Survei Hama dan Penyakit pada Pertanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) di Desa Ciherang, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.

SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN
MENTIMUN (Cucumis sativus Linn.) DI DESA CIHERANG,
KECAMATAN PACET, KABUPATEN CIANJUR,
JAWA BARAT

DWI PRIYO PRABOWO

PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009

ABSTRAK

DWI PRIYO PRABOWO, Survei Hama dan Penyakit pada Pertanaman
Mentimun (Cucumis sativus L.) di Desa Ciherang, Kecamatan Pacet, Kabupaten
Cianjur, Jawa Barat. Dibimbing oleh AUNU RAUF dan ABDJAD ASIH
NAWANGSIH.

Penelitian bertujuan menginventarisasi hama dan penyakit yang

menyerang mentimun, serta mengetahui jenis-jenis lalat pengorok daun dan
parasitoidnya yang ditemukan pada pertanaman mentimun di kampung Buniaga
(Buniaga Sawah Lega, Buniaga Legok, dan Buniaga Nangeuk) Desa Ciherang,
Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat. Pengamatan hama dan
penyakit dilakuan dengan dua cara, pengamatana lahan survei yang dilakukan
secara acak dan pengamatan lahan mingguan yang dilakukan terhadap tanaman
mulai usia 2 minggu hingga panen. Pada pengamatan lahan survei diperoleh data
dari 7 lahan milik petani yang berbeda dengan usia tanaman yang berbeda-beda.
Selain itu juga dilakukan pengambilan contoh daun bergejala korokan untuk
diamati tingkat parasitisasi terhadap lalat pengorok daun. Hama yang ditemukan
menyerang tanaman mentimun antara lain: kutudaun Aphis gossypii (Hemiptera:
Aphididae), trips Thrips parvispinus (Tysanoptera: Tripidae), kutu kebul
Trialeurodes vaporariorum (Hemiptera: Aleyrodidae), lalat pengorok daun
Liriomyza huidobrensis (Diptera: Agromyzidae), kumbang daun Aulacophora
similis (Coleoptera: Chrysomelidae), dan ulat daun Diaphania indica
(Lepidoptera: Pyralidae). Selain itu juga dijumpai gejala buah bengkok, yang
diduga disebabkan oleh serangan kepik Leptoglossus australis (Hemiptera:
Coreidae). Parasitoid yang berasosiasi dengan hama pengorok daun adalah Opius
chromatomyiae (Hyemenoptera: Braconidae) dan Hemiptarsenus varicornis
(Hymenoptera: Eulopidae). Sedangkan penyakit-penyakit penting yang terdapat

pada lahan pertanaman mentimun adalah layu yang disebabkan nematoda puru
akar Meloidogyne arenaria, embun bulu yang disebabkan Pseudoperonospora
cubensis, bercak daun yang disebabkan Alternaria sp. dan Colletotrichum sp. dan
penyakit mosaik mentimun yang disebabkan Cucumber Mosaic Virus (CMV).
Serangga hama yang banyak menimbulkan kerusakan berat dan kehilangan hasil
panen adalah lalat pengorok daun L. huidobrensis dan kutudaun A. gossypii.
Kehilangan hasil panen juga terjadi karena munculnya gejala buah bengkok, yang
sebagian diduga disebabkan oleh serangan kepik L. australis. Penyakit utama
pada pertanaman mentimun di lokasi penelitian adalah layu yang disebabkan oleh
nematoda M. arenaria dan embun bulu yang disebabkan oleh P. cubensis

SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN
MENTIMUN (Cucumis sativus Linn.) DI DESA CIHERANG,
KECAMATAN PACET, KABUPATEN CIANJUR,
JAWA BARAT

DWI PRIYO PRABOWO
A44104021

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009

LEMBAR PENGESAHAN
Judul

:

Survei Hama dan Penyakit pada Pertanaman Mentimun
(Cucumis sativus L) di Desa Ciherang, Kecamatan
Pacet, Kabupaten Ciajur, Jawa Barat

Nama


:

Dwi Priyo Prabowo

NRP

:

A44104021

Menyetujui,

Pembimbing I

Pembimbing II

Prof. Dr Ir. Aunu Rauf, MSc.
NIP. 130607614

Dr. Ir. Abdjad Asih Nawangsih, MSi.

NIP. 131869954

Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, MAgr.
NIP 131124019

Tanggal Lulus :

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pekalongan pada tanggal 21 Mei 1986, merupakan
putra kedua dari pasangan Ruspadi dan Yuliati. Penulis menamatkan pendidikan
dasar di SDN Rowokembu 1 pada tahun 1998, Sekolah Menengah Pertama di
SLTP N1 Wonopringgo pada tahun 2001 dan Sekolah Menengah Atas di SMU N
1 Kajen Kabupaten Pekalongan tahun 2004.
Pada tahun 2004 penulis diterima di Program Studi Hama dan Penyakit
Tumbuhan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di berbagai organisasi di IPB, antara

lain: Ikatan Mahasiswa Pekalongan (IMAPEKA) tahun 2004-2006, UKM Basket
IPB tahun 2004-2006, Himpunan Mahasiswa Proteksi Tanaman (Himasita)
sebagai Staf Departemen Sosial Kemasyarakatan tahun 2006 dan Ketua
Departemen Luar Negeri tahun 2007, Klub Fotografi Capung tahun 2006 dan
Majalah Metamorfosa tahun 2006-2008. Selain aktif di kegiatan kemahasiswaan,
penulis juga pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Entomologi Umum
tahun 2006 dan Dasar-Dasar Proteksi Tanaman tahun 2008.

