PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD NEGERI 3 SUKADADI TAHUN PALAJARAN 2012/2013
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA
KELAS V SD NEGERI 3 SUKADADI TAHUN PALAJARAN 2012/2013
Oleh : Purwanti ABSTRAK
Pembelajaran IPA di kelas V SDN 3 Sukadadi, terdapat permasalahan selama ini dalam proses pembelajaran masih menggunakan metode teacher centered (pembelajaran masih berpusat pada guru ) yang kurang melibatkan siswa sehingga siswa merasa bosan dan malas untuk belajar. Hal ini berdampak pada rendahnya hasil belajar. Oleh karena itu, perlu dilakukan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPA kelas V SDN 3 Sukadadi melalui pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas yang bersifat daur siklus berulang. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V sebanyak 22 orang. Prosedur penelitian tindakan kelas ini meliputi langkah – langkah: (1) perencanaan; (2) pelaksanaan; (3) observasi; dan (4) refleksi. Teknik pengumpulan data menggunakan tes dan observasi.
Berdasarkan hasil penelitian, aktivitas siswa pada Siklus I 68,18%, pada Siklus II meningkat menjadi 86,36%. Rata-rata prestasi belajar Siklus I sebesar 63,63 dan pada Siklus II naik menjadi 67,72. Ketuntasan belajar Siklus I sebesar 77,27% dan pada Siklus II sebesar 86,36%. Hal ini membuktikan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar. Kata kunci : IPA, hasil belajar dan pembelajaran kooperatif tipe NHT.
(2)
(3)
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD NEGERI 3 SUKADADITAHUN
PELAJARAN 2012/ 2013
OLEH :
PURWANTI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
LAMPUNG 2012
(4)
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD NEGERI 3 SUKADADI TAHUN
PELAJARAN 2012/ 2013
OLEH :
PURWANTI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
LAMPUNG 2012
(5)
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD NEGERI 3 SUKADADI
TAHUN PALAJARAN 2012/2013
Oleh : Purwanti ABSTRAK
Pembelajaran IPA di kelas V SDN 3 Sukadadi, terdapat permasalahan selama ini dalam proses pembelajaran masih menggunakan metode teacher centered (pembelajaran masih berpusat pada guru ) yang kurang melibatkan siswa sehingga siswa merasa bosan dan malas untuk belajar. Hal ini berdampak pada rendahnya hasil belajar. Oleh karena itu, perlu dilakukan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPA kelas V SDN 3 Sukadadi melalui pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas yang bersifat daur siklus berulang. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V sebanyak 22 orang. Prosedur penelitian tindakan kelas ini meliputi langkah – langkah: (1) perencanaan; (2) pelaksanaan; (3) observasi; dan (4) refleksi. Teknik pengumpulan data menggunakan tes dan observasi.
Berdasarkan hasil penelitian, aktivitas siswa pada Siklus I 68,18%, pada Siklus II meningkat menjadi 86,36%. Rata-rata prestasi belajar Siklus I sebesar 63,63 dan pada Siklus II naik menjadi 67,72. Ketuntasan belajar Siklus I sebesar 77,27% dan pada Siklus II sebesar 86,36%. Hal ini membuktikan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar.
(6)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan dari pasangan suami istri Bapak Karsidi dan Ibu Harni di Desa Talang Jawa, Kecamatan Katibung, Kabupaten Lampung Selatan pada tanggal 02 Oktober 1988.
Pendidikan yang ditempuh penulis:
1. SDN 1 Talang Jawa, Kecamatan Katibung, Kabupaten Lampung Selatan 2. SMP N 1 Katibung, Kecamatan Katibung, Kabupaten Lampung Selatan 3. SMA N 1 Katibung, Kecamatan Katibung, Kabupaten Lampung Selatan 4. D2 PGSD Universitas Lampung
Pada tahun 2011 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi SI dalam Jabatan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
(7)
MOTTO
Mimpi memang dapat dilakukan sambil tidur, tetapi diperlukan kerja keras dan pengorbanan untuk dapat
menggapai sebuah impian. ( Brosur UPN, tahun 2003 )
(8)
PERNYATAAN Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Purwanti
NPM : 1113109032
Program Studi : S – I PGSD Dalam Jabatan Jurusan : Ilmu Pendidikan
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
Judul : PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT
(NUMBERED HEAD TOGETHER) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD NEGERI 3 SUKADADI TAHUN PALAJARAN 2012/2013
Menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri, dan sepanjang pengetahuan saya tidak berisi materi yang dipublikasikan atau ditulis oleh orang lain atau telah dipergunakan dan diterima sebagai persyaratan penyelesaian studi pada Universitas atau pada institusi lain.
Demikian surat pernyataan ini dibuat agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Gedong Tataan, Desember 2012 Yang membuat pernyataan
(9)
NPM 1113109032
HALAMAN PERSEMBAHAN
Sebagai ucapan syukur kepada Allah SWT, kupersembahkan PTK ini kepada: 1. Suamiku tercinta yang senantiasa dengan tulus dan ikhlas memberikan doa,
bimbingan serta pengorbanan yang tiada henti untuk keberhasilanku
2. Anakku tercinta, yang senantiasa memberikan motivasi untuk dapat menyelesaikan penelitian ini
3. Keluarga besarku yang senantiasa memberikan doa dan motivasi 4. Seluruh keluarga besar SDN 3 Sukadadi
(10)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan hidayah-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan dan menyusun laporan penelitian tindakan kelas ini dengan baik sebagai salah satu persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan.
Dalam menyusun laporan Penelitian Tindakan Kelas ini peneliti banyak menerima bantuan dan bimbingan yang sangat berharga dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak – pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Penelitian Tindakan Kelas dan menyusunnya menjadi sebuah laporan.
Akhir kata, Penulis menyadari bahwa laporan Penelitian Tindakan Kelas ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga laporan ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin
Gedong Tataan, Januari 2012 Penulis
(11)
DAFTAR ISI
Daftar tabel... i Daftar gambar... ii Daftar lampiran ... iii BAB I PENDAHULUAN
A...Latar Belakang Masalah ... 1 B...
