PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI MEDIA REALIA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS IV SDN I CANDIMAS KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI MEDIA REALIA PADA MATA PELAJARAN IPA

KELAS IV SDN I CANDIMAS KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh : SUHENDRA

Aktifitas belajar IPA siswa kelas IV SDN I Candimas Natar rendah, demikian juga dengan prestasi belajar siswa belum mencapai KKM. Maka dilakukanlah penelitian tindakan kelas (PTK) yang tujuannya untuk meningkatkan aktivitas siswa dan prestasi belajar siswa melalui Media Realia.

Sebagai salah satu media pembelajaran, realia memiliki potensi untuk digunakan dalam berbagai topik mata pelajaran. Realia mampu memberikan pengalaman belajar langsung (Hands o Experience) bagi sisiwa.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik tes dan teknik non tes (observasi). Data dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif. Pelaksanaan penelitian dilakuakan dalam 2 siklus, setiap siklus adalah : (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, (4) refleksi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media realia dalam pembelajaran IPA telah meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa pada SD Negeri I Candimas kelas IV yang berjumlah 26 siswa . Hal ini dapat dilihat dari peningkatan aktivitas siswa pada siklus I 52 % menjadi 67,38 % di siklus II. Prestasi Belajar Siswa mengalami peningkatan, dari 53,85% pada siklus I meningkat menjadi 92,30 % pada akhir siklus II.


(2)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Mutu pendidikan di Indonesia merupakan salah satu topik hangat yang didengungkan oleh semua kalangan masyarakat. Mutu pendidikan yang baik ditandai dengan adanya aktivitas belajar siswa dan baiknya prestasi belajar siswa dalam satu bidang ilmu tertentu. Pemerintah bersama para ahli pendidikan telah berusaha untuk lebih mengingatkan mutu pendidikan, diantaranya melaui seminar dan pelatihan dalam hal pemantapan materi pelajaran serta metode pembelajaran. Sudah banyak usaha yang dilakukan oleh Indonesia untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia, khususnya pendidikan IPA di sekolah, namun belum menampakkan hasil yang memuaskan, baik ditinjau dari proses pembelajaran maupun dari prestasi belajar siswa.

Hasil belajar siswa kelas IV dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 1.1 Hasil belajar siswa kelas IV

No Nilai Frekwensi % Kategori

1 91 – 100 2 7,7 Tuntas

2 81 – 90 2 7,7 Tuntas

3 71 – 80 6 23,0 Tuntas

4 61 – 70 10 38,5 Belum Tuntas


(3)

Berdasarkan tabel diatas, 16 siswa kelas IV SDN 1 Candimas dengan persentase 61,6% memperoleh hasil belajar dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM), yang ditentukan oleh sekolah yaitu 70.

Dari beberapa mata pelajaran yang ada di sekolah Dasar, IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang diangap sangat sulit oleh siswa. Banyak faktor yang dapat menjadi penyebab kurangnya aktivitas belajar dan rendahnya prestasi belajar IPA siswa, salah satunya adalah penggunaan media pembelajaran yang digunakan guru di kelas. Hasil observasi dan pengalaman penelitian menunjukkan bahwa guru belum menggunakan media pembelajaran. Kegiatan pembelajaran lebih didominasi oleh ceramah dan tanya jawab dan sedikit melibatkan siswa, akibatnya interkasi antara siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung sangat minim.

Oleh karena itu diperlukan media pembelajaran IPA yang inovatif dan kreatif, sehingga kegiatan pembelajaran bisa berlangsung aktif, efektif dan menyenangkan sehingga siswa tidak akan terpasung dalam suasana pembelajaran yang kaku, monoton dan membosankan. Media pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan tersebut adalah media realia.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas, peneliti tertarik untuk mencoba melakukan penelitian dengan menggunakan media realia untuk meningkatkan aktivitas belajar dan prestasi dalam pembelajaran IPA siswa kelas IV SDN I Candimas Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.


(4)

1.1 Identifikasi Masalah

Masalah-masalah yang terdapat dalam pembelajaran IPA siswa kelas IV SDN I Candimas Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan, adalah sebagai berikut :

1. Guru belum menggunakan media pembelajaran.

2. Kegiatan pembelajaran lebih didominasi oleh ceramah dan tanya jawab dan sedikit melibatkan siswa, akibatnya interaksi antara siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung sangat minim.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV SDN I Candimas Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan pada mata pelajaran IPA melalui media realia tahun pelajaran 2012/2013.

2. Bagaimana meningkatkan prestasi siswa kelas IV SDN I Candimas Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan pada mata pelajaran IPA melalui media realia tahun pelajaran 2012/2013.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV SDN I Candimas Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan melalui media realia pada mata pelajaran IPA Tahun Pelajaran 2012/2013.


(5)

2. Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SDN 1 Candimas Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan melalui media gambar pada mata pelajaran IPA Tahun Pelajaran 2011/2012.

1.5 Manfaat Penelitian

Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan dapat berguna antara lain :

1. Siswa meningkatkan aktivitas belajar dan prestasi belajar melalui media realia sebagai salah satu media pembelajaran pada mata pelajaran IPA. 2. Guru dapat memperluas wawasan dan pengetahuan guru di Sekolah

Dasar mengenai media-media pembelajaran sehingga dapat meningatkan kemampuan kompetensi guru dalam mencapai tujuan pendidikan.

3. Sekolah, dapat memberikan sumbangan yang berguna dalam meningkatkan mutu pendidikan ke arah yang lebih baik lagi di SDN I Candimas, khususnya dalam pembelajaran IPA.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Media realia yaitu media pembelajaran yang bertujuan untuk memberikan cara bagi siswa untuk membangun kecakapan dalam memecahkan persoalan, kecakapan berfikir, kecakapan dalam berbicara dan mengeluarkan pendapat.