PRAKATA
Puji serta syukur penulis panjatkan atas ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi dengan judul “Survei Hama dan Penyakit pada Pertanaman
Mentimun (Cucumis sativus L) di Desa Ciherang, Kecamatan Pacet, Kabupaten
Ciajur, Jawa Barat”. Penelitian dan penulisan skripsi ini merupakan salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada Prof. Dr. Ir. Aunu Rauf,. MSc. dan Dr. Ir. Abdjad Asih
Nawangsih, Msi. yang telah bersedia menjadi dosen pembimbing dan telah
memberikan arahan kepada penulis sehingga penelitian ini dapat terselesaikan
dengan baik. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Kikin

Hamzah Mutaqin MSi. selaku dosen penguji tamu dalam sidang skripsi atas saran
dan kritik yang diberikan untuk kesempurnaan laporan akhir ini.
Selanjutnya penulis juga mengucapkan terima kasih kepada petani
sayuran di Desa Ciherang yang telah membantu penulis melaksanakan penelitian.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada segenap staf Departemen Proteksi
Tanaman Dra. Dewi Sartiami Msi., Pak Wawan, Pak Gatut dan Bu Aisyah yang
telah membantu dalam identifikasi hama dan penyakit.
Tak lupa juga penulis mengucapkan terimakasih kepada rekan-rekan
Laboratorium Ekologi Serangga, Nematologi Tumbuhan dan Biosistematiaka
serangga Cok, Fiat, Dery, Billy, Herma, Gyas, Isma, Pipit, Magda, Yuli yang
telah membantu penulis selama di laboratorium, Vani Nur Oktaviany, serta rekanrekan Wisma panggung (Indra, Umam, Juhli) atas bantuan transportasinya dan
Wisma Sarang Rayap yang telah membatu selama masa penulisan. Terakhir
penulis juga mengucapkan terimakasih kepada rekan-rekan mahasiswa HPT
angakatan 41, 42, dan 43 yang telah memberi dorongan motivasi kepada penulis
namun tidak dapat dicantumkan namanya pada kesempatan ini.

Bogor, Januari 2009

Dwi Priyo Prabowo


DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .............................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xi
PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
Latar Belakang .......................................................................................... 1
Tujuan Penelitian ...................................................................................... 2
Manfaat Penelitian .................................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 3
Mentimun .................................................................................................. 3
Budidaya Tanaman Mentimun ................................................................... 4
Hama .......................................................................................................... 6
Penyakit ...................................................................................................... 10
BAHAN DAN METODE .................................................................................. 14
Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 14
Metode Penelitian ...................................................................................... 14
Penentuan Lahan Pengamatan dan Contoh Petak Tanaman ................ 14
Wawancara dengan Petani ................................................................... 14
Pengamatan Hama................................................................................ 15

Penentuan Tingkat Parasitisasi Pengorok Daun................................... 15
Pengamatan Penyakit .......................................................................... 16
HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 16
Keadaan Umun Lahan Pertanaman Sayuran Desa Ciherang ..................... 16
Hama .......................................................................................................... 19
Kutudaun .............................................................................................. 19
Trips ..................................................................................................... 22
Kutu kebul ........................................................................................... 22
Ulat daun ............................................................................................. 24
Kumbang daun ..................................................................................... 26
Gejala buah bengkok ............................................................................ 26
Lalat pengorok daun dan tingkat parasitisasi ....................................... 28

Penyakit ...................................................................................................... 31
Layu .................................................................................................... 31
Mosaik .................................................................................................. 32
Bercak daun ......................................................................................... 34
Embun bulu .......................................................................................... 35
KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 38
Kesimpulan ............................................................................................... 38

Saran .......................................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 39

DAFTAR TABEL

Halaman
1 Lahan pengamatan survei tanaman mentimun Desa Ciherang ....................... 18
2 Lahan pengamatan mingguan tanaman mentimun Desa Ciherang ................. 19
3 Rataan kerapatan populasi A. gossypii (ekor/daun) ....................................... 20
4 Rataan kerapatan populasi T. parvispinus (ekor/daun) .................................. 22
5 Rataan kerapatan populasi T. vaporariorum (ekor/tanaman) ........................ 24
6 Rataan kerapatan populasi D. indica (ekor/tanaman) pada lahan survei ........ 25
7 Rataan kerapatan populasi D. indica (ekor/tanaman) pada lahan pengamatan
mingguan ........................................................................................................ 26
8 Rataan kerapatan populasi (ekor/tanaman) dan intensitas serarangan L.
huidobrensis pada lahan survei....................................................................... 29
9 Rataan kerapatan populasi (ekor/tanaman) dan intensitas serarangan L.
huidobrensis pada lahan pengamatan mingguan ............................................ 29
10 Hasil inkubasi daun mentimun yang terserang lalat pengorok daun ............. 30
11 Hasil inkubasi daun mentimun yang terserang lalat pengorok daun pada lahan

yang diambil contoh daun tiap minggu. ......................................................... 30
12 Insidensi penyakit layu tanaman mentimun di lahan survei .......................... 32
13 Insidensi dan intensitas penyakit bercak daun ............................................... 35
14 Insidensi dan intensitas penyakit embun bulu pada lahan survei.................... 36
15 Insidensi dan intensitas penyakit embun bulu pada lahan pengamatan
mingguan .......................................................................................................... 37

