View of FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI KELURAHAN NANGGLENG KOTA SUKABUMI TAHUN 2013

  FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI KELURAHAN NANGGLENG KOTA SUKABUMI TAHUN 2013 R. Noucie Septriliyana Email : nseptriliyana@gmail.com Abstrak

Kelurahan Nanggleng merupakan kelurahan yang cakupan persalinan oleh tenaga kesehatannya

paling kecil di kota sukabumi, yaitu sebesar 70,77%. Hal ini tergolong rendah bila dibandingkan

dengan target kota Sukabumi yaitu 86%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang

berhubungan dengan pemilihan penolong persalinan. Metode penelitian corelational dan rancangan

penelitian yang digunakan adalah cross sectional . Sampel penelitian diambil dari ibu-ibu bersalin di

kelurahan Nanggleng Kota Sukabumi tahun 2012 sebanyak 73 orang, yang diambil secara

proportional random sampling. Pengumpulan data diambil melalui kuesioner. Analisis data melalui 3

tahapan yaitu univariat untuk melihat distribusi frekuensi, bivariat untuk melihat hubungan dan

multivariat untuk melihat faktor yang paling dominan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor

yang berhubungan dengan pemilihan penolong persalinan adalah pendidikan (PR:6,648, CI:2,239-

19,735, dan p:0,001), pengetahuan (PR:22800, CI:6,408- 81,118 dan p:0,000), sikap (PR:3,66,

CI:1,335-10,032 dan p:0,020) dan status ekonomi (PR:3,700, CI:1,309-10,455 dan p:0,012).

Sedangkan faktor yang paling berhubungan adalah pengetahuan dengan POR 41,306. Dinas kesehatan

Sukabumi disarankan untuk meninjau kembali penempatan bidan wilayah. Puskesmas Nanggleng

disarankan untuk meningkatkan program penyuluhan, kelas ibu, dan konseling. Puskesmas juga

disarankan untuk melakukan pembinaan paraji dan sosialisasi jampersal. Bidan komunitas disarankan

untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas pendidikan kesehatan dalam pelayanan kesehatan ibu dan

anak.

  Abstract

The coverage of births by health workers in Nanggleng Village was the lowest in sukabumi,

amounting 70,77%. This coverage was lower than Sukabumi’s target (86%). This study aims to

know factors associated with the selection of birth attendants. The research method was corelational

and the design used in this study was cross sectional. Samples were taken from 73 mothers who

gave birth at Nanggleng village in 2012 with proportional random sampling. Datas collected by

questionnaire and analized by 3 step. Univariate analysis to determined frequensi distribution,

bivariate analysis to determined the relationships and multivariate analysis to determine the

dominants factor. The result showed that factors associated with the selection of birth attendants

were education (PR:6,648, CI:2,239-19,735, and p:0,001), knowledge (PR:22800, CI:6,408- 81,118

and p:0,000), attitude (PR:3,66, CI:1,335-10,032 and p:0,020) and economic status (PR:3,700,

CI:1,309-10,455 and p:0,012), and the dominant factor was knowledge with POR 41,306. Sukabumi

health departement recommended to revisiting the placement of community midwifes. Nanggleng

Public Health Center recommended to increase the illumination program, maternal class and

conseling. It was recommended to build collaboration with doulas and socialize jampersal program.

Community midwifes suggest to improve the quantity and quality of maternal health education in

mother and baby health care.

A. PENDAHULUAN

  Tenaga yang sejak dahulu kala sampai sekarang masih memegang peranan penting dalam pelayanan persalinan adalah dukun bayi (dukun beranak, dukun bersalin). Dalam lingkungannya, dukun bayi merupakan tenaga terpercaya (Hemiati, 2007). Hasil studi yang dilakukan Balitbang Kes (2006) menyatakan bahwa kemampuan tenaga non profesional /dukun bersalin masih kurang, khususnya yang berkaitan dengan tanda-tanda bahaya, risiko kehamilan dan persalinan serta rujukannya (Depkes RI, 2006).

  Menurut Suprapto, dkk (2003), kurangnya pengetahuan dukun bayi dalam mengenal komplikasi yang mungkin timbul dalam persalinan dan penanganan komplikasi yang tidak tepat akan meningkatkan risiko kematian pada ibu bersalin. Di kota sukabumi, terdapat 4 kematian bayi yang disebabkan oleh paraji dari 62 kasus kematian bayi, 2 diantaranya dari kelurahan nanggleng (dinkes kota sukabumi, 2013). Kematian tersebut disebabkan oleh asfiksia dan BBLR, dimana kasus tsb akan mendapatkan penanganan yang tepat apabila persalinannya ditolong oleh tenaga kesehatan.

  Hasil Riskesdas 2010, disebutkan bahwa persalinan yang ditolong oleh bidan sebanyak 51,9 % , 40,2% ditolong oleh paraji dan sisanya ditolong oleh tenaga kesehatan lain. Berdasarkan tempat persalinan, 55,4% melahirkan di fasilitas kesehatan, polindes 1,4 % dan rumah sebanyak 43,2%. (Prasetyawati, 2012).

  Di kota sukabumi pada tahun 2012 dari 7498 persalinan, sebanyak 7081 orang bersalin oleh tenaga kesehatan dan 417 orang ditolong oleh paraji (dinkes kota sukabumi, 2012). Hal ini sangat mengherankan, dilihat dari segi demografi kota sukabumi yang padat (luas wilayah sukabumi 4800 ha , jumlah penduduk 310.078 jiwa sehingga kepadatan penduduk 5997/ km 2.

  ), terdapat tempat pelayanan persalinan sebanyak 4 puskesmas PONED, 11 puskesmas, 32 BPM (dengan MOU jampersal) , 4 RS negeri dan swasta, dan angkutan umum yang banyak menjadikan akses ke tempat pelayanan kesehatan termasuk mudah,seharusnya tidak ada lagi ibu yang bersalin ke paraji.

  Kelurahan nanggleng merupakan kelurahan yang cakupan persalinan oleh nakesnya paling kecil di kota sukabumi, yaitu sebesar 70,77%. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan ini tergolong rendah bila dibandingkan dengan target kota sukabumi yaitu 86% (dinkes kota sukabumi, 2012).

  Jumlah paraji di kota sukabumi sendiri adalah 70 orang, dan jumlah bidan 74 orang, berarti perbandingan jumlah paraji dan bidan di kota sukabumi seimbang. (dinkes kota sukabumi, 2013). Dari studi pendahuluan yang dilakukan penulis, ditemukan data bahwa di kelurahan nanggleng terdapat 5 paraji, yang 2 di antaranya sangat aktif, sedangkan bidan praktek mandiri yang berada di kelurahan nanggleng hanya ada 2 dan bukan merupakan bidan wilayah, dimana kebijakan dinas kesehatan kota sukabumi menugaskan bidan wilayah tidak berdasarkan tempat tinggalnya. Hasil wawancara terhadap ibu yang bersalin di paraji tahun 2012, alasan ibu memilih melahirkan di paraji adalah 6 orang mengatakan malas pergi ke tempat bidan dan ingin lahir di rumah, 2 orang mengatakan takut dijahit dan disuntik, 1 orang mengatakan tidak mempunyai biaya dan apabila memakai jampersal takut wajib dipasang IUD dan 1 orang lagi mengatakan tidak sempat karena bayi lahir cepat.

  Hasil penelitian yang dilakukan oleh Amilda (2010) di Desa Banjarsari kabupaten magelang menyebutkan bahwa faktor – faktor yang memiliki hubungan bermakna dengan pemilihan pertolongan persalinan oleh dukun bayi adalah tingkat pengetahuan, status ekonomi dan keterjangkauan sarana kesehatan, sedangkan faktor tingkat pendidikan dan persepsi tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan pemilihan pertolongan persalinan oleh dukun bayi.

  Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Amirrudin (2006) di wilayah kerja puskesmas Borong Kabupaten Sinjai menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara pendidikan, pengetahuan, status ekonomi, dan kebiasaan ibu dengan pemilihan tenaga penolong persalinan, sedangkan keterjangkauan sarana pelayanan kesehatan tidak ada hubungannya dengan pemilihan tenaga penolong kesehatan.

  Hasil penelitian lain, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Yennita ( 2011) di PKM desa baru kabupaten Pasaraman barat menyebutkan bahwa faktor yang berhubungan dengan pemilihan penolong persalinan adalah kurangnya pengetahuan ibu tentang resiko persalinan, persepsi ibu terhadap bahaya persalinan, persepsi ibu tentang manfaat penolong persalinan, dan akses media massa.

  Rendahnya cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan dapat dipengaruhi oleh sikap dan perilaku ibu dalam memilih tenaga penolong persalinan. Menurut Green, perilaku (dalam hal ini adalah pemilihan penolong persalinan) dipengaruhi oleh faktor predisposisi (pengetahuan, sikap masyarakat, tradisi dan kepercayaan, sistem nilai yang dianut, tingkat pendidikan dan sosial ekonomi), faktor pendukung (ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan) dan faktor penguat ( sikap, prilaku tokoh masyarakat serta petugas kesehatan) (Notoadmodjo , 2007).

  Dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengambil penelitian dengan judul “Faktor – faktor yang berhubungan dengan pemilihan penolong persalinan pada ibu bersalin di kelurahan

  Nanggleng Kota Sukabumi tahun 2012 ”.

1. Perumusan Masalah

  Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut “faktor – faktor apa saja yang berhubungan dengan pemilihan penolong persalinan pada ibu bersalin di ke lurahan Nanggleng kota sukabumi tahun 2012?” 2.

  Tujuan Penelitian 1)

  Tujuan umum penelitian Untuk mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan pemilihan penolong persalinan pada ibu bersalin di kelurahan Nanggleng kota sukabumi tahun 2012

  2) Tujuan khusus penelitian a.

