EFEKTIFITAS IKLAN POLITIK MEDIA CETAK HARIAN LAMPUNG TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR LAMPUNG TERHADAP KHALAYAK PEMILIH PEMULA

(1)

ABSTRAK

EFEKTIFITAS IKLAN POLITIK MEDIA CETAK HARIAN LAMPUNG TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR LAMPUNG TERHADAP

KHALAYAK PEMILIH PEMULA

Oleh

ARIS GUNAWANSYAH

Fenomena aktivitas membaca iklan politik di media cetak harian Lampung merupakan hal yang cukup menarik perhatian karena dinilai dapat membentuk identifikasi pemilih pemula. Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk menjelaskan pengaruh aktivitas membaca iklan politik media cetak terhadap identifikasi politik pemilih pemula tentang pemilihan Gubernur Lampung 2014. Tipe penelitian ini menggunakan tipe penelitian Eksplanatori. Teknik pengumpulan data berupa kuisioner dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa aktivitas membaca iklan politik tidak efektif secara signifikan dalam membentuk identifikasi politik pemilih pemula. Kompetensi politik efektif secara signifikan dalam membentuk identifikasi politik pemilih pemula. Kompetensi politik dan aktivitas membaca iklan politik efektif secara signifikan dalam membentuk identifikasi politik pemula. Dengan demikian hasil penelitian ini mendukung teori.


(2)

EFFECTIVITY ADVERTISING POLITICAL OF DAILY NEWSPAPER IN LAMPUNG ABOUT GOVERNOR ELECTIONS TOWARD BEGINNER

VOTERS

By

ARIS GUNAWANSAH

The phenomenon of political advertising in the daily newspaper in Lampung is enough to attract attention. The reason, many people who doubt its effectiveness, especially for first-time voters. The candidates directly considers the individual socialization is more effective to be able to get votes to get a number one seat in lampung, but the fact in the field of political advertising in the daily Newspaper such as Lampung Post, Tribune Lampung and Radar Lampung is inefficient to reach all people especially for first-time voters, this is because not all elements of society voters intense consume daily newspaper, especially in areas that are far from downtown.

The purpose of this research was to determine and measure the effectiveness of the daily newspaperin Lampung about the election for governor of Lampung toward beginner voters.


(3)

TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR LAMPUNG TERHADAP KHALAYAK PEMILIH PEMULA

Oleh

ARIS GUNAWANSYAH

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA ILMU PEMERINTAHAN

Pada

Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Metro pada tanggal 9 mei 1992, merupakan anak ketiga dari empat bersaudara pasangan dari Bapak Drs. Muslim dan ibu Ida Aini, S.Pd.

Jenjang akademik penulis dimulai dengan menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 4 Metro Timur yang diselasaikan pada tahun 2004, dilanjutkan menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Metro yang diselesaikan pada tahun 2007, dan dilanjutkan menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Metro yang diselesaikan pada tahun 2010.

Selanjutnya tahun 2010, Penulis terdaftar sebagai Mahasiswa S1 Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Lampung (Unila) melalui jalur Seleksi Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat (PKAB), yang saat itu Penulis pilih untuk melanjutkan pendidikan perkuliahan.


(8)

PERSEMBAHAN

Ku persembahkan karya ini khusus kepada:

Teruntuk Ayahanda Drs. Muslim dan ibunda tercinta Ida Aini, S,Pd sebagai tanda terima

kasih dan baktiku yang menjadi motivasi terbesar dalam penyelesaian skripsi ini,

terimakasih atas semua doa, bimbingan, nasehat, kekuatan, kesabaran, serta materi

yang tercurah selama ini.

Tidak lupa juga untuk Kakakku Melda Agustina S.Pd dan Asep Munandar S.H, adikku Alvin

Meireza serta Nenekku Junaidah terima kasih karena selalu mendukungku.

Almamater tercinta Universitas Lampung

Ya Allah terima kasih atas sengala jalan yang telah kau berikan dan hamba lewati

Hamba yakin semua jalan-Mu kepada hamba punya maksud dan tujuan yang baik.


(9)

MOTO

Tak perlu menjelaskan tentang dirimu pada siapapun, karna yang menyukaimu tidak

membutuhkannya dan yang membencimu tidak akan mempercayainya.”.

(Ali bin Abi Thalib)

Jadilah kamu manusia yang pada kelahiranmu semua orang tertawa bahagia, tetapi hanya

kamu sendiri yang menangis; dan pada kematianmu semua orang menangis sedih, tetapi hanya

kamu sendiri yang tersenyum

.

(Abu Bakar Sibli)

Dalam hidup ini, sertakanlah dua hal dalam setiap pilihan dan tindakanmu,

Pertama, tuhan dan ajaran agamamu, Kedua, keluargamu... jangan kecewakan keduanya


(10)

DAFTAR ISI

Halaman I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Kegunaan Penelitian... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum tentang Iklan Politik ... 11

1. Pengertian Iklan Politik ... 11

2. Isi Pesan Iklan Politik ... 13

B. Iklan Politik sebagai Media Komunikasi Politik.. ... 15

1. Pengertian Komunikasi Politik ... 15

2. Iklan Politik Media Cetak dalam Komunikasi Politik ... 17

3. Pengaruh Iklan Politik di Media ... 20

C. Tinjauan tentang Kompetensi Politik.. ... 22

1. Pengertian Kompetensi ... 22

2. Pengertian tentang Politik ... 22

3. Konsep tentang Kompetensi Politik ... 23

D. Media Cetak Sebagai Sarana Komunikasi Politik.. ... 26

1. Konsep Media Cetak dalam Komunikasi Politik ... 26

2. Konsep Komunikator dan Komunikan ... 28

E. Efektifitas Iklan Politik di Media Cetak.. ... 30

1. Konsep Efektifitas Iklan Politik ... 30

2. Efektifitas Iklan Politik di Media Cetak Terhadap Pemilih ... 31

F. Tinjauan tentang Pemilih Pemula.. ... 33

G. Kerangka Pikir.. ... 34

H. Hipotesis ... 40

III.METODE PENELITAN A. Tipe Penelitian ... 41

B. Definisi Konseptual ... 42

C. Definisi Operasional ... 43

D. Jenis Data ... 46

E. Populasi dan Sampel ... 46

F. Teknik Pengumpulan Data ... 51

G. Kisi-Kisi Penelitian ... 52

H. Uji Instrumen ... 57

I. Teknik Pengolahan Data ... 59


(11)

IV. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian di SMA Negeri 1 Bandar Lampung... 69

B. Lokasi Penelitian di SMK Negeri 3 Bandar Lampung ... 73

C. Lokasi Penelitian di SMA Negeri 10 Bandar Lampung ... 75

D. Lokasi Penelitian di SMK Negeri 1 Bandar Lampung... 80

E. Lokasi Penelitian di MAN 1 Bandar Lampung ... 82

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Responden ... 87

1. Deskripsi Responden Menurut Usia ... 87

2. Deskripsi Responden Menurut Jenis Kelamin ... 88

3. Deskripsi Responden Menurut Karakteristik Sekolah... 88

4. Deskripsi Responden Menurut Media Cetak ... 89

B. Uji Validitas dan ReabilitasVariabel Iklan Politik (X1), Kompetensi Politik (X2), dan Efektifitas Media Cetak (Y) ... 89

1. Uji Validitas ... 89

2. Uji Reabilitas ... 91

C. Analisis Data ... 91

1. Analisis Kualitatif ... 91

2. Analisis Kuantitatif ... 131

VI. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 135

B. Saran ... 136 DAFTAR PUSTAKA


(12)

SANWACANA

Puji dan syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi yang berjudul “Efektifitas Iklan Politik Media Cetak Harian Lampung Tentang Pemilihan Gubernur Lampung Terhadap Khalayak Pemilih Pemula” dapat diselesaikan. Skripsi ini dibuat sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Penulis menyadari banyak kesulitan yang dihadapi dari awal pengerjaan hingga penyelesaian skripsi ini, karena bantuan, bimbingan, dorongan dan saran dari berbagai pihak terutama dosen pembimbing yang sudah memberi banyak masukan, kritik dan saran. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Teristimewa untuk kedua orang tuaku, yaitu Bapak Drs. Muslim yang selalu memberikan dukungan, motivasi dan petunjuk-petunjuk hidup yang selalu diberikan kepada Penulis yang menjadikan Penulis menjadi manusia yang kuat, semoga Allah SWT selalu memberikan kesehatan dan nikmat-Nya untuk Ayah. Selanjutnya Ibundaku tercinta Ida Aini, S.Pd yang tidak pernah henti-hentinya memanjatkan doa baik pagi, siang , malam kepadaku agar selalu diberikan kesehatan dan kelancaran dalam menyelesaikan perkuliahan, terima kasih telah memberikan kasih sayang yang tulus, nasehat, dan selalu


(13)

jalan yang benar dan di Ridhoi Allah SWT. Terimakasih telah menjadi ibu yang baik dan pemberi kasih sayang terbaik setelah Allah SWT yang tak pernah lelah memberikan kasih sayang dan selalu mendoakan anaknya menjadi anak yang hebat.

2. Kepada seluruh responden siswa-siswi dari SMA N 1 Bandar Lampung, SMA 9 Bandar Lampung, SMK N 1 Bandar Lampung, SMK 3 Bandar Lampung, dan MAN 1 Bandar Lampung yang telah bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuisioner sebagai data bagi penulis untuk menyelesaikan penelitian ini.

3. Bapak Dr. Pitojo Budiono, M.Si selaku Pembimbing Utama yang telah banyak memberikan dukungan ilmu, banyak arahan, bimbingan dan motivasinya yang sangat bermanfaat sehingga dapat membantu kelancaran dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Ibu Dwi Wahyu Handayani S.Ip, M.Si selaku pembimbing kedua/pembantu yang juga telah banyak membantu penulis baik ilmu, arahan dan motivasinya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Dr. Ari Darmastuti M.A selaku penguji dan pembahas yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun kepada Penulis dalam penyelesaian skripsi ini sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan kualitas yang lebih baik dari segi teknis maupun substansinya.

6. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.


(14)

7. Bapak Drs. Denden Kurnia Drajat, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung. 8. Bapak Drs. R. Sigit Krisbintoro, M.Ip selaku Pembimbing Akademik.

9.

Seluruh dosen Ilmu Pemerintahan Fisip Unila, terimakasih atas ilmu yang telah kalian berikan kepada penulis selama menuntut ilmu di Jurusan Ilmu Pemerintahan.

10.Staf Akademik, Staf Kemahasiswaan yang telah membantu kelancaran administrasi dan skripsi, terutama kepada Ibu F. Trisni Rahartini, S.I.P dan ibu Rianti yang telah banyak sekali membantu dan mempermudah proses administrasi dari awal perkuliahan hingga akhir perkuliahan.

