengan menggunakan lembar pengamatan motivasi dan aktivitas belajar siswa dengan menggunakan tanda checklist ().

Adapun kisi-kisi instrumen observasi pengamatan motivasi belajar siswa adalah sebagai berikut :

Tabel 6: Kisi-Kisi Observasi Motivasi Belajar Siswa

NO INDIKATOR Skor

3 2 1

1. Durasi Kegiatan 2. Frekuwensi 3. Presistensi

4. Keuletan/Kesulitan menghadapi rintangan 5. Arah Sikap

Jumlah skor Persentase (%)


(57)

42

Kriteria keberhasilan penelitian ini adalah adanya peningkatan motivasi belajar siswa (on task) dimana 75% dari seluruh siswa masuk dalam kategori motivasi tinggi

Keterangan : 3. Tinggi 2 Sedang 1. Rendah


(1)

Sesuai dengan model yang dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robbin

Mc Taggart dalam Arikunto (2006: 16) Rangkaian rencana penelitian tindakan

dalam penelitihan ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Perencanaan

Refleksi

Pengamatan

SIKLUS I

Refleksi

Pelaksanaan

Perencanaan Pengamatan

SIKLUS II

Perencanaan

Pelaksanaan

Refleksi SIKLUS III Pelaksanaan

Pengamatan


(2)

Gambar 2. Model Penelitian Tindakan (Arikunto , 2006:16)

F. Teknik Pengumpulan Data

Salah satu cara untuk melengkapai penelitian ini dengan menggunakan teknik

pengumpulan data, hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang

lengkap yang nantinya dapat mendukung keberhasilan penelitian. Usaha untuk

mengumpulan data penelitian ini, maka digunakan teknik pengumpulan data

sebagai berikut.

1. Teknik pokok

a. Observasi

Peneliti melakukan observasi terhadap proses pembelajaran yang dilakukan

berdasarkan skenario model pembelajaran yang telah dipersiapkan.

b. Tes

Tes disajikan dalam bentuk diskusi antar kelompok, untuk mengetahui hasil

belajar siswa. Untuk mengetahui hasil belajar siswa tersebut dapat dilihat dari


(3)

c. Dokumentasi

Teknik dekomentasi digunakan untuk mendapatkan data-data primer yang

berupa data jumlah siswa, foto aktifitas pembelajaran, rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP), dan lembar penilaian.

G. Teknik Analisis Data

1. Data Kualitatif

Data kualitatif diperoleh dari data aktifitas siswa, dimana siswa dibagi dalam

beberapa kelompok. Dalam hal ini, data kualitatif menggunakan metode focus

group discussion, dimana setiap kelompok diberikan pertanyaan yang telah

dibuat oleh peneliti sesuai dengan materi yang diberikan. Focus group

discussion adalah suatu metode riset yang oleh Irwanto (1981:1) didefinisikan

sebagai suatu proses pengumpulan informasi mengenai suatu permasalahan

tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi kelompok.

(Setiap siswa diamati aktivitasnya secara klasikal dalam setiap pertemuan

dengan memberi tanda checklist (  ) pada lembar observasi yang telah

disediakan sesuai dengan indikator yang telah ditentukan. Indikator siswa


(4)

ditetapkan perindikator dilakukan siswa.setelah selesai diobservasi dihitung

jumlah aktivitas yang dilakukan siswa, lalu dipersentasikan.

Data pada siklus I dan II diolah menjadi persentase aktivitas siswa. Seorang

siswa dikategorikan aktif apabila minimal 75% dari jenis kegiatan yang ada

dilakukan. Jadi, siswa dikatakan aktif jika telah melakukan 5 indikator

aktivitas dari 6 indikator aktivitas yang ada. Pemilihan persentase keaktifan

siswa didukung oleh Arikunto (1989 : 17) yaitu:

a. 81%-100% adalah aktivitas siswa sangat baik

a. 61%-80% adalah aktivitas siswa baik

b. 41%-60% adalah aktivitas siswa cukup

c. 21%-40% adalah aktivitas siswa kurang

d. 0%-20% adalah aktivitas siswa kurang sekali

Menentukan persentase siswa aktif dengan menggunakan rumus :

P = F x 100 %

N

Keterangan :

P = Angka persentase


(5)

N = Jumlah individu (Sudijono, 1996)

2. Data Kuantatif

Untuk mengetahui motivasi belajar siswa setelah diterapkan metode simulasi

diambil dari pengamatan dalam kegiatan pembelajaran selama penelitian

sebagai upaya untuk mengetahui kesesuain antara perencanaan dan

pelaksanaan tindakan. Data diperoleh dengan menggunakan lembar

pengamatan motivasi dan aktivitas belajar siswa dengan menggunakan tanda

checklist ().

Adapun kisi-kisi instrumen observasi pengamatan motivasi belajar siswa

adalah sebagai berikut :

Tabel 6:Kisi-Kisi Observasi Motivasi Belajar Siswa

NO INDIKATOR Skor

3 2 1

1. Durasi Kegiatan 2. Frekuwensi 3. Presistensi

4. Keuletan/Kesulitan menghadapi rintangan 5. Arah Sikap

Jumlah skor Persentase (%)


(6)

Kriteria keberhasilan penelitian ini adalah adanya peningkatan motivasi

belajar siswa (on task) dimana 75% dari seluruh siswa masuk dalam kategori

motivasi tinggi Keterangan : 3. Tinggi 2 Sedang 1. Rendah


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VIII DI SMP NEGERI 2 SEKAMPUNG

0 7 17

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN DISKUSI PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS IX.2 SEMESTER GENAP SMP PGRI BATANGHARI TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 6 62

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN DISKUSI PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS IX.2 SEMESTER GENAP SMP PGRI BATANGHARI TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 6 63

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PELAKSANAAN DEMOKRASI PADA MATA PELAJARAN PKn DI KELAS VIII SMP NEGERI 2 KETAPANG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

2 23 86

PENGGUNAAN “ METODE DISKUSI “ UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS IV MI DINIYYAH PUTRI KECAMATAN GEDONG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

2 33 42

PENGGUNAAN METODE SIMULASI UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn DI KELAS VIII SMP PGRI 4 SEKAMPUNG LAMPUNG TIMUR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 6 63

PENGGUNAAN METODE SIMULASI UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn DI KELAS VIII SMP PGRI 4 SEKAMPUNG LAMPUNG TIMUR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 8 57

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII DI SMP TAMAN SISWA GEDONGTATAAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 8 51

PENGGUNAAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PADA MATA PELAJARAN IPA SISWA KELAS V SDN 4 KOTA KARANG BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 6 36

PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN POWER POINT DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS VII SMP XAVERIUS PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 7 43