Identifikasi Masalah ... 3 C...Rumusa
n Masalah ... 3 D...Tujuan
Penelitian ... 4 E...Manfaat
Penelitian ... 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA
A...Teori dan Pembelajaran ... 5 B...Proses
dan Aktivitas Belajar ... 9 C...Hasil
Belajar ... 12 D...Hakikat
IPA ... 14 E...Pembela
jaran Kooperatif ... 15 F...Pembela
(12)
G...Kerangk a Berfikir ... 19 H...Hipotesi
s Tindakan ... 20 BAB III METODE PENELITIAN
A...Subyek Penelitian ... 21 B...Tempat
Penelitian ... 21 C...Teknik
Pengumpulan Data ... 21 D...Pelaksa
naan Tindakan ... 22 E...Prosedu
r Penelitian ... 25 F...Teknik
Analisis Data ... 30 G...Indikato
r Keberhasilan ... 34 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A...Jadwal Penelitian... 35 B...Penyiap
an Perangkat Pembelajaran ... 35 C...Hasil
Penelitian... 36 D...Pembah
asan... 38 a. Siklus I……… 38 b Siklus II……… 41
(13)
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan………. 44 B. Saran……… 44 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
1...Jadwal penelitian... 35
(14)
2...Hasil observasi aktivitas siswa ... 36 3...Persenta
(15)
DAFTAR GAMBAR
1...Gambar kerangka pikir ... 19 2...Alur
siklus PTK... 22 3...Grafik
persentase rata – rata aktivitas siswa ... 37 4...Grafik
(16)
DAFTAR LAMPIRAN
1...Kisi- kisi soal ... 49 2...Silabus
... 50 3...RPP
Siklus I ... 52 4...RPP
Siklus II... 56 5...Soal
Siklus I ... 60 6...Soal
Siklus II... 61 7...Kunci jawaban soal ... 62 8...LKK
siklus I... 63 9...LKK
siklus II... 64 10...Lembar
(17)
11...Lembar hasil belajar siklus I ... 66 12...Lembar
hasil belajar siklus II ... 67 13...Lembar
hasil observasi aktivitas siswa... 68 14...Lembar
hasil observasi aktivitas siswa siklus I... 69 15...Lembar
hasil observasi aktivitas siswa siklus II... 70 16...Lembar
hasil obsevasi kinerja guru... 71 17...Lembar
hasil obsevasi kinerja guru siklus I ... 72 18...Lembar
hasil obsevasi kinerja guru siklus II... 73 19...Surat
keterangan telah melaksanakan penelitian... 74 20...Foto –
(18)
DAFTAR GAMBAR
1...Gambar kerangka pikir ...19
2...Alur siklus PTK ...22
3...Grafik persentase rata – rata aktivitas siswa ... 37
4...Grafik peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa... 38
(19)
DAFTAR ISI
Daftar tabel... i Daftar gambar ... ii Daftar lampiran ... iii BAB I PENDAHULUAN
A...Latar Belakang Masalah... 1
B... Identifikasi Masalah ...3
C...Rumusan Masalah ...3
D...Tujuan Penelitian ...4
E...Manfaat Penelitian ...4
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A...Teori dan Pembelajaran... 5
B...Proses dan Aktivitas Belajar... 9
C...Hasil Belajar ...12
D...Hakikat IPA ...14
E...Pembelajaran Kooperatif ... 15
F...Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT... 17
G...Kerangka Berfikir ...19
H...Hipotesis Tindakan ...20
(20)
BAB III METODE PENELITIAN
A...Subyek Penelitian ...21
B...Tempat Penelitian ...21
C...Teknik Pengumpulan Data ... 21
D...Pelaksanaan Tindakan ...22
E...Prosedur Penelitian ...25
F...Teknik Analisis Data ...30
G...Indikator Keberhasilan ...34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A...Jadwal Penelitian ...35
B...Penyiapan Perangkat Pembelajaran... 35
C...Hasil Penelitian ...36
D...Pembahasan ...38
a. Siklus I……… 38 b Siklus II……… 41 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan………. 44 B. Saran……… 44
(21)
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(22)
DAFTAR TABEL
1...Jadwal penelitian ...35
2...Hasil observasi aktivitas siswa ... 36
3...Persentase siswa yang mencapai ketuntasan belajar ... 37
(23)
HALAMAN PERSEMBAHAN
Sebagai ucapan syukur kepada Allah SWT, kupersembahkan PTK ini kepada:
1. Suamiku tercinta yang senantiasa dengan tulus dan ikhlas memberikan doa, bimbingan serta
pengorbanan yang tiada henti untuk keberhasilanku
2. Anakku tercinta, yang senantiasa memberikan motivasi untuk dapat menyelesaikan
penelitian ini
3. Keluarga besarku yang senantiasa memberikan doa dan motivasi
4. Seluruh keluarga besar SDN 3 Sukadadi
(24)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan hidayah-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan dan menyusun laporan penelitian tindakan kelas ini dengan baik sebagai salah satu persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan.
Dalam menyusun laporan Penelitian Tindakan Kelas ini peneliti banyak menerima bantuan dan bimbingan yang sangat berharga dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak – pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Penelitian Tindakan Kelas dan menyusunnya menjadi sebuah laporan.
Akhir kata, Penulis menyadari bahwa laporan Penelitian Tindakan Kelas ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga laporan ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin
Gedong Tataan, Januari 2012 Penulis
(25)
MOTTO
Mimpi memang dapat dilakukan sambil tidur, tetapi diperlukan kerja keras dan pengorbanan untuk dapat menggapai sebuah impian.
(26)
PERNYATAAN Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Purwanti
NPM : 1113109032
Program Studi : S – I PGSD Dalam Jabatan
Jurusan : Ilmu Pendidikan
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
Judul : PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT
(NUMBERED HEAD TOGETHER) UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA
MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD NEGERI
3 SUKADADI TAHUN PALAJARAN 2012/2013
Menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri, dan sepanjang pengetahuan saya tidak berisi materi yang dipublikasikan atau ditulis oleh orang lain atau telah dipergunakan dan diterima sebagai persyaratan penyelesaian studi pada Universitas atau pada institusi lain.
Demikian surat pernyataan ini dibuat agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Gedong Tataan, Desember 2012
Yang membuat pernyataan
PURWANTI NPM 1113109032
(27)
(28)
RIWAYATHIDUP
Penulis dilahirkan dari pasangan suami istri Bapak Karsidi dan Ibu Harni di Desa Talang Jawa, Kecamatan Katibung, Kabupaten Lampung Selatan pada tanggal 02 Oktober 1988.
Pendidikan yang ditempuh penulis:
1. SDN 1 Talang Jawa, Kecamatan Katibung, Kabupaten Lampung Selatan
2. SMP N 1 Katibung, Kecamatan Katibung, Kabupaten Lampung Selatan
3. SMA N 1 Katibung, Kecamatan Katibung, Kabupaten Lampung Selatan
4. D2 PGSD Universitas Lampung
Pada tahun 2011 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi SI dalam Jabatan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
(29)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah tujuan sadar yang berarti untuk mengembangkan kualitas manusia, sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka dalam pelaksanaannya berada dalam suatu proses yang berkesinambungan dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan semuanya berkaitan dalam suatu system pendidikan yang integral (Djamarah, 2006:36).
Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai, guru harus mampu mengorganisir semua komponen sedemikian rupa sehingga antara komponen yang satu dengan lainnya dapat berinteraksi secara harmonis {Depdiknas, 2003: 1} sehingga guru dituntut untuk dapat memilih model pembelajaran serta media yang cocok dengan materi atau bahan ajaran.