11.Untuk kakakku Melda Agustina S.Pd yang saat ini sudah memiliki keluarga kecil baru, Asep Munandar S.H yang saaat ini sedang hidup mandiri dan merantau mencari kehidupan yang lebih baik demi meningkatkan derajat dan

perekonomian keluarga, do’akan aku segera menyusul menjadi manusia yang

mandiri dan bermanfaat kedepannya dan untuk adikku Alvin Meireza yang sedang menempuh pendidikan sekolah menengah atas, Semoga kita berempat dapat membahagiaan kedua orang tua kita serta menjadi anak yang selalu berbakti dan membanggakan untuk orang tua kita. Serta untuk kakak iparku Hengki Yuliansyah dan ponakanku Alisha Indira Kamania yang selalu memberikan kelucuan, canda dan tawa saat berkumpul keluarga.

12.Untuk nenekku tercinta yang satu-satunya masih tersisa Junaidah yang juga selalu memberikan aku semangat dan dukungan, nenek yang sangat ingin melihat cucunya lulus kuliah.


(15)

13.Untuk seluruh paman, tante, serta saudara-saudaraku yang selalu mendukung dan mendo’akan ku semoga do’a dan dukungan yang kalian berikan dapat meberikan jalan kesuksesan bagi Penulis. Untuk kalian yang belum lulus, segeralah menyusul.

14.Teman-teman tercinta Jurusan Ilmu Pemerintahan angkatan 2010 yang tidak bisa Penulis sebutkan satu persatu. Dari awal kita sama-sama berjuang bersama, semangat teman-teman semua, semoga Allah SWT memberikan nikmat sehat, rejeki yang berlimpah, rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, semoga kita semua kelak menjadi pemuda dan pemudi yang bermanfaat dan mendapatkan kehidupan yang jauh lebih baik kedepannya Amiiin. Ingat bahwa hanya kita sendiri yang dapat merubah nasib kita sendiri dan tidak ada sedikitpun usaha yang akan menjadi sia-sia.

15.Terima kasih kepada rumah Antarizki, Prananda Genta Reza, rumah Dicky Rinaldy, kosan Prasaputra Sanjaya, kosan Dani Setiawan yang telah memberikan tempat yang sangat bermanfaat untuk saya beristirahat dan melepas lelah ketika sedang menunggu dosen atau ketika sedang menunggu mata kuliah yang masih belum jelas ada dosen atau tidak, sehingga Penulis mendapatkan tempat berteduh dan tidak seperti anak hilang di kampus hijau tersebut.

16.Teman-teman seperjuangan dari kita masih muda, semangat dan energik yaitu pada saat baru masuk perkuliahan yang tergabung di Grup Sekumpulan Manusia Kompak (SEMPAK): Antarizki, Dani Setiawan , Ali Wirawan, Andrialius Fereira, Ryan Maulana, Dicky Rinaldy, Rangga Giri Wibowo, Prananda Genta Reza, Komang Jaka Ferdian, Prasaputra Sanjaya, Riendi


(16)

ketidaksempurnaan yang kita miliki sehingga kita akan menemukan jalan yang indah dan Tuhan gariskan kepada kita.

17.Termima kasih kepada Prasaputra Sanjaya yang kurang lebih selama setahun telah bersedia mempersilahkan penulis untuk tinggal dikontrakannya, sehingga penulis memiliki tempat tinggal untuk dapat melanjutkan perkuliahan.

18.Terima kasih juga untuk teman-teman kontrakan, Dani Setiawan, David Kurniawan, S.Kom, Rizki Fatoni, S.Kom, Edho Dhanu Prabowo S.Kom, Agung Ade Wijaya S.P yang selalu menghabiskan waktu bersama dikontrakan, kebersamaan dan canda tawa kalian tentu tidak akan pernah Penulis lupakan.

Semoga Allah SWT membalas kebaikan kita semua dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Bandar Lampung, 8 April 2015 Penulis


(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kehidupan politik di Indonesia sejak Tahun 1998 mulai berubah. Setelah rezim orde baru selama 35 tahun tumbang, sistem politik Indonesia berubah drastis. Kondisi baru setelah kepemimpinan orde baru berakhir dikenal sebagai era reformasi. Pemilihan Presiden Indonesia pada Tahun 2004 dilakukan secara langsung oleh rakyat yang diamanatkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden. Sebelumnya, Presiden Indonesia dipilih oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat. Pemilihan Presiden secara langsung saat Pemilu 2004 mencatat sebuah sejarah baru bagi kehidupan politik Indonesia.

Negara Indonesia mendapatkan atensi dunia karena berhasil menggelar pemilu demokratis pertama, Pemilihan Umum untuk ke-dua kalinya diselenggarakan Tahun 2009 juga dilaksanakan secara langsung, selanjutnya Tahun 2014 untuk ke-tiga kalinya di Indonesia menyelenggarakan Pemilihan Umum. Iklim politik Indonesia saat Pemilihan Umum Legislatif yang diselenggarakan Tanggal 9 April 2014 semakin progresif. Beberapa manuver politik telah dilakukan oleh sejumlah partai dengan para tokoh politiknya untuk menduduki jabatan politik yang diinginkan. Beberapa nama tokoh politik nasional pun bermunculan sebagai calon Anggota Legislatif dan calon Presiden..


(18)

Masa kampanye partai politik pada pemilu sebelumnya dilakukan satu sampai dua bulan sebelum hari pelaksanaan pemilu digelar, namun pada pemilu dan pemilukada 2014, pelaksanaan kampanye partai politik sudah mulai digelar 9 bulan sebelum pemilu dilaksanakan. pemilu 2014 dilaksanakan pada tanggal 9 April 2014, namun sudah diperbolehkan berkampanye tiga hari setelah ditetapkan sebagai peserta pemilu 2014 pada tanggal 9 Juli 2013 lalu, sehingga masa kampanye awal parpol sudah dimulai sejak tanggal 12 Juli 2013.

Masa kampanye awal ini partai politik yang mendukung calon gubernur (pilgub) tidak diperbolehkan melakukan mobilisasi massa dan menggelar arak-arakan massa. Kampanye hanya boleh dilakukan melalui dialog, iklan di media cetak harian atau elektronik dan pemasangan atribut kampanye. Dampak psikologis dari kebijakan masa kampanye dini adalah maraknya iklan politik di media cetak harian atau elektronik dan maraknya pemasangan atribut kampanye di jalan-jalan. Atribut kampanye Partai politiik dan caleg terdiri dari bendera, umbul-umbul dan baliho atau reklame.

Menurut Setiyono (2008: 19) menjelaksan bahwa reklame politik maupun atribut kampanye yang lain merupakan bentuk dari iklan politik, iklan merupakan salah satu elemen dari bauran komunikasi (Communication mix) yang berguna untuk membuat kegiatan promosi efektif dan efisien. Bauran komunikasi meliputi: advertising (periklanan), promosi penjualan, (sales promotion), public relation, personal selling dan direct selling. Selain itu, iklan merupakan media promo yang berguna untuk menumbuhkan kesadaran


(19)

sebuah produk atau layanan (awareness), membangkitkan keinginan untuk memiliki atau memperoleh produk (interest), dan mempertahankan loyalitas pelanggan (loyality).

Iklan politik menurut Ziauddin (2008: 23) bukan merupakan hal baru dalam dunia politik di beberapa belahan dunia. Pada Tahun 1970-an, ada 4 Negara yang memperbolehkan memuat iklan politik di surat kabar, majalah, dan televisi. Jumlah tersebut meningkat pada Tahun 1990-an, ada 50 Negara yang membolehkan penayangan iklan politik. Akibatnya, fungsi strategi kampanye bergeser dari kader-kader partai yang dianggap amatir, menuju ke arah Electioneer Professional dari luar partai.

Kampanye calon gubernur melalui iklan politik di berbagai media cetak harian Lampung juga sudah terlihat di Kota Bandar Lampung menjelang Pilgub Tanggal 9 April 2014 lalu, hal ini terlihat dari sejumlah media cetak yang memuat berbagai iklan politik sebagaimana dikutip dalam surat kabar harian lokal Lampung Post berikut:

Bandar Lampung (Lampost.co) – Beberapa minggu terakhir ini, sejumlah parpol sudah menayangkan iklan politik di berbagai media massa lokal maupun nasional. Iklan politik tersebut sudah mirip dengan kampanye melalui media massa cetak dan elektronik, padahal parpol belum diperbolehkan melakukan kampanye melalui media massa. Karena itu, task force Bawaslu-KPU-KPI mengambil langkah tegas dan menyatakan larangan untuk berkampanye dalam bentuk apapun di media massa. Ferry mengakui, waktu yang diperbolehkan bagi parpol untuk berkampanye di media massa menurut Undang Undang Pemilu dan Peraturan KPU adalah 21 hari sebelum masa tenang, tepatnya tanggal 16 Maret 2014 hingga 5

Maret 2014. “Kami menghimbau kepada parpol untuk mentaati peraturan,

dan cooling down dari penayangan iklan politik dan bentuk iklan lainnya

yang mirip kampanye di media massa sebelum waktunya,” ujar

Komisioner KPU, Ferry Kurnia Rizkiyansyah, menyimpulkan hasil pertemuan task force. Selain itu maraknya pemasangan atribut kampanye Parpol dan caleg terdiri dari bendera, umbul-umbul dan baliho atau


(20)

reklame terjadi di jalan-jalan. Pemenuhan sudut-sudut jalan dengan atribut kampanye sempat membuat Pemerintah Kota (Pemkot) Bandar Lampung geram. Alhasil, menjelang pelaksanan Pemilu 2014 Pemkot Bandar Lampung menurunkan baliho, spanduk, dan umbul-umbul Parpol dan caleg di empat jalan protokol Kota Bandar Lampung. Pemkot Bandar Lampung membentuk sebuah tim yang terdiri dari gabungan petugas Kantor Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (Kesbanglinmas), Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda), Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (DLLAJ), serta Kepolisian Resort Kota Bandar Lampung. Tim bentukan Pemkot Bandar Lampung tersebut membersihkan Jalan Radin Intan, Jalan DR. Susilo, Jalan RA. Kartini, dan Jalan Jendral Sudirman dari seratusan gambar Parpol dan cagub dan cawagub. Dalam hasil jajak pendapat yang yang dikutip dari survei harian lokal Lampung Post menunjukkan 60,8 % responden tidak terganggu dengan kehadiran reklame politik, namun Pemkot Bandar Lampung merasa perlu untuk menertibkannya dan membersihkan beberapa jalan protokol sebagai zona bebas atribut politik (http://lampost.co/berita/ kampanye-bandar-lampung-iklan-politik-pemilu, diakses tanggal 20 April 2014, pukul 19:45 WIB).

Pasca pilkada gubernur (pilgub) tanggal 9 April 2014 dan menyongsong Pemilu Presiden 2014 mendatang, iklan politik di media cetak harian telah merubah komposisi surat kabar penuh dengan beranekaragam gambar cagub, logo Partai dan calon Presiden. Iklan politik yang berkembang saat ini merupakan kampanye Pemilu yang hanya bertujuan jangka pendek.

Menurut Budiardjo (2007: 23) membagi kategorisasi kampanye menjadi 2 jenis, yakni kampanye pemilu dan kampanye politik. Kampanye pemilu hanya dilakukan pada periode tertentu dengan tujuan menggiring khalayak agar memilihnya saat berada di bilik suara ketika Pemilu digelar. Sementara kampanye politik dilakukan terus menerus guna membangun dan membentuk reputasi politik, dengan begitu khalayak akan terdidik.

