Jenis-jenis pajak Pemungutan pajak

8 rangka melindungi produksi dalam negeri, pemerintah menetapkan bea masuk yang tinggi untuk produk luar negeri.

1.3.3 Jenis-jenis pajak

Pajak dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok Waluyo, 2010: 12, adalah sebagai berikut: 1.3.3.1 Menurut golongan, dibagi menjadi dua adalah sebagai berikut: a. Pajak langsung, adalah pajak yang pembebanannya tidak dapat dilimpahkan pihak lain, tetapi harus menjadi beban langsung wajib pajak yang bersangkutan. Contoh: Pajak Penghasilan PPh b. Pajak tidak langsung, adalah pajak yang pembebanannya dapat dilimpahkan kepada pihak lain. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai PPN. 1.3.3.2 Menurut sifat a. Pajak subjektif, adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya yang selanjutnya dicari syarat objektifnya, dalam arti memperhatikan keadaan dari wajib pajak. Contoh: PPh. b. Pajak objektif, adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh: PPN. 1.3.3.3 Menurut pemungut dan pengelolanya, adalah sebagai berikut: a. Pajak pusat, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. b. Pajak daerah, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. 9

1.3.4 Pemungutan pajak

1.3.4.1 Asas pemungutan pajak Menurut Adam Smith dalam bukunya Wealth of Nations dengan ajaran yang terkenal The Four Maxims, asas pemungutan pajak adalah sebagai berikut. a. Asas Equality asas keseimbangan dengan kemampuan atau asas keadilan: pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara harus sesuai dengan kemampuan dan penghasilan wajib pajak. Negara tidak boleh bertindak diskriminatif terhadap wajib pajak. b. Asas Certainty asas kepastian hukum: semua pungutan pajak harus berdasarkan undang - undang, sehingga bagi yang melanggar akan dapat dikenai sanksi hukum. c. Asas Convinience of Payment asas pemungutan pajak yang tepat waktu atau asas kesenangan: pajak harus dipungut pada saat yang tepat bagi wajib pajak saat yang paling baik, misalnya disaat wajib pajak baru menerima penghasilannya atau disaat wajib pajak menerima hadiah. d. Asas Efficiency asas efisien atau asas ekonomis: biaya pemungutan pajak diusahakan sehemat mungkin, jangan sampai terjadi biaya pemungutan pajak lebih besar dari hasil pemungutan pajak. Asas pemungutan pajak lainnya Waluyo, 2010: 16 antara lain adalah: a. Asas domisili b. Asas sumber c. Asas kebangsaan 10 1.3.4.2 Sistem pemungutan pajak a. Official Assessment System Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemerintah fiskus untuk menentukan besarnya pajak terutang. Ciri-ciri official assessment system adalah sebagi berikut:  Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang berada pada fiskus.  Wajib pajak bersifat pasif.  Utang pajak timbul setelah dikeluarkannya surat ketetapan pajak oleh fiskus. b. Self Assessment System Sistem ini merupakan pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar. c. Witholding Assessment System Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. Sistem pemungutan pajak di Indonesia menganut ke tiga sistem pemungutan pajak di atas. Misalnya, official assessment system dipakai pada pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan PBB P2, self assessment system 11 dipakai dalam pemungutan Pajak Penghasilan PPh orang pribadi atau badan dan Pajak Pertambahan Nilai PPN, serta witholding assessment system dipakai dalam pemungutan pemotongan PPh pasal 21 atas karyawan pegawai. Dengan adanya self assessment system yang memberikan wewenang kepada wajib pajak dalam hal kewajiban pajaknya, diharapkan kesadaran masyarakat untuk melunasi kewajiban membayar pajak. Dengan self assessment system yang dianut dalam sistem perpajakan Indonesia sekarang ini menuntut Direktorat Jendral Pajak untuk meningkatkan jumlah penerimaan pajak. Dalam usaha untuk meningkatkan penerimaan pajak Direktorat Jenderal Pajak telah melakukan berbagai usaha, antara lain: 1. Ekstensifikasi. Ekstensifikasi dapat ditempuh dengan cara meningkatkan jumlah wajib pajak yang aktif. 2. Intensifikasi Intensifikasi dapat ditempuh melalui: a. Meningkatkan kepatuhan wajib pajak, b. Peningkatan kualitas aparatur perpajakan, c. Pelayanan prima terhadap wajib pajak, d. Pembinaan kepada para wajib pajak, e. Pengawasaan administrative, f. Pemeriksaan, g. Penyidikan, 12 h. Penagihan pasif dan aktif serta, i. Penegakan hukum. Salah satu dari cara Intensifikasi perpajakan yaitu pemeriksaan akan diangkat sebagai judul dari Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

1.4. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri