37
2. LHP untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan sekurang-
kurangnya memuat: a.
Penugasan pemeriksaan; b.
Identitas wajib pajak; c.
Pembukuan atau pencatatan wajib pajak; d.
Pemenuhan kewajiban perpajakan; e.
Datainformasi yang tersedia; f.
Buku dan dokumen yang dipinjam; g.
Materi yang diperiksa; h.
Uraian hasil pemeriksaan; i.
Ikhtisar hasil pemeriksaan; j.
Penghitungan pajak terutang; dan k.
Simpulan dan usul pemeriksa pajak.
3.6.2. Standar Pemeriksaan Pajak Dengan Tujuan Lain
3.6.2.1. Standar Umum Pemeriksaan
Standar umum pemeriksaan merupakan standar yang bersifat pribadi dan berkaitan dengan persyaratan pemeriksa pajak PMK Republik Indonesia Nomor:
17PMK.032013, pasal 73. Pelaksanaan dilaksanakan oleh pemeriksa pajak yang memenuhi syarat PMK Republik Indonesia Nomor: 17PMK.032013, pasal 73:
1. Telah mendapat pendidikan dan pelatihan teknis yang cukup serta memiliki
keterampilan sebagai pemeriksa pajak; 2.
Menggunakan keterampilannya secara cermat dan seksama;
38
3. Jujur dan bersih dari tindakan-tindakan tercela serta senantiasa
mengutamakan kepentingan negara; dan 4.
Taat terhadap berbagai ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.
3.6.2.2. Standar Pelaksanaan Pemeriksaan
Pelaksanaan pemeriksaan untuk tujuan lain harus dilakukan sesuai dengan standar pelaksanaan pemeriksaan
PMK Republik Indonesia Nomor: 17PMK.032013, pasal 74, yaitu:
1. Pelaksanaan pemeriksaan harus didahului dengan persiapan yang baik,
sesuai dengan tujuan pemeriksaan, dan mendapat pengawasan yang seksama;
2. Luas pemeriksaan disesuaikan dengan kriteria dilakukannya pemeriksaan
untuk tujuan lain; 3.
Pemeriksaan dilakukan oleh tim pemeriksa pajak yang terdiri dari 1 satu orang supervisor, 1 satu orang ketua tim, dan 1 satu orang atau lebih
anggota tim, dan dalam keadaan tertentu ketua tim dapat merangkap sebagai anggota tim;
4. Pemeriksaan dapat dilaksanakan di kantor Direktorat Jenderal Pajak, tempat
tinggal atau tempat kedudukan wajib pajak, tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas wajib pajak, danatau di tempat lain yang dianggap perlu
oleh pemeriksa pajak;
5. Pemeriksaan dilaksanakan pada jam kerja dan apabila diperlukan dapat
dilanjutkan di luar jam kerja; dan 6.
Pelaksanaan pemeriksaan didokumentasikan dalam bentuk KKP. Kegiatan pemeriksaan untuk tujuan lain harus didokumentasikan dalam
bentuk KKP dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut PMK Republik Indonesia Nomor: 17PMK.032013, pasal 75:
1. KKP wajib disusun oleh pemeriksa pajak dan berfungsi sebagai:
a. Bukti bahwa pemeriksa pajak telah melaksanakan pemeriksaan
berdasarkan standar pemeriksaan; dan
39
b. Dasar pembuatan LHP;
2. KKP harus memberikan gambaran mengenai:
a. Data, keterangan, danatau bukti yang diperoleh;
b. Prosedur pemeriksaan yang dilaksanakan; dan
c. Simpulan danhal-hal lain yang dianggap perlu yang berkaitan dengan
pemeriksaan. 3.6.2.3.
Standar Pelaporan Hasil Pemeriksaan Kegiatan pemeriksaan untuk tujuan lain harus dilaporkan dalam bentuk LHP
yang disusun sesuai standar pelaporan hasil pemeriksaan PMK Republik Indonesia Nomor: 17PMK.032013, pasal 76, yaitu:
a. LHP disusun secara ringkas dan jelas, memuat ruang lingkup atau pos- pos yang diperiksa sesuai dengan tujuan pemeriksaan, memuat simpulan
pemeriksa pajak dan memuat pula pengungkapan informasi lain yang terkait;
b. LHP untuk tujuan lain sekurang-kurangnya memuat:
Identitas wajib pajak;
Penugasan pemeriksaan;
Dasar tujuan pemeriksaan;
Buku dan dokumen yang dipinjam;
Materi yang diperiksa;
Uraian hasil pemeriksaan; dan
Simpulan dan usul pemeriksa.
40
3.7. Kewajiban dan Wewenang Pemeriksa Pajak