Iklan politik di media cetak harian jika dibandingkan dengan Pemilu sebelumnya sangat berbeda, akhir-akhir ini iklan politik bagaikan jamur di


(21)

musim hujan. Media cetak harian lokal seperti Lampung Post, Tribun Lampung dan Radar Lampung yang beberapa tahun jarang diisi dengan atribut kampanye seperti foto calon gubernur dan calon wakil gubernur, logo partai politik, poster calon Presiden, kini dipenuhi dengan artikel tersebut. Perkembangan teknologi digital dan percetakan memungkinkan setiap orang untuk membuat iklan politik dengan biaya yang meski cukup mahal namun bisa dijangkau sesuai anggaran yang dimiliki.

Para calon gubernur yang sedang mengincar posisi orang nomor satu di Lampung ini berlomba-lomba unjuk diri lewat berbagai media cetak lokal. Tujuan utama yakni untuk mengenalkan para pejabat publik, kepada masyarakat yang telah atau akan menjadi target konstituen para calon gubernur . Oleh karena itu, profil para tokoh ini jauh lebih penting ketimbang pesan ideologis atau program untuk disampaikan pada masyarakat.

Penyelenggaraan pemilihan gubernur Tahun 2014 di Kota Bandar Lampung diramaikan dengan persaingan beberapa Tokoh Lampung yang terdiri dari empat pasangan calon. Popularitasnya pun kebanyakan masih rendah maka dari perlu melakukan usaha sosialisasi yang lebih intens. Berbagai bentuk sosialisasi pun mulai dilakukan para calon gubernur dan wakilnya, diantaranya dengan memanfaatkan media cetak harian seperti Lampung Post, Tribun Lampung dan Radar Lampung.

Atribut kampanye calon gubernur dan calon wakil gubernur dari berbagai partai hampir ditemukan di setiap sudut kolom halaman berita seperti PDIP,


(22)

Golkar, PAN, PPP, Demokrat dan beberapa partai lain. Tidak mau kalah dengan partai lama, cagub dan cawagub beberapa partai baru seperti Gerindra, dan Hanura juga turut memanfaatkan media cetak Lampung Post, Tribun Lampung dan Radar Lampung sebagai sarana sosialisasi. Sosialisasi cagub dan cawagub dengan memanfaatkan media cetak Lampung Post, Tribun Lampung dan Radar Lampung seakan menjadi suatu keharusan bagi cagub dan cawagub apapun partainya. Contoh kongkret seperti yang terlihat di kolom ekspresi Radar Lampung beberapa logo partai dan cagub dan cawagub tampak di halaman media cetak harian lokal tersebut.

Pola komposisi desain iklan politik cagub dan cawagub relatif sama. Menurut Danial (2009:43) menejelaskan bahwa desain iklan politik kebanyakan menggunakan pendekatan iklan yang Hard Sell atau langsung mengkomunikasikan profilnya. Pendekatan ini juga biasa disebut dengan straight forward. Para cagub dan cawagub setidaknya memuat gambar dan nama cagub dan cawagub, nomor urut cagub dan cawagub, logo partai cagub dan cawagub, jargon atau tagline cagub dan cawagub maupun partai, foto ketua umum partai pengusung sang cagub dan cawagub, tokoh partai yang populer, maupun tokoh nasional yang dianggap ideologinya sama dengan ideologi partai. Selain itu, warna latar belakang iklan politik disesuaikan dengan warna logo partai.

Iklan politik melalui media cetak harian Lampung dipercaya mampu berpengaruh pada masyarakat dan menciptakan perhatian lewat stimulinya dengan berbagai konsep dan kemasannya. Sehingga masyarakat memiliki


(23)

pandangan yang beragam mengenai iklan politik. Karena masyarakat dapat menilai dan menangkap stimuli atas berbagai macam iklan politik tersebut. Dalam komunikasi politik, persepsi khalayak terhadap tokoh politik tertentu bisa dibangun lewat berbagai cara, salah satunya dengan pemasangan iklan politik. Salah satu tujuan iklan politik adalah membangun kredibilitas tokoh politik. Persepsi khalayak tentang sifat komunikator sebagai faktor utama dalam membentuk citra tentang kredibilitas.

Salah satu tujuan pokok dari pemasangan iklan politik di media cetak harian Lampung adalah untuk membangun pencitraan. Proses membangun pencitraan bagi seorang tokoh politik baru dan belum banyak dikenal masyarakat, relatif membutuhkan usaha yang lebih berat dibandingkan tokoh politik yang sudah mapan dan telah banyak dikenal oleh masyarakat. Realitas politik yang terjadi saat ini, menuntut para politisi perseorangan atau pun partai untuk memiliki akses yang seluas-luasnya terhadap mekanisme industri citra, yakni industri berbasis komunikasi dan informasi yang akan memasarkan ide, gagasan, pemikiran dan tindakan politik.

Politik dalam perspektif industri citra merupakan upaya mempengaruhi orang lain untuk mengubah atau mempertahanakan suatu kekuasaan tertentu melalui pengemasan citra dan popularitas. Semakin dapat menampilkan citra yang baik, maka peluang untuk berkuasa pun semakin besar. Iklan politik di media cetak harian Lampung dipakai sebagai langkah memperkenalkan diri dan menumbuhkan citra yang baik pada khalayak luas.


(24)

Iklan politik lebih banyak difokuskan pada khalayak yang independen dan belum memiliki tingkat afiliasi kuat dengan tokoh tertentu, karena semakin kuat afiliasi seseorang dengan tokoh politik tertentu, maka akan sulit bagi iklan politik untuk menanamkan nilai persuasifnya. Pemilih pemula merupakan segmen pemilih yang dianggap masih independen dan belum memiliki afiliasi kuat pada tokoh politik atau partai politik tertentu. Karena itu kampanye politik pada pemilih pemula cukup menarik untuk diteliti.

Secara konsepsi menurut Syafiie (2008: 27) menjelaskan bahwa pemilih pemula adalah seseorang yang baru pertama kali terdaftar sebagai pemilih tetap dengan syarat telah memiliki kartu tanda penduduk (KTP) dan telah berusia di atas 17 tahun. Menurut Pasal 13 Bab II Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilu dijelaskan bahwa pemilih pemula adalah Warga Negara Republik Indonesia yang pada hari pemungutan suara sudah berumur 17 (tujuh belas) tahun atau sudah pernah kawin mempunyai hak memilih. Asumsi rata-rata pemilih pemula adalah pelajar kelas III atau telah berusia 17 tahun di jenjang SMA.

Fenomena iklan politik di media cetak harian Lampung merupakan hal yang cukup menarik perhatian. Pasalnya, banyak kalangan yang meragukan efektivitasnya khususnya terhadap pemilih pemula. Para cagub dan cawagub mengangap sosialisasi individu secara langsung lebih efektif agar mampu mendulang suara untuk mendapat kursi nomor satu dilampung, namun fakta sosial di lapangan iklan politik di berbagai media cetak harian seperti Lampung Post, Tribun Lampung dan Radar Lampung dinilai kurang efisien


(25)

menjangkau semua kalangan masyarakat khususnya terhadap pemilih pemula, hal ini karena tidak semua elemen masyarakat pemilih pemula intens mengkonsumsi media cetak harian, seiring dengan pesatnya perkembangan dunia elektronik dewasa ini pemilih pemula lebih tertarik untuk menggunakan media elektronik seperti smartphone dan gadget untuk mengkonsumsi media sosial sebagai bahan referensi untuk menambah wawasan dan pengetahan politik mereka.

Berdasarkan uraian tersebut, untuk mengetahui eksistensi media cetak sbagai bahan referensi bacaan dari pemilih pemula, maka peneliti memandang perlu mengkaji lebih lanjut berbagai masalah efektifitas iklan politik media cetak terhadap pemilih pemula, sehingga peneliti menganggap perlu diadakan penelitian mengenai “Efektifitas Iklan Politik Media Cetak Harian Lampung Tentang Pemilihan Gubernur Lampung Terhadap Khalayak Pemilih Pemula”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah Efektifitas Iklan Politik Media Cetak Harian Lampung Tentang Pemilihan Gubernur Lampung Terhadap Khalayak Pemilih Pemula?


(26)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui dan mengukur efektifitas iklan politik media cetak harian Lampung terhadap khalayak pemilih pemula.

D. Kegunaan Penelitian

1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran, informasi, menambah khasanah ilmu dan menjadi bahan referensi dalam Ilmu Pemerintahan dan menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya komunikasi politik media cetak.

2. Secara Praktis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi media cetak Radar Lampung, Tribun Lampung dan Lampung Post untuk untuk dapat menyajikan iklan politik lebih baik lagi yang diharapkan nantinya dapat menarik minat si pembaca terutama dalam hal ini pemilih pemula untuk membaca iklan iklan politik yang disajikan.


(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Iklan Politik

1. Pengertian Iklan Politik

Menurut Lee (2004:35) bahwa iklan politik secara singkat di deskripsikan sebagai penyiaran yang bersifat informatif dan persuasif dengan tujuan untuk meraih pemberi suara dan memberikan mereka pilihan politik yang meliputi partai politik, kandidat dan program. Tujuan yang ingin dicapai oleh siaran ini tidak hanya untuk menaikkan popularitas kandidat tetapi lebih kepada untuk membuat pemberi suara mau memilih kandidat yang menjadi sponsor dari iklan. Bentuk dan isi dari iklan yang mampu meraih audiens melalui media ini di bawah kendali dari aktor politik, media (TV, radio, surat kabar, internet) dan saluran transmisi lainnya.

Selanjutnya menurut Kaid dan Holtz-Bacha dalam Danial (2009:43) bahwa iklan politik didefinisikan sebagai suatu pesan terkontrol yang dikomunikasikan melalui berbagai saluran yang didesain untuk mempromosikan ketertarikan politik dari seseorang, partai, kelompok, pemerintah atau suatu organisasi. Iklan sebagai komunikasi politik yang penting, dengan kualitas jurnalistik yang menampilkan situasi dan kondisi secara langsung sehingga diharapkan mampu menawarkan fakta yang jelas tentang bagaimana partai politik atau kandidat menunjukkan dirinya di depan


(28)

khalayak pemilih. Iklan dalam kampanye politik merupakan dokumentasi kenyataan dari kekuasaan politik persuasif modern.

Menurut Firmanzah (2007:24) menjelaksan bahwa persuasif dapat diartikan sebagai manipulasi dari simbol oleh suatu pihak dengan usaha untuk membuat perubahan tertentu terhadap pihak lainnya. Demikian juga dengan iklan politik yang berusaha untuk merayu pemilih untuk memilih kandidat atau partai. Iklan politik yang menarik setidaknya dapat dilihat dari keberhasilannya yang sukses menghadirkan tiga hal yaitu inspirasi bagi konsumen atau pemilih, keterlibatan antara kandidat atau partai dengan pemilih serta penghargaan. Penghargaan di sini merupakan kesuksesan yang salah satu indikatornya dapat tercermin dari hasil polling. Keberhasilan kampanye politik juga tidak terlepas dari iklan politik, upaya branding perlu dilakukan agar membuat persepsi pemilih sesuai dengan tujuan dari kampanye politik.

