HUBUNGAN FAKTOR PELAYANAN KESEHATAN MENURUT IBU BERSALIN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI KECAMATAN TELUK BETUNG BARAT KOTA BANDAR LAMPUNG PERIODE 2012

(1)

HUBUNGAN FAKTOR PELAYANAN KESEHATAN MENURUT IBU BERSALIN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI KECAMATAN TELUK BETUNG BARAT KOTA BANDAR LAMPUNG

PERIODE 2012 Oleh HARUN AKBAR

101801120 Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA KEDOKTERAN

Pada

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(2)

THE CORRELATION FACTORS OF HEALTH SERVICE ACCORDING TO MOTHER SELECTION OF BIRTH ATTENDANT

IN WEST TELUK BETUNG, BANDAR LAMPUNG

By : HARUN AKBAR

The maternal mortality rate ( mmr ) is one indicator for measuring the maternal health. The facts show more than about 350,000 mothers in the worldwide die every year, the complication resulting from pregnancy and childbirth. The high maternal mortality cases are identified as an indirectly result from three conditions; delayed to know the signs of emergency and late in taking the decisions at the family level, was late in reaching the health service, and was late in getting an adequate medical aid. Aid delivery by health services with obstetrics core competence in health facilities has been associated with health services policy program in an effort to decrease the maternal mortality rate. The purposes of this research is to know the correlation factors of health service according to mother selection of birth attendant in West Teluk Betung, Bandar Lampung 2012. This research is observational with cross sectional methode and the number of samples are 170 people. The inclusion were mothers who delivered in 2012 and registered in integrated health services for mother and toodler. The result analysis shows there are a correlation between selection the birth attendant with the affordable location (p=0,001,OR=4,59) CI 95% 2,174 to 9,750, the health care provider (p=0,001, OR=5,57) CI 95% 2,756 to 11,280, the health service (p=0,001,OR=5,41) CI 95% 2,703 to 10,827. Health care provider as the most dealing factor for selection the birth attendant.

Key words: The affordable location, health service, the selection of birth attendant, health care provider.


(3)

HUBUNGAN FAKTOR PELAYANAN KESEHATAN MENURUT IBU BERSALIN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI KECAMATAN TELUK BETUNG BARAT KOTA BANDAR LAMPUNG

PERIODE 2012

Oleh: HARUN AKBAR

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk mengukur derajat kesehatan perempuan. Fakta menunjukan lebih dari 350.000 di seluruh dunia meninggal setiap tahun akibat komplikasi kehamilan dan persalinan. Tingginya kasus kematian ibu diidentifikasikan pula sebagai akibat tidak langsung dari kondisi tiga terlambat yaitu ;terlambat dalam mengenal tanda bahaya dan mengambil keputusan di tingkat keluarga, terlambat mencapai tempat pelayanan, dan terlambat mendapatkan pertolongan medis yang memadai. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dengan kompetensi kebidanan di fasilitas kesehatan telah dikaitkan dengan kebijakan program pelayanan kesehatan dalam upaya menurunkan angka kematian ibu. Tujuan penelitian ini adalah mengetahu hubungan factor pelayanan kesehatan menurut ibu bersalin dengan pemilihan penolong persalinan di Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung periode 2012. Penelitian ini merupakan observasional dengan rancangan cross sectional dengan jumlah sampel 170 orang. Sampel yang diambil adalah ibu yang melahirkan selama tahun 2012. Hasil analisis menunjukkan ada hubungan pemilihan penolong persalinan dengan keterjangkauan lokasi(p=0,001;OR=4,59) CI 95% 2,174 sampai 9,750, tenaga kesehatan (p=0,001;OR=5,57) CI 95% 2,756 sampai 11,280, fasilitas kesehatan (p=0,001;OR=5,41) CI 95% 2,703 sampai 10,827. Tenaga kesehatan merupakan faktor paling berhubungan dengan pemilihan penolong persalinan.

Kata kunci :Keterjangkauan lokasi, fasilitas kesehatan, pemilihan penolong persalinan, tenaga kesehatan.


(4)

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penulisan ... 7

D. Manfaat Penulisan ... 7

E. Kerangka Teori ... 8

F. Kerangka Konsep ... 9

G.Hipotesis ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Precede-Proceed ... 10

B. Perilaku Persalinan ... 16

C. Pelayanan Kesehatan... 18

III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 26

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 26


(6)

D. Kriteria Inklusi dan Ekslusi ... 28

E. Alur Penelitian ... 29

F. Identifikasi Variabel ... 30

G. Definisi Operasional ... 30

H. RencanaPengolahan dan Analisis Data... 31

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian... ...34

B. Hasil Penelitian... ...35

C. Pembahasan ... ... 43

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan... . ...50

B. Saran ... . ...50

DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN... ... ...


(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Teori... 8 2. Kerangka Konsep ... 9


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Definisioperasional... 30

2. DistribusiKeterjangkaunLokasi... 37

3. DistribusiTenagaKesehatanMenurutIbuBersalin... 38

4. DistribusiFasilitasKesehatan ... 38

5. DistribusiPemilihanPenolongPersalian... 39

6. PengaruhKeterjangkauanLokasidenganPemilihan PenolongPersalinan... 40

7. PengaruhTenagaKesehatandenganPemilihan PenolongPersalian... 41

8. PengaruhFasilitasKesehatandenganPemilihan PenolongPersalinan... 42

9. PengaruhKeterjangkauanLokasi, TenagaKesehatan, Fasilitas Kesehatandenganpemilihanpenolong persalinan...43


(9)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk mengukur derajat kesehatan perempuan. Tingkat kematian ibu merupakan masalah kesehatan yang menarik perhatian WHO. Fakta menunjukan lebih dari 350.000 di seluruh dunia meninggal setiap tahun akibat komplikasi kehamilan dan persalinan (Priyanto, 2009). World Health Organization (WHO) pada tahun 2005 menyatakan bahwa Indonesia merupakan salah satu Negara penyumbang AKI terbesar di dunia dan di Asia Tenggara dengan AKI sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup (KH), sedangkan Thailand sebesar 129 per 100.000 KH, Malaysia jauh lebih baik yaitu hanya sekitar 39 per 100.000 KH dan Singapura sudah sangat baiksebesar 6 per 100.000 KH. Hasil Survei demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 melaporkan AKI sebesar 228 per 100.000 KH, namun laporan WHO yang dikutip oleh Depkes RI tahun 2008 AKI di Indonesia disebutkan mencapai 420 per 100.000 KH.


(10)

Sebagian besar kematian ibu terjadi selama melahirkan dan periode postpartum langsung, dengan penyebab utama akibat komplikasi obstetric seperti perdarahan, sepsis, partus lama dan gangguan pada saat melahirkan, gangguan hipertensi dan komplikasi aborsi (Chowdhury, 2009). Di Indonesia, sekitar 28 persen kematian ibu disebabkan karena perdarahan, 13 persen ekslampsi atau gangguan akibat tekanan darah tinggu saat kehamilan, 9 persen partus lama, 11 persen komplikasi abprsi dan 10 persen akibat infeksi (UNDP, 2005; Depkes, 2010).

