Sinopsis Buku Melukis Pelangi
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
dzalim kepada orang lain; kedua, menjauhi kemaksiatan dan segala dosa, besar maupun kecil; ketiga, menyibukkan diri dengan mengusir
dosa-dosa dalam hati yang merupakan induk dosa. Dari hati itu muncul dosa-dosa anggota badan, misalnya riya’, munafik, ‘ujub, sombong,
tamak, haus kedudukan, dan lain sebagainya. Semua itu hanya bisa dilawan dengan memerangi hawa nafsu; keempat, menyibukkan diri
dengan meninggalkan hasrat, sehingga dia tidak lagi memilih hal lain selain Allah.
71
…. ada yang tidak bisa hilang dariku tentang ajaran orangtuaku: mendirikan shalat lima waktu. Dengan pakaian
yang sebenarnya kurang pantas dikenakan saat ke mushala, jika adzan berkumandang, aku pasti menuju mushala. Akulah murid
Bu Silvia yang tidak pernah ketinggalan membawa perlengkapan shalat. Tak peduli dengan make-up yang sudah
menempel di wajah. Tak peduli dengan busana pilihan di badan. Yang pasti, saat adzan memanggil, aku datang. Aku tak
terlalu pusing orang memandangku sok alim atau aneh karena baju seksi yang kukenakan.
72
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Oki adalah salah satu anak yang sangat memerhatikan ibadah shalatnya. Shalat merupakan wujud
ibadah yang mana diwajibkan untuk semua Muslim baik tua ataupun muda bahkan dikala sehat maupun sakit. Allah memberitahukan bahwa
hikmah penciptaan jin dan manusia adalah agar mereka beribadah
71
Muhammad Sholikhin, Menjadikan Diri Kekasih Ilahi: Nasihat dan Wejangan Spiritual Syekh Abdul Qadir Al-Jilani, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2012, cet. Ke-5, h. 202.
72
Oki Setiana Dewi, Melukis Pelangi: Catatan Hati Oki Setiana Dewi, Jakarta: Mizania, 2011, h. 81.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
kepada-Nya. Hal ini bukan berarti bahwa Allah membutuhkan ibadah mereka, akan tetapi merekalah yang membutuhkan-Nya, karena
ketergantungan mereka kepada Allah. Ibadah adalah perkara tauqifiyyah maka dari itu, ibadah
merupakan sarana yang tepat untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Begitu pula yang dilakukan oleh Oki. Di saat teman-temannya
tak memedulikan seruan adzan yang menandakan waktu shalat telah tiba, ia seorang diri melangkahkan kakinya menuju mushala untuk
menunaikan kewajibannya sebagai seorang hamba. Saat pertama kali menginjakkan kaki di sekolah itu, kalimat
pertamaku, “Ini sekolah umum atau pesantren?” Kulihat kebanyakan siswinya mengenakan jilbab putih yang melambai-
lambai kala angin menerpanya. Aku mulai merasa asing dengan baju seragam yang kukenakan. Sedikit sekali bahkan hampir
tidak ada yang berseragam dengan model baju seperti aku. Aku juga merasa aneh dengan pemandangan yang kulihat: siswa-
siswi di sini begitu santun. Tidak sekadar salam bila berpapasan dengan para guru, tapi juga menciumi tangan
mereka dengan tulus.
Keanehanku tidak berhenti sampai di sini. Tadinya kupikir, sebagai anak baru dari daerah, tentulah akan banyak yang
bekenalan denganku, terutama laki-laki. Tapi tidak begitu, sebab yang kudapati mereka justru acuh saja dengan
keberadaanku. Ketika berkenalan, mereka menelungkupkan tangannya di dada mereka, padahal jelas-jelas aku sudah
mengulurkan tanganku. Hmmm….
Setiap pagi sebelum pelajaran dimulai, melalui speaker yang dipasang di langit-langit setiap kelas, seorang murid membaca
ayat-ayat Al-Qur’an yang harus diikuti seluruh siswa lainnya.