Iklan politik di Indonesia semakin penting digunakan para politisi dalam pemilihan Anggota Lagislatif, Kepala Daerah maupun pemilihan Presiden. Tujuan iklan politik adalah mempersuasi dan memotivasi pemilih untuk memilih kandidat tertentu. Iklan politik tampil impresif dengan senantiasa mengedepankan informasi tentang siapa kandidat (menonjolkan nama dan wajah kandidat), apa yang telah kandidat lakukan (pengalaman kandidat, dan bagaimana posisinya terhadap isu-isu tertentu.

Menurut Setiyono (2008:42) isi iklan politik senantiasa berisi pesan-pesan singkat tentang isu-isu yang diangkat (policy position), kualitas kepemimpinan (character), kinerja (track record-nya) dan pengalamannya. Iklan politik,


(29)

sebagaimana dengan iklan produk komersial yang tak hanya memainkan kata-kata (word), tetapi juga, gambar, suara dan musik. Iklan politik. khususnya iklan audiovisual, memainkan peranan strategis dalam political ma rketing. Iklan politik berguna untuk beberapa hal berikut:

a) Membentuk citra kontestan dan sikap emosional terhadap kandidat

b) Membantu para pemilih untuk terlepas dari ketidak-pastian pilihan karena mempunyai kecenderungan untuk memilih kontestan tertentu.

c) Alat untuk melakukan rekonfigurasi citra kontestan. d) Mengarahkan minat untuk memilih kontestan tertentu e) Mempengaruhi opini publik tentang isu-isu nasional

f) Memberi pengaruh terhadap evaluasi dan interpretasi para pemilih terhadap kandidat dan event-event politik.

2. Isi Pesan Iklan Politik

Menurut Setiyono (2008:48) pesan iklan politik secara garis besar terbagi dua sesuai pemasangnya. Jika pemasangnya adalah lembaga non parpol maka inti pesan politik mencakup :

a) Penjelasan Pemilu sebagai sarana demokrasi.

b) Seruan supaya masyarakat datang ke tempat pemungutan suara. Sedangkan jika pemasangnya parpol maka pesannya berupa :

a) Sosialisasi atau penguatan ingatan lambang, nomor dan ketua partai, b) Ajakan supaya mencoblos partai tersebut pada hari pemilihan.

Seiring dengan berjalannya waktu muncul beragam isi pesan iklan politik yang mencoba mengangkat isu-isu aktual yang berkembang dalam masyarakat. Sebagian besar isi pesan iklan politik menyangkut aspek-aspek kemiskinan, pengangguran, daya beli rakyat, kebutuhan pokok rakyat luas, keadilan hukum, keamanan, dan kesatuan-persatuan bangsa. Sementara pada sisi program, tema utama iklan juga cenderung bervariasi. Ada yang berjanji


(30)

untuk mengembangkan rasa cinta pada produk sendiri, membela petani, penyediaan lapangan kerja, harga bahan pokok yang murah.

Menurut Firmanzah (2007:51) iklan sebagai bagian dari marketing politik adalah serangkaian aktivitas untuk menanamkan image politik di benak masyarakat dan meyakinkan publik. Image bukan sekadar masalah persepsi atau identifikasi saja, tetapi juga memerlukan pelekatan (attachment) suatu individu terhadap kelompok atau group. Pelekatan ini dapat dilakukan secara rasional maupun emosional. Image politik, dapat mencerminkan tingkat kepercayaan dan kompetensi tertentu partai politik. Image politik didefinisikan sebagai konstruksi atas representasi dan persepsi masyarakat (publik) akan suatu partai politik atau individu mengenai semua hal yang terkait dengan aktivitas politik.

Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa Image politik seperti terlihat dalam produk iklan tidak selalu mencerminkan realitas obyektif tetapi dapat juga mencerminkan hal yang tidak real atau imajinasi yang terkadang bisa berbeda dengan kenyataan fisik. Image politik dapat diciptakan, dibangun dan diperkuat tetapi dapat melemah, luntur dan hilang dalam sistem kognitif masyarakat. Image politik memiliki kekuatan untuk memotivasi aktor atau individu agar melakukan suatu hal. Di samping itu, dapat memengaruhi pula opini publik sekaligus menyebarkan makna-makna tertentu.

Dalam penelitian ini, menurut peneliti iklan adalah suatu cara untuk menyampaikan gagasan dan pemikiran kepada masyarakat sehingga iklan politik semestinya berisi visi dan program yang ditawarkan kepada


(31)

masyarakat yang jika dipilih dan dipercaya untuk mengemban amanah dan kekuasaan, akan dijalankan dengan baik. Serangkaian iklan politik tersebut muatannya belum memiliki substansi yang jelas dan memaksakan kehendak. Secara konsepsi iklan diharapkan sebagai wahana pendidikan politik dengan menyodorkan serangkaian pedoman kebijakan. Bukan sekedar slogan dan pernyataan serampangan semata. Iklan semestinya mencerdaskan dan mengundang rasa simpatik.

Iklan tentu saja dibutuhkan sebagai media komunikasi antara partai dengan rakyat. Iklan merupakan bagian dari kampanye, namun iklan hendaknya ditata dengan bijak, terkait dengan visi dan misi partai berikut kandidatnya. Siapa yang memiliki visi yang jelas diikuti dengan program-program yang rasional akan mendapat dukungan dari masyarakat. Iklan politik yang ditampilkan saat ini pada dasarnya belum membahas masalah segmentasi. Partai tidak punya gambaran tentang segmen pendukung tentang siapa dan apa yang akan dicapai dalam kampanye melalui media itu.

B. Iklan Politik sebagai Media Komunikasi Politik

1. Pengertian Komunikasi Politik

Menurut Arifin (2011:235) komunikasi politik adalah komunikasi yang diarahkan kepada pencapaian suatu pengaruh sedemikian rupa, sehingga masalah yang dibahas oleh jenis kegiatan komunikasi ini, dapat mengikat semua warganya melalui suatu sanksi yang ditentukan bersama oleh lembaga-lembaga politik.


(32)

Pengertian komunikasi politik selain dikaji dengan memilah-milah setiap komponen yang terlibat, juga harus ditelaah dengan melihat kaitan antara komponen yang satu dengan komponen yang lain secara fungsional, dimana terdapat tujuan yang jelas yang akan dicapai. Komunikasi politik harus intentionally persuasive, dalam artian sengaja dibuat sedemikian rupa agar dapat meyakinkan khalayak.

Faktor tujuan dalam komunikasi politik itu, jelas tampak pula pada definisi yang disampaikan oleh Lord Windlesham dalam Arifin (2011:239), menjelaskan sebagai berikut:

Political communication is the deliberate passing of political message bya sender to a receiver with the intention of making the receiver behave in a waythat might not otherwise have done.”

(Komunikasi politik adalah suatu penyampaian pesan politik yang secara sengaja dilakukan oleh komunikator kepada komunikan dengan tujuan membuat komunikan berperilaku tertentu.) Dijelaskan lebih lanjut oleh Windlesham bahwa, sebelum suatu pesan politik dapat dikonstruksikan untuk disampaikan kepada komunikan dengan tujuan mempengaruhinya, di situ harus terdapat keputusan politik yang harus dirumuskan berdasarkan berbagai pertimbangan. Jika sanders dank aid serta windlesham menekankan pengertian komunikasi politik pada tujuan, ahli komunikasi lain seperti Dan Nimmo dalam bukunya, political communication and public opinion in America menekannya pada efek yang muncul pada komunikan sebagai akibat dari penyampaian suatu pesan.

Berdasarkan teori tersebut menurut peneliti makna tujuan pada definisi windlesham, dan efek pada pendapat Dan Nimmo pada hakikatnya sama, jika ditelaah perbedaannya hanyalah pada keterlekatan pada komponennya; tujuan melekat pada komponen komunikator dan efek pada komponen komunikan. Menurut kadarnya efek komunikasi terdiri dari tiga jenis, yakni efek kognitif,


(33)

efek afektif dan efek behavioral. Efek kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, atau dipersepsi oleh khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, ketrampilan, kepercayaan, atau informasi. Efek afektif timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci oleh khalayak. Efek ini ada hubungannya dengan emosi, sikap, atau nilai. Efek behavioral merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati; yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berperilaku.

2. Iklan Politik Media Cetak dalam Komunikasi Politik

Menurut Efriza (2012:37) periklanan pada dasarnya adalah suatu proses komunikasi yang melibatkan sponsor tertentu, yakni pemasang iklan (pengiklan) yang membayar jasa sebuah media cetak atas publikasi iklannya misalnya melalui surat kabar harian. Adapun iklan itu sendiri biasanya dibuat atas pesanan pemasang iklan oleh lembaga pers media cetak, agen atau biro iklan atau oleh bagian humas lembaga pemasang iklan sendiri.

Iklan politik berfungsi menyampaikan pesan verbal dan visual yang bermuatan politik disusun secara persuasif dan komunikatif kepada khalayak. Dalam iklan, pesan verbal dan visual agak riskan untuk dipisahkan. Bila memposisikan sebagai audience, iklan harus punya pesan verbal dan non verbal yang kredibel. Visinya jelas, gambarnya menyentuh dan membuat nyaman calon pemilih.


(34)

Secara konsepsional peneliti menganalisis bahwa iklan politik adalah proses dimana kandidat, partai politik, individu, dan grup-grup mempromosikan diri dan pandangan mereka melalui suatu saluran komunikasi massa. Iklan politik biasanya merupakan suatu bentuk media berbayar dimana promotor (atau sponsor) dari kandidat tersebut membeli jam tayang untuk mendistribusikan pesan iklan.

Menurut Kaid dan Holtz-Bacha dalam Danial (2009:54) mendefinisikan iklan politik sebagai article programming that is designed to promote the interest of a given party or individual (program artikel yang dirancang untukmempromosikan tujuan sebuah partai atau individu). Dalam iklan politik,kandidat atau partai bisa mengontrol isi pesan politik yang akan disampaikandalam iklan politik. Untuk menekankan soal kontrol pesan tadi, merekamemperluas definisi itu dengan menyodorkan definisi: any programming format under control of the party or candidate and for which time is given or purchased. (semua format program yang dikendalikan oleh partai atau kandidat dengan jamtayang yang telah diberikan atau dibeli).

Menurut Nasution (1990:256) iklan politik, khususnya iklan media cetak memainkan peranan strategisdalam political marketing. Iklan politik berguna untukbeberapa hal berikut:

a) Membentuk citra kontestan dan sikap emosional terhadap kandidat. b)Membantu para pemilih untuk terlepas dari ketidak-pastian pilihan

karenamempunyai kecenderungan untuk memilih kontestan tertentu. c) Alat untuk melakukan rekonfigurasi citra kontestan.

d)Mengarahkan minat untuk memilih kontestan tertentu. e) Mempengaruhi opini publik tentang isu-isu nasional.

f) Memberi pengaruh terhadap evaluasi dan interpretasi para pemilih terhadap kandidat dan even-even politik.


