7
b.  Pembelajaran Matematika SMK
Pembelajaran  menurut  Slavin  2008,  6  merupakan  perubahan  tingkah  laku individu  yang  disebabkan  oleh pengalaman.  Menurut  Fontana,  1981:  147  yang
dikutip  oleh  Erman  Suherman  dalam  bukunya  Strategi  Pembelajaran Kontemporer  2003:  7,  bahwa  pembelajaran  merupakan  upaya  penataan
lingkunan  yang  member  nuansa  agar  program  belajar  tumbuh  dan  berkembang secara optimal. Menurut  Oemar Hamalik, 2005, 61, pembelajaran adalah upaya
mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik. Menurut  Permendikbud  No  81A  Tahun  2013,  pembelajaran  merupakan  proses
pendidikan  yang  memberikan  kesempatan  kepada  siswa  untuk  mengembangkan potensi  mereka  menjadi  kemampuan  yang  semakin  lama  semakin  meningkat
dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Pembelajaran  dalam  sekolah  meliputi  berbagai  mata  pelajaran,  salah  satunya
adalah matematika. Matematika Soedjadi, 2000: 11 adalah pengetahuan tentang penalaran  logika  dan  bilangan.  Matematika  juga  dapat  diartikan  sebagai  cabang
ilmu  pengetahuan  eksak  yang  terorganisir  secara  sistematik.      Berdasarkan pengertian  pembelajaran  dan  matematika  yang  telah  diuraikan,  maka  dapat
diambil  kesimpulan bahwa pembelajaran matematika adalah suatu kegiatan sadar yang dilakukan untuk mengorganisir siswa belajar tentang bilangan.
Peserta  didik  usia  SMK  berada  pada  tahap  kognitif  operasinal  formal. Menurut  Piaget  Penney  Upton,  2012:  24,  pada  tahap  ini  siswa  sudah  mampu
untuk  menyelesaikan  masalah-masalah  abstrak  secara  logis.  Pada  tahap  ini  juga dikemukakan  bahwa  kedua  belahan  otak  sangat  berperan  dalam  pembelajaran
8 matematika. Maka dari itu, pembelajaran matematika harus menjadi pembelajaran
yang dapat mengembangkan proses berpikir siswa.
2.  Karakteristik Siswa SMK
Siswa tingkat Sekolah Menengah yang meliputi SMP, SMA, dan SMK berada Hamalik,  2007:  116.  Menurut  Piaget  Dimyati  dan  Mudjiono,  2009:  14,
perkembangan  intelektual  melalui  tahap-tahap  sensorik  motorik  0-2  tahun,  pra operasional 2-7 tahun,  operasional konkret  7-11 tahun dan operasional formal
di  atas  11  tahun.  Pada  tahap  operasional  formal,  anak  dapat  berpikir  abstrak seperti  pada  orang  dewasa.  Berdasarkan  klasifikasi  tersebut,  maka  siswa  SMK
tergolong pada tingkat perkembangan yang disebut masa remaja dan telah mampu berpikir abstrak pada tahap operasional formal.
Mohammad  Ali  dan  Mohammad  Ansori  2008  :  32  menyebutkan  beberapa karakteristik menonjol pada tahap operasional formal, yaitu:
a. Individu dapat mencapai logika dan rasio serta dapat menggunakan abstraksi.
b. Individu mulai mampu berpikir logis dengan objek-objek yang abstrak.
c. Individu  mulai  mampu  memecahkan  persoalan-persoalan  yang  bersifat
hipotesis. d.
Individu  bahkan  mulai  mampu  membuat  perkiraan  forecasting  di  masa depan.
e. Individu mulai mampu untuk menginstropeksi diri sendiri sehingga kesadaran
diri sendiri tercapai.
9 f.
Individu  mulai  mampu  membayangkan  peranan-peranan  yang  akan diperankan sebagai orang dewasa.
g. Individu  mulai  mampu  untuk  menyadari  diri  mempertahankan  kepentingan
masyarakat di lingkungannya dan seseorang dalam masyarakat tersebut. Di  lingkungan  sekolah,  para  remaja  ini  khususnya  siswa  SMK  juga
mempunyai  suatu  kebutuhan  untuk  dapat  membantu  mereka  menikmati  bangku pendidikannya.  Dalam  hal  ini  peran  guru  sangatlah  dibutuhkan  mengingat  guru
adalah  orang  tua  ketika  siswa  berada  di  lingkungan  sekolah.  Guru  hendaknya selalu sensitif terhadap  kebutuhan para siswa dan berusaha memahaminya sebaik
mungkin. Tugas guru tidak hanya  menyampaikan ilmu kepada siswa namun juga memberikan perhatian dan pengertian kepada siswanya.  Menurut Oemar Hamalik
2007 : 119, tiga aspek yang perlu diperhatikan oleh guru adalah sebagai berikut. a.
Mempelajari kebutuhan remaja melalui berbagai pendapat orang dewasa. b.
Mengadakan  angket  yang  ditujukan  kepada  para  remaja  untuk  mengetahui masalah-masalah yang sedangpernah mereka hadapi.
c. Bersikap  sensitif  terhadap  kebutuhan  yang  tiba-tiba muncul  dari  siswa  yang
berada di bawah bimbingannya. Developmental  School  Counseling  Programs dalam  Sciarra,  2004:133,
menyebutkan  kompetensi  yang  harus  dikuasai  oleh  siswa  Sekolah  Menengah
Kejuruan yakni:
a. Siswa kelas 10 harus mempunyai kemampuan: mengklarifikasi peranan nilai
dalam  pilihan  karir,  membedakan  pendidikan  dan  keahlian  yang  dibutuhkan dalam  karir  berdasarkan  minat,  menyadari  pengaruh  pada  pekerjaan  atau
10 pilihan karir pada area kehidupan yang lain, mulai mengakses secara realistik
potensi  mereka  dalam  lapangan  yang  bervariasi,  mengembangkan  keahlian dalam  memprioritaskan  kebutuhan  yang  dihubungkan  dengan  perencanaan
karir.
b. Siswa  kelas  11  harus  mempunyai  kemampuan:  memperhalus  tujuan  karir
masa  datang  melalui  informasi  tentang  diri,  menggunakan  sumber-sumber yang ada, dan berkonsultasi dengan yang lain, mengkoordinasikan kelas yang
telah  diseleksi  dengan  tujuan  karir,  mengidentifikasikan  persyaratan pendidikan  spesifik  yang  diperlukan  untuk  mencapai  tujuan,  mengklarifikasi
nilai-nilai pada diri sebagai suatu hal yang berhubungan dengan pekerjaan dan
waktu luang.
c. Siswa kelas 12 harus mempunyai kemampuan: melengkapi persyaratan untuk
transisi  dari  sekolah  menengah  atas,  membuat  komitmen  untuk  perencanaan karir, memahami potensi dengan adanya perubahan minat atau nilai-nilai yang
dihubungkan dengan pekerjaan,  memahami  potensi karena  adanya  perubahan dalam  pasar  kerja,  memahami  perkembangan  karir  sebagai  sebuah  proses
sepanjang hidup, menerima tanggung jawab untuk arah karir diri sendiri.
Berdasarkan tugas-tugas perkembangan siswa SMK di atas, dapat disimpulkan bahwa  diantara  tugas  siswa  SMK  adalah  persiapan  karir  mempersiapkan  karir
ekonomi  atau  melanjutkan  pendidikan  tinggi  dan  mencapai  kematangan  dalam pilihan karir jabatan.
11
3.  Kurikulum 2013