Dalam proses pembelajaran IPA di SDN 3 Sukadadi dikelas V metode pembelajaran yang berpusat pada guru tidak efektif sehingga menimbulkan kejenuhan dan kesulitan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini ditujukan dengan sikap yang kurang antusias ketika pelajaran berlangsung misalnya ketika pelajaran berlangsung banyak anak yang menaruh kepala
(30)
2 mereka di meja, rendahnya respon umpan balik dari siswa terhadap pertanyaan yang dilontarkan oleh guru misalnya ketika guru memberikan pertanyaan siswa tidak menjawab atau ketika diberi kesempatan bertanya siswa tidak ada yang mau bertanya, serta pemusatan perhatian yang kurang seperti ketika guru menjelaskan materi siswa banyak yang mengobrol. Akibatnya semua hasil belajar siswa menjadi kurang memuaskan. Pada tahun ajaran 2012/2013 presentasi ketuntasan siswa masih di bawah standar yaitu 50 % padahal untuk dapat dikatakan siswa itu tuntas dalam belajar manakala seluruh siswa atau secara klasikal 85% dari siswa yang telah berhasil mencapai KKM yang telah ditetapkan untuk pelajaran IPA tahun 2012/2013 sebeser 60.
Proses pembelajaran akan lebih efektif apabila pendekatan pembelajaran diubah dari teacher centered (pembelajaran berpusat pada guru) menjadi
student center (pembelajaran berpusat pada peserta didik). Metode
pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah suatu metode pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemapuan berbeda. Pembelajaran kooperatif dapat memungkinkan siswa untuk belajar konten akademik dan keterampilan-keterampilan dalam bidang sosial dan perilaku sosial dan kemampuan (Slavin, 1995 : 3).
Belajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif akan menumbuhkan motivasi dalam belajar, karena dengan cara ini akan terjadi kompetisi diantara sesama anggota kelampok dan memungkinkan siswa untuk belajar secara
(31)
3 nyata bagaimana terlihat, bertingkah laku, bekerjasama, kompromi, saling memberikan dukungan antar individu dalam kelompok, merasakan, bersikap,bernilai dan berpartisipasi dalam kelompok yang sangat penting artinya bagi kehidupannya di masyarakat dan bangsanya pada masa mendatang.
Berdasarkan hal-hal tersebut, maka untuk dapat meningkatkan kinerja sebagai seorang pendidik, penulis mengadakan penelitian tindakan kelas (PTK), untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam masa pelajaran IPA Kelas V Semester II dengan cara mengubah metode pembelajaran metode konvensional menjadi metode koopratif tipe NHT (Numbered Head Together).
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka masalah dapat didefinisikan:
1. Rendahnya hasil belajar IPA siswa
2. Kurangnya minat dan motivasi siswa dalam belajar IPA
3. Guru masih menggunakan metode Teacher Centered (pembelajaran
berpusat pada guru) sehingga menimbulkan kejenuhan dalam belajar
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat di rumuskan suatu masalah “Bagaimanakah penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam
(32)
4 meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN 3 Sukadadi Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran tahun pelajaran 2012 / 2013? “
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini “Mendeskripsikan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas V Di SDN 3 Sukadadi Kecamatan Gedongtataan Kabupaten Pasawaran.”
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:
a) Guru
Memberikan pengalaman bagi guru dalam kegiatan pembelajaran terutama bagi guru-guru yang belum pernah menggunakan model pembelajaran yang lain selain model yang telah biasa digunakan.
b) Bagi siswa
Dapat memperoleh pengalaman yang baru sehingga dapat memberikan motivasi dan melatih sikap sosial.
c) Sekolah
Dapat digunakan sebagai contoh model pembelajaran yang dapat dikembangkan dengan guru yang lain sehingga tercipta suatu iklim yang kondusif, berkualitas demi perbaikan mutu pendidikan terutama di sekolah.
(33)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Belajar dan Pembelajaran
a. Teori Ausubel
Faktor yang paling penting yang mempengaruhi belajar adalah apa yang diketahui siswa. Agar terjadi belajar yang bermakna, konsep baru harus dikaitkan dengan konsep yang sudah ada dalam struktur kognitif siswa. Pengetahuan tidak ditularkan oleh guru, melainkan siswa membangun pengetahuan mereka ketika mencoba memahami pengalaman mereka didasarkan pada pengetahuan yang telah ada. Selain itu, sumber belajar harus otentik dan dapat ditemukan dalam situasi dunia nyata (Sudjana,2000:45)
Ausebel (Suparno, 1997:53) mengatakan bahwa ada 2 jenis belajar yaitu belajar bermakna dan belajar menghafal. Belajar bermakna adalah suatu proses dimana informasi baru di hubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dimiliki seseorang yang sedang belajar. Belajar akan bermakna bila siswa mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat pada struktur kognitif seseorang. Struktur kognitif adalah
(34)
fakta-6 fakta, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa.
Belajar dapat diklasifikasikan menjadi dua dimensi. Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran itu disajikan kepada siswa melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua menyangkut siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada.
Dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT materi pelajaran yang dipelajari tidak hanya sekedar menjadi sesuatu yang dihafal dan diingat saja, melainkan juga ada sesuatu yang dipraktekan dalam situasi nyata dan dapat dimanfaatkan dalam pemecahan masalah.
b. Teori Gagne
(Kwartolo, 2009) Gagne mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan oleh pertumbuhan saja.
Menurut Gagne mengajar terdiri dari sejumlah kejadian-kejadian, yang disebut “nine instructional events” yaitu:
1. Gain attention (memelihara perhatian)
2. Inform learners of objectives (penjelasan tujuan pembelajaran)
3. Stimulaterecall of prior learning (merangsang siswa)
(35)
7
5. Provide (memberikan bimbingan)
6. Elicit performance (pemantapan yang dipelajari)
7. Provide feedback (memberikan umpan balik)
8. Assess performance (menilai hasil belajar )
9. Enhance retention and transfer to the job (mengusahakan transfer)
Sembilan kejadian ini merupakan tahapan-tahapan yang berurutan di dalam sebuah proses pembelajaran. Tujuannya adalah memberikan kondisi yang sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran dapat berjalan efektif dan efesien. Dengan kata lain, menyediakan suatu pengalaman belajar atau apapun namanya agar kondisi mental siswa itu terus terjaga untuk kepentingan proses pembelajaran.
c. Teori Kontruktivis
Teori konstruktivisme memiliki ciri yang penting, yaitu bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan jadi kepada siswa, tetapi siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Bagi kontruktivisme, pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seseorang kepada yang lain tetapi harus diinterprestasikan sendiri oleh masing-masing orang (Suparno, 1997:28).
Piaget merupakan salah satu pioner konstruktivis, ia berpendapat bahwa anak membangun sendiri pengetahuannya dari pengalamannya dengan lingkungannya. Dalam pandangan Piaget, pengetahuan datang dari
(36)
8 tindakan, perkembangan kognitif sebagian besar bergantung kepada seberapa jauh anak aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam hal ini peran guru adalah sebagai fasilisator dan buku sebagai pemberi informasi (Suparno, 1997:32)
Piaget (dalam Suekamto, 1997:78) menjabarkan implikasi teori kognitif pada pendidikan yaitu:
1. Memusatkan perhatian kepada cara berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar pada hasilnya.
2. Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan belajar.
3. Memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangan.
4. Mengunakan peran siswa untuk saling berinteraksi
Berdasarkan teori kontruktivisme, tugas guru adalah merangsang pemikiran siswa, membiarkan siswa mengungkapkan gagasan dan konsepnya dan kritis dalam menguji konsep siswa. Siswa mengkontruksi pengetahuan dengan cara individual maupun sosial (Suparno, 1997:33)
Siswa yang mempunyai pemikiran kritis tentu saja memerlukan guru yang memiliki pemikiran yang kritis pula dan dibarengi dengan sikap yang bertanggungjawab. Hal ini sejalan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT yang akan di terapkan di dalam kelas. Pada awalnya siswa maupun guru dapat mengasah kemampuan analisis kritisnya jika
(37)
9 menemukan hal-hal yang patut untuk dikritisi dalam kegiatan pembelajarannya sehingga siswa betul-betul dapat mengasah dan membangun kemampuannya sendiri dalam benaknya (Ngalim, 1990:12).
Berdasarkan pandangan beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah membangun pengetahuan yang ada dalam diri seseorang dengan mengaitkanya dengan informasi baru dengan konsep – konsep yang relevan, sedangkan mengajar adalah menyediakan suatu pengalaman belajar dengan konsep yang sudah ada pada struktur kognitif siswa dan merangsang pemikiran siswa dengan membiarkannya mengungkapkan gagasan dan konsepnya.
B. Proses dan Aktivitas Belajar
Dalam konteks pembelajaran di kelas, substansi keberadaan seorang guru bukanlah hanya sekedar mengalihkan informasi dan hafalan-hafalan yang kadang-kadang kering tanpa makna itu, tetapi bagaimana mendorong, membimbing dan menfasilitasi siswa agar mereka sungguh-sungguh mau belajar. Ini penting, mengingat subtansi mengajar adalah membimbing kegiatan belajar siswa sehingga mereka sungguh-sungguh mau belajar (Dzamarah, 2006:15)
Aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah siswa, dengan adanya aktivitas siswa dalam
(38)
10 proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif, seperti yang dikemukakan oleh Rocman Natawijaya dalam Depdiknas (2005:31), belajar aktif adalah suatu system belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Keaktifan siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau siswa dalam belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti: memperhatikan penjelasan guru, bertanya kepada guru, mencatat/menyalain/menulis hasil, berdiskusi mengerjakan LKS, menjawab/menanggapi pertanyaan, menyimpulkan kembali hasil diskusi.
Bentuk relasi dan interaksi sosial - edukatif yang akrab dan penuh kekeluargaan antara guru dan siswa sangat bermanfaat bagi siswa karena hal tersebut dapat menjadi modal dalam pergaulan sehari-hari antara siswa dengan teman-temannya dan lingkungannya. Agar penciptaan dan penataan relasi dan interaksi social edukatif dapat berlangsung efektif, maka guru harus memahami prinsip-prinsip (Kwartolo, 2009) terkait prinsip-prinsip interaksi edukatif ini menyatakan paling tidak ada 9 (Sembilan) prinsip interaksi edukatif yang mesti dikuasai guru yaitu:
1)Prinsip motivasi. Motivasi siswa untuk pelajaran tertentu tidak sama. 2)Prinsip persepsi yang dimiliki siswa. Ketika guru melakukan apersepsi
(39)
11 memperhatikan latar belakang pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki/dialami siswa.
3)Prinsip focus. Titik pusat perhatian dapat tercipta melalui upaya merumuskan masalah yang hendak dibahas untuk dipecahkan, merumuskan pertanyaan yang hendak dijawab, atau merumuskan konsep yang hendak ditemukan.
4)Prinsip keterpaduan. Guru harus dapat memberikan penjelasan yang mengaitkan materi antara satu pokok bahasan dengan dengan pokok bahasan lainnya.
5)Prinsip pemecahan masalah (problem solfing). Guru perlu menciptakan masalah berdasarkan pokok bahasan tertentu dalam mata pelajaran tertentu, untuk dipecahkan oleh siswa.
6)Prinsip mencari, menemukan, dan mengembangkan sendiri. Guru hanya memberikan stimulus melalui informasi singkat yang diberikan kepada siswa.
7)Prinsip relasi sosial. Peroses belajar yang baik dan efektif tidak hanya bisa dilakukan sendiri, tetapi juga bisa dilakukan dalam bentuk kelompok belajar, kelompok diskusi, bahkan dialog hangat antara guru dan siswa. 8)Prinsip keunikan individu. Siswa adalah indvidu (pribadi) yang unik. Diharapkan dengan memahami (bahkan menguasai) prinsip-prinsip interaksi edukatif dan mengaplikasikanya dalam proses pembelajaran, guru dapat mengajar dengan gaya yang efektif dan menyenangkan anak didiknya.
(40)
12 Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa aktivitas dalam belajar adalah proses interaksi siswa dengan siswa, siswa dengan guru didalam kegiatan pembelajaran seperti memperhatikan penjelasan guru, bertanya pada guru, mencatat atau menulis hasil, berdiskusi mengerjakan LKK, menjawab atau menanggapi pertanyaan dan menyimpulkan hasil diskusi untuk mencapai tujuan belajar.
C. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar. Bloom merumuskan hasil belajar sebagai perubahan tingkah laku yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor (Wingkel, 1987:39). Dalam ranah kognitif, hasil belajar tersusun dalam enam tingkatan yaitu: pengetahuan atau ingatan, pemahaman, penerapan, sintesis, analisis dan evaluasi.
Ranah psikomotor terdiri dari lima tingkatan yaitu,peniruan (menirukan gerak), penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak), ketepatan (melakukan gerak dengan benar), perangkaian (melakukan beberapa gerakan sekaligus dengan benar), naturalisasi (melakukan gerak secara wajar).
Ranah efektif terdiri dari lima tingkatan yaitu: pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu), merespon (aktif berpatisipasi), penghargaan (menerima nilai-nilai, setia pada nilai-nilai tertentu), pengorganisasian
(41)
13 (menghubung-hubungkan nilai-nilai yang dipercaya), pengalaman (menjadikan nilai-nilai sebagai bagian dari pola hidup).
Menurut Djamarah (2000:45), hasil adalah prestasi dari suatu kegiatan yang telah di lakukan, diciptakan, baik secara individu maupun kelompok. Hasil tidak akan pernah dihasilkan selama orang tidak melakukan sesuatu. Untuk menghasilkan sebuah prestasi dibutuhkan perjuangan dan pengorbanan yang sangat besar. Hanya dengan keuletan, sungguh-sungguh, kemauan yang tinggi dan rasa optimisme dirilah yang mampu untuk mencapainya.
Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar merujuk pada apa yang harus di lakukan seseorang sebagai subjek dalam belajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan seorang guru sebagai pengajar. Dua konsep belajar dan mengajar dilakukan oleh guru dan siswa terpadu dalam satu kegiatan. Diantaranya keduanya saling terjadi interaksi (Sardiman, 1996:78)
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam individu siswa berupa kemampuan personal dan faktor dari luar siswa yakni lingkungan. Dengan demikian hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau pikiran yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu perubahan tingkah laku secara kuantitatif. Selain dari pada itu hasil belajar juga merupakan suatu interaksi siswa dengan siswa, siswa dengan
(42)
14 guru seperti memperhatikan penjelasan guru, bertanya pada guru, mencatat atau menulis hasil, berdiskusi mengerjakan LKK, menjawab atau menanggapi pertanyaan dan menyimpulkan hasil diskusi untuk mencapai tujuan belajar secara kualitatif.
D. Hakikat IPA
IPA diartikan sebagai sesuatu pengetahuan yang terdapat di alam. Perkembangan IPA tidak hanya ditandai dengan adanya fakta, tetapi juga oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Metode ilmiah dan pengamatan ilmiah menekankan pada hakikat IPA.
Secara rinci hakikat IPA menurut Bridgman (dalam Lestari, 2002:7) sebagai berikut:
1. Kualitas: pada dasarnya konsep-konsep IPA selalu dapat dinyatakan dalam bentuk angka-angka
2. Observasi dan eksperimen: merupakan salah satu cara untuk dapat memahami konsep-konsep IPA secara tepat dan dapat diuji kebenarannya 3. Ramalan atau prediksi: merupakan salah satu asumsi penting dalam IPA
bahwa misteri alam raya ini dapat dipahami dan memiliki keteraturan 4. Progesif dan komunikatif: artinya IPA selalu berkembang kearah yang
lebih sempurna dan penemuan-penemuan yang ada merupakan kelanjutan dari penemuan sebelumnya
(43)
15 E. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu pembelajaran di mana antara individu yang satu dengan individu yang lainnya bekerjasama dalam suatu ikatan tertentu. Ikatan-ikatan tersebut yang menyebabkan antara yang satu dengan yang lainnya merasa berada dalam suatu tempat dengan tujuan-tujuan yang secara bersama-sama di harapkan oleh semua orang yang berada dalam ikatan itu (Slavin,1995)
Kauchak dan Eggen (1933:319) mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai sekumpulan strategi mengajar yang digunakan guru agar siswa saling membantu dalam mempelajari sesuatu. Oleh karena itu belajar kooperatif juga disebut juga ” belajar teman sebaya”.
Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang menempatkan siswa dalam kelompok kecil yang saling membantu dalam belajar. Tiap-tiap kelompok terdiri dari anak yang berbeda-beda kemampuan berpikirnya. Dalam kelompok mereka dapat melatih, dan mengembangkan keterampilan-keterampilan yang bersifat yang diperlukan dalam pembelajaran. Menurut Ibrahim, dkk (2000: 7) ada tiga tujuan pembelajaran kooperatif yang akan dicapai yaitu: (1) hasil belajar akademik (2) penerimaan terhadap keberagaman; dan (3) pengembangan keterampilan sosial.
(44)
16 Menurut Slavin (1995) ada dua aspek penting yang melandasi pembelajaran kooperatif, yaitu:
1. Aspek Motivasi
Motivasi erat hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai. Didalam menentukan tujuan itu dapat didasari atau tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah motif itu sendiri sebagai daya pendorong.
2. Aspek Kognitif
Asumsi dari teori perkembangan kognitif adalah bahwa interaksi antara sekitar tugas-tugas yang sesuai akan meningkatkan ketuntasan siswa tentang konsep-konsep penting.
Sthal (dalam Agus Suyatna 2011:11) mengemukakan ciri model pembelajaran kooperatif adalah :
1. Belajar bersama teman
2. Selama proses belajar terjadi tatap muka antar teman 3. Saling mendengarkan pendapat diantara anggota kelompok 4. Belajar dari teman sendiri dalam kelompok
5. Belajar dalam kelompok kecil
6. Produktif berbicara atau saling mengemukakan pendapat 7. Keputusan tergantung dari siswa sendiri
(45)
17 Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah belajar kelompok yang sangat membantu siswa dalam berinteraksi dengan temannya, saling ketergantungan yang positif antara anggota kelompok, dapat berbagi tanggung jawab dan siswa dapat lebih aktif.
F. Pembelajaran Kooperatif tipe NHT
Pembelajaran kooperatif tipe NHT dikembangkan oleh Spencer Kagan (1993) dengan melibatkan para siswa dalam mereview bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek atau memeriksa pemahaman mereka terhadap pelajaran tersebut. Dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT ada empat tahapan yang harus dilakukan guru sebagai pengganti pertanyaan langsung yaitu:
1. Tahap 1-penomoran (numbering) : guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan 3 hingga 5 orang dan member mereka nomor sehingga setiap siswa dalam tim memiliki nomor berbeda.
2. Tahap 2-pengajuan pertanyaan (Questioning) : guru mengajukan suatu pertanyaan kepada siswa.
3. Tahap 3-berpikir bersama (Head together) : para siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban tersebut
4. Tahap 4-pemberian jawaban (Answering) : guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas
(46)
18 Tujuan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT menurut (Abdurrahman dan Bintoro, 200:78-79)
1. Kemandirian yang positif. Kemandirian yang positif akan berhasil dengan baik apabila setiap anggota kelompok merasa sejajar dengan anggota yang lain. Artinya satu orang tidak akan berhasil kecuali anggota yang lain merasakan juga keberhasilannya. Apapun usaha yang dilakukan oleh masing-masing anggota tidak hanya untuk kepentingan diri sendiri tetapi untuk semua anggota kelompok
2. Peningkatan interaksi. Pada saat guru menekankan kemandirian yang positif, selayaknya guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling mengenal, tolong-menolong, saling membantu, saling mendukung, memberi semangat dan saling memberi pujian atas usahanya dalam belajar. Aktivitas kognitif dan dinamika kelompok terjadi pada saat siswa diikut sertakan untuk belajar mengenal satu sama lain. Termasuk dalam hal ini menjelaskan bagaimana memecahkan masalah, mendiskusikan konsep yang akan dikerjakan, menjelaskan pada teman sekelas dan menghubungkan dengan pelajaran yang terakhir dipelajari.
3. Pertanggungjawaban individu. Siswa belajar bersama sehingga setelah itu mereka dapat melakukan yang lebih baik sebagai individu. Untuk memastikan bahwa masing-masing anggota lebih kuat, siswa harus membuat pertanggungjawaban secara individu terhadap tugas yang menjadi bagiannya dalam bekerja. Pertanggungjawaban individu di nilai dan hasilnya diberitahukan pada individu dan kelompok.
(47)
19 4. Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi di dalam pembelajaran koopratif keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani mempertahankan pikiran logis tidak mendominasi orang lain, mandiri dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar peribadi (interpersonal relationship) tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan. Siswa yang tdak dapat menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya memperoleh teguran dari guru tetapi juga dari sesama siswa.
G. Kerangka Berfikir
Hasil belajar siswa menjadi hal yang penting dalam tujuan pembelajaran. Hasil belajar siswa ini ditunjukan melalui peningkatan prestasi individu setelah diadakan evaluasi dan peningkatan aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Hal ini penting bagi guru untuk memilih model pembelajaran yang tepat dan bervariatif guna mencapai tujuan pembelajaran.
Salah satu cara untuk untuk mecapai tujuan pembelajaran tersebut adalah dengan menerapkan model pembelajaran yang baru selain model yang telah biasa digunakan (Teacher Center) menjadi model pembelajaran kooperatif tipe NHT ( Numbered Head Together).
Gambar 2. Kerangka pikir Teacher center (pembelajaran berpusat pada guru) Pembelajaran kooperatif tipe NHT
Peningkatan hasil belajar (prestasi belajar dan
(48)
20
H. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dijabarkan diatas, maka hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah: “ Pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SDN 3 Sukadadi Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran bila dilaksanakan dengan cara diskusi kelompok dan kelompok yang dibentuk merupakan kelompok kecil dan heterogen.”
(49)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 3 Sukadadi Kabupaten pasawaran dengan jumlah siswa 22 orang, laki-laki 11 dan perempuan 11 orang.
B. Tempat Penelitian
Penelitian ini diadakan di kelas V SDN 3 Sukadadi Kabupaten Pesawaran karena sesuai dengan lokasi tempat dimana peneliti mengajar sehingga dari hasil temuan-temuan diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah, khususnya di kelas V.
C. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengamati kinerja guru selama pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan aktivitas belajar siswa.
(50)
22
b. Tes
Tes yang diberikan pada penelitian berupa tes pada setiap akhir siklus. Tes ini dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Tes yang digunakan berupa soal uraian berjumlah 10 butir.
D. Pelaksanaan Tindakan
Secara oprasional tahap-tahap kegiatan penelitian dalam siklus yang dijelaskan sebagai berikut Model kemmis dan Mc Taggart (dalam zaenal Aqib 2006:31):
Gambar I. Alur siklus PTK
Refleksi Perencanaan
Tindakan
Refleksi
Tindakan
Perencanaan
Putaran 1
Putaran 2
Observasi Observasi
(51)
23
1. Tahap Perencanaan
a. Membuat skenario pembelajaran yang akan diterapkan di kelas
b. Menyusun lembar kegiatan yang yang akan diberikan pada siswa pada
saat belajar dalam kelompok
c. Mempersiapkan lembar observasi kinerja guru
d. Mempersiapkan perangkat tes hasil tindakan
2. Tahap Tindakan
Kegiatan ini berupa penerapan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe NHT. Adapun urutan secara garis besar adalah sebagai berikut:
a. Penyajian Materi
Penyajian materi dilakukan dalam waktu kurang lebih 20 menit dari waktu yang tersedia. Penyajian materi meliputi pokok-pokok materi secara garis besar.
b. Belajar Kelompok
Sebelum materi di berikan, siswa dikelompokan menjadi 5 kelompok yang berbeda kemampuannya. Adapun ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan siswa dalam suatu kelompoknya adalah:
a. Pada saat pembelajaran anggota kelompok duduk saling berhadap-
hadapan
b.Anggota kelompok yang pandai dituntut untuk memberi tahu
(52)
24
c. Setiap siswa harus memperhatikan baik- baik pada saat guru
menyampaikan materi pelajaran, sehingga siswa tahu hal- hal yang harus dikerjakan
d.Setiap kelompok harus membahas lembar kegiatan yang berisi
pertanyaan dan harus dijawab dengan cara kerjasama serta saling berdiskusi
c. Tes individual
Setelah siswa belajar dalam kelompok selanjutnya diberi tes secara individu. Tes ini akan menentukan skor peningkatan individu.
d. Observasi
Pengamatan adalah kegiatan mendokumentasikan segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe NHT. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan oleh peneliti.
e. Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan menganalisis, memahami dan membuat kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan. Refleksi dilakukan dengan menganalisis tes dan observasi serta menentukan perkembangan kemajuan dan kelemahan yang terjadi didalam kegiatan pembelajaran sebagai dasar perbaikan pada siklus berikutnya.
(53)
25
E. Prosedur Penelitian
1. Siklus Kesatu
a. Perencanaan
Sebelum melaksanakan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT direncanakan sebagai berikut:
a) membuat skenario pembelajaran yang akan diterapkan di kelas
b) menyusun lembar kegiatan yang akan diberika pada siswa pada
saat kerja kelompok
c) mempersiapkan lembar observasi kinerja guru dan lembar
observasi siswa
d) mempersiapkan perangkat tes hasil ujian
b. Tindakan
Pada kegiatan ini langkah-langkah yang akan di gunakan yaitu:
Kegiatan Awal (10 menit)
1. Mengucapkan salam
2. Mengimformasikan materi pokok yang akan dipelajari dan
menyampaikan tujuan pembelajaran
3. Mengelompokan siswa menjadi lima kelompok yang
masing-masing kelompok terdiri dari tiga kelompok berjumlah empat orang dan yang dua kelompok berjumlah lima orang
(54)
26
Kegiatan Inti (50 menit)
1. Siswa diarahkan untuk dapat memahami mengenai manfaat air.
2. Siswa diarahkan untuk dapat menjelaskan daur air
3. Siswa secara kelompok mulai mengerjakan LKK yang telah
diberikan guru
4. Guru membimmbing siswa dalam mengerjakan LKK dengan cara
mendatangi kelompok satu persatu
5. Guru menyebut satu nomor siswa dalam kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusi dan kelompok lain memberikan tanggapan
6. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang
materi yang belum dimengerti
Kegiatan Akhir (10 menit)
1. Guru memberikan kesimpulan
2. Guru mengadakan tes tertulis (instrument terlampir)
c. Observasi
Mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat pembelajaran di lembar observasi yang telah dipersiapkan guru. Observasi dilakukan oleh observer dari teman sejawat yaitu guru kelas IV terhadap pelaksanaan pembelajaran guru dan aktivitas siswa.
(55)
27
d. Refleksi
1. Menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru dalam pembelajaran
dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe NHT
2. Menganalisis kelemahan dan keberhasilan siswa dalam
pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe NHT
3. Merencanakan tindak lanjut yang akan dilaksanakan pada siklus
kedua
2. Siklus Kedua
Hasil yang diperoleh paa siklus I belum memenuhi indikator keberhasilan yang ditetapkan, sehingga penelitian ini dilanjutkan pada siklus ke II. Pelaksanaan siklus II sama dengan siklus I, tetapi hal – hal yang kurang baik dalam pelaksanaan siklus I akan diperbaiki pada siklus II.
a. Perencanaan
1. membuat skenario pembelajaran yang akan diterapkan di kelas
2. menyusun lembar kegiatan yang akan diberika pada siswa pada
saat kerja kelompok
3. mempersiapkan lembar observasi kinerja guru dan lembar
observasi siswa
(56)
28
b. Tindakan
Pada kegiatan ini langkah-langkah yang akan di gunakan yaitu:
Kegiatan Awal (10 menit)
1.Mengucapkan salam
2.Mengimformasikan materi pokok yang akan dipelajari dan
menyampaikan tujuan pembelajaran
3.Mengelompokan siswa menjadi lima kelompok yang
masing-masing kelompok terdiri dari tiga kelompok berjumlah empat orang dan yang dua kelompok berjumlah lima orang
4.Guru membagikan lembar kerja kelompok kepada setiap kelompok
Kegiatan Inti (50 menit)
1.Siswa diarahkan untuk dapat memahami mengenai manfaat air.