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 A. gossypii, (a) koloni di atas permukaan daun, (b) preparat slide kutudaun . 21
2 Rataan kerapatan populasi A. gossypii dan T. parvispinus (ekor/daun) pada
lahan pengamatan mingguan .......................................................................... 21
3 Preparat slide imago T. parvispinus ................................................................ 21
4 Kutu kebul, T. vaporariorum (a) koloni imago, (b) pupa ............................... 23
5 Rataan kerapatan populasi T. vaporariorum (ekor/tanaman) pada lahan
pengamatan mingguan ................................................................................... 23
6 Ulat mentimun D. indica ................................................................................ 25
7 Gejala buah berlubang yang disebabkan D. indica ........................................ 25
8 Gejala buah bengkok pada pertanaman mentimun ........................................ 27
9 Liriomyza hiudobrensis .................................................................................. 28
10 Parasitoid Liriomyza huidobrensis, Opius chromatomyiae dan Hemiptarsenus
varicornis ........................................................................................................ 28
11 Gejala yang layu yang disebabkan Meloidogyne arenaria (a) gejala pada tajuk
tanaman (b) gejala bintil pada akar tanaman ................................................. 31
12 Insidensi penyakit layu dan mosaik mentimun pada lahan pengamatan
mingguan ........................................................................................................ 33
13 Gejala mosaik pada daun mentimun .............................................................. 33
14 Gejala bercak pada daun mentimun ............................................................... 34
15 Konidia cendawan yang ditemukan pada daun yang menunjukkan gejala
bercak (a) Alternaria sp. (b) Colletotrichum sp. ............................................ 34
16 Gejala embun bulu pada daun mentimun ....................................................... 36

SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN
MENTIMUN (Cucumis sativus Linn.) DI DESA CIHERANG,
KECAMATAN PACET, KABUPATEN CIANJUR,
JAWA BARAT

DWI PRIYO PRABOWO

PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009

ABSTRAK

DWI PRIYO PRABOWO, Survei Hama dan Penyakit pada Pertanaman
Mentimun (Cucumis sativus L.) di Desa Ciherang, Kecamatan Pacet, Kabupaten
Cianjur, Jawa Barat. Dibimbing oleh AUNU RAUF dan ABDJAD ASIH
NAWANGSIH.

Penelitian bertujuan menginventarisasi hama dan penyakit yang
menyerang mentimun, serta mengetahui jenis-jenis lalat pengorok daun dan
parasitoidnya yang ditemukan pada pertanaman mentimun di kampung Buniaga
(Buniaga Sawah Lega, Buniaga Legok, dan Buniaga Nangeuk) Desa Ciherang,
Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat. Pengamatan hama dan
penyakit dilakuan dengan dua cara, pengamatana lahan survei yang dilakukan
secara acak dan pengamatan lahan mingguan yang dilakukan terhadap tanaman
mulai usia 2 minggu hingga panen. Pada pengamatan lahan survei diperoleh data
dari 7 lahan milik petani yang berbeda dengan usia tanaman yang berbeda-beda.
Selain itu juga dilakukan pengambilan contoh daun bergejala korokan untuk
diamati tingkat parasitisasi terhadap lalat pengorok daun. Hama yang ditemukan
menyerang tanaman mentimun antara lain: kutudaun Aphis gossypii (Hemiptera:
Aphididae), trips Thrips parvispinus (Tysanoptera: Tripidae), kutu kebul
Trialeurodes vaporariorum (Hemiptera: Aleyrodidae), lalat pengorok daun
Liriomyza huidobrensis (Diptera: Agromyzidae), kumbang daun Aulacophora
similis (Coleoptera: Chrysomelidae), dan ulat daun Diaphania indica
(Lepidoptera: Pyralidae). Selain itu juga dijumpai gejala buah bengkok, yang
diduga disebabkan oleh serangan kepik Leptoglossus australis (Hemiptera:
Coreidae). Parasitoid yang berasosiasi dengan hama pengorok daun adalah Opius
chromatomyiae (Hyemenoptera: Braconidae) dan Hemiptarsenus varicornis
(Hymenoptera: Eulopidae). Sedangkan penyakit-penyakit penting yang terdapat
pada lahan pertanaman mentimun adalah layu yang disebabkan nematoda puru
akar Meloidogyne arenaria, embun bulu yang disebabkan Pseudoperonospora
cubensis, bercak daun yang disebabkan Alternaria sp. dan Colletotrichum sp. dan
penyakit mosaik mentimun yang disebabkan Cucumber Mosaic Virus (CMV).
Serangga hama yang banyak menimbulkan kerusakan berat dan kehilangan hasil
panen adalah lalat pengorok daun L. huidobrensis dan kutudaun A. gossypii.
Kehilangan hasil panen juga terjadi karena munculnya gejala buah bengkok, yang
sebagian diduga disebabkan oleh serangan kepik L. australis. Penyakit utama
pada pertanaman mentimun di lokasi penelitian adalah layu yang disebabkan oleh
nematoda M. arenaria dan embun bulu yang disebabkan oleh P. cubensis

SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN
MENTIMUN (Cucumis sativus Linn.) DI DESA CIHERANG,
KECAMATAN PACET, KABUPATEN CIANJUR,
JAWA BARAT

DWI PRIYO PRABOWO
A44104021

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009

LEMBAR PENGESAHAN
Judul

:

Survei Hama dan Penyakit pada Pertanaman Mentimun
(Cucumis sativus L) di Desa Ciherang, Kecamatan
Pacet, Kabupaten Ciajur, Jawa Barat

Nama

:

Dwi Priyo Prabowo

NRP

:

A44104021

Menyetujui,

Pembimbing I

Pembimbing II

Prof. Dr Ir. Aunu Rauf, MSc.
NIP. 130607614

Dr. Ir. Abdjad Asih Nawangsih, MSi.
NIP. 131869954

Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, MAgr.
NIP 131124019

Tanggal Lulus :

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pekalongan pada tanggal 21 Mei 1986, merupakan
putra kedua dari pasangan Ruspadi dan Yuliati. Penulis menamatkan pendidikan
dasar di SDN Rowokembu 1 pada tahun 1998, Sekolah Menengah Pertama di
SLTP N1 Wonopringgo pada tahun 2001 dan Sekolah Menengah Atas di SMU N
1 Kajen Kabupaten Pekalongan tahun 2004.
Pada tahun 2004 penulis diterima di Program Studi Hama dan Penyakit
Tumbuhan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di berbagai organisasi di IPB, antara
lain: Ikatan Mahasiswa Pekalongan (IMAPEKA) tahun 2004-2006, UKM Basket
IPB tahun 2004-2006, Himpunan Mahasiswa Proteksi Tanaman (Himasita)
sebagai Staf Departemen Sosial Kemasyarakatan tahun 2006 dan Ketua
Departemen Luar Negeri tahun 2007, Klub Fotografi Capung tahun 2006 dan
Majalah Metamorfosa tahun 2006-2008. Selain aktif di kegiatan kemahasiswaan,
penulis juga pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Entomologi Umum
tahun 2006 dan Dasar-Dasar Proteksi Tanaman tahun 2008.

PRAKATA
Puji serta syukur penulis panjatkan atas ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi dengan judul “Survei Hama dan Penyakit pada Pertanaman
Mentimun (Cucumis sativus L) di Desa Ciherang, Kecamatan Pacet, Kabupaten
Ciajur, Jawa Barat”. Penelitian dan penulisan skripsi ini merupakan salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada Prof. Dr. Ir. Aunu Rauf,. MSc. dan Dr. Ir. Abdjad Asih
Nawangsih, Msi. yang telah bersedia menjadi dosen pembimbing dan telah
memberikan arahan kepada penulis sehingga penelitian ini dapat terselesaikan
dengan baik. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Kikin
Hamzah Mutaqin MSi. selaku dosen penguji tamu dalam sidang skripsi atas saran
dan kritik yang diberikan untuk kesempurnaan laporan akhir ini.
Selanjutnya penulis juga mengucapkan terima kasih kepada petani
sayuran di Desa Ciherang yang telah membantu penulis melaksanakan penelitian.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada segenap staf Departemen Proteksi
Tanaman Dra. Dewi Sartiami Msi., Pak Wawan, Pak Gatut dan Bu Aisyah yang
telah membantu dalam identifikasi hama dan penyakit.
Tak lupa juga penulis mengucapkan terimakasih kepada rekan-rekan
Laboratorium Ekologi Serangga, Nematologi Tumbuhan dan Biosistematiaka
serangga Cok, Fiat, Dery, Billy, Herma, Gyas, Isma, Pipit, Magda, Yuli yang
telah membantu penulis selama di laboratorium, Vani Nur Oktaviany, serta rekanrekan Wisma panggung (Indra, Umam, Juhli) atas bantuan transportasinya dan
Wisma Sarang Rayap yang telah membatu selama masa penulisan. Terakhir
penulis juga mengucapkan terimakasih kepada rekan-rekan mahasiswa HPT
angakatan 41, 42, dan 43 yang telah memberi dorongan motivasi kepada penulis
namun tidak dapat dicantumkan namanya pada kesempatan ini.

Bogor, Januari 2009

Dwi Priyo Prabowo

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .............................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xi
PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
Latar Belakang .......................................................................................... 1
Tujuan Penelitian ...................................................................................... 2
Manfaat Penelitian .................................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 3
Mentimun .................................................................................................. 3
Budidaya Tanaman Mentimun ................................................................... 4
Hama .......................................................................................................... 6
Penyakit ...................................................................................................... 10
BAHAN DAN METODE .................................................................................. 14
Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 14
Metode Penelitian ...................................................................................... 14
Penentuan Lahan Pengamatan dan Contoh Petak Tanaman ................ 14
Wawancara dengan Petani ................................................................... 14
Pengamatan Hama................................................................................ 15
Penentuan Tingkat Parasitisasi Pengorok Daun................................... 15
Pengamatan Penyakit .......................................................................... 16
HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 16
Keadaan Umun Lahan Pertanaman Sayuran Desa Ciherang ..................... 16
Hama .......................................................................................................... 19
Kutudaun .............................................................................................. 19
Trips ..................................................................................................... 22
Kutu kebul ........................................................................................... 22
Ulat daun ............................................................................................. 24
Kumbang daun ..................................................................................... 26
Gejala buah bengkok ............................................................................ 26
Lalat pengorok daun dan tingkat parasitisasi ....................................... 28