(6)

2. Aktivitas Belajar, adalah segala bentuk kegiatan belajar siswa yang menghasilkan suatu perubahan. Dalam kegiatan belajar siswa melakukan aktivitas, tanpa aktivitas, belajar tidak mungkin berjalan dengan baik. 3. Prestasi belajar yaitu sesuatu yang diperoleh setelah melakukan usaha

belajar.

4. Siswa yang menjadi subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN I Candimas Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.

Mata Pelajaran dalam penelitian ini adalah IPA dengan pokok bahasan Gaya Mengubah Gerak dan Bentuk Benda.


(7)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1Pengertian Belajar

Untuk memahami tentang pengertian belajar di sini akan diawali dengan mengemukakan beberapa definisi tentang belajar. Ada beberapa pendapat para ahli tentang definisi tentang belajar. Cronbach, Harold Spears dan Geoch dalam Sardiman (2005:20) sebagai berikut :

1. Cronbach memberikan definisi :

Learning is shown by a chance in behavior as a result of experience” “Belajar adalah memperlihatkan perubahan dalam perilaku sebagai hasil dari pengalaman”.

2. Harold Spears memberikan batasan :

Learning is to observe, to read, to initate, to try something themselves, to listen, to follow direction”.

Belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan, mengikuti petunjuk.

Belajar sebagai kegiatan individu sebenarnya merupakan rangsangan-rangsangan individu yang dikirim kepadanya oleh lingkungan. Dengan demikian terjadinya kegiatan belajar yang dilakukan oleh seorang individu dapat dijelaskan dengan rumus antara individu dan lingkungan.

Belajar adalah adanya modifikasi tingkah laku. Dalam hal ini tingkah laku adalah sikap siswa setelah mendapatkan sebuah informasi terbaru yang didapat oleh siswa karena proses pembelajaran. Karena pada hakikatnya belajar adalah adanya


(8)

perubahan tingkah laku siswa, dari yang tidak tahu menjadi tahu akibat adanya proses transfer informasi pada proses pembelajaran yang telah berlangsung.

Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak hanya mengamati secara langsung tetapi ia juga harus memahaminya, terlibat langsung dalam perbuatan dan tanggung jawab terhadap hasilnya. Belajar sebaiknya dialamai oleh siswa melalui pengalaman langsung. Belajar harus dilakukan oleh siswa secara aktif, baik individu ataupun kelompok, sedangkan guru hanya sebagai pembimbing dan faislitator dalam proses pembelajaran keterlibatan siswa dan keaktifan siswa menunjang untuk keberhasilan siswa didalam proses pembelajaran.

2.2 Aktivitas Belajar

Belajar pada hakikatnya merupakan suatu proses yang aktif yang melibatkan panca indra atau fisik dan psikis kita. Menurut teori Gagne dan Berliner Hermawan, (2009:8) aktivitas belajar adalah kondisi jiwa dan raga seseorang yang aktif dalam menerima informasi/materi, dan melakukan pengolahan dan transformasi.

Aktivitas siswa selama proses pembelajaran salah satu indikator adanya kegiatan siswa untuk belajar. Aktifitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajr mengajar. Kegiatan-kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas-tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugsa yang diberikan.


(9)

Menurut Hamalik (2004:27) Pengajaran yang efektif adalah :

Pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Kalaulah dalam pengajaran tradisional asas aktifitas juga dilaksakan namun aktifitas tersebut bersifat semu (aktivitas semu). Pengajaran modern tidak menolak seluruh pendapat tersebut namun lebih menitik beratkan pada aktivitas sejati. Siswa belajar sambil bekerja. Dengan bekerja mereka memperoleh pengetahuan, pemahaman dan aspek-asek tingkah laku lainnya, serta mengembangkan keterampilan yang bermakna untuk hidup di masyarakat.

Belajar bukanlah berproses dalam kehampaan. Tidak pula pernah sepi dari berbagai aktivitas. Tidak pernah terlihat orang belajar tanpa melibatkan aktivitas raganya. Menurut Paul C. Cierich dalam Hamalik (2004 : 27), jenis-jenis aktivitas dibagi dalam delapan kelompok sebagai berikut :

1. Kegiatan-kegiatan visual

Membaca, melihat gambar-gambar, mengenai eksperimen, demonstrasi, pameran dan mengamati orang lain bekerja dan bermain. 2. Kegiatan-kegiatan lisan (oral)

Menggunakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu keadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi dan interupsi

3. Kegiatan-kegiatan mendengarkan

Mendengarkan penyajian bahan mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio

4. Kegiatan-kegiatan menulis

Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahkan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes dan mengisi angket.

5. Kegiatan-kegiatan menggambar

Menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta dan pola 6. Kegiatan-kegiatan metrik

Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, mencari dan berkebun 7. Kegiatan-kegiatan mental

Merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, meihat hubungan-hubungan dan membuat keputusan

8. Kegiatan-kegiatan emosional


(10)

Dari pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah kegiatan-kegiatan yang terjadi yang dilakukan secara fisik ataupun non fisik sebagai suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan sebagai hasil belajar mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

2.3 Prestasi Belajar

2.3.3 Pengertian Prestasi Belajar

Ketika siswa melakukan belajar, maka akan timbul perubahan yang terjadi pada diri siswa berupa penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh melalui usaha sungguh-sungguh dilakukan dalam satu waktu tertentu atau dalam waktu yang relatif lama dan bukan merupakan proses pertumbuhan.

Menurut Nashar (2004 : 3), “Hasil belajar adalah merupakan kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar”. Sementara menurut Hernawan, dkk (2007 : 24-25), Hasil belajar mengacu pada segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan.

Sementara itu Bloom dalam Nashar (2004:3) membuat klasifikasi hasil belajar menjadi tiga, ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Ranah kognitif berkaitan dengan kemampuan intelektual seseorang seperti kemampuan menginggat, memahami, menerapkan, menganalisa sintetis dan


(11)

evaluasi. Ranah afektif berkaitan dengan kemampuan yang berkenaan dengan sikap dan niali perasaan. Ranah psikomotorik, berkaitan dengan kemampuan menggerakkan otot-otot.