Menurut World Health Organization AKI ditahun 2011, 81 % diakibatkan karena komplikasi selama kehamilan, persalinan, dan nifas.Bahkan sebagian besar dari kematian ibudisebabkan karena perdarahan, infeksi dan preeklamsia.Saat ini AKI berdasarkan SDKI 2007 masih cukup tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara di ASEAN.Angka Kematian Ibu saat ini adalah 228 per 100.000 kelahiran hidup dari target MDGS 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (Kemenkes, 2011).

Tingginya kasus kematian ibu diidentifikasikan pula sebagai akibat tidak langsungdari kondisi “tiga terlambat” yaitu; terlambat dalam mengenal tanda bahayadan mengambil keputusan di tingkat keluarga, terlambat mencapai tempat pelayanan, dan terlambat mendapatkan pertolongan medis yang memadai (Depkes, 2008).


(11)

kebidanan di fasilitas kesehatan telah dikaitkan dengan kebijakan program pelayanan kesehatan dalam upaya menurunkan angka kematian ibu.Para ahli kesehtan ibu sepakat bahwa kehadiran tenaga kesehatan selama persalinan dan periode awal postpartum, merupakan kunci yang penting untuk mengurangi kematian ibu.

Persalinan yang dibantu oleh tenaga kesehatan terlatih terbukti mengurangi resiko kematian ibu (WHO, 2008).Kehadiran tenaga kesehatan dalam persalinan secara luas dianggap sebagai salah satu strategi intervensi yang paling penting dalam upaya meningkatkan kesehatan ibu di Negara dengan sumberdaya rendah (Meda et al., 2008).

Di banyak Negara berkembang, mayoritas persalinan terjadi tanpa bantuan seorang tenaga kesehatan terlatih (bidan, perawat dilatih sebagai bidan, atau dokter).Persalinan masih terjadi dirumah dan bukan fasilitas kesehatan (Anna, 2006). Di Indonesia, secara nasional pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan cukupnya sudah mencapai 82,3 persen, namun demikian angka ini masih berada di bawah target yang ditetapkan yakni sebesar 85 persen.Disamping itu baru 59,4 persen perempuan usia produktif memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk persalinan, bahkan di beberapa provinsi pemanfaatan fasilitas kesehatan untuk persalinan masih rendah (Depkes, 2010). Mahalnya biaya transportasi untuk mencapai pelayanan seringkali dikaitkan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan (Sabardianto, 2008;Elfemi, 2003).


(12)

dengan jarak tempat tinggal dan waktu tempuh ke sarana kesehatan (Depkes, 2007;Rosmini, 2002;Yuswandi, 2006).Walaupun jarak tempuh dan kemudahan ke sarana kesehatan tidak selalu dapat menerangkan kaitannya dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu secara bermakna (Kristianti, 2008; Eryando, 2006).

Berdasarkan kesepakatan global Millenium DevelopmentGoals (MDGs) tahun2000, pada tahun 2015 diharapkan AKI menurun dari 228 pada tahun 2007 menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup. Millenium DevelopmentGoals (MDGs) merupakan Deklarasi Milenium hasil kesepakatan kepala negara dan perwakilan dari 189 negara Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang mulai dijalankan pada September 2000, berupa delapan butir tujuan untuk dicapai pada tahun 2015. Targetnya adalah tercapai kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat pada tahun 2015.Sebagai wujud pelaksanaan MDGs butir 5 tersebut, maka sejak bulan Maret 2011 pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan memberlakukan sebuah kebijakan baru yang disebut Jaminan Persalinan atau dikenal dengan sebutan Jampersal.Jampersal memiliki tujuan untuk menghilangkan hambatan finansial bagi ibu hamil untuk mendapatkan jaminan persalinan, yang termasuk pemeriksaan kehamilan, pelayanan nifas termasuk KB setelah persalinan, dan pelayanan bayi baru lahir sebagai upaya mengurangi AKI(Kemenkes, 2011).


(13)

antenatal care(ANC), pertolongan persalinan, pemeriksaan postnatal care (PNC) oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan pemerintah (puskesmas dan jaringan) dan fasilitas kesehatan swasta yang tersedia fasilitas persalinan (klinik / rumah bersalin, dokter praktik, bidan praktik) dan yang telah menandatangani Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan tim pengelola Jampersal kabupaten/kota.Selain itu juga pemeriksaan kehamilan dengan resiko tinggi dan persalinan dengan penyulit dan komplikasi dilakukan secara berjenjang di puskesmas dan rumah sakit berdasarkan rujukan (Kemenkes, 2011).

Angka Kematian Ibu di Kota Bandar Lampung dari tahun ke tahun cenderung mengalami penurunan terutama pada tahun 2009, jumlah ibu yang bersalin oleh tenaga kesehatan mencapai 90.93%, Ibu hamil yang melakukan pelayanan persalinan di bukan tenaga kesehatan dari Januari 2012- Oktober 2013 di Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung yang berjumlah 293 orang.Untuk ibu yang ingin melakukan persalinan di Teluk Betung Barat dapat dilakukan di 5 Puskesmas pembantu, 28 Bidan swasta, 48 dukun (Dinkes Bandar Lampung, 2009).

Dari data yang di dapat di Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung khususnya Kecamatan Seukarame II dari 94 persalinan 11 persalinan ( 11,7%) bersalin di dukun dan dan 83 persalinan ( 88,29%) dilakukan di fasilitas kesehatan.Padahal daerah tersebut masih merupakan daerah Kota Bandar Lampung.Sejumlah 1 bayi dari 1 persalinan yang di lakukan di bukan fasilitas kesehatan di Kelurahan Sukarame II meninggal dunia akibat sebab yang belum diketahui, di kecamatan itu juga masih ada 4


(14)

puskesmas yang tidak memiliki induknya, seperti Negeri Olok Gading,Kuripan, Batu Putuk, Bakung.

Pelaksanaan Jampersal di Kota Bandar Lampung dilakukan dengan sistem klaim, yang artinya pelayanan Jampersal terlebih dahulu diberikan oleh Fasilitas Kesehatan dan kemudian dilaporkan kepada pengelola program Jampersal di Dinas Kesehatan. Pihak Fasilitas Kesehatan yang dimaksud adalah pihak yang sudah terlebih dahulu melakukan Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung.Fasilitas Kesehatan yang dimaksud diatas yaitu bidan praktik, rumah bersalin, dan rumah sakit merupakan pelaksana langsung dari program ini yang tersebar di seluruh wilayah Kota Bandar Lampung.Di bawah naungan Puskesmas, klaim yang mereka ajukan serta bukti pelayanan yang mereka berikan akan diajukan kepada Dinas Kesehatan dan Dinas Kesehatan akan memberikan dana yang sesuai dengan bukti klaim. Dinas Kesehatan akan memberikan dana yang sesuai dengan pelayanan yang diberikan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, yang menjadi perumusan masalah yaitu: “Apakah ada hubungan faktor pelayanan kesehatan menurut ibu bersalin dengan pemilihan penolong persalinan di Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung periode 2012”?.


(15)

1. Tujuan Umum:

Mengetahui hubungan faktor pelayanan kesehatan menurut ibu bersalin dengan pemilihan penolong persalinan di Kecamatan Teluk Betung Barat, Kota Bandar Lampung periode 2012

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui hubungan keterjangkauan lokasi pelayanan kesehatan dengan pemilihan penolong persalinan di Kecamatan Teluk Barat, Kota Bandar Lampung.

b. Mengetahui hubungan tenaga kesehatan menurut ibu bersalin dengan pemilihan penolong persalinan di Kecamatan Teluk Barat, Kota Bandar Lampung.

c. Mengetahui hubungan fasilitas pelayanan kesehatan menurut ibu bersalin dengan pemilihan penolong persalinan di Kecamatan Teluk Barat, Kota Bandar Lampung.