Penyakit ...................................................................................................... 31
Layu .................................................................................................... 31
Mosaik .................................................................................................. 32
Bercak daun ......................................................................................... 34
Embun bulu .......................................................................................... 35
KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 38
Kesimpulan ............................................................................................... 38
Saran .......................................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 39

DAFTAR TABEL

Halaman
1 Lahan pengamatan survei tanaman mentimun Desa Ciherang ....................... 18
2 Lahan pengamatan mingguan tanaman mentimun Desa Ciherang ................. 19
3 Rataan kerapatan populasi A. gossypii (ekor/daun) ....................................... 20
4 Rataan kerapatan populasi T. parvispinus (ekor/daun) .................................. 22
5 Rataan kerapatan populasi T. vaporariorum (ekor/tanaman) ........................ 24
6 Rataan kerapatan populasi D. indica (ekor/tanaman) pada lahan survei ........ 25
7 Rataan kerapatan populasi D. indica (ekor/tanaman) pada lahan pengamatan
mingguan ........................................................................................................ 26
8 Rataan kerapatan populasi (ekor/tanaman) dan intensitas serarangan L.
huidobrensis pada lahan survei....................................................................... 29
9 Rataan kerapatan populasi (ekor/tanaman) dan intensitas serarangan L.
huidobrensis pada lahan pengamatan mingguan ............................................ 29
10 Hasil inkubasi daun mentimun yang terserang lalat pengorok daun ............. 30
11 Hasil inkubasi daun mentimun yang terserang lalat pengorok daun pada lahan
yang diambil contoh daun tiap minggu. ......................................................... 30
12 Insidensi penyakit layu tanaman mentimun di lahan survei .......................... 32
13 Insidensi dan intensitas penyakit bercak daun ............................................... 35
14 Insidensi dan intensitas penyakit embun bulu pada lahan survei.................... 36
15 Insidensi dan intensitas penyakit embun bulu pada lahan pengamatan
mingguan .......................................................................................................... 37

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 A. gossypii, (a) koloni di atas permukaan daun, (b) preparat slide kutudaun . 21
2 Rataan kerapatan populasi A. gossypii dan T. parvispinus (ekor/daun) pada
lahan pengamatan mingguan .......................................................................... 21
3 Preparat slide imago T. parvispinus ................................................................ 21
4 Kutu kebul, T. vaporariorum (a) koloni imago, (b) pupa ............................... 23
5 Rataan kerapatan populasi T. vaporariorum (ekor/tanaman) pada lahan
pengamatan mingguan ................................................................................... 23
6 Ulat mentimun D. indica ................................................................................ 25
7 Gejala buah berlubang yang disebabkan D. indica ........................................ 25
8 Gejala buah bengkok pada pertanaman mentimun ........................................ 27
9 Liriomyza hiudobrensis .................................................................................. 28
10 Parasitoid Liriomyza huidobrensis, Opius chromatomyiae dan Hemiptarsenus
varicornis ........................................................................................................ 28
11 Gejala yang layu yang disebabkan Meloidogyne arenaria (a) gejala pada tajuk
tanaman (b) gejala bintil pada akar tanaman ................................................. 31
12 Insidensi penyakit layu dan mosaik mentimun pada lahan pengamatan
mingguan ........................................................................................................ 33
13 Gejala mosaik pada daun mentimun .............................................................. 33
14 Gejala bercak pada daun mentimun ............................................................... 34
15 Konidia cendawan yang ditemukan pada daun yang menunjukkan gejala
bercak (a) Alternaria sp. (b) Colletotrichum sp. ............................................ 34
16 Gejala embun bulu pada daun mentimun ....................................................... 36

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1 Kepik L. australis yang diduga menyebabkan gejala buah bengkok pada
mentimun .......................................................................................................... 43
2 Kumbang daun A. similis .. ............................................................................... 43
3 Rataan kerapatan populasi A. gossypii (ekor/daun) pada lahan pengamatan
mingguan .......................................................................................................... 43
4 Rataan kerapatan populasi T. parvispinus (ekor/daun) pada lahan pengamatan
mingguan .......................................................................................................... 44
5 Rataan kerapatan populasi T. vaporariorum (ekor/daun) pada lahan pengamatan
mingguan .......................................................................................................... 44
6 Insidensi penyakit layu mentimun pada lahan pengamatan mingguan ............ 44
7 Insidensi penyakit mosaik oleh CMV pada lahan pengamatan mingguan ..... 45

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Mentimun (Cucumis sativus Linn.) merupakan salah satu sayuran buah
yang banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia dalam bentuk segar. Selain
dimanfaatkan dalam bentuk buah segar yaitu sebagai lalap, asinan, acar dan salad,
mentimun juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan indusrti (kosmetika dan obatobatan) (Sumpena 2001). Menurut Astawan (2008) pada mentimun terdapat
senyawa kukurbitasin, yang memiliki aktifitas antitumor, selain itu dalam biji
mentimun terdapat senyawa

Conjugated Linoleic Acid (CLA) yang bersifat

sebagai antioksidan yang dapat mencegah kerusakan tubuh akibat radikal bebas.
Produksi mentimun Indonesia masih sangat rendah yaitu 3,5 – 4,8 ton/ha,
padahal potensinya dapat mencapai 20 ton/ha terutama jika menanam varietas
hibrida. Varietas hibrida dapat menghasilkan produksi buah yang lebih tinggi
daripada varietas lokal karena pertumbuhan mentimun hibrida bersifat seragam,
relatif tahan terhadap penyakit terutama virus, dan produksinya hingga diatas 2 kg
per pohon. Namun produksi mentimun hibrida hanya maksimal jika ditanam di
lahan pada ketinggian 1.000-1.200 meter dpl (Rukmana 1994).
Seperti halnya tanaman sayuran lain, mentimun juga merupakan salah satu
sayuran yang rentan terhadap serangan hama serta infeksi patogen tanaman.
Serangan hama dan patogen merupakan gangguan pertumbuhan mentimun yang
perlu diwaspadai, karena selain menggangu pertumbuhan adanya serangan hama
dan penyakit dapat menurunkan produksi mentimun.
Di Indonesia hama penting pada tanaman mentimun secara umum adalah
kumbang daun Aulacophora sp. dan kutu daun Aphis gossypii; sedangkan
penyakit yang banyak menginfeksi tanaman mentimun adalah CMV, layu, embun
tepung, busuk buah dan embun bulu (Sumpena 2001).
Lalat pengorok daun Liriomyza spp. merupakan salah satu hama penting
pada komoditas pertanian, terutama komoditas tanaman sayur-sayuran. Liriomyza
spp. merupakan hama yang bersifat polifag yang dapat menyerang berbagai
komoditas hortikultura seperti kentang, kubis, bawang-bawangan, seledri,
mentimun, tomat, dan lain lain (Rauf 2005). Kehilangan

hasil yang dapat

2

ditimbulkan oleh hama ini pada berbagai tanaman adalah 30-100%. Menurut
Tapahillah (2002) lalat pengorok daun yang menyerang tanaman mentimun di
dataran rendah dan sedang adalah Liriomyza sativae, sedangkan di dataran tinggi
Liriomyza huidobrensis. Kerusakan yang disebabkan oleh Liriomyza spp. berupa
korokan pada daun yang mengakibatkan kemampuan tanaman berfotosintesis
berkurang sehingga produksi buah dapat menurun.
Seiring berjalannya waktu status suatu hama maupun penyakit yang
menyerang tanaman mengalami pergeseran, tidak terkecuali pada tanaman
mentimun. Hingga saat ini informasi mengenai hama dan penyakit penting, serta
musuh alami pada pertanaman mentimun terutama yang ditanam di dataran tinggi
belum banyak diketahui dan masih terbatas. Oleh karena itu, inventarisasi OPT
pada pertanaman mentimun perlu dilakukan agar pengelolaan tanaman mentimun
dapat dilakukan dengan baik.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan mempelajari cara budidaya tanaman mentimun
secara umum yang dilakukan petani, menginventarisasi jenis hama dan penyakit
yang menyerang mentimun, serta mengetahui jenis-jenis lalat pengorok daun dan
parasitoidnya yang ditemukan pada pertanaman mentimun.
Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai hama
dan penyakit pada pertanaman mentimun hibrida di dataran tinggi (>1000 m dpl)
agar dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam mengelola dan
mengendalikan populasi hama dan penyakit pada pertanaman mentimun secara
tepat.

TINJAUAN PUSTAKA
Mentimun (Cucumis sativus Linn.)
Mentimum adalah salah satu jenis sayur-sayuran yang dikenal di hampir
setiap negara. Tanaman ini berasal dari Himalaya di Asia Utara. Saat ini, budidaya
mentimum sudah meluas ke seluruh dunia baik daerah tropis atau subtropis. Di
Indonesia mentimun memiliki berbagai nama daerah seperti timun (Jawa), bonteng
(Jawa Barat), temon atau antemon (Madura), ktimun atau antimun (Bali), hantimun
(Lampung) dan timon (Aceh) (Rukmana 1994).
Klasifikasi botani tanaman mentimun adalah sebagai berikut:
Divisi

: Spermatophyta

Sub divisi

: Angiospermae

Kelas

: Dicotyledonae

Ordo

: Cucurbitales

Famili

: Cucurbitaceae

Genus

: Cucumis

Spesies

: Cucumis sativus L.
Mentimun merupakan tanaman setahun yang tumbuh menjalar, dengan sistem

perakaran dangkal. Batang tanaman mentimun memiliki panjang 1-3 m dengan sulur
yang tidak bercabang. Daun bulat segitiga, agak berbentuk jantung, lebar 7-25 cm dan
permukaan kasar karena adanya rambut-rambut di permukaan daun, panjang tangkai
daun 5-15 cm. Bunga berwarna kuning berbentuk lonceng (Rubatzky dan Yamaguchi
1999).
Menurut data dari Direktorat Jendral Tanaman Pangan dan Hortikutura pada
tahun 1991, luas areal panen mentimum nasional 55.792 ha dengan produksi 268.201
ton. Pada tahun 1994 luas panen menurun menjadi 53.438 ha dengan pengingkatan
produksi menjadi 280.934 ton. Sedangkan pada tahun 1999 luas panen menurun
menjadi 52.787 ha, namun produksi mengalami peningkatan menjadi 489.490 ton
Sebagian besar produksi mentimun di Indonesia diproduksi di Pulau Jawa yaitu
sebesar 65.57%, beberapa daerah lain yang juga menjadi sentra penanaman mentimun

4

adalah Aceh dan Bengkulu (Sumpena 2001).
Mentimun mengandung mineral-mineral yang penting bagi tubuh seperti
kalsium, fosfor, kalium dan besi. Selain itu juga mengandung vitamin A, B dan C.
Mentimun muda dijadikan sayuran mentah atau bahan makanan yang diawetkan
seperti acar. Buah mentimum dimanfaatkan untuk perawatan kecantikan dan untuk
pengobatan tradisional untuk memperlancar buang air kecil dan menurunkan tekanan
darah tinggi (Warintek 2007).
Menurut Astawan (2008) mentimun memiliki senyawa kukurbitasin, senyawa
yang memiliki aktifitas antitumor, selain itu dalam biji mentimun juga terdapat
senyawa Conjugated Linoleic Acid (CLA) yang bersifat sebagai antioksidan untuk
mencegah kerusakan tubuh akibat radikal bebas. Mentimun juga mengandung asam
malonat yang berfungsi menekan gula darah agar tidak berubah menjadi lemak, baik
untuk menurunkan berat badan.

Budidaya Tanaman Mentimun
Mentimun dapat ditanam di dataran rendah sampai dataran tinggi karena daya
adaptasi tanaman pada berbagai iklim cukup tinggi. Untuk pertumbuhan yang
optimum diperlukan iklim kering, sinar matahari yang cukup (tidak ternaungi),
dengan temperatur 21,1-26,7 °C. Mentimun lokal lebih cocok ditanam di dataran
rendah dan biasanya merupakan tanaman yang diikutkan dalam pola pergiliran
tanaman. Sebaliknya, mentimun hibrida lebih baik ditanam di dataran tinggi pada
ketinggian 1.000-1.200 meter dpl (Rukmana 1994).
Jenis mentimun komersial yang banyak dikembangkan di Indonesia ada 2
macam yaitu varietas Open Pollinated (OP) dan varietas hibrida. Pembagian
mentimun tersebut didasarkan pada cara pemuliaannya. Jenis varietas OP yaitu jenis
mentimun hasil persilangan bebas atau alami. Keuntungan dari penggunaan varietas
OP adalah dapat dibenihkan, namun memiliki kekurangan berupa pertumbuhan yang
kurang seragam dan produktifitas yang rendah. Beberapa varietas mentimun OP yang
diusahakan petani antara lain: Saturnus, Mars, Pluto, Venus dan mentimun lokal
(Sumpena 2001).

5

Varietas hibrida adalah jenis mentimun hasil persilangan dua induk atau lebih
yang mempunyai sifat-sifat unggul dan keturunannya memiliki sifat yang lebih
unggul dari induknya. Varietas hibrida kurang baik jika dibenihkan karena
menghasilkan produksi yang lebih rendah dari induknya. Namun mentimun hibrida
memiliki banyak keunggulan apabila dibandingkan dengan mentimun lokal maupun
OP, karena memiliki karakteristik khusus yang dikembangkan melalui pemuliaan
tanaman yang melibatkan keragaman genetik dan pemilihan sifat-sifat yang khas dan
unggul (Tanindo 2008).
Pertumbuhan mentimun varietas hibrida bersifat seragam, produktivitas tinggi
diatas 2 kg per tanaman dan relatif tahan terhadap infeksi patogen, terutama virus.
Varietas mentimun hibrida yang banyak di temukan di pasaran antara lain: Spring
Swallow, Pretty Swallow, dan Merry Swallow (Sumpena 2001).
Perbanyakan tanaman mentimun dilakukan dengan biji. Benih dapat ditanam
langsung di lubang tanam sebanyak 3 benih/lubang atau dengan sistem semai yang
dapat menghemat benih. Penanaman mentimun umumnya ditanam dalam bentuk
bedengan dengan lebar 120 cm, tinggi 30-40 cm dan jarak antar bedengan 30 cm,
atau guludan dengan lebar bawah 60-80 cm dan lebar atas 40-60 cm, jarak antar
guludan 30 cm (Sumpena 2001).
Teknik penanaman mentimun terdiri dari 2 cara yaitu: dengan benih dan bibit.
Penanaman dengan menggunakan benih dilakukan dengan cara membuat lubang
tanam dengan tugal dengan jarak tanam 100 cm antar barisan dan 50 dalam barisan,
selanjutnya ditanam 2-3 benih mentimun dan ditutup dengan tanah tipis. Penanaman
dengan memakai bibit dilakukan dengan menanam bibit yang berasal dari pembibitan
di polibag (Warintek 2007)
Pemupukan mentimun lokal dilakukan pada saat tanaman berumur 1 bulan
berupa 100 kg/ha urea, 200 kg/ha ZA, 100 kg/ha TSP dan 100 kg/ha KCl. Pupuk
dimasukkan ke dalam larikan atau lubang tanah di sekeliling tanaman sejauh 15 cm
dari batang. Berbeda dengan varietas lokal, mentimun hibrida sangat responsif
terhadap pemupukan. Jenis dan waktu pemupukan untuk tanaman mentimun hibrida
Jepang (kg/ha) adalah pemberian pupuk kandang sebagai pupuk dasar sebanyak 20