2.Siswa diarahkan untuk dapat menjelaskan daur air
3.Siswa secara kelompok mulai mengerjakan LKK yang telah
diberikan guru
4.Guru membimmbing siswa dalam mengerjakan LKK dengan cara
mendatangi kelompok satu persatu
5.Guru menyebut satu nomor siswa dalam kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusi dan kelompok lain memberikan tanggapan
6.Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang
materi yang belum dimengerti
(57)
29
1.Guru memberikan kesimpulan
2.Guru mengadakan tes tertulis (instrument terlampir)
c. Observasi
Mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat pembelajaran di lembar observasi yang telah dipersiapkan guru. Observasi dilakukan oleh observer dari teman sejawat yaitu guru kelas IV terhadap pelaksanaan pembelajaran guru dan aktivitas siswa.
d. Refleksi
1. Menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru dalam
pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe NHT
2. Menganalisis kelemahan dan keberhasilan siswa dalam
pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe NHT
3. Merencanakan tindak lanjut yang akan dilaksanakan pada siklus
berikutnya apabila hasil penelitian belum memenuhi indikator keberhasilan yang ditetapkan dan seterusnya.
(58)
30
a. Data Kuantitatif
Data kuantitatif digunakan untuk mendeskripsikan prestasi belajar siswa diperoleh dari nilai tes formatif berupa soal uraian sebanyak 10 soal, tiap soal jika di jawab benar di beri skor 5 sehingga skor maksimalnya adalah 50. Jadi, nilai yang diperoleh siswa untuk satu tes formatif dihitung dengan rumus :
Proses analisis yang dilakukan terhadap instrument hasil belajar siswa sebagai berikut:
a. Nilai yang diperoleh siswa berupa nilai tes formatif
b. Kolom total skor adalah skor yang diperoleh siswa mengerjakan soal
tes formatif
c. Kolom nilai akhir diisi dengan menggunakan rumus:
Persentase hasil belajar siswa diisi dengan nilai akhir dikali 100%
d. Nilai tertinggi diisi dengan nilai akhir dari semua siswa yang
tertinggi
e. Nilai terendah diisi dengan nilai akhir dari semua siswa yang
terendah
f. Rata-rata kelas diisi dengan menjumlahkan nilai akhir semua siswa
(59)
31
g. Jumlah siswa yang tuntas diisi dengan jumlah siswa yang nilai
akhirnya belum mencapai batas minimal ketuntasan yang ditetapkan yaitu ≥60
h. Jumlah siswa yang belum tuntas diisi dengan jumlah siswa yang
nilai akhirnya belum mencapai batas minimal ketuntasan yang ditetapkan yaitu <60 (dibawah 60)
i. Persentase ketuntasan diisi dengan menggunakan rumus:
j. Kategori diisi dengan criteria berdasarkan rentangan berikut:
a.81% ≤ N ≤ 100% menyatakan sangat baik b.61% ≤ N 80% menyatakan baik c.41% ≤ N 60%menyatakan sedang d.21% ≤ N 40%menyatakan kurang e.0% ≤ N 20%menyatakan sangat kurang N=Persentasi nilai akhir
i. Ketuntasan diisi apabila nilai akhir <60 berati belum tuntas, tetapi
apabila nilai akhir ≥ 60 berarti tuntas.
b.Data Kualitatif
Data kualitatif diperoleh dari obsevasi aktivitas siswa. Proses analisis yang dilakukan terhadap instrument aktivitas belajar siswa sebagai berikut :
(60)
32
a. Jumlah diisi dengan jumlah semua siswa yang melakukan aktivitas
dari menit pertama sampai menit terakhir dari masing – masing indikator aktivitas siswa
Indikator aktivitas siswa
Memperhatikan penjelasan guru
Bertanya kepada guru
Mencatat/menyalain/menulis hasil
Berdiskusi mengerjakan LKS
Menjawab/menanggapi pertanyaan
Menyimpulkan kembali hasil diskusi
b. Kolom persen diisi dengan menggunakan rumus
c. Kriteria diisi berdasarkan rentangan berikut :
81% ≤ N ≤ 100% menyatakan sangat aktif
61% ≤ N 80% menyatakan aktif
41% ≤ N 60% menyatakan cukup aktif
21% ≤ N 40% menyatakan kurang aktif
0% ≤ N 20% menyatakan sangat kurang aktif
C. Data Aktivitas Guru
Proses analisis yang dilakukan terhadap data aktivitas guru adalah sebagai berikut:
(61)
33
1. Guru memperoleh skor dari setiap indikator yang diamati. Kriteria
penilaian aktivitas guru sebagai berikut:
- Nilai 5, jika indikator dilaksanakan guru dengan sangat baik
- Nilai 4, jika guru melaksanakan indikator dengan baik
- Nilai 3, jika guru melaksanakan indikator dengan kurang baik
- Nilai 2, jika indikator dilaksanakan guru dengan tidak baik
- Nilai 1, jika indikator dilaksanakan guru sangat tidak baik
Skor maksimal jumlah semua indikator dikali 5 yaitu 60. Skor minimumnya adalah 1.
2. Jumlah skor perolehan adalah penjumlahan dari skor semua indikator
yang diperoleh
3. Persentase aktivitas guru dihitung dengan rumus:
4. Keterangan untuk persentase keaktivan guru diisi dengan criteria
berdasarkan rentangan berikut:
1% ≤ N < 20% mmenyatakan sangat tidak baik
21% ≤ N < 40% menyatakan tidak baik
41% ≤ N < 60% menyatakan kurang baik
61% ≤ N < 80% menyatakan baik
80% ≤ N ≤ 100% menyatakan sangat baik
(62)
34
G. Indikator Keberhasilan
Penelitian ini berhasil jika, terjadi peningkatan yang signifikan terhadap hasil belajar siswa (prestasi belajar dan aktivitas siswa) serta ketuntasan belajar menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT dari siklus persiklus. Prestasi belajar siswa dan aktivitas siswa dikatakan meningkat secara signifikan apabila dari hasil evaluasi di akhir tindakan peneitian (siklus), 85% dari seluruh siswa berhasil mencapai batas KKM yang telah ditetapkan untuk mata pelajaran IPA tentang air di SDN 3 Sukadadi tahun 2012/2013 adalah 60 dan dengan begitu menandai berakhirnya siklus pelaksanaan progam tindakan.
(63)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan melalui beberapa tahapan tindakan dari siklus I sampai siklus II dan berdasarkan seluruh pembahasan serta hasil analisis data yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut :
“Melalui pembelajaran kooperatif tipe NHT yang dilaksanakan dengan cara membuat kelompok kecil dan heterogen dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SDN 3 Sukadadi Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.”
B. Saran
a. Dalam pembelajaran IPA, guru sebaiknya menjadikan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT sebagai alternatif dalam pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar.
b. Penelitian dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT,
sebaiknya dapat dilakukan secara berkesinambungan dalam pembelajaran IPA maupun pelajaran lain, sehingga sekolah bisa mendapatkan guru yang profesional.
(64)
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Implementasi Metode NHT untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Pada Siswa Kelas V SDN 3 Bunder Semester Genap Tahun Pelajaran
2009/2010. Situs: www. ml.com/doc/86275307. Akses tanggal, 2 November 2012.
Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya.
Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Himpunan Peraturan Perundang-Undangan.
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kurikulum 2004 sekolah menengah pertama. Pedoman Khusus Pengembangan Silabus Berbasis Kompetensi Sekolah Menengah Pertama Mata Pelajaran IPA. Jakarta: Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi Depdiknas.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta Djamarah dan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Rineka Cipta Ibrahim, Muslimin dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas
Negeri Surabaya, Universiti Press.