Beberapa pendapat para ahli diatas dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan dua unsur, yaitu jiwa dan raga dan mendapatkan perubahan jiwa yang mempengaruhi tingkah laku seseorang dengan maksudnya kesan-kesan baru sebagai hasil dari proses belajar yang meliputi tiga aspek, ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik.

2.3.2 Ciri-ciri Belajar

Di dalam rangkaian kegiatan belajar mempunyai ciri-ciri tertentu, Djamarah (2008 : 104) mengemukakan ciri-ciri belajar sebagai berikut :

a. Perubahan yang terjadi secara sadar. Ini berarti individu akan menyadari terjadinya perubahan dalam dirinya, misalnya pengetahuan bertambah, kecakapan bertambah dan kebiasaan bertambah.

b. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional. Perubahan ini berlangsung terus-menerus dalam diri individu dan tidak statis. Misalnya seorang anak yang belajar menulis maka ia akan mengalami perubahan dari tidak bisa menulis menjadi dapat menulis.

c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif. Perubahan ini akan membuat individu memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya.

d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara. Hal ini dapat dicontohkan misalnya seseorang anak yang belajar memainkan piano maka selamanya keterampilan bermain piano tidak akan hilang jika terus dilatih dan dipergunakan.

e. Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah. Misalnya seseorang yang belajar mengetik, sebelumnya sudah menetapkan apa yang mungkin dicapainya dengan belajar mengetik atau tingat kecakapan mana yang ingin dicapainya.


(12)

f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap kebiasaan, keterampulan, pengetahuan dan sebagainya.

Berdasarkan beberapa ciri tersebut dapat diketahui ciri-ciri perubahan yang merupakan perilaku dalam belajar adalah sebagai berikut :

a. Bahwa perubahan itu internasional dalam arti pengalaman, praktik atau latihan dengan disengaja dan disadari, dilakukannya, disukai secara kebetulan. Dengan demikian perubahan dengan kematangan, kelebihan atau karena penyakit tidak dapat dikatakan sebagai perubahan dari belajar b. Perubahan itu positif dalam arti sesuai dengan diharapkan atau kriteria

keberhasilan

c. Perubahan itu efektif dalam arti mempunyai pengaruh dan makna tertentu bagi yang bersangkutan serta fungsional dalam arti perubahan hasil belajar itu relatif tetap dan setiap saat diperlukan dapat direproduksikan seperti pada pemecahan masalah, baik dalam ujian ulangan, tes dan sebagainya.

2.3.3 Faktor-faktor Mempengaruhi Proses dan Prestasi Belajar

Menurut Slameto (2003 : 5) proses dan prestasi belajar terbentuk dan dipengaruhi oleh beberapa faktor meliputi faktor internal dan eksternal. a. Faktor yang berasal dari diri sendiri (internal)

1) Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang dipelopori karena sesuatu hal, yang termasuk faktor ini adalah pancaindera yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya, seperti


(13)

mengalami sakit, cacat tubuh atau perkembangan yang tidak sempurna, tidak berfungsinya kelenjar tubuh yang dapat membawa kelainan tingkah laku.

2) Faktor kejiwaan (psikologis) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh karena sesuatu, meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kemantangan dan kesiapan

3) Faktor kelelahan adalah faktor kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani.

b. Faktor yang berasal dari luar (eksternal)

1) Faktor keluarga, yaitu faktor berpengaruh terhadap diri siswa yang berasal dari keluarga, berupa cara orang tua mendidik anak, relasi, antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan

2) Faktor sekolah, yaitu faktor yang mencakup metode mengajar guru, kurikulum, relasi guru dan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah

3) Faktor masyarakat, yiatu faktor yang berpengaruh terhadap siswa yang berasal dari lingkungan seperti kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.


(14)

2.4 Media Pembelajaran

2.4.2 Pengertian Media Pembelajaran

Media pembelajaran, menurut Gerlach & Ely (1971) dalam Asyhar (2011:33) memiliki cakupan yang sangat luas, yaitu termasuk manusia, materi atau kajian yang membangun suatu kondisi yang membuat peserta didik mampu memperoleh pengetahuan, ketrampilan atau sikap.

Media pembelajaran mencakup semua sumber yang diperlukan untuk melakukan komunikasi dalam pembelajaran. Dalam hal ini pendidikan juga termasuk salah satu bentuk media pembelajaran sehingga menjadi kajian strategi penyampaian pembelajaran.

Berdasarkan pengertian diatas, media pembelajaran dapat dipahami sebagai segala sesuatu yang dapat menyampaikan atau menyalurkan pesan dari suatu sumber secara terencana, sehingga terjadi lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efesien dan efektif.

2.4.2 Pengaruh Media dalam pembelajaran

Di dalam pendidikan media mempunyai peran besar yang berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan. Miarso dkk, dalam Ramayulis (2008 : 260) menyatakan bahwa media itu mempunyai nilai-nilai praktis yang berupa kemampuan antara lain : (1) membuat konkrit konsep yang abstrak, (2) membawa obyek yang sukar diadapat kedalam lingkungan


(15)

belajar siswa, (3) menampilkan objek yang terlalu besar, (4) menampilkan objek yang tidak dapat diamati dengan mata telanjang, (5) mengamati herakan yang terlalu cepat, (6) memungkinkan keseragaman pengamatan dan persepsi bagai pengalaman belajar siswa. (7) membangkitkan motrivasi belajar siswa dan (8) menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang maupun disimpan menurut kebutuhan.

Ramayulis (2008 : 7) berpendapat bahwa kegunaan media antara lain adalah : (1) mampu mengatasi kesulitan-kesulitan dan memperjelas materi pelajaran yang sulit, (2) mampu mempermudah pemahaman dan menjadikan pelajaran lebih hidup dan menarik, (3) merangsang anak untuk bekerja dan menggerakkan naluri kecintaan menelaah dan menimbulkan kemauan keras untuk mempelajari sesuatu, (4) membantu pembentukan kebiasaan, melahirkan pendapat, memperhatikan dan memikirkan suatu pelajaran, serta (5) menimbulkan kekuatan ingatan, perhatian, mempertajam indera, melatihnya, memperhalus perasaan dan cepat belajar.