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Pemerintah

Penelitian ini diharapkan dapat agar dapat meningkatkan layanan persalinan di fasilitas kesehatan. Sehingga membantu pelaksanaan evaluasi penurunan angka kematian pada ibu dan bayi di Kota Bandar Lampung. Seperti yang diketahui bersama hal ini termasuk dalam point MDGs ke-4 dan ke-5 tentang kesehatan Ibu dan Anak.


(16)

2. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini dapat menambah bahan referensi dan dapat menjadi bahan untuk penelitian lebih lanjut tentang MDGs di Indonesia khususnya point ke-4 dan ke-5.

3. Bagi Penulis

Digunakan untuk naskah publikasi dan menambah pengetahuan. 4. Bagi Peneliti lain

Diharapkan dapat berguna sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya.

E. Kerangka Teori

Menurut Green & Kreuter pendekatan untuk menciptakan pelaksanaan dan evaluasi dalam program promosi kesehatan adalah model Procede-Proceedyang memiliki 8 fase. Fokus penelitian ini pada fase ke 3 yaitu faktor pemungkin terdiri dari tenaga kesehatan, keterjangkauan lokasi, fasilitas ( Green&Kreuter, 2005). Penjelasan teori seperti gambar 2.1

Gambar 1.1 Teori Precede- Proceed (Green & Kreuter, 2005) F. Kerangka Konsep


(17)

Variabel independen Variabel dependen

Gambar 2.3 Bagan Kerangka Konsep.

G. Hipotesis

Berdasarkan kerangka konsep maka dapat diturunkan suatu hipotesis bahwa :

1. Terdapat hubungan antara keterjangkauan lokasi menurut ibu bersalin dengan pemilihan penolong persalinan di Kecamatan Teluk Betung Barat, Kota Bandar Lampung periode 2012.

2. Terdapat hubungan antara tenaga kesehatan menurut ibu bersalin dengan pemilihan penolong persalinan di Kecamatan Teluk Betung Barat, Kota Bandar Lampung periode 2012.

3. Terdapat hubungan antara fasilitas kesehatan menurut ibu bersalin dengan pemilihanpenolong persalinan di Kecamatan Teluk Betung Barat, Kota Bandar Lampung periode 2012.

Analisis Faktor

 Keterjangkauan lokasi menurut ibu bersalin

 Tenaga Kesehatan meurut ibu bersalin

 Fasilitas kesehatan menurut ibu bersalin

pemilihanpenolo ng persalian


(18)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Model Precede- Proceed

Perilaku kesehatan dianggap sebagai dipengaruhi oleh faktor-faktor individu maupun lingkungan, dan karena itu memiliki dua bagian yang berbeda.Pertama PRECEDE (Predisposing, Reinforcing, Enabling, Constructs in, Educational/Ecological, Diagnosis, Evaluation). Kedua PROCEED(Policy,Regulatory, Organizational, Constructs in, Educational, Enviromental, Development). Salah satu yang paling baik untuk perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program promosi kesehatan adalah model Precede- Proceed. Precede bagian dari fase (1-4) berfokus pada perencanaan program, dan bagian Proceed fase (5-8) berfokus pada implementasi dan evaluasi.Delapan fase dari model panduan dalam menciptakan program promosi kesehatan, dimulai dengan hasil yang lebih umum dan pindah ke hasil yang lebih spesifik.Secara bertahap, proses mengarah ke penciptaan sebuah program, pemberian program, dan evaluasi program (Fertman, 2010).


(19)

Gambar1. Precede Proceed Green & Kreuter, 2005)

Delapan Fase Procede-Proceed (Fertman, 2010): Fase 1: Penilaian Sosial

Dalam fase ini, program menyoroti kualitas dari hasil keluaran—secara spesifik, indikator utama sosial dari kesehatan dalam populasi spesifik (contohnya derajat kemiskinan, rata-rata kriminalitas, ketidakhadiran, atau tingkat pendidikan yang rendah) yang berefek kepada kesehatan dan kualitas hidup.Sebagai contoh, pada pekerjaan industriyang kumuh dan berbahaya dengan rata-rata kecelakaan yang tinggi, sedikitnya pelayanan kesehatan, dan keterbatasan kesediaan makanan diluar pedangang keliling, pekerja mungkin merasa tidak aman dan menjadi tidak sehat selama kondisi bekerja.


(20)

Fase 2: Penilaian Epidemiologi

Dalam fase kedua, setelah spesifik masalah sosial yang berkaitan dengan buruknya kualitas kehidupan dalam fase pertama, program mengidentifikasi mana masalah kesehatan atau faktor lain yang berperan dalam perburukan kualitas hidup. Masalah kesehatan akan dianalisis berdasarkan dua faktor: pentingnya dalam artian bagaimana hubungannya dengan masalah kesehatan untuk mengidentifikasi indikator sosial dalam penilaian sosial dan bagaimana menerima untuk merubah masalah kesehatan yang ada. Setelah prioritas utama maslah kesehatan stabil, identifikasi dari determinan yang mengarah pada munculnya masalah kesehatan. Detailnya, adalah apa faktor lingkungan, faktor prilaku, dan indikator genetik yang mengarah kepada permasalahan kesehatan yang spesifik? Kepentingan yang sama dan analisis perubahan akan menampilkan identifikasi faktor mana yang menjadi target dalam program promosi kesehatan. Melanjutankan dari contoh sisi pekerjaan, program akan mengumpulkan data masalah kesehatan dalam populasi yang akan mengarahkan kepada ketidakpedulian, seperti obesitas, penyakit hati, kanker, dan penyakit menular. Setelah penyakit diurutkan berdasarkan kepentingan dan kemampuan untuk diubah, perencana akan memilih salah satu masalah kesehatan. Langkah selanjutnya dalam penilaian ini adalah akan mengidentifikasi penyebab utama dari penyakit tersebut, seperti faktor lingkungan (contohnya racun, kondisi kerja yang penuh tekanan, atau kondisi pekerjaan yang tidak terkontrol), faktor prilaku (contohnya


(21)

sedikitnya aktivitas fisik, diet yang buruk, merokok, atau konsumsi alkohol), dan faktor genetik (contohnya riwayat keluarga). Pentingnya dan perubahan data akan dianalisis, dan kemudian satu atau beberapa dari faktor resiko ini akan dipilih menjadi fokus. Untuk melengkapi fase ini, tujuan status kesehatan, perilakuobjektif, dan lingkungan objek akan disusun.

Fase 3: Penilaian Pendidikan dan Ekologis

Fokus dalam fase 3 berganti menjadi faktor mediasi yang membantu atau menghindarkan sebuah lingkungan positif atau prilaku positif. Faktor-faktor ini dikelompokan kedalam tiga kategori: faktor-faktor predisposisi, faktor-faktor pemungkin dan faktor-faktor penguat (Green &Kreuter,2005).Faktor-faktorpredisposisi adalah yang dapat mendukung atau mengurangi untuk memotivasi perubahan, seperti sikap dan pengetahuan.Faktor-faktor pemungkin adalah yang dapat medukung atau mengurangi dari perubahan, seperti sumber daya atau keahlian.Faktor-faktor penguat yang dapat membantu melanjutkan motivasi dan merubah dengan memberikan umpan balik atau penghargaan.Faktor-faktor ini dianalisis berdasarkan pentingnya, perubahan, dan kemungkinan (adalah, seberapa banyak faktor yang mungkin dapat dimasukan dalam sebuah program).Faktor-faktor kemudian dipilih untuk disajikan sebagai dasar untuk pengembangan program, dan keobjektifitasan pendidikan yang telah disusun.


(22)

Fase 4:Administrasi & Penilaian Kebijakan& Keselarasan Intervensi

Fokus utama dalam administrasi dan penilaian kebijakan dan keselarasan intervensi dalam fase ke empat adalah pemastian kenyatan, unuk meyakinkan bahwa ini ada dalam aturan (sekolah, tempat kerja, organisasi pelayanan kesehatan, atau komunitas) semua dukungan yang memungkinkan, pendanaan, kepribadian, fasilitas, kebijakan dan sumber daya lainnya akan ditampilkan untuk mengembangkan dan pelaksanaan program. Pada contoh tempat kerja sebelumnya, sisi kebijakan dan prosedur akan diulas, diperbaiki, dibentuk dan dilaksanakan. Seperti poin ini, ada penilaian pada sisi untuk menjelaskan tepatnya apa hal yang diperlukan untuk menjalankan program dengan baik sebagaimana dikemukakan tingkat pendanaan, kebutuhan ruang (mungkin sebuah kelas, sebuah tempat kebugaran, perubahan ruangan, atau shower yang diperlukan, sebagai contoh), dan beberapa barang dan juga untuk memeriksa detail kaitan penyebaran program, seperi bagaimana untuk merekruit dan menjaga partisipasi dalam program.

Fase 5: Implementasi atau Pelaksanaan

Penyampaianprogram terjadi selama fase 5.Juga, proses evaluasi (fase 6), yang mana dalam fase evaluasi yang pertama, terjadi dengan simultas dengan pelaksanaan program.


(23)

Fase 6: Proses Evaluasi

Proses evaluasi adalah sebuah evalusi yang formatif, sesuatu yang muncul selama pelaksanaan program. Tujuannya adalah untuk mengumpulkan baik data kuantitatif dan kualitatif untuk mengakses kemungkinan dalam program sebagaimana untuk meyakinkan penyampaian program yang berkualitas. Sebagai contoh, kehadiran partisipan, dan perilaku selama berjalannya program akan dikumpulkan, sebagaimana sebuah penilaian sebagaimana baiknya rencana yang tertulis (menjelaskan isi dari yang telah disampaikan, bagaimana itu akan disampaikan, dan seberapa banyak waktu yang dialokasikan) menyelaraskan dengan penyampaian sebenarnya dari pelajaran (apa isi yang sebenarnya yang telah disampaikan, bagaimana itu disampaikan, dan seberapa banyak waktu yang diperlukan untuk menyampaikan itu). Pencapaian pendidikan dari tujuan juga diukur dalam fase ini.

Fase 7: Pengaruh Evaluasi

Fokus dalam fase ini adalah evaluasi sumatif, yang diukur setelah program selesai, untuk mencari tahu pengaruh interfensi dalam prilaku atau lingkungan. Waktunya akan bervariasi mulai dari sesegera mungkin setelah selesai dari menyelesaikan aktivitas intervensi sampai beberapa tahun kemudian.


(24)

Fase 8: Hasil atau Keluaran Evaluasi

Fokus dari fase evualusi terakhir sama dengan fokus ketika semua proses berjalan – indikator evaluasi dalam kualitas hidup dan derajat kesehatan.

B. Perilaku Persalinan 1. Perilaku

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup)yang bersangkutan.Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh–tumbuhan, hewan sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktifitas.Sehingga yang dimaksud perilaku manusia, adalah tindakan atau aktifitas manusia darimanusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas.Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati pihak luar(Notoatmodjo, 2003).

Skiner (1938) seorang ahli perilaku mengemukakan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).Perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skiner ini disebut teori stimulus-organisme-respons (Notoatmodjo, 2003).


(25)

Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu:

a. Awarness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

b. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.

c. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya).

d. Trial, orang mulai mencoba perilaku.

e. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus(Notoatmodjo, 2003).

Di samping bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, dan kepercayaan, tradisi dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan, ketersediaan fasilitas dan sikap perilaku para petugas kesehatan akan mendukung dan memperkuat perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2003).

Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan, membagi perilaku ke dalam 3 domain yaitu cognitive domain, afektif domain, psychomotor domain.Ketiga domain itu diukur dari pengetahuan, sikap, praktik atau tindakan (Notoatmodjo, 2003).


(26)

2. Persalinan

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun ke dalam jalan lahir. Persalinan adalah serangkaian kejadian pada ibu hamil yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh si ibu (Prawirohardjo, 2009). Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18-24 jam tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Mochtar, 2007).

3. Fisiologi Persalinan

Persalinan normal berlangsung dalam 4 kala yaitu pada kala I servik membuka sampai terjadi pembukaan 10 cm yang dinamakan kala pembukaan, kala 2 disebut kala pengeluaran, karena berkat kekuatan His dan tenaga mengedan ibu serta dorongan janin didorong keluar sampai lahir.Kala 3 disebut kala Uri dimana plasenta terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan. Kala 4 mulai dari plasenta lahir sampai 2 jam post partum (Prawirohardjo, 2009).

C. Pelayanan Kesehatan 1. Pengertian

Setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,


(27)

mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan atupun masyarakat.Sesuai dengan batasan seperti di atas, mudah dipahami bahwa bentuk dan jenis pelayanan kesehatan yang ditemukan banyak macamnya (Depkes, 2009).

Semua ini ditentukan oleh:

a. Pengorganisasian pelayanan, apakah dilaksanakan secara sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi.

b. Ruang lingkup kegiatan, apakah hanya mencakup kegiatan pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit, pemulihan kesehatan atau kombinasi dari padanya.

Menurut Hodgetts dan Casio, jenis pelayanan kesehatan secara umum dapat dibedakan atas dua, yaitu :

a. Pelayanan kedokteran: Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok pelayanan kedokteran (medical services) ditandai dengan cara pengorganisasian yang dapat bersifat sendiri (solo practice) atau secara bersama-sama dalam satu organisasi. Tujuan utama untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan, serta sasaran terutama untuk perseorangan dan keluarga.

b. Pelayanan kesehatan masyarakat: Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok kesehatan masyarakat (public health service) ditandai dengan cara pengorganisasian yang umumnya secara bersama dalam suatu organisasi.


(28)

Tujuan utamanya adalah memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit, serta sasarannya untuk kelompok dan masyarakat. Hak atas kesehatan mengandung dua unsur penting yaitu unsur kebebasan mengontrol tubuh sendiri, termasuk kemampuan untuk mengambil segala keputusan yang berakibat pada kesehatan seseorang dan unsur ketersediaan akses pelayanan kesehatan yang juga mencakup berbagai program pencegahan dan informasi kesehatan yang memadai.Dengan demikian setidaknya ada empat elemen yang harus dipenuhi oleh pemerintah untuk menjamin pemenuhan hak atas kesehatan masyarakat, yaitu:

a. Ketersediaan (Availibility): Fasilitas pelayanan dan program harus disediakan oleh negara dengan jumlah yang memadai.

b. Dapat diakses (Accessibility):

1. Tidak diskriminatif (non-discrimination)

2. Dapat diakses secara fisik (Physical accessibility) 3. Dapat diakses secara ekonomi (Economic accessibility)

4. Hak untuk mencari, menerima informasi dan ide-ide yang berkaitan dengan kesehatan (Information accessibility)

c. Dapat diterima (Acceptability): termasuk dihargai, penegakan kode etik, penyesuaian budaya pada pelayanan kesehatan.

d. Kualitas (Quality): pelayanan yang berkualitas baik, tenaga medis yang memadai.


