Nilai-nilai Pendidikan Akhlak dalam Buku Melukis Pelangi
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
kepada-Nya. Hal ini bukan berarti bahwa Allah membutuhkan ibadah mereka, akan tetapi merekalah yang membutuhkan-Nya, karena
ketergantungan mereka kepada Allah. Ibadah adalah perkara tauqifiyyah maka dari itu, ibadah
merupakan sarana yang tepat untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Begitu pula yang dilakukan oleh Oki. Di saat teman-temannya
tak memedulikan seruan adzan yang menandakan waktu shalat telah tiba, ia seorang diri melangkahkan kakinya menuju mushala untuk
menunaikan kewajibannya sebagai seorang hamba. Saat pertama kali menginjakkan kaki di sekolah itu, kalimat
pertamaku, “Ini sekolah umum atau pesantren?” Kulihat kebanyakan siswinya mengenakan jilbab putih yang melambai-
lambai kala angin menerpanya. Aku mulai merasa asing dengan baju seragam yang kukenakan. Sedikit sekali bahkan hampir
tidak ada yang berseragam dengan model baju seperti aku. Aku juga merasa aneh dengan pemandangan yang kulihat: siswa-
siswi di sini begitu santun. Tidak sekadar salam bila berpapasan dengan para guru, tapi juga menciumi tangan
mereka dengan tulus.
Keanehanku tidak berhenti sampai di sini. Tadinya kupikir, sebagai anak baru dari daerah, tentulah akan banyak yang
bekenalan denganku, terutama laki-laki. Tapi tidak begitu, sebab yang kudapati mereka justru acuh saja dengan
keberadaanku. Ketika berkenalan, mereka menelungkupkan tangannya di dada mereka, padahal jelas-jelas aku sudah
mengulurkan tanganku. Hmmm….
Setiap pagi sebelum pelajaran dimulai, melalui speaker yang dipasang di langit-langit setiap kelas, seorang murid membaca
ayat-ayat Al-Qur’an yang harus diikuti seluruh siswa lainnya.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Ketika waktu istirahat tiba, mushala sangat penuh karena kebanyakan siswa-siswi melaksanakan shalat Dhuha.
73
Oki yang merupakan murid pindahan begitu kaget melihat sekolah barunya SMUN 1 Depok yang sangat kental dengan nilai-
nilai keislaman. Semua siswinya mengenakan kerudung dan teman- teman lelakinya enggan menyalaminya ketika berkenalan. Mereka
hanya menelungkupkan tangan di dada mereka. Selain itu, setiap pagi sebelum aktivitas pembelajaran di mulai, salah seorang siswa
membaca ayat suci Al-Qur’an melalui speaker yang dipasang di langit- langit setiap kelas, ketika istirahat tiba mushala dipenuhi dengan
siswa-siswi yang akan melaksanakan shalat Dhuha. Hal itu sangatlah aneh di mata Oki karena ia baru menemukan tradisi semacam ini hanya
di sekolah barunya, SMUN 1 Depok. Bentuk ketaqwaan dalam buku Melukis Pelangi ini juga
ditunjukkan oleh sang sutradara, Chaerul Umam. Berikut kutipannya: Tanggung jawab sebagai pemimpin bukan hanya dalam
rutinitas kerja sebagai sutradara. Pernah suatu hari, ketika kami sedang shooting di Magelang, saat itu adzan dzuhur
berkumandang, dan tak banyak bicara Pak Mamang nama panggilan untuk Pak Chaerul Umam langsung break dan
menuju masjid. Saat itu, lokasi shooting seakan bertasbih, karena seluruh kru berada dalam satu shaf melaksanakan shalat
berjamaah, dan Pak Mamang-lah yang mengimami kami. Pak Mamang juga sutradara yang paling berempati dan mendukung
prinsip hidupku, seperti keputusanku untuk tetap berjilbab. Pak
73
Ibid., h. 97-98.