Dengan demikian apabila pendidikan memanfaatkan dan mengembangkan media pembelajaran tersebut di dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar maka siswa akan memiliki pemahaman yang bagus tentang materi yang didapatkan.


(16)

2.4.3 Media Realia

a. Pengertian Media Nayata (Realia)

Benda nyata (real thing) merupakan alat bantu yang paling mudah penggunaannya, karena kita tidak perlu membuat persiapan selain langsung menggunakannya. Yang dimkasud dengan benda nyata sebagai media adalah alat penyampaian infomasi yang berupa benda atau objek yang sebenarnya atau asli dan tidak mengalami perubahan yang berarti.

Sebagai objek nyata, realia merupakan alat bantu yang bisa memberikan pengalmaan langsung kepada pengguna. Oleh karena itu, realia banyak digunakan dalam proses belajar mengajar sebagai alat bantu memperkenalkan subjek baru. Realia mampu memberikan arti nyata kepada hal-hal yang sebelumnya hanya digambarkan secara abstrak yaitu dengan kata-katya atau hanya visual.

b. Bentuk Realia

Bentuk realia sama dengan benda sebenarnya yang tidak mengalami perubahan sama sekali dan dapat digunakan untuk keperluan pembelajaran. Akan tetapi, kesulitan kadang timbul dalam menghadirkan realia secara utuh yang disebabkan oleh ukuran yang terlalu besar atau sulit ditemukan di lingkungan sekitar. Oleh karena itu, beberapa modifikasi sering kali harus dilakukan.

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk memodifikasi benda nyata untuk keperluan pembelajaran.


(17)

1) Dengan cara memotong bagian tertentu dari realia jika berukuran terlalu besa. Dalam memotong realia perhatikan agar bagian yang dipotong tidak merusak benda tersebut sebagai media yang dapat dipelajari oleh siswa.

2) Dengan cara mengawetkan realia hidup jika benda tersebut berbahaya atau lekas rusak jika digunakan dalam kelas, misalnya penggunaan satwa atau tumbuhan sebagai media pembelajaran. Satwa yang berbahaya perlu ditempatkan di tempat tertentu atau diawetkan terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai sarana observasi oleh siswa.

3) Dengan menampilkan beberapa jenis realia secara bersama-sama, ditambah dengan informasi tercetak yang kesemuanya yang dapat menggambarkan suatu topik tertentu. Cara ini disebut juga dengan istilah eksibisi atau pameran realia.

c. Karakteristik Realia

Dalam dunia pendidikan, realia sering dianggap sebagai media informasi yang paling mudah diakses dan menarik. Sebagai media informasi, realia mampu menjelaskan hal-hal yang abstrak dengan hanya sedikit atau tanpa keterangan verbal. Dengan beriteraksi langsung dengan realia. Diharapkan hal-hal yang kurang jelas, apabila diterangkan secara verbal akan menjadi jelas. Realia memiliki kemampuan untuk merangsang imajinasi pengguna dengan membawa kehidupan di dunia nyata ke dalam perpustakaan ataupun ke dalam kelas.


(18)

Realia akan sangat membantu apabila digunakan dalam suatu proses memperoleh informasi dengan tujuan untuk memperileh pengetahuan melalui pengalaman sendiri atau sering disebut sebagai tujuan kognitif. Dalam proses ini, realia dilibatkan sebagai suatu obyek nyata yang belum dikenal dan para pengguna akan belajar untuk mengenalnya. Ralia dapat memberikan pengguna pengalaman langsung dan nyata. Pengalaman keindahan yang tidak bisa didapat melalui media lain.

Untuk memungkinkan suatu realia ditampilkan dalam suatu ruangan kadang sangat sulit karena ukuran yang terlalu besar (contoh : lokomotif, pesawat, mobil) atau terlalu kecil (contoh : kuman) atau memang tidak memungkinkan untuk ditampilkan (contoh : bulan). Kadang menghadirkan realia dapat berbahaya misalnya menampilkan ular. Cara mengatasinya dapat menggunakan ular mati yang telah diawetkan agar pengguna bisa mengamati dengan aman. Dengan jalan ini, pengguna masih merasakan pengalaman langsung.

Sebagai media pembelajaran, realia memiliki potensi untuk digunakan dalam berbagai topik mata pelajaran. Realia mampu memberikan pengalaman belajar langsung (hand on experience) bagai siswa. Dengan menggunakan benda nyata sebagai media, siswa dapat menggunakan berbagai indera untuk mempelajari suatu objek. Siswa dapat melihat, meraba, mencium, bahkan merasakan objek yang tengah dipelajari. Dalam menggunakan realia, pengguna dituntut kemampuannya


(19)

menginterprestasikan hubungan-hubungan tentang benda yang sesungguhnya.

Selain memiliki potensi sebagai media pembelajaran, realia juga memiliki keterbatasan. Salah satu keterbatasan realia adalah adanya kemungkinan siswa mempunyai interprestasi yang berbeda terhadap objek yang sedang dipelajari. Kemungkinan lain adalah informasi yang ingin disampaikan akan berbeda sehingga tidak sesuai dengan yang diharapkan.

d. Pemilihan realia Untuk Pembelajaran

Sebelum memilih realia yang akan digunakan, anda harus mempertibangkan kemungkinan realia tersebut akan dipegang oleh siswa. Banyak realia yang sangat rapuh. Oleh karena itu, simpanlah realia yang rapuh dalam kotak panjang. Idealnya penguna harus dapat menyentuh realia untuk mendapatkan pengalaman yang tidak mungkin didapat dari media lain. Kalau memungkinkan, realia tersebut disimpan dalam palstik yang tembus pandang sehingga realia dapat diambil tanpa takut rusak.