(35)

Ditinjau dari sisi sifat pesan dengan demikian dalam penelitian ini dapat dijelaskanbahwa iklan dapat digolongkan menjadi iklan positif dan iklan negatif. Iklan positif adalah iklan yang memuat keunggulan dari sebuah kontestan yang dipasarkan Sedangkan iklan negatif adalah iklan tentang kelemahan pesaing. Iklan negatif didefinisikan sebagai iklan yang berfokus pada kegagalan kebijakan atau kontribusi yang tidak diinginkan dari pihak lawan. Iklan negatif lebih cepat menarik perhatian pemilih ketimbang iklan positif.

Media cetak, terutama surat kabar, majalah, katalog, dan pamflet pada umumnya diyakini merupakan bagian yang vital dalam sistem politik demokrasi. Era keterbukaan sekarang ini media cetak juga turut memainkan peran-peran yang penting disamping media elektronik, seperti memberikan informasi kepada khalayak mengenai berbagai isu penting, menyediakan diri sebagai forum untuk terselenggaranya debat publik, dan bertindak sebagai saluran untuk mengartikulasikan aspirasi-aspirasi politik.

Media cetak hadir dan mewarnai kehidupan masyarakat sehari-hari sehingga kehadirannya menjadi sangat penting dan tidak bisa diabaikan begitu saja. Dalam kehidupan masyarakat modern, kehadiran media cetak Lampung Post, Tribun Lampung dan Radar Lampung pada dasarnya mempunyai tujuan sebagai berikut:

1) Informasi

a) Menyediakan informasi tentang peristiwa dan kondisi dalam masyarakat dan dunia.

b) Menunjukkan hubungan kekuasaan.


(36)

2) Korelasi

a) Menjelaskan menafsirkan, mengomentari makna peristiwa dan informasi.

b) Melakukan sosialisasi.

c) Mengkoordinasikan beberapa kegiatan. d) Membentuk kesepakatan.

e) Menentukan urutan prioritas dan memberikan status relatip. 3) Kesinambungan

a) Mengekspresikan budaya dominant dari mengatur kebudayaan khusus (sub culture) serta perkembangan budaya baru.

b) Meningkatkan dan melestarikan nilai-nilai. 4) Hiburan

a) Menyediakan hiburan, pengalihan perhatian dan saran relaksasi. b) Meredakan ketegangan sosial.

5) Mobilisasi

Mengkampanyekan tujuan masyarakat dalam bidang politik, pembangunan, ekonomi, dan sebagainya.

Berdasarkan uaraian tersebut maka dapat diketahui bahwa peran penting media cetak ketika proses pemilihan umum berlangsung, terjadi terutama selama periode kampanye. Strategi politik dalam konteks kampanye pemilihan umum tidak dapat dipisahkan dengan media cetak. Strategi politik membutuhkan media cetak supaya publik mengetahui dan mendukungnya. Media cetak Lampung Post, Tribun Lampung dan Radar Lampung berperan penting sebagai media yang luas dan cepat penyebarannya.

3. Pengaruh Iklan Politik di Media Cetak

Iklan politik yang dimuat pada media cetak sebenarnya mempunyai kesamaan dengan iklan dalam dunia bisnis. Secara pragmatis, keduanya saling bertaut dan bahkan memiliki target yang sama, yakni didapatnya respons positif dari publik. Jika dalam dunia industri iklan diproyeksikan untuk peningkatan profit dari produk yang ditawarkan maka iklan politik bertujuan memperoleh suara sebanyak mungkin dalam Pemilu.


(37)

Menurut Linda Kaid dalam Sastropoetro (1991:73) menjelaskan ada tiga pengaruh iklan politik yang dimuat pada media cetak terhadap para pemilih, yakni pengetahuan pemilih, persepsi terhadap kontestan, dan preferensi pilihan yang diuraikan sebagai berikut:

1) Pengaruh pertama ditunjukkan oleh identifikasi nama kontestan atau kandidat yang disebut sebagai brand name image. Untuk identifikasi nama, iklan lebih efektif dibandingkan komunikasi melalui pemberitaan, khususnya untuk kandidat atau kontestan baru. Para pemilih juga lebih mudah mengetahui isu-isu spesifik dan posisi kandidat terhadap isu tertentu melalui iklan dibandingkan dengan pemberitaan. Pemilih yang tingkat keterlibatannya sedikit dalam kampanye lebih terpengaruh oleh iklan politik.

2) Pengaruh kedua adalah efek pada evaluasi kandidat atau kontestan. Iklan politik yang dimuat pada media cetak memberi dampak signifikan terhadap tingkat kesukaan terhadap kontestan atau kandidat, khususnya terhadap policy serta kualitas kandidat yang meliputi kualitas instrumental, dimensi simbolis serta karakter verbal dan nonverbal. Dampak tersebut bisa negatif dan bisa pula positif. Tingkat pengaruh tersebut tergantung pada konsep kreatif, eksekusi produksi, dan penempatan iklan tersebut. 3) Pengaruh ketiga adalah preferensi pilihan. Berbagai studi eksperimental

menunjukkan, iklan politik yang dimuat pada media cetak mempunyai pengaruh terhadap preferensi pilihan, khususnya bagi pemilih yang menetapkan pilihan pada saat-saat terakhir. Indikator penting yang


(38)

mempengaruhi preferensi tersebut adalah formasi citra dan tingkat awareness para pemilih terhadap kontestan. Pemilih yang keterlibatannya dalam dunia politik rendah lebih mudah dipengaruhi oleh iklan politik dibandingkan pemilih yang keterlibatannya lebih tinggi.

C. Tinjauan tentang Kompetensi Politik

1. Pengertian tentang Kompetensi

Kompetensi menurut Hall dan Jones (1976) adalah pernyataan yang mengambarkan penampilan suatu kemampuan tertentu secara bulat yang merupakan perpaduan antara pengetahuan dan kemampuan yang dapat diamati dan diukur. Pada intinya kompetensi adalah perpaduan antara pengetahuan dan kemampuan dan penerapan keduannya, yang merupakan karestiristik mendasar dan merupakan bagian dari kepribadian, Terlepas dari pengertian diatas kompetensi terdiri berbagai aspek.

Menurut E. Mulyasa (2004: 37-38), kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Pada sistem pengajaran, kompetensi digunakan untuk mendeskripsikan kemampuan profesional yaitu kemampuan untuk menunjukkan pengetahuan dan konseptualisasi pada tingkat yang lebih tinggi. Kompetensi ini dapat diperoleh melalui pendidikan, pelatihan dan pengalaman lain sesuai tingkat kompetensinya.

(http://garasikeabadian.blogspot.com/2013/03/pengertian-kompetensi-dalam-skl-dan-sk.html, diakses tanggal 24 maret 2015, pukul 20:05 WIB).


(39)

2. Pengertian tentang Politik

Asal mula kata politik itu sendiri berasal dari kata polis yang berarti negara kota, dengan politik berarti ada hubungan khusus antara manusia yang hidup bersama, dalam hubungan itu timbul aturan, kewenangan, perilaku pejabat, legalitas kekuasaan dan akhirnya kekuasaan (Syafiie, 2010: 11). Pada umumnya dapat dikatakan bahwa politik (politics) adalah usaha untuk menentukan peraturan-peraturan yang dapat diterima baik oleh sebagian besar warga, untuk membawa masyarakat ke arah kehidupan bersama yang harmonis (Budiardjo, 2012: 15).

Pengertian ilmu politik dalam hal kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau suatu kelompok untuk mempengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari pelaku. (Budiardjo, 2012: 18).

Pengertian ilmu politik dalam hal kebijaksaan (policy) adalah suatu kumpulan keputusan yang diambil oleh seorang pelaku atau oleh kelompok politik dalam usaha memilih tujuan tujuan dan cara cara untuk mencapai tujuan tujuan itu. Pada prinsipnya pihak yang membuat kebijaksanaan kebijaksanaan itu

mempunyai kekuasaan untuk melaksanakannya. (Budiardjo, 2012: 19). 3. Konsep tentang Kompetensi Politik

Kompetensi politik merupakan perpaduan antara pengetahuan dan kemampuan seseorang yang dapat diamati dan diukur untuk mempengaruhi tingkah laku individu atau kelompok sesuai dengan keinginan dalam usaha untuk mencapai tujuan tertentu. Kompetensi politik dalam hal ini merupakan kemampuan yang dimiliki pemilih pemula yang diuraikan dalam aspek:


(40)

1) Kesadaran (Awareness)

Menurut Roderick Hart dalam Setiyono (2008:101) periklanan politik merupakan bagian dari komunikasi massa yang memiliki tujuan untuk memperkenalkan suatu produk politik untuk itu iklan dibuat semenarik mungkin, sehingga terkadang dapat dinilai terlalu berlebihan, serta mengabaikan sisi psikologis, sosiologis, ekologis, dan estetika atau sasaran yang diiklankanya itu. Pasca pemilu legislatif 2014 dan menjelang pilpres 2014 dengan sistem suara terbanyak, membuat para calon anggota legislatif melakukan berbagai macam cara untuk mensosialisasikan diri dan memasarkan diri mereka agar mendapat suara signifikan.

Iklan politik di media cetak akan terlihat efektif apabila dapat memberikan stimulasi dengan respon pemilih jika pemilih dapat mengingat atau menyadari bahwa pihak tertentu merupakan kontestan pemilu 2014. Dengan jumlah kontestan pemilu yang banyak, membangun awareness cukup sulit dilakukan, khususnya bagi partai-partai baru.

2) Pengetahuan (Knowledge)

Menurut Roderick Hart dalam Setiyono (2008:108) bahwa iklan sebagai suatu pesan yang menawarkan suatu produk yang ditujukan kepada masyarakat, segala bentuk pesan tentang suatu produk yang disampaikan lewat media, ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat. Iklan politik akan efektif apabila dapat memberikan stimulasi terhadap pemilih ketika seorang pemilih mengetahui beberapa unsur penting mengenai produk kontestan tersebut, baik substansi maupun presentasi, pemilih akan


(41)

memberikan respon terhadap intensitas iklan kandidat jenis iklan dan lokasi iklan.

3) Ketertarikan atau Kesukaan (Liking)

David Oglivy dan Roderick Hart menyatakan bahwa tujuan utama dari pembuatan iklan adalah untuk menjual produk. Salah satu kredo

periklanan yang banyak dikenal adalah: “if it does’t sell, it is notcreative”,

dari sinilah lahir konsepsi mengenai iklan hard sell yang memiliki ciriciri: straight forward atau langsung dan menjual produk apa adanya, menggunakan single message, simpel, lugas, selalu fokus pada kebutuhan serta keinginan masyarakat (Setiyono, 2008:108).

Relevansi pendapat David Oglivy dan Roderick Hart dalam efektifitas terhadap masyarakat khususnya pemilih pemula yakni iklan politik di media cetak dapat memberikan respon pemilih jika pemilih menyukai kontestan tertentu karena satu atau lebih makna politis yang terbentuk di pikirannya sesuai dengan aspirasinya. Tujuan pembuatan iklan politik tersebut yakni memberikan informasi, membujuk dan mengingatkan serta merupakan kelanjutan dari penentuan pemilih sebagai sasaran (target), positioning sehingga mampu menimbulkan daya tarik pemilih.