  Mengetahui hubungan umur ibu dengan pemilihan penolong persalinan pada ibu bersalin di kelurahan Nanggleng kota sukabumi tahun 2012 b.

  Mengetahui hubungan pendidikan ibu dengan pemilihan penolong persalinan pada ibu bersalin di kelurahan Nanggleng kota sukabumi tahun 2012 c.

  Mengetahui hubungan sikap ibu dengan pemilihan penolong persalinan pada ibu bersalin di kelurahan Nanggleng kota sukabumi tahun 2012 d.

  Mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan pemilihan penolong persalinan pada ibu bersalin di kelurahan Nanggleng kota sukabumi tahun 2012 e.

  Mengetahui hubungan status ekonomi dengan pemilihan penolong persalinan pada ibu bersalin di kelurahan Nanggleng kota sukabumi tahun 2012 f.

  Mengetahui faktor yang paling dominan berhubungan dengan pemilihan penolong persalinan pada ibu bersalin di kelurahan Nanggleng kota sukabumi tahun 2012

B. METODE PENELITIAN 1.

  Metode dan Rancangan Penelitian Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah cross sectional. Sesuai dengan tujuan penelitian, maka dalam rancangan metode penelitian ini, peneliti menggunakan rancangan penelitian observasional/survei dengan pendekatan studi analitik yang bertujuan untuk melihat hubungan dua variabel atau lebih tanpa adanya perlakuan atau intervensi. Jenis penelitian studi analitik yang dipakai penulis adalah studi potong lintang atau Cross Sectional.

2. Hipotesis Penelitian

  Hipotesis nol (H0) 1.

  Tidak ada hubungan umur dengan pemilihan penolong persalinan pada ibu bersalin di kelurahan Nanggleng kota sukabumi tahun 2012

  2. Tidak ada hubungan pendidikan dengan pemilihan penolong persalinan pada ibu bersalin di kelurahan Nanggleng kota sukabumi tahun 2012

  3. Tidak ada hubungan pengetahuan dengan pemilihan penolong persalinan pada ibu bersalin di kelurahan Nanggleng kota sukabumi tahun 2012

  4. Tidak ada hubungan sikap ibu dengan pemilihan penolong persalinan pada ibu bersalin di kelurahan Nanggleng kota sukabumi tahun 2012

  5. Tidak ada hubungan status ekonomi dengan pemilihan penolong persalinan pada ibu bersalin di kelurahan Nanggleng kota sukabumi tahun 2012 Hipotesis alternatif (Ha) 1.

  Ada hubungan umur dengan pemilihan penolong persalinan pada ibu bersalin di kelurahan Nanggleng kota sukabumi tahun 2012

  2. Ada hubungan pendidikan dengan pemilihan penolong persalinan pada ibu bersalin di kelurahan Nanggleng kota sukabumi tahun 2012

  3. Ada hubungan pengetahuan dengan pemilihan penolong persalinan pada ibu bersalin di kelurahan Nanggleng kota sukabumi tahun 2012

  4. Ada hubungan sikap ibu dengan pemilihan penolong persalinan pada ibu bersalin di kelurahan Nanggleng kota sukabumi tahun 2012

  5. Ada hubungan status ekonomi dengan pemilihan penolong persalinan pada ibu bersalin di kelurahan Nanggleng kota sukabumi tahun 2012

  3. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen dan variabel devenden.

  a.

  Variabel independen Variabel independen dalam penelitian ini adalah faktor

  • – faktor yang berhubungan dengan pemilihan penolong persalinan, yaitu ;

  1) Umur ibu

  2) Pendidikan ibu

  3) Pengetahuan ibu

  4) Sikap ibu

  5) Status ekonomi b.

  Variabel dependen Variabel dependen dalam penelitian ini adalah penolong persalinan. .

  4. Populasi dan Sampel Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin pada tahun 2012 di kelurahan Nanggleng kota sukabumi berjumlah 265 orang.

  Sampel

  Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 73 orang a.

   Metode Pengambilan Sampel

  1) Metode pengambilan sampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah proportional random sampling. Hal ini dilakukan dengan cara mengidentifikasi karakteristik umum dari anggota populasi, dengan perhitungan :

  RW Jumlah Sampel RW 1 3 orang RW 2 10 orang RW 3 11 orang RW 4 6 orang RW 5 5 orang RW 6 3 orang RW 7 2 orang RW 8 1 orang RW 9 9 orang

  RW 10 9 orang RW 11 6 orang RW 12 5 orang

  Rw 13

  3 orang 2)

  Kriteria sampel Agar karakteristik sampel tidak menyimpang dari populasinya, maka sebelum dilakukan pengambilan sampel perlu ditentukan kriteria inklusi maupun kriteria eksklusi (Notoatmodjo, 2010).

  1) Kriteria inklusi

  a) Bertempat tinggal di kelurahan Nanggleng

  b) Bersalin di kelurahan Nanggleng pada tahun 2012

  c) Berada di tempat selama penelitian

  2) Kriteria eklusi

  a) Pindah atau berkunjung ke wilayah lain selama penelitian

  b) Saat hamil termasuk resiko tinggi

  c) Mengalami komplikasi persalinan b.