Apabila realia dianggap mahal, atau ruangan yang ada tidak memadai, perpustakaan dapat memutuskan untuk tidak memiliki realia dalam koleksinya. Pernyataan atau permintaan tentang sesuatu realia dapat dilayani dengan cara mengarahkan pengguna ketempat lain yang memiliki realia tersebut, misalnya ke kebun binatang untuk melihat biantang yang tidak mungkin ditampilkan di depan kelas, ke plaetarium untuk mengetahui bend-benda ruang angaksa.


(20)

Hal lain yang penting diperhatikan dalam menggunakan realia sebagai media pembelajaran adalah :

a. Berikan kesempatan yang besar agar siswa dapat berinteraksi langsung dengan benda yang saling dipelajari

b. Guru hanya berperan sebagai fasilisator yang membantu siswa mempelajari objek sebagai sumber informasi dan pengetahuan

c. Berikan siswa kesempatan untuk mencari informasi sebanyak mungkin yang berkaitan dengan objek yang sedang dipelajari.

d. Hindari hal-hal yang tidak diinginkan atau resiko yang akan dihadapi siswa pada saat mempelajari realita.

2.5 Pembelajaran IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, kosnep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan, Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam kehidupan sehari-hari (Kurikulum, 2006)

Mata pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindakan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.


(21)

b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahamam konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi anatar IPA, lingkungan, Teknologi dan masayarakat.

d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan

e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan alam.

f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut : a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan

dan interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan.

b. Benda/materi, sifat-sfiat dan kegunaannya meliputi cair, padat dan gas c. Energi dan perubahannya meliputi : gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,

cahaya dan pesawat sederhana.

d. Bumi dan alam semesta meliputi : tanah, bumi, tata surya dan benda-benda langit lainnya (Kurikulum, 2006)


(22)

2.6 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori diatas maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :

1. Jika pembelajaran IPA menggunakan media realia dengan tahapan yang benar maka dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV SDN I Candimas Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2012/2013.

2. Jika pembelajaran IPA menggunakan media realia dengan tahapan yang benar maka dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SDN I Candimas Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2012/2013.


(23)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pemilihan Model Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah penilaian tindakan kelas (PTK). PTK sagat bermanfaat bagi guru untuk meningatkan mutu proses dan hasil pembelajaran di kelas. Dengan melaksanakan tahapan-tahapan PTK, guru dapat menemukan soluisi dari masalah yang timbul di kelasnya sendiri, bukan kelas orang lain, yaitu dengan menerapkan berbagai ragam teori dan teknik pembelajaran yang relevan secara kreatif.

Menurut Aqib, dkk (2009 : 27), “Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitain yang dilakukan oleh guru dikelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar siswa meningkat”

Karakteristik PTK adalah sebagai berikut :

1. Penelitian berawal dari kerisauan guru akan kinerjanya

2. Metode utama adalah refleksi diri, bersifat agak longgar tetapi tetap mengikuti kaidah-kaidan penelitian.

3. Fokus penelitian berupa kegiatan pembelajaran 4. Tujuannya memperbaiki pembelajaran


(24)

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian tindakan kelas ini akan dilakukan di SDN 1 Candimas Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.

3.3 Sarana Penelitian

Sasaran penelitian adalah siswa kelas IV SDN 1 Candimas yang berjumlah 26 orang yaitu laki-laki berjumlah 13 orang dan perempuan berjumlah 13 orang siswa. Target yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Perubahan peningkatan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa ke arah yang cukup baik melalui media realia

2. Perubahan kemampuan guru dalam menggunakan media-media pembelajaran.

3.4 Prosedur Tindakan

1. Perencanaan tindakan pada penelitian sebagai berikut :

a. Merencanakan perbaikan pembelajaran pada tindakan siklus I 1) Menentukan jadwal kegiatan PTK

2) Membuat instrumen penelitian b. Pelaksanaan tindakan siklus 1

1) Mengikuti sesuai rencana tindakan 2) Menerapkan tindakan 1

c. Pengamatan observasi dan pengumpulan data

1) Melakukan pengamatan dan mengisi hasil pengamatan pada format observasi


(25)

2) Melakukan penilaian hasil tindakan pada format evaluasi d. Refleksi

1) Menilai dan membahas hasil evaluasi dan observasi tindakan yang telah dilakukan

2) Menentukan kelebihan dan kekurangan dari tindakan 1

3) Membuat rencana perbaikan untuk tindakan atau siklus selanjutnya

Adapun siklus tindakan dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut :

Siklus I

Siklus II

Gambar 3.1 Tahap-Tahap Penelitian Tindakan Kelas, Aqib, dkk (2009)

2. Urutan Penelitian Tindakan Kelas Siklus 1

Pada siklus pertama kegiatan ini dilakukan dengan diawali pembuatan perencanaan tindakan yang dilakukan oleh guru dan peneliti sebagai berikut :

a. Merencanakan tindakan perbaikan pembelajaran pada sillus 1, menentukan jadwal PTK, menetapkan pokok bahasan “Gaya

Planing I Permasalaha

Permasalaha n baru hasil reflecting

Acting I

Reflecting I Obaserving I

Planing II Acting II


(26)

Mengubah Gerak dan Bentuk Benda” sebagai materi yang akan digunakan dalam PTK. Membuat instrumen penelitian, yaitu : (1) rencana perbaikan pembelajaran, (2) kisi-kisi soal, (3) lembar soal, dan (4) lembar observasi aktivitas guru dan siswa.

b. Tindakan, menerapkan tindakan dengan mengacu pada perencanaan tindakan yang telah ditetapkan dengan tahap-tahap pembelajaran adalah sebagai berikut :

1) Kegaitan awal sebagai berikut : 1. Guru mempesiapkan materi ajar

2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

3. Guru menanyakan kepada siswa kesiapan benda-benda / bahan dan perlengkapan untuk praktek yang telah ditugaskan kepada siswa untuk dibawa pada pertemuan hari ini.