(29)

2.Ketersediaan Fasilitas

Menurut Teori Lawrence Green, perilaku kesehatan seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor pemungkin yang salah satunya berupa ketersediaan fasilitas.Menurut teori model penggunaan pelayanan kesehatan oleh Anderson (1979) yang didasarkan pada tipe model sistem kesehatan.Perilaku kesehatan seseorang dipengaruhi oleh ketersediaan fasilitas di suatu tempat pelayanan kesehatan.

Perilaku seseorang dalam mendapatkan pelayanan kesehatan juga dipengaruhi oleh mutu pelayanan kesehatan.Sedangkan untuk menilai kualitas suatu pelayanan kesehatan dapat dilihat dari beberapa aspek.Pendekatan kualitas pelayanan kesehatan dapat ditinjau dari beberapa aspek, salah satunya adalah struktur.Struktur adalah sarana fisik perlengkapan dan peralatan, organisasi dan manajemen, keuangan, sumber daya manusia dan sumber daya lainnya di fasilitas kesehatan(Wijono,1997).

Tim kerja dari organisasi kesehatan dunia atau WHO (1984) menyebutkan perilaku kesehatan seseorang karena adanya 4 alasan pokok: pemikiran dan perasaan (thought and feeling), sikap, sumber-sumber daya, culture.Sumber daya di sini mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga, dan sebagainya.Semua itu berpengaruh terhadap perilaku seseorang atau kelompok masyarakat.Pengaruh sumber daya terhadap perilaku dapat bersifat positif maupun negatif.Misalnya pelayanan puskesmas, dapat berpengaruh positif terhadap perilaku penggunaan puskesmas tetapi juga dapat berpengaruh sebaliknya.Fasilitas yang baik akan mempengaruhi sikap dan perilaku pasien, pembentukan fasilitas


(30)

yang benar akan menciptakan perasaan sehat, aman, dan nyaman.Setiap fasilitas pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial mempunyai pandangan yang mungkin menambahi atau mengurangi kepuasan pasien dan penampilan kerja (Kotler, 1997).

3.Jaminan Persalinan (Jampersal)

Jampersal adalah jaminan pembiayaan untuk pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pemeriksaan nifas, termasuk pelayanan KB setelah persalinan dan pemeriksaan bayi baru lahir yang biayanya dijamin oleh pemerintah.Sedangkan untuk klaim, dapat diajukan sepanjang memenuhi ketentuan yang diatur dalam Permenkes No 631 Tahun 2011 tentang Juknis (Petunjuk Teknis) Jampersal yang meliputi: a. Dokumen klaim yang lengkap

b. Pelayanan diberikan di fasilitas kesehatan yang telah ditentukan c. Klietidak dijamin oleh pihak/asuransi lain

d. Telah diverifikasi oleh Tim Pengelola Kabupaten/Kota

Jampersal merupakan salah satu terobosan yang ditempuh pemerintah dalam usaha menurunkan AKI dari 228 per 100.000 kelahiran hidup pada 2007 menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015.Jampersal dilaksanakan di seluruh kabupaten/kota di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.Pelayanan tersedia di fasilitas kesehatan pemerintah seperti Puskesmas,Puskesmas Pembantu, Poskesdes, Rumah Sakit.Juga di fasilitas kesehatan swasta seperti praktik swasta, klinik swasta, bidan praktik swasta, klinik bersalin atau


(31)

rumah sakit swasta yang yang memiliki Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan Dinas Kesehatan kabupaten/kota.

Sasaran Jampersal adalah Ibu hamil dan nifas yang belum memiliki jaminan pembiayaan persalinan (setelah melahirkan sampai 42 hari), serta bayi baru lahir(0-28 hari).Untuk mendapatkan pelayanan jampersal,cukup dengan menunjukkan kartu identitas diri (Kemenkes, 2011).

Pelayanan Jampersal untuk ibu hamil terdiri dari:

a. Pemeriksaan kehamilan; Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan, pengukuran tekanandarah, pemeriksaan status gizi,pemeriksaan janin, pemberian tablet tambah darah, pemberian imunisasi tetanus toksoid, konsuntasi kesehatan ibu hamil, tanda bahaya, persiapan persalinan, nasihat kebutuhan gizi, KB, pemberian ASI eksklusif dan perawatan bayi baru lahir.Jika ada penyulit/komplikasi, akan dirujuk untuk mendapatkanpemeriksaan dan pelayanan lenih lanjut.

b. Pelayanan Jampersal untuk ibu bersalin dan bayi baru lahir; Persalinan normal, perawatan bayi baru lahir normal termasuk Inisiasi Menyusu Dini (IMD), imunisasi bayi baru lahir, pemberian kapsul vitamin A pada ibu, konsultasi menyusu dini dan rawat gabung. Jika ada penyulit/komplikasi, akan dirujuk untuk mendapatkanpemeriksaan dan pelayanan lebih lanjut.


(32)

c. Pelayanan Jampersal untuk ibu nifas dan bayi baru lahir ; Pengukuran tekanan darah, pemeriksaan nifas, pemberian kapsul vitamin A pada ibu, pemeriksaan dan perawatan bayi baru lahir, pelayanan KB pasca melahirkan pada masa nifas, nasihat kebutuhan gizi, KB, pemberiasn ASI eksklsif dan perawatan bayi baru lahir.Jikaada penyulit/komplikasi, akan dirujuk untuk mendapatkanpemeriksaan dan pelayanan lenih lanjut.

4.Keterjangkauan Lokasi

Akses terhadap pelayanan (Acsess to Services) meliputi akses geografis.Termasuk dalam kompetensi teknis yang dapat memepengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan pada seseorang. Salah satu pertimbangan pasien dalam menentukan sikap untuk mendapatkan pelayanan kesehatan adalah jarak yang ditempuh dari tempat tinggal pasien sampai ke tempat sumber perawatan.

Lokasi pelayanan kesehatan yang berada di lingkungan sosial ekonomi rendah biasanya yang berkunjungjuga dari masyarakat miskin, karena orang berpenghasilan tinggi tidak akan datang ke lingkungan miskin untuk perawatan medis (Kotler, 1984; Harmesta dan Suprihantom, 1995).Lokasi adalah yang paling diperhatikan bagi pencari pelayanan kesehatan karena jarak yang dekat akan mempengaruhi bagi pencari pelayanan kesehatan untuk berkunjung.Suatu studi mengatakan bahwa alasan yang penting untuk memilih rumah sakit adalah yang dekat dengan lokasi.