4) Preferensi (Preference)

Iklan politik dalam dunia komunikasi telah membawa pengaruh cukup besar pada berkembangnya sosialisasi politik. Menurut Dan Nimmo membagi kategori iklan menjadi dua macam saja, yakni iklan komersial dan iklan non komersial. Iklan komersial adalah iklan yang menawarkan


(42)

dan mempromosikan produk atau jasa yang dilakukan oleh perusahaan atau lembaga komersial lain. Sedangkan iklan non komersial adalah iklan yang dilakukan oleh kelompok-kelompok amal, pemerintah, partai politik dan kandidat politik (Setiyono, 2008: 111).

Menurut Roderick Hart dalam Setiyono (2008: 114) iklan politik yang sering digunakan para politisi untuk membujuk orang agar memilih kandidat politik. Iklan politik merupakan bagian penting dari proses pemilihan umum yang merupakan instrumen untuk membentuk citra tentang hal yang diiklankan dibenak individu khalayak. Pemilih menganggap bahwa satu atau beberapa makna politis yang terbentuk sebagai interpretasi terhadap produk politik. Hal ini juga disebut sebagai interpretasi yang meliputi:

a) Pemahaman pada individu kandidat. b) pemahaman terhadap partai asal kandidat. c) Tagline atau jargon politik kandidat. d) Tingkat pendidikan kandidat.

e) Letak penempatan iklan.

D. Media Cetak Sebagai Sarana Komunikasi Politik

1. Konsep Media Cetak dalam Komunikasi Politik

Media cetak menempati tempat strategis di dalam kajian komunikasi politik. Peralihan antara era industrik menjadi era informasi dalam proses komunikasi pun, media memperoleh peranan yang semakin signifikan terutama setelah ditemukannya media-media baru akibat hasil perkembangan teknologi.


(43)

Contoh media cetak adalah surat kabar. Media cetak tersebut memiliki karakteristik berupa keunggulan maupun kelemahannya, dan ini dapat dijelaskan melalui teori agenda setting.

Teori agenda setting pertama kali diperkenalkan pada tahun 1973 oleh Maxwell McCombs dan Donald L. Shaw lewat tulisannya The Agenda Setting Function of the Mass Media. Kedua pakar ini tertarik untuk melihat apakah pendapat para pemilih mengenai isu-isu yang dipandang sangat penting dibentuk oleh besarnya pemberitaan mengenai isu-isu tersebut. Dari hasil riset itu McCom dan Shaw menemukan adanya korelasi yang signifikan antara isu yang diangkat oleh media dengan isu yang dianggap penting oleh pemilih. Teori ini mengakui bahwa media memberikan pengaruh terhadap khalayak dalam pemilihan presiden melalui penayangan berita, isu, citra maupun penampilan kandidat itu sendiri. Becker dan McLeod (1976) dan Iyenger & Kinder (1987) mengakui bahwa meningkatnya penonjolan atas isu yang berbeda bisa memberikan pengaruh yang signifikan terhadap opini publik. Dalam konteks politik, partai-partai dan para aktor politik akan berusaha mempengaruhi agenda media untuk mengarahkan pendapat umum dalam pembentukan image.

Dengan menonjolkan isu, citra,dan karakteristik tertentu kandidat, media ikut memberikan sumbangan yang signifikan dalam melakukan konstruksi persepsi publik dalam pengambilan keputusan, apakah akan ikut memilih dan siapa yang akan dipilih. McComb mencontohkan bahwa dalam kondisi tertentu masyarakat biasanya bersifat vakum dan statis. Dalam kondisi seperti ini


(44)

media bisa tampil untuk mengambil keputusan dengan mengekspos masalah-masalah yang perlu dipikirkan oleh masyarakat. Misalnya bagaimna media menggairahkan orang agar tertarik menggunakan hak pilihnya dalam pemilu. Media tidak saja tergantung pada berita kejadian (news event), tetapi ia memiliki tanggung jawab untuk menggiring orang melalui agenda-agenda yang bisa membuka pikiran mereka (Cangara, 2009: 124-125)

2. Konsep Komunikator dan Komunikan

Komunikasi politik memiliki fungsi penting dalam sistem politik. Pada setiap proses politik, komunikasi politik menempati posisi yang strategis. Bahkan, komunikasi politik dinyatakan sebagai hal penting dalam proses politik. Aneka struktur politik seperti parlemen, kepresidenan, partai politik, lembaga swadaya masyarakat, kelompok kepentingan, dan warganegara biasa memperoleh informasi politik melalui komunikasi politik ini. Setiap struktur jadi tahu apa yang telah dan akan dilakukan berdasarkan informasi ini.

Menurut R.M. Perloff dalam Sastropoetro (1991: 81) mendefinisikan komunikasi politik sebagai proses dengan mana pemimpin, media, dan warganegara suatu bangsa bertukar dan menyerap makna pesan yang berhubungan dengan kebijakan publik. Dalam definisi ini, Perloff menjadi media sebagai pihak yang ikut melakukan komunikasi politik. Konsep komunikasi politik adalah seluruh proses transmisi, pertukaran, dan pencarian informasi (termasuk fakta, opini, keyakinan, dan lainnya) yang dilakukan oleh para partisipan dalam kerangka kegiatan-kegiatan politik yang terlembaga.


(45)

Konsep ini menghendaki proses komunikasi politik yang dilakukan secara terlembaga.

Menurut Sastropoetro (1991:81) dalam memahami kerja komunikasi politik terdapat beberapa hal yang harus diketahui antara lain:

a) Komunikator, yakni partisipan yang menyampaikan informasi politik b) Pesan Politik, yakni informasi, fakta, opini, keyakinan politik

c) Media, yakni wadah (medium) yang digunakan untuk menyampaikan pesan (misalnya surat kabar, orasi, konperensi pers, televisi, internet, demonstrasi, polling, radio)

d) Komunikan, yakni partisipan yang diberikan informasi politik oleh komunikator

e) FeedBack, yakni tanggapan dari Komunikan atas informasi politik yang diberikan oleh komunikator.

Secara operasional, komunikasi politik juga dapat dinyatakan sebagai proses penyampaian pesan-pesan politik dari komunikator kepada komunikan melalui media tertentu hingga memberikan efek (feedback).

Komunikator dalam proses komunikasi politik dapat diposisikan oleh beragam pihak. Parlemen, partai politik, kelompok kepentingan, warganegara, presiden, menteri, pengamat politik, dan lain sebagainya. Mereka menjadi komunikator jika menjadi partisipan yang menyampaikan pesan-pesan politik, dan berubah menjadi komunikan jika mereka berposisi sebagai penerima.

Menurut Sastropoetro (1991:92) dalam komunikasi politik dikenal istilah partisan bias artinya, kecenderungan melebih-lebihkan posisi diri dan tindakan suatu kelompok ketimbang kelompok lain. Partisan bias cenderung berakibat pada ketidakakuratan fakta. Partisan bias tampak saat seorang anggota parlemen memposisikan partainya lebih bagus dan komitmen pada kesejahteraan rakyat ketimbang partai lain. Demikian pula, komunikan dapat


(46)

saja membelokkan pemahaman atas apa yang disampaikan komunikator. Misalnya, ketika pemerintah memberlakukan kebijakan Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang dimaksudkan untuk mencegah penyalahgunaan uang bantuan, sehingga dapat langsung dirasakan penerima. Hal ini ditanggapi berbeda oleh lawan-lawan politik dan warganegara yang kontra kebijakan tersebut, yang diwakili dengan pernyataan pemerintah cuma mengalihkan perhatian dari ketidakmampuan mengurangi angka kemiskinan dan sejenisnya.

E. Efektifitas Iklan Politik di Media Cetak

1. Konsep Efektifitas Iklan Politik

Era sekarang ini para ahli masih berbeda pendapat mengenai efektifitas iklan politik untuk memenangkan pemilu dan meraih suara sebanyak mungkin. Menurut Roderick Hart dalam Setiyono (2008:81) mengatakan, tidak ada kajian dan penelitian cukup yang bisa memastikan apakah iklan politik bisa menggalang suara bagi para calon pejabat publik, betapa pun kuatnya pengaruh iklan di media cetak, efektifitas iklan politik belum terjamin seperti halnya iklan lainnya. Banyak kajian menunjukkan swing voters, pemilih berpindah dukungan karena dipengaruhi iklan politik, kampanye, penampilan kandidat, atau program partai, persentasenya sangat kecil.

Iklan politik yang efektif adalah iklan yang memiliki ketajaman dalam membuat isu. Iklan tersebut dapat langsung mengarah kepada pemilih potensial. Iklan yang dibuat juga mampu melihat kelompok dan sasaran yang


(47)

dibidik. Contohnya untuk mempengaruhi kelompok ibu rumah tangga yang memiliki potensi besar, maka iklan politik yang tepat adalah iklan yang sesuai dengan segmen tersebut. Secara khusus, iklan yang dibuat tersebut ajakannya pas dan tekniknya bagus.

2. Efektifitas Iklan Politik di Media Cetak Terhadap Pemilih

Menurut Lynda Lee Kaid (2002:34) bahwa iklan politik di media cetak dibuat sebagai alat mempengaruhi dukungan publik, namun karena realitas keterisolasian iklan dengan preferensi pemilih, tujuan ini tidak efektif untuk memperluas dukungan suara. Kecuali, memperteguh pendapat pemilih yang telah mengikatkan emosinya. Jadi, iklan dimaksudkan untuk menguatkan pendirian-pendirian pemilih yang memiliki ikatan tradisional tertentu dengan calon anggota legislatif, calon kepala daerah maupun calon presiden.

Menurut Setiyono (2008:93) melihat ada modal utama yang bisa disajikan oleh iklan politik yaitu kredibilitas, jika tidak memiliki kredibilitas, iklan-iklan politik akan gagal. Inilah faktor utama yang menyebabkan iklan-iklan politik di media cetak tidak mendapatkan hasil efektif. Bila dihubungkan dengan keterbukaan informasi, iklan politik juga menjadi kurang relevan karena disitu rakyat masih dipersepsikan masih belum sepenuhnya memahami tentang isi iklan. Lambat atau cepat, keterbukaan informasi akan memengaruhi transformasi pola memilih. Rakyat kritis menghilangkan eksistensi iklan sebagai pendulang suara. Klaim-klaim positif yang disajikan melalui iklan bukannya meneguhkan pilihan rakyat, tetapi membalikkan persepsi yang dikehendaki kandidat. Citra yang dibangun di media pada akhirnya mampu


(48)

ditangkap sebagai representasi fakta yang bertujuan untuk menguntungkan kandidat.