4. Guru menunjukkan benda-benda yang telah disiapkan (bola, benang/tali, mobil-mobilan, papan luncur, balok kayu)

5. Guru menanyakan apa yang menyebabkan benda-benda dapat bergerak

2) Kegiatan inti sebagai berikut :

1. Siswa dibagi menjadi 6 kelompok

2. Siswa melakukan percobaan tentang pengaruh gaya Kegiatan 1

a. Siswa metakkan balok kayu di atas meja!

b. Siswa menggelindingkan bola tenis diatas meja menuju ke arah balok kayu!


(27)

c. Setelah bola tenis menubruk kayu, siswa mengamati apa yang terjadi?

d. Siswa membuat kesimpulan berdasarkan kegiatan yang dilakukan dan diamati!

Kegiatan 2

a. Siswa meletakkan mobil-mobilan diatas meja!

b. Siswa mendoronglah mobil-mobilan tersebut dari belakang!

c. Siswa mengamati apa yang terjadi pada kegiatan yang mereka lakukan

d. Menemukan jawaban apakah kedudukan mobil-mobilan berubah?

e. Ssiwa membuatlah kesimpulan berdasarkan kegiatan ini! 3) Kegiatan penutup sebagai berikut :

1. Membuat kesimpulan dari materi yang telah digali 2. Guru melakukan tanya jawab seputar materi

3. Memberikan tugas kepada siswa untuk membawa bahan perlengkapan praktek untuk pertemuan berikutnya (Mobil-mobilan, papan luncur, tiang penyanggah, tali/benang,Bola tenes, balok kayu, meja, pensil, pulpen)

c. Pengamatan dan pengumpulan data, melakukan pengamatan dan mengisi hasil pengamatan pada lembar observasi, melakukan penilaian hasil tindakan pada lembar analisa dan refleksi


(28)

d. Refleksi : menganalisis, menilai dan membahas seluruh pelaksanaan tidnakan I berdasarkan hasil analisis dan refleksi serta observasi tindakan yang telah dilakukan. Mengetahui dengan jelas kelebihan-kelebihan dan kekurangan-kekuarangan dari tindakan I, membuat rencana perbaikan untuk tindakan atau siklus selanjutnya.

3. Urutan Penelitian Tindakan Kelas Siklus II

Pada siklus pertama kegiatan ini dilakukan dengan diawali pembuatan perencanaan tindakan yang dilakukan oleh guru dan peneliti sebagai berikut :

a. Merencanakan tindakan perbaikan pembelajaran pada sillus II, menentukan jadwal PTK, menetapkan pokok bahasan “Gaya Mengubah Gerak dan Bentuk Benda” sebagai materi yang akan digunakan dalam PTK. Membuat instrumen penelitian, yaitu : (1) rencana perbaikan pembelajaran, (2) kisi-kisi soal, (3) lembar soal, dan (4) lembar observasi aktivitas guru dan siswa.

b. Tindakan, menerapkan tindakan dengan mengacu pada perencanaan tindakan yang telah ditetapkan dengan tahap-tahap pembelajaran adalah sebagai berikut :

1) Kegaitan awal sebagai berikut : 1. Guru mempesiapkan materi ajar

2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

3. Guru menanyakan kepada siswa kesiapan benda-benda / bahan dan perlengkapan untuk praktek yang telah ditugaskan kepada siswa untuk dibawa pada pertemuan hari ini.


(29)

4. Guru menunjukkan benda-benda yang telah disiapkan (karet gelang dan lilin mainan/plastisin)

5. Guru menanyakan apa yang menyebabkan benda-benda dapat berubah bentuk

2) Kegiatan inti sebagai berikut :

1. Siswa dibagi menjadi 6 kelompok 2. Siswa dibagi menjadi 6 kelompok

3. Siswa melakukan percobaan tentang pengaruh gaya a. Mainkan karet gelang pada jari-jari tangamu hingga

bentuknya dapat berubah-ubah!

b. Buatlah bermacam-macam benda dari lilin mainan! c. Bagaimana bentuk karet gelang mula-mula?

d. Bagaiman bentuk karetb gelang pada saat dimainkan dengan jari?

e. Bagaimana bentuk plastisin mula-mula?

f. Bagaimana bentuk plastisin sesudah dibuat mainan? g. Butalah kesimpulan berdasarkan kegiatan ini!

3) Kegiatan penutup sebagai berikut :

1. Membuat kesimpulan dari materi yang telah digali 2. Guru melakukan tanya jawab seputar materi

3. Memberikan tugas kepada siswa untuk membawa bahan perlengkapan praktek untuk pertemuan berikutnya (plastisin, pegas dan balon karet)


(30)

c. Pengamatan dan pengumpulan data, melakukan pengamatan dan mengisi hasil pengamatan pada lembar observasi, melakukan penilaian hasil tindakan pada lembar analisa dan refleksi

d. Refleksi : Analisis data dilakukan dengan cara membandingkan hasil yang telah dicapai dengan kriteria keberhasilan aktivitas yang telah ditetapkan, yaitu keberhasilan aktivitas belajar 65% dan ketuntasan klasikal 65%. Pada kegiatan refleksi yang menjadi acuan keberhasilan a) apakah dalam proses pembelajaran tersebut tujuan dan kompetensi dasar sudah teracapai? b) dan bagaimana hasil dari proses pembelajaran sudah berjalan dengan baik?. Jika siklus kedua pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan telah terjadi peningatan dibanding dengan siklus sebelumnya, maka penelitian dianggap cukup. Namun jika masih terdpat kekurangan, penelitian akan dilanjutkan pada siklus selanjutnya.

3.5 Alat pengumpul Data 1. Observasi

Observasi adalah kegiatan pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki (Narbuko dan Ahmadi, 2008 : 176)

Observasi dilakukan untuk mengamati aktivitas belajar siswa dan kinerja guru selama proses belajar mengajar berlangsung dengan cara mengisi lembar observasi (terlampir) yang dilakukan oleh observer yaitu teman


(31)

sejawat. Dengan demikian peneliti dapat mengetahui kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan setiap siklus.

2. Tes Formatif

Tes ini digunakan untuk memperoleh data kemampuan siswa. Bentuk tes yang digunakan adalah tes tertulis model isian (uraian singkat). Data yang diperoleh dalam bentuk tes ini adalah nilai tes akhir dari siswa. Tes akhir dilakukan setelah penerapan media gambar dilakukan dalam setiap siklus. Tes ini digunakan untuk memperoleh data kemampuan siswa.

3.6 Teknik Analisa Data

Penentuan bentuk analisis data yang digunakan adalah analisis data kuantitatif dan kualitataif. Data Kualitataif berupa aktivitas siswa setiap siklus I dan II yang diperoleh dari pengamatan aktivitas siswa menggunakan lembar observasi. Sedangkan data kuantitatif berupa nilai-nilai yang diperoleh dari hasil tes belajar pada setiap akhir siklus. Analisis data kuantitatif dan kualitataif diuraikan sebagai berikut :

1. Analisa data Kualitataif

Analisa data kualitatif pada penelitian tindakan kelas ini, menggunakan analisis deskripsi kualitataif yaitu, suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui aktivitas siswa setiap siklus dan diperoleh dari pengamatan aktivitas siswa pada lembar observasi dan hasil belajar siswa yang dicapai dalam setiap siklus (Khotimah, 2009).


(32)

2. Analisis data Kuantitatif

Pada analissi data kuantitaif dilakukan melalui penggunaan statistik sederhana berupa nilai-nilai yang diperoleh dari hasil aktivitas belajar setiap siswa per siklus dan tes hasil belajar pada setiap akhir siklus menggunakan rumus sebagai berikut :

a. Analisis Aktivitas Siswa

Data aktivitas siswa diambil pada setiap pertemuan dengan menggunakan lembar pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa. Data aktivitas siswa yang akan dimunculkan adalah aktivitas yang relevan dengan bertumpu pada empat aspek kegiatan pembelajaran yang diamati.

Tabel 3.1 Analisis Aktivitas Siswa

No Nama Siswa

Aspek aktivitas

yang diamati Skor Nilai Aktivitas

Ketegori A B C D E

1 2 3 4

Aktivitas yang diamati : A. Membawa alat peraga B. Penggunaan alat peraga C. Kerjasama kelopok


(33)

D. Membuat kesimpulan E. Ketercapaian waktu

b. Penilaian Prestasi Belajar (rata-rata)

Untuk mengetahui prestasi belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran kooperatif diambil dari rata-rata nilai tes yang diperoleh setiap akhir siklus (Khotimah, 2009)

∑ Keterangan :

= Nilai rata-rata

∑ = Jumlah semua nilai siswa ∑ = Jumlah siswa

Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar, digunakan rumus sebagai berikut :

3.7 Kriteria Keberhasilan

Indikator keberhasilan pembelajaran pada penelitian tindakan kelas ini adalah : 1. Siswa secara individu dalam mengerjakan soal tes mendapat niali > 7,0 2. Hasil penelitian dapat dijadikan acuan dalam rangka meningkatkan hasil

belajar siswa


(34)

4. Setiap tahapan siklus menunjukkan peningkatan aktivitas belajar terlaksana dengan baik


(35)

DAFTAR PUSTAKA

Aqiq, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru SD, SLB dan TK, Yrama Widya, Bandung

Asyhar, 2011, Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran, Gaung Persada Press, Jakarta

Departemen Pendidikan Nasional, 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Nasional, Pustaka Candra, Jakarta

Djamarah, Syaiful. B. 2008. Psikologi Belajar. Reneka Cipta Jakarta Hamalik, 2004. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara, Jakarta Hernawan, dkk. 2008, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran,

UT, Jakarta

Khotimah, Khusnul. 2009. Penlitian Tindakan Kelas Untuk Guru SD, SLB dan TK. Yrama Widya Bandung.

Narbuko, Ahmadi. 2008 Metodologi Penelitian, Cet 9, Bumi Aksara, Jakarta.

Nashar, 2004. Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal dalam Kegaitan Pembelajaran, Cet 2, Delia Press, Jakarta

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidkan Nasional RI. 2010. Panduan EYD dan Tata Bahasa Indonesia. Transmemdia, Jakarta Ramayulis, 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Kalam Mulia Jakarta.

Sardiman, A.M. 2005 Pengertian Belajar Siswa. Raja Grafindo Persada. Jakarta Slameto, W (1990). Psikologi Pendidikan (Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan). Rineka Cipta

Universitas Lampung, 2009. Format Penelitian Karya Ilmiah. Unila. Bandar Lampung.


(1)

c. Pengamatan dan pengumpulan data, melakukan pengamatan dan mengisi hasil pengamatan pada lembar observasi, melakukan penilaian hasil tindakan pada lembar analisa dan refleksi

d. Refleksi : Analisis data dilakukan dengan cara membandingkan hasil yang telah dicapai dengan kriteria keberhasilan aktivitas yang telah ditetapkan, yaitu keberhasilan aktivitas belajar 65% dan ketuntasan klasikal 65%. Pada kegiatan refleksi yang menjadi acuan keberhasilan a) apakah dalam proses pembelajaran tersebut tujuan dan kompetensi dasar sudah teracapai? b) dan bagaimana hasil dari proses pembelajaran sudah berjalan dengan baik?. Jika siklus kedua pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan telah terjadi peningatan dibanding dengan siklus sebelumnya, maka penelitian dianggap cukup. Namun jika masih terdpat kekurangan, penelitian akan dilanjutkan pada siklus selanjutnya.

3.5 Alat pengumpul Data

1. Observasi

Observasi adalah kegiatan pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki (Narbuko dan Ahmadi, 2008 : 176)

Observasi dilakukan untuk mengamati aktivitas belajar siswa dan kinerja guru selama proses belajar mengajar berlangsung dengan cara mengisi lembar observasi (terlampir) yang dilakukan oleh observer yaitu teman


(2)

sejawat. Dengan demikian peneliti dapat mengetahui kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan setiap siklus.