   Pengumpulan Data

  Pengumpulan data primer dalam penelitian ini dilakukan pada ibu-ibu yang bersalin pada tahun 2012 yang berada di kelurahan Nanggleng kota Sukabumi dengan menggunakan kuisioner. Penelitian dilakukan oleh peneliti dibantu oleh 1 orang perawat wilayah dan 22 kader posyandu. Pihak yang membantu diberi petunjuk terlebih dahulu tentang tujuan, etika dan tata cara pengambilan data untuk menyamakan persepsi.

  Data sekunder diperoleh dari buku register persalinan puskesmas Nanggleng tahun 2012 dan buku register ibu hamil, bersalin dan nifas posyandu tahun 2012. Data yang dikumpulkan berupa jumlah persalinan di kelurahan Nanggleng (nakes dan non nakes) tahun 2012. Data tersebut dipergunakan untuk menentukan populasi dan sampel. Sampel dari tiap RW dipilih secara acak dimana peneliti sudah mengocok nomor terlebih dahulu, kemudian data dari register ibu bersalin per RW di pilih sesuai kriteria inklusi dan eklusi, diurutkan dan dipilih sesuai nomor hasil random tersebut.

  5. Instrumen Penelitian

  Jenis pertanyaan yang dipakai adalah pertanyaan tertutup dan terbuka. Pertanyaan tertutup digunakan untuk menanyakan penolong persalinan, umur, pendidikan, pengetahuan, sikap dan status ekonomi. Untuk pertanyaan pengetahuan memakai skala Guttman, sedangkan pertanyaan sikap memakai skala Likert.

  6. Analisis data

  Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan uji Chi-

  Square dengan derajat kepercayaan 95% ( α =0,05). Bila p value < 0,05 menunjukan

  bahwa ada hubungan yang bermakna antara variabel independen dengan variabel dependen. Selain itu untuk menganalisis hubungan beberapa variabel independen dengan satu variabel dependen menggunakan analisis multivariat. Hasil analisis multivariat dapat dilihat dari nilai expose atau yang disebut odd ratio. Semakin besar nilai odd ratio berarti semakin besar pengaruhnya terhadap variabel dependen yang dianalisis (Sutanto,2006).

7. Lokasi penelitian dan Waktu Penelitian

  Penelitian ini dilakukan di nangleng kota Sukabumi tahun 2013 C.

   HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian a. Analisis Bivariat

1.1 Hubungan Umur dengan Pemilihan Penolong Persalinan pada Ibu Bersalin di

  Kelurahan Nanggleng Kota Sukabumi Tahun 2012

  Penolong Persalinan Total Non Nakes Pvalue Umur Nakes N % N % N % Tidak risiko 40 69,0 18 31,0 58 100 0.192 berisiko 7 46,7 8 53,3 15 100 Jumlah

  47 64,4 26 35,6 73 100

  Berdasarkan analisis hubungan antara umur dengan Pemilihan Penolong Persalinan didapatkan bahwa dari 58 responden yang tidak berisiko (umur 20-35 tahun) terdapat 40 (69%) yang bersalin di tenaga kesehatan dan 18 orang (31%) yang bersalin di selain tenaga kesehatan. Dari 15 responden yang berisiko terdapat 7 orang (46,7%) yang bersalin di tenaga kesehatan dan 8 orang (53,3%) yang bersalin di non tenaga kesehatan.

  Dari hasil uji chi square diperoleh p value 0,192 dengan menggunakan tingkat kepercayaan (alpha) 5% (0,05), dapat disimpulkan bahwa Ho diterima yang artinya tidak terdapat hubungan umur dengan pemilihan penolong persalinan.

  Penolong Persalinan Total Non Pvalue Nakes Pendidikan Nakes PR N % N % N % 6,648 Tinggi

  39 78,0 11 22,0 50 100 (2,239 0.001

  • – Rendah

  8 34,8 15 65,2 23 100 19,735) Jumlah 47 64,4 26 35,6 73 100

  1.2 Hubungan Pendidikan dengan Pemilihan Penolong Persalinan pada Ibu Bersalin di

  Kelurahan Nanggleng Kota Sukabumi Tahun 2012 Berdasarkan analisis hubungan antara pendidikan dengan Pemilihan Penolong

  Persalinan didapatkan bahwa dari 50 responden yang berpendidikan tinggi terdapat 39 (78%) yang bersalin di tenaga kesehatan dan 11 orang (22%) yang bersalin di tenaga non kesehatan. Dari 15 responden yang berpendidikan rendah terdapat 8 orang (34,8%) yang bersalin di tenaga kesehatan dan 15 orang (65,2%) yang bersalin di non tenaga kesehatan.

  Dari hasil uji chi square diperoleh p value 0,001 dengan menggunakan tingkat kepercayaan (alpha) 5% (0,05), dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinya terdapat hubungan antara pendidikan dengan pemilihan penolong persalinan, dengan PR 6,648 (95%CI : 2,239-19,735) artinya ibu yang berpendidikan tinggi berpeluang 6,6 kali lebih besar untuk bersalin di tenaga kesehatan dibandingkan ibu yang berpendidikan rendah.

  1.3 Hubungan Pengetahuan dengan Pemilihan Penolong Persalinan pada Ibu Bersalin di Kelurahan Nanggleng Kota Sukabumi Tahun 2012

  

Penolong Persalinan Total

PR Pvalue Pengetahuan Nakes Non Nakes N % N % N %

  Baik 42 85,7 7 14,3 49 100 22,8 (6,408- 0.000 Kurang 5 20,8 19 79,2 24 100 81,118) Jumlah 47 64,4 26 35,6 73 100

  Berdasarkan analisis hubungan antara pengetahuan dengan Pemilihan Penolong Persalinan didapatkan bahwa dari 49 responden yang berpengetahuan baik terdapat 42 (85,7%) yang bersalin di tenaga kesehatan dan 7 orang (14,3%) yang bersalin di selain tenaga kesehatan. Dari 24 responden yang berpengetahuan kurang terdapat 5 orang (20,8%) yang bersalin di tenaga kesehatan dan 19 orang (79,2%) yang bersalin di non tenaga kesehatan.

  Dari hasil uji chi square diperoleh p value 0,000 dengan menggunakan tingkat kepercayaan (alpha) 5% (0,05), dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinya terdapat hubungan antara pengetahuan dengan pemilihan penolong persalinan, dengan PR 22,800 (95%CI : 6,408

  • – 81,118) artinya ibu yang berpengetahuan baik berpeluang 22,8 kali lebih besar untuk bersalin di tenaga kesehatan dibandingkan ibu yang berpengetahuan kurang.

1.4 Hubungan Sikap dengan Pemilihan Penolong Persalinan pada Ibu Bersalin di Kelurahan

  Nanggleng Kota Sukabumi Tahun 2012

  Penolong Persalinan Tot Non P al Nakes Sikap Nakes PR value N % N % N % 3,6 Positif

  31 77,5 9 22,5 40 100

  60 0. (1,335- 020 Negatif

  16 48,5 17 51,5 33 100 10,032) Jumlah 47 64,4 26 35,6 73 100

  Berdasarkan analisis hubungan antara sikap dengan Pemilihan Penolong Persalinan didapatkan bahwa dari 40 responden yang bersikap positif 31 orang (77,5%) bersalin di tenaga kesehatan dan 9 orang (22,5%) bersalin di tenaga non kesehatan sedangkan dari 33 responden yang bersikap negatif terdapat 16 orang (48,5%) yang bersalin di tenaga kesehatan dan 17 orang (51,5%) yang bersalin di non tenaga kesehatan.

  Dari hasil uji chi square diperoleh p value 0,020 dengan menggunakan tingkat kepercayaan (alpha) 5% (0,05), dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinya terdapat hubungan antara sikap dengan pemilihan penolong persalinan, dengan nilai PR 3,66 (1,335-10,032) yang berarti ibu yang bersikap positif berpeluang 3,66 kali lebih besar untuk bersalin di tenaga kesehatan dibandingkan ibu yang bersikap negatif.

1.5 Hubungan Status Ekonomi dengan Pemilihan Penolong Persalinan pada Ibu Bersalin di

  Kelurahan Nanggleng Kota Sukabumi Tahun 2012

  Penolong Persalinan Total Nakes Non Nakes PR Pvalue Status ekonomi N % N % N % Cukup 37 74,0 13 26,0 50 100

  3,700 0.023

  (1,309 – 10,455) Kurang 10 43,5 13 56,5 23 100 Jumlah

  47 64,4 26 35,6 73 100

  Berdasarkan analisis hubungan antara pendidikan dengan Pemilihan Penolong Persalinan didapatkan bahwa dari 50 responden yang status ekonomi nya cukup terdapat 37 orang (74%) yang bersalin di tenaga kesehatan dan 13 orang (26%) yang bersalin di selain tenaga kesehatan. Dari 23 responden yang berstatus ekonomi kurang terdapat 10 orang (43,5%) yang bersalin di tenaga kesehatan dan 13 orang (56,5%) yang bersalin di non tenaga kesehatan.

  Dari hasil uji chi square diperoleh p value 0,023 dengan menggunakan tingkat kepercayaan (alpha) 5% (0,05), dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinya terdapat hubungan antara status ekonomi dengan pemilihan penolong persalinan, dengan PR 3,700 (95%CI : 1,309

  • – 10,455) artinya ibu yang mempunyai status ekonomi cukup berpeluang 3,7 kali lebih besar untuk bersalin di tenaga kesehatan dibandingkan ibu yang berstatus ekonomi kurang.

b. Analisa Multivariat

  Pemodelan multivariat menggunakan uji regresi logistik dengan metode enter yaitu dengan cara melakukan satu persatu regresi sederhana antara masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Variabel yang dimasukkan kedalam analisa multivariat adalah variabel yang layak diuji yaitu variabel yang pada saat uji bivariat mempunyai nilai pvalue <0,25. Variabel tersebut adalah umur, pendidikan, pengetahuan, sikap dan status ekonomi.

1.1 Model Akhir Analisis Multivariat Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan

  Pemilihan Penolong Persalinan pada Ibu Bersalin di Kelurahan Nanggleng Kota Sukabumi Tahun 2012

  Variabel Wald Sig POR Pendidikan 9,580 0,002 14,367 (2,658-77,672) Pengetahuan 18,625 0,000 41,306 (7,623-223,829)

  Hal ini menjelaskan bahwa secara multivariat variabel pendidikan dan pengetahuan mempunyai hubungan yang signifikan terhadap variabel pemilihan penolong persalinan dan pengetahuan merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan pemilihan penolong persalinan.

  Dengan test hosmer dan lemeshow diketahui bahwa model regresi logistik yang digunakan telah cukup mampu menjelaskan data (0,383 > 0,05). Dari tabel

  classification menjelaskan bahwa pemilihan penolong persalinan sebesar 83,6%, yang

  berarti pendidikan dan pengetahuan memang merupakan faktor yang sangat berhubungan dengan pemilihan penolong persalinan di kelurahan Nanggleng Kota sukabumi.

D. Pembahasan 1. Bivariat

1.1 Hubungan Umur dengan Pemilihan Penolong Persalinan

  Hasil data yang diteliti penulis menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara usia dengan pemilihan penolong persalinan.Umur berkaitan dengan kelompok umur tertentu yang lebih banyak memanfaatkan pelayanan kesehatan karena pertimbangan tingkat kerentanan. Gibson menyatakan umur merupakan variabel individu yang pada dasarnya semakin bertambah kedewasaan dan semakin banyak menyerap informasi yang akan mempengaruhi pemilihan tenaga penolong persalinan (Sutanto, 2002)

  Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Yennita (2011) di wilayah kerja puskesmas Desa Baru Kabupaten Pasaman Barat yang menyebutkan bahwa tidak ada hubungan antara usia dengan pemilihan penolong persalinan.

  Seharusnya seorang ibu bersalin dengan usia yang beresiko, diharapkan dia akan bersalin di tenaga kesehatan tetapi di kelurahan Nanggleng, berapapun usia ibu tidak mempengaruhi keputusan dalam memilih penolong persalinan. Hal ini bisa saja disebabkan oleh adanya faktor lain yang lebih berpengaruh kedalam pengambilan keputusan, bisa dari pengetahuan, tingkat pendidikan, sikap dan status ekonomi.

  Hasil pengamatan peneliti di lapangan, seorang ibu dengan umur yang beresiko dan sudah mendapatkan anjuran dari tenaga kesehatan untuk melahirkan di tenaga kesehatan, bisa saja tetap melahirkan di tenaga non kesehatan karena pengaruh dari orang

  • – orang terdekatnya seperti suami, orang tua, mertua atau tokoh masyarakat. Atau bahkan ibu dan keluarga tersebut sudah berniat untuk melahirkan di tenaga kesehatan tetapi terhambat oleh faktor biaya.

1.2 Hubungan Pendidikan dengan Pemilihan Penolong Persalinan

  Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa pendidikan mempunyai hubungan dengan pemilihan penolong persalinan. Menurut Kuncoroningrat (2007) makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin mudah seseorang tersebut menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan. Jadi dapat dikatakan bahwa pendidikan itu menuntun manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupannya untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.

  Hal ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan Amilda (2010) dengan hasil tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan pemilihan penolong persalinan. Tetapi sama dengan hasil penelitian Amiruddin (2006) yang menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan pemilihan penolong persalinan.

  Di kelurahan Nanggleng, pendidikan menjadi faktor yang berhubungan erat dengan proses pemilihan penolong persalinan karena pendidikan dapat mempengaruhi daya intelektual seseorang dalam memutuskan suatu hal, termasuk penentuan penolong persalinan. Pendidikan ibu yang kurang menyebabkan daya intelektualnya juga masih terbatas sehingga perilakunya sangat dipengaruhi oleh keadaan sekitarnya ataupun perilaku kerabat lainnya atau orang yang mereka tuakan.

  1.3 Hubungan Pengetahuan dengan Pemilihan Penolong Persalinan

  Hasil penelitian menyebutkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan pemilihan penolong persalinan. Hal ini sesuai dengan yang dipaparkan oleh Suprapto (2003), bahwa pengetahuan merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan dalam rangka perubahan pola pikir dan perilaku suatu kelompok dan masyarakat. Pengetahuan ini terkait dengan lingkungan dimana mereka berada. Keadaan lingkungan sekitar sedikit banyaknya akan mempengaruhi pengetahuan, dalam hal ini pengetahuan mengenai kehamilan dan persalinan.