Menurut Roderick Hart dalam Setiyono (2008: 97) menjelaskan iklan politik di media cetak akan terlihat efektif apabila dapat memberikan stimulasi dengan beberapa tahap respon pemilih terhadap iklan politik sebagai berikut: a). Awareness, yaitu jika seseorang dapat mengingat atau menyadari bahwa

pihak tertentu merupakan kontestan pemilu. Dengan jumlah kontestan pemilu yang banyak, membangun awareness cukup sulit dilakukan, khususnya bagi partai-partai baru.

b) Knowledge, yaitu ketika seorang pemilih mengetahui beberapa unsur penting mengenai produk kontestan tersebut, baik substansi maupun presentasi, dalam tahap ini juga disebut sebagai tahap seleksi yang terdiri dari beberapa sub indikator yaitu:

1) Intensitas terhadap iklan kandidat 2) Jenis iklan politik yang dilihat 3) Lokasi melihat iklan

c) Liking, yaitu tahap di mana seorang pemilih menyukai kontestan tertentu karena satu atau lebih makna politis yang terbentuk di pikirannya sesuai dengan aspirasinya.

d) Preference, tahap di mana pemilih menganggap bahwa satu atau beberapa makna politis yang terbentuk sebagai interpretasi terhadap produk politik. Dalam tahap ini juga disebut sebagai tahap interpretasi yang terdiri dari beberapa sub indikator yaitu:


(49)

1) Pemahaman pada individu kandidat

2) Pemahaman terhadap partai asal kandidat

3) Tagline atau jargon politik kandidat

4) Tingkat pendidikan kandidat

5) Letak penempatan iklan

e) Conviction, pemilih tersebut sampai pada keyakinan untuk memilih kontestan tertentu. Dalam tahap ini juga disebut sebagai tahap reaksi. F. Tinjauan tentang Pemilih Pemula

Pengertian Pemilih pemula menurut ketenutan Undang-undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilu dalam Bab IV Pasal 19 Ayat (1) dan (2) serta ketentuan Pasal 20 menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan pemilih pemula adalah warga Indonesia yang pada hari pemilihan atau pemungutan suara adalah Warga Negara Indonesia yang sudah genap berusia 17 tahun dan atau lebih atau sudah/pernah kawin yang mempunyai hak pilih, dan sebelumnya belum termasuk pemilih karena ketentuan Undang-Undang Pemilu.

Menurut Laila (1994: 46) membagi pemilih di Indonesia dengan tiga kategori. Kategori pertama, adalah pemilih yang rasional, yakni pemilih yang benar-benar memilih partai berdasarkan penilaian dan analisis mendalam. Kedua, pemilih kritis emosional, yakni pemilih yang masih idealis dan tidak kenal kompromi. Ketiga, pemilih pemula, yakni pemilih yang baru pertama kali memilih karena usia mereka baru memasuki usia pemilih. Kelompok pemilih


(50)

yang berentang usia 17-21 tahun ini adalah mereka yang berstatus pelajar, mahasiswa, serta pekerja muda.

Menurut Brooks dan Farmer dalam Haryanto (1984: 60) mengatakan bahwa kampanye cenderung membagi pemilih menjadi tiga kategori yaitu basis pemilih yang yang mendukung kandidat, swing voters atau pemilih mengambang yang bisa dipersuasi oleh kandidat mana pun dan basis pemilih yang mendukung kandidat lawan yang tidak bisa dipersuasi oleh cara apa pun. Dalam psikologi politik, pemilih yang telah memiliki dukungan terhadap kandidat tertentu cenderung mengabaikan atau kurang memperhatikan pesan dari pihak lawan. Hal itu mempengaruhi pemilih dalam mengevaluasi karakter kandidat dan isi dari pesan politik.

G. Kerangka Pikir

Iklan politik di media cetak dibuat sebagai alat memengaruhi dukungan publik, namun karena realitas keterisolasian iklan dengan preferensi pemilih, tujuan ini tidak efektif untuk memperluas dukungan suara. Iklan politik melalui media cetak Lampung Post, Tribun Lampung dan Radar Lampung dipercaya mampu berpengaruh pada masyarakat dan menciptakan perhatian lewat stimulinya dengan berbagai konsep dan kemasannya. Iklan politik di media cetak Lampung Post, Tribun Lampung dan Radar Lampung dipakai sebagai langkah memperkenalkan diri dan menumbuhkan citra yang baik pada khalayak luas. Pemilih pemula merupakan segmen pemilih yang dianggap masih independen dan belum memiliki afiliasi kuat pada tokoh politik atau


(51)

partai politik tertentu. Karena itu kampanye politik pada pemilih pemula cukup menarik untuk diteliti. Pemilih pemula dalam penelitian ini yang terdiri dari pelajar kelas III atau telah berusia 17 tahun di jenjang SMA, SMK dan MA.

Melihat iklan politik di media cetak khususnya terhadap pemilih pemula maka dalam relevansinya dengan penelitian ini peneliti menggunakan pendapat Roderick Hart dalam Setiyono (2008: 97) menjelaskan iklan politik di media cetak akan terlihat efektif apabila dapat memberikan stimulasi dengan beberapa tahap respon pemilih terhadap iklan politik.

Adapun indikator iklan politik (Variabel X1) meliputi:

a). Cara penyajian iklan, yaitu cara atau strategi yang dilakukan oleh media cetak dalam menempatkan dan menarik minat pembaca untuk mempermudah membaca serta memahami maksud dan isi dari suatu iklan. 1) Intensitas yaitu kualitas dari suatu iklan yang berada disuatu media

cetak.

2) Letak iklan yaitu posisi atau penempatan suatu iklan agar mempermudah seta menarik minat pembaca untuk memahami suatu iklan yang dipasang.

3) Desain yaitu segala hal yang berhubungan dengan pembuatan konsep. 4) Size iklan yaitu ukuran suatu iklan politik yang bertujuan untuk

menarik perhatian para pemilih yang membaca, dalam hal ini iklan dapat berbentuk besar maupun kecil yang dapat dilihat oleh para pemilih yang membacanya.


(52)

b). Substansi yaitu berbagai materi yang akan dilakukan oleh suatu kandidat untuk mencapai suatu tujuan.

1) Track record kandidat yaitu perjalanan karir maupun tingkah laku suatu kandidat yang pernah ia lakukan sehingga para pembaca bisa mengetahui latar belakang pekerjaan maupun tingkah laku suatu kandidat.

2) Visi misi yaitu suatu konsep perencanaan yang disertai dengan tindakan sesuai dengan apa yang direncanakan untuk mencapai suatu tujuan. 3) Program yaitu suatu rancangan kegiatan atau keinginan para kandidat

untuk mengimplementasikan tujuan para kandidat.

4) Profil yaitu biodata ataupun riwayat hidup kandidat yang berisi tempat tanggal lahir, keluarga, alamat, riwayat pendidikan, riwayat pekerjaan, riwayat organisasi serta berbagai penghargaan yang mungkin kandidat raih sebagai suatu pertimbangan bagi pemilih untuk dapat memilih suatu kandidat.

Pemilih pemula dalam penelitian ini diasumsikan sebagai Variabel X2yang terdiri dari pelajar kelas III atau telah berusia 17 tahun di jenjang SMA, SMK dan MA. Adapun indikator dalam Variabel X2 meliputi:

a) Pengetahuan (Knowledge), yaitu ketika seorang pemilih mengetahui beberapa unsur penting mengenai produk kontestan tersebut, baik substansi maupun presentasi, dalam tahap ini juga disebut sebagai tahap seleksi yang terdiri dari beberapa sub indikator yaitu:


(53)

1) Intensitas terhadap iklan kandidat 2) Jenis iklan politik yang dilihat 3) Lokasi melihat iklan

b) Ketertarikan atau Kesukaan (Liking), yaitu tahap di mana seorang pemilih menyukai kontestan tertentu karena satu atau lebih makna politis yang terbentuk di pikirannya sesuai dengan aspirasinya.

c) Preferensi (Preference), tahap di mana pemilih menganggap bahwa satu atau beberapa makna politis yang terbentuk sebagai interpretasi terhadap produk politik. Dalam tahap ini juga disebut sebagai tahap interpretasi yang terdiri dari beberapa sub indikator yaitu:

1) Pemahaman pada individu kandidat

2) Pemahaman terhadap partai asal kandidat

3) tagline atau jargon politik kandidat

4) Tingkat pendidikan kandidat

5) Letak penempatan iklan

d) Keyakinan (Conviction), pemilih tersebut sampai pada keyakinan untuk memilih kontestan tertentu. Dalam tahap ini juga disebut sebagai tahap reaksi.

Efektifitas media cetak dalam penelitian ini diasumsikan sebagai Variabel Y meliputi beberapa indikator sebagai berikut:

a). Memahami opini (opinion understanding), yaitu pemahaman terhadap opini politik.


(54)

b). Merubah keyakinan (changingbeliefs), yaitu iklan media cetak dapat memberikan keyakinan untuk memilih kontestan tertentu atau berubah pada kontestan tokoh politik lainnya.

c) Mempunyai pilihan atau putusan (choice), yaitu seseorang memiliki pilihan terhadap tokoh politik dalam media cetak.

d). Kesadaran (awareness), yaitu jika seseorang dapat mengingat atau menyadari bahwa pihak tertentu merupakan kontestan Pemilu.

Dalam penelitian ini, menurut peneliti efektifitas iklan politk di media cetak Lampung Post, Tribun Lampung dan Radar Lampung terhadap pemilih pemula memiliki relevansi dengan pendapat Roderick Hart hal ini karena iklan politik di media cetak akan terlihat efektif apabila dapat memberikan stimulasi dengan beberapa tahap respon pemilih khususnya pemilih pemula.


(55)

Kerangka Pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut:

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir

IKLAN POLITIK DI MEDIA CETAK HARIAN LAMPUNG

PEMILIHAN GUBERNUR 2014

IKLAN POLITIK (X1) 1.Cara penyajian iklan

- intensitas, letak iklan, desain, size iklan

2. Substansi

- track record, visi misi, program, profil

KOMPETENSI POLITIK(X2) 1. Pengetahuan(Knowledge) 2.Ketertarikan atau

Kesukaan(Liking) 3.Preferensi(Preference)

EFEKTIFITAS MEDIA CETAK (Y) 1.Memahami opini 2.Merubah keyakinan 3.Mempunyai pilihan atau

putusan 4.Kesadaran


(56)

H. Hipotesis

Menurut Winarno Surachman (1956: 58) hipotesis adalah sebuah kesimpulan sementara dan kesimpulan sementara tersebut harus dibuktikan kebenerannya. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Ho: Iklan politik media cetak harian lampung dan kompetensi politik tentang pemilihan Gubernur Lampung tahun 2014 terhadap khalayak pemilih pemula dinyatakan tidak efektif.

Ha: Iklan politik media cetak harian lampung dan kompetensi politik tentang pemilihan Gubernur Lampung tahun 2014 terhadap khalayak pemilih pemula dinyatakan efektif.


(57)

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Penelitian menggunakan tipe penelitian kuantitatif dengan metode eksplanatori. Penelitian eksplanatori tidak hanya sekedar memberikan gambaran mengenai suatu gejala sosial tertentu yang menjadi fokus perhatian yang ingin dijelaskan, tetapi juga bagaimana hubungannya dengan gejala sosial lainnya, dan mengapa hubungannya seperti itu Penelitian eksplanatori bertujuan untuk menjelaskan apa-apa yang akan terjadi bila variabel-variabel tertentu dikontrol atau dimanipulasi secara tertentu. Penelitian ini dapat dikatakan sebagai penelitian pengujian hipotesis yang menguji hubungan sebab akibat diantara variabel yang diteliti, (Mardalis, 2004: 26).