(33)

5.Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan, memiliki pengetahuan dan keterampilam melalui pendidikan di bidang kesehatan yang memerlukan kewenangan dalam menjalankan pelayanan kesehatan( UU Nomor 23 Tahun 1992) tenaga kesehatan yang diatur dalam Pasal 2 ayat (2) sampai dengan ayat (8) Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang tenaga kesehatan terdiri dari :

1. Tenaga medis terdiri dari dokter dan doktergigi; 2. Tenaga keperawatan terdiri dari perawat dan bidan;

3. Tenaga kefarmasian terdiri dari apoteker, analis farmasi dan asisten apoteker;

4. Tenaga kesehatan masyarakat meliputi epidemiolog kesehatan, entomolog kesehatan, mikrobiolog kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator kesehatan dan sanitarian;

5. Tenaga gizi meliputi nutrisionis dan dietisien;

6. Tenaga keterapian fisik meliputi fisioterapis, okupasiterapis dan 7. terapis wicara;

8. Tenaga keteknisian medis meliputi radiografer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi elektromedis, analis kesehatan, refraksionis optisien, othotik prostetik, teknisi tranfusi dan perekam medis.


(34)

III. METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan observasional dengan rancangancross sectional, yaitu pengukuran variabel-variabelnya dilakukan hanya satu kali pengamatan pada waktu tertentu.Metode pengumpulan data secara kuantitatif menggunakan alat penelitian dalam bentuk pengisian kuesioner dengan wawancara terpimpin.

B. Tempat dan Waktu

Penelitian dilakukan pada 29 November - 29 Desember 2013 di Kecamatan Teluk Betung Barat, Kota Bandar Lampung pada saat pelaksanaan posyandu bulan November dan Desember 2013.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang melakukan pelayanan persalinan selama tahun 2012 yang tercatat dalam laporan kohort 5 puskesmas pembantu (Olok gading, Sukarame II, Batu Putuk,


(35)

Kuripan, dan Bakung ) di Kecamatan Teluk Betung Barat, Kota Bandar Lampung yang tercatat berjumlah 293 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil dengan menggunakan teknik sampling, jumlahnya ditentukan oleh rumus atau suatu uji olah data dari suatu penelitian tertentu (Machfoedz, 2013). Untuk menetukan jumlah sampel digunakan rumus (Notoadmojo,2002) yaitu:

n = N 1+N(d2) Keterangan : N = besar Populasi n = besar Sampel

d = penyimpangan atau ketetapan yang ditinjaukan (0,05)

Hasil perhitungan: n = N

1+N(d2) = 293 1+293(0,052) = 293 1+0,7325 = 293

1,7325


(36)

Sehingga dibutuhkan sampel minimal sebanyak 170 orang, dimana semua populasi yang memenuhi kriteria inklusi diambil sebagai responden dan dalam penentuan sampel menggunakan teknik purposive sampling.Pengambilan sampel dilakukan pada 6 posyandu di 3 puskesmas pembantu di 3 kelurahan, yaitu Olok Gading, Batu Putuk, dan Sukarame II.

D. Kriteria Inklusi dan Ekslusi

Adapun kriteria inklusi sampel dari penelitian ini adalah :

a.Ibu dari balita yang terdaftar di posyandu pada daerah Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung

b.Ibu yang melakukan persalinan selama tahun 2012

Kriteria Eksklusi yang dipakai dalam penelitian ini adalah: Ibu tidak bersedia menjadi responden.


(37)

E. Alur Penelitian

Adapun prosedur penelitian sebagai berikut:

Studi pendahuluan

Meminta izin penelitian pada pihak Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung agar dapat mengumpulkan data di 5 puskesmas pembantu, di 5 Kelurahan, di

Teluk Betung Barat, Kota Bandar Lampung

Menyiapkan kuisioner dan alat/bahan lain yang diperlukan

Uji pendahuluan kuisioner

Melakukan informed consent

Pengisian identitas responden

Wawancara dengan responden untuk pengisian kuesioner

Melakukan pengolahan dan analisis data


(38)

F. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel bebas adalah variabel yang apabila nilainya berubah akan mempengaruhi variabel yang lain (Sopiyudin, 2008).Variabel depenen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen.Variabel dalam penelitian ini yaitu:

a. Variabel independen yaitu keterjangkaun lokasi menurut ibu bersalin, tenaga kesehatan menurut ibu bersalin, fasilitas kesehatan menurut ibu bersalin

b. Variabel dependen yaitu pemilihan penolong persalinan

G. Definisi Operasional

Penelitian ini melibatkan 3 variabel bebas yaitu: keterjangkauan lokasi menurut ibu bersalin sebagai variabel X1;tenaga kesehatan menurut ibu bersalin sebagai variable X2 ;fasilitas kesehatan menurut ibu bersain sebagai variable X3 dan variabel terikat: pemilihan penolong persalinan sebagai variabel Y1. Berikut deskripsi tentang definisi operasional :

Variabel Definisi Operasional

Alat Ukur Cara Ukur

Hasil ukur Skala ukur Keterjang kauan lokasi menurut ibu bersali Jarak antara rumah dengan tempat pelayanan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan Tanggapan

Kuisioner Wawancara langsung untuk mengisi 6 pertanyaan . a.Terjangka u, bila skor > 70% b.Tidak terjangkau, bila skor <70% Ordinal


(39)

Tenaga Kesehatan menurut ibu bersalin ibu tentang tenaga kesehatan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan

Kuisoner Wawancara langsung untuk mengisi 10 pertanyaan dengan skala likert a.memuask an, bila skor >70% b.tidak memuaskan , bila skor<70% Ordinal Fasilitask esehatan menurut ibu bersalin Tanggapan ibu tentang fasilitas kesehatan untuk melancarkan dan mempermud ah fungsi pelayanan kesehatan

Kuisoner Wawancara langsung untuk mengisi 10 pertanyaan dengan skala likert . a.lengkap, bila skor >70% b.tidak lengkap, bila skor<70% Ordinal Pemilihan penolong persalinan Tempat ibu melaukan persalinan

Kuisioner Wawancara langsung dengan mengisi 5 pernyataan a. nakes b.non nakes nominal

H. Rencana Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data adalah satu proses dalam memperoleh data ringkasan dengan menggunakan cara dengan rumus tertentu, data akan dioleh menggunakan program software pengolahan data statistik. Setelah data dikumpulkan selanjutnya akan dilakukan:


(40)

1. Editing, yaitu langkah yang dilakukan untuk memiliki kembali data-data yang telah diperoleh. Karena kemungkinan data-data yang masuk tidak logis dan meragukan.

2. Coding, yaitu usaha mengklasifikasikan jawaban-jawaban para responden yang menjadi sumber data menurut macam-macamnya atau kelompoknya. Klasifikasi ini dilakukan dengan cara memberi tanda pada masing-masing jawaban itu dengan tanda-tanda tertentu.

3.Entry, merupakan suatu kegiatan memasukkan data ke dalam komputer. 4.Verifikasi, melakukan pemeriksaan secara visual terhadap data yang

telah dimasukkan ke komputer.

Sedangkan analisis dapat dilakukan secara bertahap meliputi analisis univariat, bivariat, dan multivariat sebagai berikut:

1. Analisis Univariat

Analisis univariat ini dilakukan untuk memperoleh gambaran/deskripsi pada masing-masing variabel tidak terikat maupun varibel terikat. 2. Analisis Bivariat

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara variabel-variabel independen (X1-X3) dengan variabel dependen (Y1). Untuk membuktikan adanya tidaknya hubungan tersebut, dilakukan statistik uji Chi-Square dengan derajat kepercayaan 95% ( α =0,05). Pada penelitian ini pengolahan data menggunakan program software pengolahan data statistik, yang nantinya akan diperoleh nilai p. Nilai p akan dibandingkan dengan nilai α. Dengan ketentuan sebagai berikut:


(41)

a. Jika nilai p ≤ α (p ≤ 0,05), maka hipotesis (Ho) ditolak, berarti data sampel mendukung adanya perbedaan yang signifikan. b. Jika nilai p > α (p > 0,05), maka hipotesis (Ho) diterima, berarti

sampel tidak mendukung adanya perubahan yang bermakna. 3. Analisis Multivariat

Pada analisis multivariat, uji statistik yang digunakan adalah regresi berganda. Uji ini digunakan untuk menganalisis hubungan beberapa variabel independen dengan satu variabel dependen. Hasil analisis multivariat dapat dilihat dari nilai expose atau yang disebut odd ratio. Semakin besar nilai odd ratio berarti semakin besar pengaruhnya terhadap variabel dependen yang dianalisis (Sutanto, 2006).

Untuk mengetahui hubungan lebih dari satu variabel independen dengan satu variabel dependen harus dilakukan analisis multivariat. Uji statistik yang digunakan biasanya regresi berganda (multiple regression), untuk mengetahui variabel independen yang mana yang lebih erat hubungannya dengan variabel dependen. Variabel independen dengan nilai OR terbesar, itulah yang ditetapkan sebagai faktor (Notoatmodjo, 2010).


(42)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

a. Kesimpulan yang didapat setelah dilakukan penelitian adalah :

1. Terdapat hubungan yang bermakna antara keterjangkauan lokasi menurut ibu bersalin denganpemilihan penolong persalinan.

2. Terdapat hubungan yang bermakna antara tenaga kesehatan menurut ibu bersalindengan pemilihan penolong.

3. Terdapat hubungan yang bermakna antara fasilitas kesehatan menurut ibu bersalin dengan pemilihan penolong persalinan.

B. Saran

1. Dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor lain yang mempengaruhi perilaku pemilihan penolong persalinan

2. Perlu dilakukan penyuluhan mengenai persalinan sehat terutama pada ibu hamil


(43)

DAFTAR PUSTAKA

Arief, Melfayetty. 2012. Determinan Pemilihan Persalinan di Fasilitas Kesehatan. Skripsi FKUMI

Anonim. 1992. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1992 Tentang Tenaga Kesehatan. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.

Anna Mvan Eijk.,at all. 2006. Use of antenatal services and elivery care among women in rural western Kenya: acommunity based survey. Reproductive Health 2006, 3:2 doi:10.1186/1742-4755-3-2.

Chowdhury. 2009. Causes of Maternal Mortality Declinein Matlab, Bangladesh. Journal of Health.Population and Nutrition.27(2),108.

Depkes, RI. 2007. Laporan Nasional Riskesdes.

______, RI. 2008. KMK No 828/Menkes/SK/IX/2008 tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota

______, RI., 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta.

______,RI. 2010. Laporan Nasiona Riskesdas Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung . Profil Kesehatan Kota Bandar Lampung Tahun 2009. Elfemi, N. 2003.Aspek social cultural dalam perawatan kesehatan studi kasus: penderita

tuberkulosis di Cikoneng Kabupaten Ciamis. Universitas Indonesia.Depok.Retrieved fromhttp://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=73714

Eryando, T. 2006. Aksesibilitas Kesehatan Maternal di Kabupaten Tangerang2006.Makara Kesehatan,11,No2,76-83.

Fertman L. Carl., et al. 2010. Health Promotion Programs From Theory To Practice. San Fransisco: Jossey-Bass.


(44)

___________________RI, 2011.Permenkes RINomor 2562/Menkes/Per/XII/201, tentang Petunjuk Jaminan Persalinan.Kemenkes RI. Jakarta.

____________________RI.2011.PermenkesRI Nomor 631/MENKES/PER/III/2011 tentang Petunjuk TeknisJaminan Persalinan.Kemenkes RI. Jakarta.

Kotler, Philip. 1997. Prinsip-PrinsipPemasaran.Erlangga. Jakarta.

Kristianti,P. 2008. Distribusi dan Akses Terhadap Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak di Kabupaten Ngawi:Kajian Data Potensi DesaTahun 2005: KMPK . Universitas Gadjah Mada.

Khudhori. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan tempat persalinan pasien poliklinik kandungan dan kebidanan rumah sakit IMC Bintaro. Tesis. Universitas Indonesia. Jakarta

Meda,N.,at all. 2008. From evaluating a Skilled Care Initiative in rural Burkina Faso to policy implications for safe mother hood inAfrica. Tropical Medicine&International Health. 13,68-72.doi:10.1111/j.1365-3156.2008.02089.x

Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan Dan PerilakuKesehatan. Cetakan ke-1.Jakarta .RhinekaCipta. P.114

______________, 2007.Promosi Kesehatan dan IlmuPerilaku.Jakarta.RhinekaCipta

______________. 2010. Promosi Kesehatan Teori & Aplikasi Edisi Revisi 2010. Jakarta: Rineka Cipta.

Prawirohardjo, S. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka. Priyanto., dkk. 2009. Farmakologi dan Terminologi Medis. Jakarta. Leskonfi

Puskesmas Pembantu Kelurahan Sukarame II .Data Ibu Bersalin Januari-September 2013.. Rosmini,M. 2002. Determinan pemanfaatan pelayanan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di

Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang.Tesis.UniversitasIndonesia.Depok.

Sabardianto,T.D. 2008. Analisis pemanfaatan fasilita kesehatan oleh pengguna jasa berdasarkan aksesbilitas pada puskesmas kecamatan di wilayah Jakarta pusat. Universitas Indonesia.Depok.


(45)

Pembangunan Milenium Indonesia.UNDP.Retrieved From http://www.undp.or.id. Wijono, Djoko. 1997. Manajemen Kepemimpinan dan Organisasi Kesehatan.Universitas

Airlangga.Surabaya

World Health Organization. 2007. Maternal Mortality in 2005 : Estimates Developed by WHO, UNICEF, UNFPA, and the World Bank. Geneva. WHO Press

____________________.2008.Skilled birth attendants Retrieved from http://www.who.int/ making_pregnancy_safer/events/2008/mdg5/factsheet_sba.pdf

Yuswandi,A.2006. Analisis Faktor Faktor yang Berhubungan dengan Akses Penduduk Sumatera Barat Ke Pelayanan Kesehatan.Tesis.Universitas Indonesia.Depok.


(1)

32

1. Editing, yaitu langkah yang dilakukan untuk memiliki kembali data-data yang telah diperoleh. Karena kemungkinan data-data yang masuk tidak logis dan meragukan.

2. Coding, yaitu usaha mengklasifikasikan jawaban-jawaban para responden yang menjadi sumber data menurut macam-macamnya atau kelompoknya. Klasifikasi ini dilakukan dengan cara memberi tanda pada masing-masing jawaban itu dengan tanda-tanda tertentu.

3.Entry, merupakan suatu kegiatan memasukkan data ke dalam komputer. 4.Verifikasi, melakukan pemeriksaan secara visual terhadap data yang

telah dimasukkan ke komputer.