  Hasil penelitian yang dilakukan Yennita (2011) juga menyebutkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan pemilihan penolong persalinan. Pengetahuan menjadi hal yang sangat penting dalam memutuskan sesuatu tindakan. Pengetahuan mempengaruhi pemikiran responden tentang perlu atau tidaknya melahirkan di tenaga kesehatan. Apabila mereka tidak mengetahui manfaat dari melahirkan di tenaga kesehatan atau resiko melahirkan di tenaga non kesehatan, maka mereka pasti akan lebih memilih melahirkan di tenaga non kesehatan.

  1.4 Hubungan Sikap dengan Pemilihan Penolong Persalinan

  Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan atau pengaruh dari sikap terhadap pemilihan penolong persalinan. Semakin positif sikap semakin banyak kecenderungan ibu untuk memilih bersalin di tenaga kesehatan. Merubah sikap masyarakat bukanlah hal yang mudah karena seperti yang diungkapkan Azwar (2008) bahwa sikap dipengaruhi oleh pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, budaya, media massa, lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta pengaruh faktor emosional. Hal ini sama dengan hasil penelitian Juliwanto (2008) bahwa faktor sikap mempunyai hubungan yang bermakna dengan pemilihan penolong persalinan.

  Di kelurahan nanggleng, paraji masih menjadi tokoh masyarakat atau orang yang dituakan, sehingga beberapa ibu bersalin masih bersikap negatif dan memilih untuk melahirkan di paraji. Sikap ini juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti pengetahuan dan pengalaman responden, bila mereka pernah melahirkan di paraji dan merasa nyaman, tentu mereka akan mempunyai sikap negatif terhadap tenaga kesehatan.

1.5 Hubungan Status Ekonomi dengan Pemilihan Penolong Persalinan

  Terdapat hubungan antara status ekonomi dengan pemilihan penolong persalinan, dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis. Hal ini sesuai dengan pendapat Juariah (2009) bahwa ekonomi yang kurang menjadi alasan perempuan untuk lebih memilih dukun sebagai penolong. Karena mereka beralasan bahwa dukun lebih murah dibanding tenaga kesehatan lainnya. Mereka menganggap dukun murah karena mereka dapat membayarnya dengan beras, kelapa atau ayam yang tersedia di rumah mereka. Mereka tidak ingin memilih bidan karena mereka harus membayar bidan dengan uang yang kadang-kadang tidak tersedia di rumah mereka.

  Sebaliknya, perempuan yang menganggap bahwa biaya ke dukun sama dengan ke bidan, hanya cara pembayarannya yang berbeda cenderung akan memilih bidan. Mereka berpendapat bahwa, jika memilih bidan mereka harus membayar dengan uang yang relatif banyak dalam sekali waktu, tetapi jika mereka memilih dukun, mereka harus membayar secara berkesinambungan sampai periode nifas (Juariah, 2009).

  Begitu pula dengan penelitian Nur Latifah (2010) menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara status ekonomi dengan pemilihan penolong persalinan.

  Sejak tahun 2011, pemerintah telah mencanangkan program Jampersal untuk membantu ibu

  • – ibu yang kurang mampu atau ekonomi kurang dan tujuan akhirnya meningkatkan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan.

  Dengan adanya program jampersal, seharusnya kendala ekonomi tidak lagi menjadi masalah, tetapi kurangnya pengetahuan ibu dan bagaimana sikap ibu juga mempengaruhi dalam pemilihan penolong persalinan ini. Dimana ibu bersalin lebih memilih melahirkan di paraji daripada di tenaga kesehatan memakai jampersal karena takut dengan persyaratan jampersal yaitu wajib menggunakan KB jangka panjang (IUD, Implant dan MOW).

2. Multivariat

  Dari hasil penelitian penulis, diketahui bahwa faktor- faktor yang berhubungan secara signifikan dengan pemilihan penolong persalinan adalah pendidikan dan pengetahuan. Dan faktor yang paling dominan adalah pengetahuan.

  Menurut Green, perilaku (dalam hal ini adalah pemilihan penolong persalinan) dipengaruhi oleh faktor predisposisi (pengetahuan, sikap masyarakat, tradisi dan kepercayaan, sistem nilai yang dianut, tingkat pendidikan dan sosial ekonomi), faktor pendukung (ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan) dan faktor penguat ( sikap, prilaku tokoh masyarakat serta petugas kesehatan) (Notoadmodjo , 2007).

  Pengetahuan menjadi faktor yang paling berpengaruh terhadap pemilihan penolong persalinan, karena dengan pengetahuan yang baik responden dapat membuat keputusan dengan baik, berdasarkan apa yang dia ketahui. Pendidikan juga mempunyai hubungan yang signifikan dimana pendidikan dapat mempengaruhi pengetahuan, sehingga keduanya menjadi faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan penolong persalinan.

  Pengetahuan responden kurang bisa juga disebabkan oleh faktor lingkungan yang salah satunya adalah tenaga kesehatan khususnya bidan wilayah. Bidan wilayah sangat berperan dalam meningkatkan pengetahuan responden dengan memperhatikan kualitas dan kuantitas pendidikan kesehatan yang diberikan terhadap responden. Di Kota Sukabumi termasuk kelurahan Nanggleng telah berjalan program kelas ibu di luar program penyuluhan kesehatan, dimana ibu-ibu hamil, nifas dan ibu-ibu yang mempunyai balita dikumpulkan dengan membentuk kelas-kelas kecil untuk membahas seputar masalah kesehatan ibu dan anak yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan ibu-ibu tersebut. Kegiatan ini mempunyai kelemahan dimana bidan tidak bisa mengontrol peserta kelas ibu tersebut, seperti peserta yang berubah-rubah, peserta yang tidak rutin mengikuti kelas dsb.

  Bidan wilayah juga bisa meningkatkan pengetahuan ibu dengan cara memberikan asuhan secara komprehensif termasuk memberi penyuluhan seputar kesehatan ibu dan anak. Hal ini dapat dilakukan secara maksimal apabila bidan wilayah tinggal di kelurahan tersebut, dimana dia bisa lebih sering berinteraksi dengan masyarakat. Tetapi kenyataannya kebijakan di kota sukabumi, penunjukkan bidan wilayah tidak berdasarkan

  

domisili. Bahkan ada kemungkinan bidan wilayah bertempat tinggal sangat jauh dari

wilayah tanggung jawabnya, sehingga masyarakat kesulitan untuk meminta pertolongan.

  Pengetahuan juga dipengaruhi oleh sosial budaya, dimana kelurahan Nanggleng masih menjadikan paraji sebagai tokoh masyarakat atau orang yang dituakan, sehingga apa yang diucapkan oleh paraji tersebut diyakini kebenarannya. Apabila tenaga kesehatan khususnya bidan dapat bekerja sama dengan paraji melalui program pembinaan paraji, dimana penolong persalinannya adalah tenaga kesehatan dan asuhan selanjutnya (pijat ibu, memandikan bayi dsb) dilakukan oleh paraji. Sehingga target pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dapat meningkat.

E. SIMPULAN DAN SARAN a. Simpulan

  Hasil penelitian terhadap ibu bersalin di kelurahan Nanggleng Kota Sukabumi tahun 2012 tentang Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan penolong persalinan menunjukkan : 1.

  Sebagian besar dari responden (64,4%) memilih bersalin di tenaga kesehatan, sebagian besar dari responden (68,5%) berpendidikan tinggi, pengetahuan responden sebagian besar baik yaitu sebanyak 49 orang (67,1 %), sebagian besar sikap responden positif yaitu sebanyak 40 orang (54,8%), dan sebagian besar dari responden mempunyai status ekonomi yang cukup sebanyak 50 orang (68,5%).

  2. Tidak terdapat hubungan umur dengan pemilihan penolong persalinan.

  3. Terdapat hubungan antara pendidikan dengan pemilihan penolong persalinan, dengan PR 6,648.

  4. Terdapat hubungan antara pengetahuan dengan pemilihan penolong persalinan, dengan PR 22,800.

  5. Terdapat hubungan antara sikap dengan pemilihan penolong persalinan, dengan nilai PR 3,66.

  6. Terdapat hubungan antara status ekonomi dengan pemilihan penolong persalinan, dengan PR 3,7.

  7. Variabel pendidikan dan pengetahuan mempunyai hubungan yang signifikan terhadap variabel pemilihan penolong persalinan dan pengetahuan merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan pemilihan penolong persalinan dengan POR 41,306.

b. Saran 1.

  Dengan mengetahui bahwa pengetahuan ibu menjadi faktor yang paling berhubungan dengan pemilihan penolong persalinan, tenaga kesehatan terutama bidan bisa berupaya untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat sehingga dapat meningkatkan perilaku hidup sehat masyarakat.

  2. Diharapkan akan adanya penelitian lebih lanjut secara kualitatif supaya lebih bisa menggali permasalahan yang sebenarnya, agar solusi yang efektif akan diperoleh untuk meningkatkan taraf kesehatan masyarakat.

  3. Bagi dinas kesehatan kota sukabumi diharapkan meninjau kembali penempatan bidan wilayah disesuaikan dengan tempat tinggal bidan tersebut.

  4. Diharapkan puskesmas Nanggleng dapat menambah atau meningkatkan program penyuluhan, kelas ibu, dan konseling pada ibu-ibu hamil, nifas dan masa antara agar angka persalinan di tenaga kesehatan meningkat.

  5. Diharapkan adanya perbaikan pelaksanaan program kelas ibu sehingga lebih terarah dan dapat mencapai tujuannya yaitu peningkatan pengetahuan ibu.

  6. Diharapkan adanya program pembinaan paraji, agar paraji dengan bidan dapat bekerja sama dalam memberikan asuhan terhadap ibu bersalin, sehingga cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan bisa meningkat.

7. Diharapkan adanya sosialisasi program jampersal lebih intensif pada masyarakat, agar masyarakat lebih tertarik untuk melahirkan di tenaga kesehatan.

  Di bidan komunitas dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas pendidikan kesehatan pada ibu hamil, bersalin dan nifas dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak, untuk meningkatkan pengetahuan ibu