Penelitian kuantitatif di rancang sebagai sebuah penelitian survai yang menggunakan kuesioner untuk pengumpulan datanya. Sehingga pemahaman terhadap hasil analisis tersebut diinterpretasikan kedalam bahasa kualitatif. Pada umumnya cara mengumpulkan data dari sejumlah unit atau individu dalam jangka waktu yang bersamaan dan biasanya jumlah unitnya besar (Arikunto, 2011: 82)

Survei dalam penelitian ini digunakan untuk dapat mengetahui Efektifitas Iklan Politik Media Cetak Harian Lampung Tentang Pemilihan Gubernur


(58)

Lampung Terhadap Khalayak Pemilih Pemula dengan menggunakan kuisioner sebagai instrumen penelitian. Populasi dan pengambilan sampel merupakan rangkaian dalam penyebaran angket kepada khalayak Pemilih Pemula yang bersangkutan. Sehingga untuk memperoleh data-data yang diperlukan peneliti mengunakan serangkaian pertanyaan yang tersusun dalam daftar pertanyaan kuesioner.

B. Definisi Konseptual

Defenisi Konseptual dalam penelitian ini adalah: 1. Efektifitas Iklan Politik Media Cetak

Efektifitas Iklan Politik Media Cetak dimana pun dan kapan pun tingkatannya adalah jelas yaitu harus mempunyai fungsi dan kelebihan untuk mempengaruhi serta mengajak orang lain guna bersama-sama berjuang, bekerja, dan berusaha mencapai satu tujuan bersama. Dalam penelitian ini efektifitas media cetak merupakan fenomena sosial yang diteliti dalam rangka untuk memahami efektifitas iklan politik media cetak Harian Lampung tentang Pemilihan Gubernur Tahun 2014 terhadap khalayak Pemilih Pemula diperlukan kata-kata yang factual karena penelitian ini menggambarkan atau mendeskripsikan Efektifitas Iklan Politik Media Cetak Harian Lampung Tentang Pemilihan Gubernur Lampung Terhadap Khalayak Pemilih Pemula, maka metode yang tepat menurut peneliti adalah metode deskriptif kuantitatif. Penyajian data dan imformasi dideskripsikan dalam bentuk kalimat yang lebih bermakna dan mudah dipahami.


(59)

C. Definisi Operasional

Menurut Singarimbun (1989: 63) menjelaskan bahwa definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberikan pengertian tentang cara mengubah konsep-konsep yang berupa konstruk dengan kata-kata yang menggambarkan perilaku gejala yang dapat diamati dan dapat diuji serta ditentukan kebenarannya oleh orang lain. Dengan demikian variabel dalam penelitian ini mencakup tentang Efektifitas Iklan Politik Media Cetak Harian Lampung Tentang Pemilihan Gubernur Lampung Terhadap Khalayak Pemilih Pemula. Sedangkan instrumen dikembangkan berdasarkan indikator dari kerangka fikir yang dikembangkan dengan melihat indikator masing-masing dari Efektifitas Iklan Politik Media Cetak Harian Lampung Tentang Pemilihan Gubernur Lampung Terhadap Khalayak Pemilih Pemula yang ada pada kerangkua pikir sebelumnya. Peneliti mengelompokan sub indikator pada penelitian ini pada aspek dan indikatornya dapat diuraikan dari kerangka fikir, yang diambil dari: Tabel. Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi Indikator Data

Iklan Politik (X1) 1. Cara penyajian iklan 2. Substansi Kompetensi Politik(X2) 1. Pengetahuan

(Knowledge)

2. Ketertarikan

atau Kesukaan

Iklan politik yang dimuat para kandidat di media dilihat dari cara penyajian dan substansi / isi.

Kompetensi politik yang dimiliki pemilih pemula mengenai para kandidat gubernur.

- Intensitas, letak iklan, desain, size iklan

- Track record, Program, Profil, Visi Misi

-Mengenai iklan politik yand dimuat -Mengenai isi pesan yang disampaikan. -Mengenai

komunikasi politik yang disampaikan. Interval Interval Interval Interval Interval


(1)

3. Struktur Organisasi di Madrasah Aliyah Negeri 1 Bandar Lampung

Kondisi siswa di Madrasah Aliyah Negeri 1 Bandar Lampung yaitu

No Kelas L P Jumlah

1 2 3 4 5

Kelas X Kelas XI IPA

Kelas XI IPS Kelas XII IPA

Kelas XII IPS

146 124 18 120

34

172 162 27 172

34

318 286 45 292

68


(2)

135

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:

1. Dari hasil uji hipotesis dapat dilihat uji t atau t tes didapat t hitung sebesar 0,672. Karena t hitung lebih kecil dari t tabel (0,672<1,67655) pada signifikasi 0,05. Maka iklan politik tidak berpengaruh secara signifikan terhadap efektifitas media cetak terutama pada indikator desain iklan, track record, visi misi, profil serta program kandidat. Hal ini menunjukan bahwa khalayak pemilih pemula tidak terpengaruh terhadap isi pesan yang disampaikan tetapi lebih terpengaruh terhadap apa yang nampak diluar, seperti intensitas munculnya iklan, letak iklan, dan size iklan. Dengan demikian teori agenda setting yang diterapkan oleh media untuk mengubah pemikiran khalayak pemilih pemula tidak berjalan atau gagal.

2. Kompetensi politik berpengaruh secara signifikan terhadap efektifitas media cetak hasil ini dapat dilihat dari Uji t atau t tes didapat t hitung sebesar 5,289. Karena t hitung lebih besar dari t tabel (5,289>1,67655) pada signifikasi 0,05. Maka kompetensi politik berpengaruh secara signifikan terhadap identifikasi pemilih pemula.


(3)

3. Dari hasil pembahasan efektifitas media cetak (indikator Y) terhadap 3 media cetak menunjukkan bahwa dalam indikator Opini terlihat jelas media cetak Lampung Post lebih dominan dalam hal opini sebesar 11,00. Hal ini menunjukan media cetak Lampung Post lebih efektif dalam membentuk opini pemilih pemula. Dalam indikator Keyakinan dapat dilihat dengan jelas bahwa yang mendominasi media cetak Tribun Lampung sebesar 6,13. Hal ini menunjukkan media cetak Tribun Lampung lebih efektif dalam merubah keyakinan pemilih pemula. Sedangkan untuk indikator Pilihan dan Kesadaran Radar Lampung lebih dominan sebesar 7,41 dan 7,59. Hal ini menunjukkan media cetak Radar Lampung lebih efektif dalam hal membentuk pilihan dan kesadaran pemilih pemula.

B. Saran

1. Iklan politik di media cetak harian lampung tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap identifikasi pemilih pemula, diharapkan kedepannya agar media cetak harian lampung seperti Radar Lampung, Tribun Lampung, Lampung Post bisa lebih meningkatkan kualitas penampilannya terutama dari desain iklan, track record, visi misi, program serta profil kandidat. Sehingga penulis memberikan saran baik kepada kandidat maupun media cetak agar lebih mengutamakan pada hal


(4)

137

yang bersifat teknis, seperti intensitas munculnya iklan, size iklan yang besar, dan letak iklan yang strategis pada halaman utama.

2. Kompetensi politik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap identifikasi pemilih pemula. Artinya pemili pemula sudah memilik wawasan dan pengetahun yang cukup terhadap dunia perpoltikan terutama mengenai pemilihan gubernur Lampung pda 2014 yang lalu. 3. Untuk peneliti selanjutnya, diharapkan untuk menambah variabel lain yang dapat dijadika indikator-indikator lanjutan. Hal ini karena masih adanya variabel-variabel lain yang masih belum ditemukan penulis yang masih memiliki hubungan yang berkaitan dengan identifikasi pemilih pemula.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Buku atau Literatur :

Arikunto. 2011. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta.

Arifin, Anwar. 2011. Komunikasi Politik (Filsafat – Paradigma – Teori – Tujuan – Strategi Dan Komunikasi Politik Indonesia). Graha Ilmu. Yogyakarta. ___________. 2006. Pencitran Dalam Politik (Strategi Pemenangan Pemilu

Dalam Prespektif Komunikasi Politik). Pustaka Indonesia. Jakarta.

Budiardjo, Miriam. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Politik. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Budiardjo, Miriam. 2012. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Cangara, Hafied. 2009. Komunikasi Politik. PT Rajagrapindo Persada. Jakarta. Danial, Ahmad. 2009. Iklan Politik Televisi: Modernisasi Kampanye Politik

Pasca Orde Baru. Buana Ilmu Popular. Jakarta.

Efriza. 2012. Political Explore Sebuah Kajian Ilmu Politik. CV. Alfabeta. Bandung.

Firmanzah. 2007. Marketing Politik: Antara Pemahaman dan Realitas. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.

Haryanto. 1984. Partai Politik Suatu Tinjauan Umum. Liberty. Yogyakarta. Kansil, C.S.T. 2005. Sistem Pemerintahan Indonesia. Bumi Aksara. Jakarta. Kaid, Lynda Lee. 2002. Iklan dan Informasi Politik Mencari: Membandingkan

Paparan Melalui Saluran Tradisional, Media Cetak dan Internet. (Edisi Terjemahan Jurnal Periklanan Vol 3 US). Gramedia. Jakarta.

Laila, Hasyim. 1994. Partai Politik Dan Kelompok-Kelompok Penekan. Bina Aksara. Yogyakarta.


(6)

Lee, Monle dan Carla Johnson. 2004. Prinsip-prinsip Pokok Periklanan dalam Perspektif Global. (Edisi Terjemahan). Prenada Media. Jakarta.

Nasution, Zulkarimein. 1990. Komunikasi Politik Suatu Pengantar. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Sastropoetro, Santoso. 1991. Propaganda: Salah Satu Bentuk Komunikasi Massa. Alumni. Bandung.

Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofian. 1989. Metode Penelitian. Jakarta. Pustaka Media.

Setiyono, Budi. 2008. Iklan dan Politik: Menjaring Suara dalam Pemilihan Umum. AdGoal. Jakarta.

Sutopo. 2002. Metode Penelitian. UNS Press. Surakrta.

Sugiyono. 2001. Memahami Penelitian. CV Alfabeta. Bandung.

Syafiie, Inu Kencana & Azhari. 2008. Sistem Politik Indonesia. Redika Aditama. Bandung.

Ziauddin. 2008. Membongkar Kuasa Media. Resisit Book. Yogyakarta. Undang-Undang dan Peraturan Lainnya:

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilu.

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran.

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers beserta Penjelasannya. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label

dan Iklan. Website:

(http://lampost.co/berita/ kampanye-bandar-lampung-iklan-politik-pemilu, diakses tanggal 20 April 2014, pukul 19:45 WIB).

(http://garasikeabadian.blogspot.com/2013/03/pengertian-kompetensi-dalam-skl-dan-sk.html, diakses tanggal 24 maret 2015, pukul 20:05 WIB)