Sedangkan analisis dapat dilakukan secara bertahap meliputi analisis univariat, bivariat, dan multivariat sebagai berikut:

1. Analisis Univariat

Analisis univariat ini dilakukan untuk memperoleh gambaran/deskripsi pada masing-masing variabel tidak terikat maupun varibel terikat. 2. Analisis Bivariat

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara variabel-variabel independen (X1-X3) dengan variabel dependen (Y1). Untuk membuktikan adanya tidaknya hubungan tersebut, dilakukan statistik uji Chi-Square dengan derajat kepercayaan 95% ( α =0,05). Pada penelitian ini pengolahan data menggunakan program software pengolahan data statistik, yang nantinya akan diperoleh nilai p. Nilai p


(2)

33

a. Jika nilai p ≤ α (p ≤ 0,05), maka hipotesis (Ho) ditolak, berarti data sampel mendukung adanya perbedaan yang signifikan. b. Jika nilai p > α (p > 0,05), maka hipotesis (Ho) diterima, berarti

sampel tidak mendukung adanya perubahan yang bermakna. 3. Analisis Multivariat

Pada analisis multivariat, uji statistik yang digunakan adalah regresi berganda. Uji ini digunakan untuk menganalisis hubungan beberapa variabel independen dengan satu variabel dependen. Hasil analisis multivariat dapat dilihat dari nilai expose atau yang disebut odd ratio. Semakin besar nilai odd ratio berarti semakin besar pengaruhnya terhadap variabel dependen yang dianalisis (Sutanto, 2006).

Untuk mengetahui hubungan lebih dari satu variabel independen dengan satu variabel dependen harus dilakukan analisis multivariat. Uji statistik yang digunakan biasanya regresi berganda (multiple regression), untuk mengetahui variabel independen yang mana yang lebih erat hubungannya dengan variabel dependen. Variabel independen dengan nilai OR terbesar, itulah yang ditetapkan sebagai faktor (Notoatmodjo, 2010).


(3)

50

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

a. Kesimpulan yang didapat setelah dilakukan penelitian adalah :

1. Terdapat hubungan yang bermakna antara keterjangkauan lokasi menurut ibu bersalin denganpemilihan penolong persalinan.

2. Terdapat hubungan yang bermakna antara tenaga kesehatan menurut ibu bersalindengan pemilihan penolong.

3. Terdapat hubungan yang bermakna antara fasilitas kesehatan menurut ibu bersalin dengan pemilihan penolong persalinan.

B. Saran

1. Dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor lain yang mempengaruhi perilaku pemilihan penolong persalinan

2. Perlu dilakukan penyuluhan mengenai persalinan sehat terutama pada ibu hamil


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arief, Melfayetty. 2012. Determinan Pemilihan Persalinan di Fasilitas Kesehatan. Skripsi FKUMI

Anonim. 1992. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1992 Tentang Tenaga Kesehatan. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.

Anna Mvan Eijk.,at all. 2006. Use of antenatal services and elivery care among women in rural western Kenya: acommunity based survey. Reproductive Health 2006, 3:2 doi:10.1186/1742-4755-3-2.

Chowdhury. 2009. Causes of Maternal Mortality Declinein Matlab, Bangladesh. Journal of Health.Population and Nutrition.27(2),108.

Depkes, RI. 2007. Laporan Nasional Riskesdes.

______, RI. 2008. KMK No 828/Menkes/SK/IX/2008 tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota

______, RI., 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta.

______,RI. 2010. Laporan Nasiona Riskesdas Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung . Profil Kesehatan Kota Bandar Lampung Tahun 2009. Elfemi, N. 2003.Aspek social cultural dalam perawatan kesehatan studi kasus: penderita

tuberkulosis di Cikoneng Kabupaten Ciamis. Universitas Indonesia.Depok.Retrieved fromhttp://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=73714

Eryando, T. 2006. Aksesibilitas Kesehatan Maternal di Kabupaten Tangerang2006.Makara Kesehatan,11,No2,76-83.

Fertman L. Carl., et al. 2010. Health Promotion Programs From Theory To Practice. San Fransisco: Jossey-Bass.


(5)

Kementerian Kesehatan RI. 2011.Profil Kesehatan Indonesia 2010. Diakses dari http://www.depkes.go.idtanggal 10 Oktober 2013.

___________________RI, 2011.Permenkes RINomor 2562/Menkes/Per/XII/201, tentang Petunjuk Jaminan Persalinan.Kemenkes RI. Jakarta.

____________________RI.2011.PermenkesRI Nomor 631/MENKES/PER/III/2011 tentang Petunjuk TeknisJaminan Persalinan.Kemenkes RI. Jakarta.

Kotler, Philip. 1997. Prinsip-PrinsipPemasaran.Erlangga. Jakarta.

Kristianti,P. 2008. Distribusi dan Akses Terhadap Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak di Kabupaten Ngawi:Kajian Data Potensi DesaTahun 2005: KMPK . Universitas Gadjah Mada.

Khudhori. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan tempat persalinan pasien poliklinik kandungan dan kebidanan rumah sakit IMC Bintaro. Tesis. Universitas Indonesia. Jakarta

Meda,N.,at all. 2008. From evaluating a Skilled Care Initiative in rural Burkina Faso to policy implications for safe mother hood inAfrica. Tropical Medicine&International Health. 13,68-72.doi:10.1111/j.1365-3156.2008.02089.x

Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan Dan PerilakuKesehatan. Cetakan ke-1.Jakarta .RhinekaCipta. P.114

______________, 2007.Promosi Kesehatan dan IlmuPerilaku.Jakarta.RhinekaCipta

______________. 2010. Promosi Kesehatan Teori & Aplikasi Edisi Revisi 2010. Jakarta: Rineka Cipta.

Prawirohardjo, S. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka. Priyanto., dkk. 2009. Farmakologi dan Terminologi Medis. Jakarta. Leskonfi

Puskesmas Pembantu Kelurahan Sukarame II .Data Ibu Bersalin Januari-September 2013.. Rosmini,M. 2002. Determinan pemanfaatan pelayanan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di

Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang.Tesis.UniversitasIndonesia.Depok.

Sabardianto,T.D. 2008. Analisis pemanfaatan fasilita kesehatan oleh pengguna jasa berdasarkan aksesbilitas pada puskesmas kecamatan di wilayah Jakarta pusat. Universitas Indonesia.Depok.


(6)

Supartini. 2004. Pelayanan Kesehatan Bagi Ibu hamil. Jakarta. EGC

UNDP. 2005.Tujuan5Meningkatkan Kesehatan Ibu Laporan Perkembangan PencapaiaTujuan Pembangunan Milenium Indonesia.UNDP.Retrieved From http://www.undp.or.id.

Wijono, Djoko. 1997. Manajemen Kepemimpinan dan Organisasi Kesehatan.Universitas Airlangga.Surabaya

World Health Organization. 2007. Maternal Mortality in 2005 : Estimates Developed by WHO, UNICEF, UNFPA, and the World Bank. Geneva. WHO Press

____________________.2008.Skilled birth attendants Retrieved from http://www.who.int/ making_pregnancy_safer/events/2008/mdg5/factsheet_sba.pdf

Yuswandi,A.2006. Analisis Faktor Faktor yang Berhubungan dengan Akses Penduduk Sumatera Barat Ke Pelayanan Kesehatan.Tesis.Universitas Indonesia.Depok.