2. Tes Formatif

Tes ini digunakan untuk memperoleh data kemampuan siswa. Bentuk tes yang digunakan adalah tes tertulis model isian (uraian singkat). Data yang diperoleh dalam bentuk tes ini adalah nilai tes akhir dari siswa. Tes akhir dilakukan setelah penerapan media gambar dilakukan dalam setiap siklus. Tes ini digunakan untuk memperoleh data kemampuan siswa.

3.6 Teknik Analisa Data

Penentuan bentuk analisis data yang digunakan adalah analisis data kuantitatif dan kualitataif. Data Kualitataif berupa aktivitas siswa setiap siklus I dan II yang diperoleh dari pengamatan aktivitas siswa menggunakan lembar observasi. Sedangkan data kuantitatif berupa nilai-nilai yang diperoleh dari hasil tes belajar pada setiap akhir siklus. Analisis data kuantitatif dan kualitataif diuraikan sebagai berikut :

1. Analisa data Kualitataif

Analisa data kualitatif pada penelitian tindakan kelas ini, menggunakan analisis deskripsi kualitataif yaitu, suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui aktivitas siswa setiap siklus dan diperoleh dari pengamatan aktivitas siswa pada lembar observasi dan hasil belajar siswa yang dicapai dalam setiap siklus (Khotimah, 2009).


(3)

2. Analisis data Kuantitatif

Pada analissi data kuantitaif dilakukan melalui penggunaan statistik sederhana berupa nilai-nilai yang diperoleh dari hasil aktivitas belajar setiap siswa per siklus dan tes hasil belajar pada setiap akhir siklus menggunakan rumus sebagai berikut :

a. Analisis Aktivitas Siswa

Data aktivitas siswa diambil pada setiap pertemuan dengan menggunakan lembar pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa. Data aktivitas siswa yang akan dimunculkan adalah aktivitas yang relevan dengan bertumpu pada empat aspek kegiatan pembelajaran yang diamati.

Tabel 3.1 Analisis Aktivitas Siswa

No Nama Siswa

Aspek aktivitas

yang diamati Skor Nilai Aktivitas

Ketegori A B C D E

1 2 3 4

Aktivitas yang diamati : A. Membawa alat peraga B. Penggunaan alat peraga C. Kerjasama kelopok


(4)

D. Membuat kesimpulan E. Ketercapaian waktu

b. Penilaian Prestasi Belajar (rata-rata)

Untuk mengetahui prestasi belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran kooperatif diambil dari rata-rata nilai tes yang diperoleh setiap akhir siklus (Khotimah, 2009)

∑ Keterangan :

= Nilai rata-rata

∑ = Jumlah semua nilai siswa ∑ = Jumlah siswa

Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar, digunakan rumus sebagai berikut :

3.7 Kriteria Keberhasilan

Indikator keberhasilan pembelajaran pada penelitian tindakan kelas ini adalah : 1. Siswa secara individu dalam mengerjakan soal tes mendapat niali > 7,0 2. Hasil penelitian dapat dijadikan acuan dalam rangka meningkatkan hasil

belajar siswa


(5)

4. Setiap tahapan siklus menunjukkan peningkatan aktivitas belajar terlaksana dengan baik


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Aqiq, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru SD, SLB dan TK, Yrama Widya, Bandung

Asyhar, 2011, Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran, Gaung Persada Press, Jakarta

Departemen Pendidikan Nasional, 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Nasional, Pustaka Candra, Jakarta

Djamarah, Syaiful. B. 2008. Psikologi Belajar. Reneka Cipta Jakarta Hamalik, 2004. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara, Jakarta Hernawan, dkk. 2008, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran,

UT, Jakarta

Khotimah, Khusnul. 2009. Penlitian Tindakan Kelas Untuk Guru SD, SLB dan TK. Yrama Widya Bandung.

Narbuko, Ahmadi. 2008 Metodologi Penelitian, Cet 9, Bumi Aksara, Jakarta.

Nashar, 2004. Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal dalam Kegaitan

Pembelajaran, Cet 2, Delia Press, Jakarta

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidkan Nasional RI. 2010. Panduan EYD dan Tata Bahasa Indonesia. Transmemdia, Jakarta Ramayulis, 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Kalam Mulia Jakarta.

Sardiman, A.M. 2005 Pengertian Belajar Siswa. Raja Grafindo Persada. Jakarta Slameto, W (1990). Psikologi Pendidikan (Landasan Kerja Pemimpin

Pendidikan). Rineka Cipta

Universitas Lampung, 2009. Format Penelitian Karya Ilmiah. Unila. Bandar Lampung.


Dokumen yang terkait

PENGGUNAAN MEDIA REALIA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS IV SDN 2 METRO SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

4 33 62

PENGGUNAAN MEDIA REALIA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS IV SDN 2 METRO SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

6 29 61

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE KERJA KELOMPOK SISWA KELAS IV SDN 2 CANDIMAS KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 9 67

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS IV SDN 3 NEGARARATU KECAMATAN NATAR

0 16 18

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MENGGUNAKAN MEDIA GRAFIS PADA SISWA KELAS IV SDN 4 PARDASUKA KECAMATAN KATIBUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 23 33

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA MELALUI STRATEGI CARD SORT DI KELAS IV SDN 1 SUKADADI KECAMATAN GEDONGTATAAN KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2012-2013

2 19 51

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI MEDIA GAMBAR MATA PELAJARAN IPA MATERI SUMBER DAYA ALAM KELAS IV SD NEGERI 2 KEMILING PERMAI TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 11 55

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA REALIA PADA SISWA KELAS IV SDN 1 TANJUNGSARI KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN 2013

1 30 31

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI MEDIA REALIA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS IV SDN I CANDIMAS KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 2 35

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MEDIA LKS PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS IV SDN MANDAH KEC. NATAR LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 4 31