Kauchk & Eggen. 1996. Strategis For Teachers Teaching Content and Thingking Skill, Third Edition. Boston – London – Toronto – Sydney – Tokyo – Singapure: Allyn and Bacon.
Kwartolo,Yuli. 2009. Sembilan Peristiwa Belajar Gagne. Tabloid Penabur Jakarta No. 25 Thn.VII.
Ngalim,Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Sardiman.A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Bina Aksara.
Slavin, Robert.E. 1995. Cooperative Learning: Theory,Research and Practise Second Edition. Boston-London-Toronto-Sydney-Tokyo-Singapure : Allyn and Bacon.
(65)
48
Sudjana,D. 2000. Strategi Pembelajaran Luar Sekolah. Bandung : Falah Production
Suekamto,Toeti. 1997. Teori Belajar dan Model Pembelajaran. Jakarta : PAU-PPAI. Universitas Terbuka.
Sunyono. 2010. Modul Penelitian Tindakan Kelas. www. docstoc. com/ docs/21178444. Akses tanggal 18 Januari 2013.
Suparno,Paul. 1997. Filsafat kontruksivisme Dalam Pendidikan. Yogyakarta : Penerbit Kanisius
Suyatna, Agus. 2011. Modul 31-A. Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Sertifikasi Guru Dalam Jabatan. Lampung. FKIP Universitas Lampung. Winkel,W.J.S. 1987. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta : PT
(1)
32
a. Jumlah diisi dengan jumlah semua siswa yang melakukan aktivitas dari menit pertama sampai menit terakhir dari masing – masing indikator aktivitas siswa
Indikator aktivitas siswa
Memperhatikan penjelasan guru Bertanya kepada guru
Mencatat/menyalain/menulis hasil Berdiskusi mengerjakan LKS Menjawab/menanggapi pertanyaan Menyimpulkan kembali hasil diskusi
b. Kolom persen diisi dengan menggunakan rumus
c. Kriteria diisi berdasarkan rentangan berikut : 81% ≤ N ≤ 100% menyatakan sangat aktif 61% ≤ N 80% menyatakan aktif
41% ≤ N 60% menyatakan cukup aktif 21% ≤ N 40% menyatakan kurang aktif
0% ≤ N 20% menyatakan sangat kurang aktif
C. Data Aktivitas Guru
Proses analisis yang dilakukan terhadap data aktivitas guru adalah sebagai berikut:
(2)
33
1. Guru memperoleh skor dari setiap indikator yang diamati. Kriteria penilaian aktivitas guru sebagai berikut:
- Nilai 5, jika indikator dilaksanakan guru dengan sangat baik - Nilai 4, jika guru melaksanakan indikator dengan baik
- Nilai 3, jika guru melaksanakan indikator dengan kurang baik - Nilai 2, jika indikator dilaksanakan guru dengan tidak baik - Nilai 1, jika indikator dilaksanakan guru sangat tidak baik
Skor maksimal jumlah semua indikator dikali 5 yaitu 60. Skor minimumnya adalah 1.
2. Jumlah skor perolehan adalah penjumlahan dari skor semua indikator yang diperoleh
3. Persentase aktivitas guru dihitung dengan rumus:
4. Keterangan untuk persentase keaktivan guru diisi dengan criteria berdasarkan rentangan berikut:
1% ≤ N < 20% mmenyatakan sangat tidak baik 21% ≤ N < 40% menyatakan tidak baik
41% ≤ N < 60% menyatakan kurang baik 61% ≤ N < 80% menyatakan baik
80% ≤ N ≤ 100% menyatakan sangat baik N = Persentase keaktifan
(3)
34
G. Indikator Keberhasilan
Penelitian ini berhasil jika, terjadi peningkatan yang signifikan terhadap hasil belajar siswa (prestasi belajar dan aktivitas siswa) serta ketuntasan belajar menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT dari siklus persiklus. Prestasi belajar siswa dan aktivitas siswa dikatakan meningkat secara signifikan apabila dari hasil evaluasi di akhir tindakan peneitian (siklus), 85% dari seluruh siswa berhasil mencapai batas KKM yang telah ditetapkan untuk mata pelajaran IPA tentang air di SDN 3 Sukadadi tahun 2012/2013 adalah 60 dan dengan begitu menandai berakhirnya siklus pelaksanaan progam tindakan.
(4)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan melalui beberapa tahapan tindakan dari siklus I sampai siklus II dan berdasarkan seluruh pembahasan serta hasil analisis data yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut :
“Melalui pembelajaran kooperatif tipe NHT yang dilaksanakan dengan cara membuat kelompok kecil dan heterogen dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SDN 3 Sukadadi Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.”
B. Saran
a. Dalam pembelajaran IPA, guru sebaiknya menjadikan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT sebagai alternatif dalam pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar.
b. Penelitian dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT,
sebaiknya dapat dilakukan secara berkesinambungan dalam pembelajaran IPA maupun pelajaran lain, sehingga sekolah bisa mendapatkan guru yang profesional.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Implementasi Metode NHT untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Pada Siswa Kelas V SDN 3 Bunder Semester Genap Tahun Pelajaran
2009/2010. Situs: www. ml.com/doc/86275307. Akses tanggal, 2 November 2012.
Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya.
Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Himpunan Peraturan Perundang-Undangan.
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kurikulum 2004 sekolah menengah pertama. Pedoman Khusus Pengembangan Silabus Berbasis Kompetensi Sekolah Menengah Pertama Mata Pelajaran IPA. Jakarta: Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi Depdiknas.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta Djamarah dan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Rineka Cipta Ibrahim, Muslimin dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas
Negeri Surabaya, Universiti Press.
Kauchk & Eggen. 1996. Strategis For Teachers Teaching Content and Thingking Skill, Third Edition. Boston – London – Toronto – Sydney – Tokyo – Singapure: Allyn and Bacon.
Kwartolo,Yuli. 2009. Sembilan Peristiwa Belajar Gagne. Tabloid Penabur Jakarta No. 25 Thn.VII.
Ngalim,Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Sardiman.A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Bina Aksara.
Slavin, Robert.E. 1995. Cooperative Learning: Theory,Research and Practise Second Edition. Boston-London-Toronto-Sydney-Tokyo-Singapure : Allyn and Bacon.
(6)
48
Sudjana,D. 2000. Strategi Pembelajaran Luar Sekolah. Bandung : Falah Production
Suekamto,Toeti. 1997. Teori Belajar dan Model Pembelajaran. Jakarta : PAU-PPAI. Universitas Terbuka.
Sunyono. 2010. Modul Penelitian Tindakan Kelas. www. docstoc. com/ docs/21178444. Akses tanggal 18 Januari 2013.
Suparno,Paul. 1997. Filsafat kontruksivisme Dalam Pendidikan. Yogyakarta : Penerbit Kanisius
Suyatna, Agus. 2011. Modul 31-A. Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Sertifikasi Guru Dalam Jabatan. Lampung. FKIP Universitas Lampung. Winkel,W.J.S. 1987. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta : PT