6

ton, kemudian pupuk kimia berupa urea, sebagai pupuk dasar sebanyak 150 kg,
susulan I sebanyak 150 kg, susulan II sebanyak 300 kg dan susulan III sebanyak 250
kg. SP-36 sebagai pupuk dasar sebanyak 150 kg, susulan I 100 kg, susulan II 250 kg.
KCl sebagi pupuk dasar 150 kg, susulan I 100 kg, susulan II sebanyak 100 kg, dan
susulan III sebanyak 250 kg (Warintek 2007).
Kriteria buah mentimun hasil panen adalah sebagai berikut: Kelas A: panjang
16-20 cm; diameter 1,5 cm; bentuk buah: bagus, lurus, bulat dan mulus. Kelas B:
panjang 20-23 cm; diameter 2,0 cm; bentuk buah: bagus, lurus, bulat dan mulus.
Kelas C: panjang > 23 cm; diameter < 2,0 cm; bentuk buah bengkok, ukuran diameter
tidak merata, cacat mekanis (Warintek 2007).

Hama Tanaman Mentimun

Kutu daun, Aphis gossypii Clover (Hemiptera: Aphididae)
Aphis gossypii merupakan hama yang tersebar hampir di seluruh dunia. Kutu
daun merupakan hama utama pada tanaman kapas dan timun-timunan (Famili
Cucurbitaseae), dan merupakan hama minor pada berbagai tanaman lain seperti
bawang, okra, tembakau, kakao, dan lain lain (CABI 2005).
A. gossypii berukuran 1-2 mm, berwarna kuning atau kuning kemerahan atau
hijau gelap sampai hitam. Gejala yang ditimbulkan kutu daun ini adalah daun keriput,
keritting dan menggulung, selain itu kutu ini juga merupakan vektor virus (Mossler et
al. 2007).
Pengendalian A. gossypii dapat dilakuakan dengan pemanfaatan musuh alami
antara

lain

serangga

dari

Famili

Coccinellidae,

Syrphidae,

Chrysopidae,

Hemerobiidae, serta beberapa jenis laba-laba predator. Selain pemanfaatan musuh
alami, dapat juga dengan cara menggunakan tanaman resisten dan penggunaan
insektisida. Jenis insektisida yang dapat digunakan antara lain aldicarb , bifenthrin,
chlorpyrifos, deltamethrin, diazinon, endosulfan dan malathion (CABI 2005).

7

Trips, Thrips parvispinus Karny (Thysanoptera: Thripidae)
Thrips parvispinus merupakan jenis trips yang tersebar di wilayah Asia
Tenggara, yang merupakan hama utama pada tanaman pepaya, semangka dan cabai
(CABI 2005). Tubuh berukuran kecil sekitar 1 mm, berwarna coklat kehitaman,
dengan abdomen berbentuk kerucut berwarna gelap (Moritz et al. 2004).
Kerusakan yang diakibatkan oleh serangan T. parvispinus adalah berupa
lapisan keperakan pada permukaan bawah daun yang sering menyebabkan daun
menjadi keriting, kerdil dan tidak dapat membentuk buah secara normal
(Sastrosiswojo 1991).
Pengendalian trips dapat dilakukan dengan pemanfaatan musuh alami seperti
Neoseiulus sp. (Acarina: Phytoseidae). Selain itu juga dapat menggunakan insektisida
berbahan aktif malathion, salithion, bromofos, phenothate, cartap dan methomil
(Chang 1991 dalam CABI 2005).

Kutu kebul, Trialeurodes vaporariorum Westwood (Hemiptera: Aleyrodidae)
Trialeurodes vaporariorum merupakan hama yang menjadi permasalahan
utama di ruamah kaca. Hama ini menyerang tanaman tomat, sawi, mentimun dan lain
lain (Wintermantel 2004).
Kutu kebul menyebabkan kerusakan pada tanaman akibat menghisap cairan
daun serta dapat menjadi vektor virus. Beberapa virus penting yang dapat ditularkan
antara lain Beet Pseudo-Yellows Closterovirus (BPYV) pada mentimun, melon,
lettuces dan sugarbeet, Tomato Infectious Chlorosis Virus (TICV) dan Lettuce
Infectious Yellow Closterovirus (LIYV) (CABI 2005).
Pengendalian kutu kebul dapat dilakukan dengan pemanfaatan

musuh

alaminya yaitu Encarsia formosa Gahan (Hymenoptera: Aphelinidae), yang
merupakan jenis parasitoid T. vaporariorum (Osborne dan Landa 1992).
Pengendalian kimia banyak yang sudah tidak efektif yang dikarenakan oleh resistensi
kutu kebul terhadap beberapa jenis pestisida. Penggunaan pestisida hanya efektif pada
imago, dan aplikasi pestisida harus diulang tiap 3-5 hari (Hayasi 1996 dalam CABI
2005).

8

Kumbang daun, Aulacophora similis Oliver (Coleoptera : Chrysomelidae)
Aulacophora similis tersebar luas di kawasan Asia dan Pasifik, terutama Asia
Selatan, Asia tenggara dan Asia Timur. Aulocophora sp. merupakan hama utama
pada tanaman Famili Cucurbitaceae, seperti mentimun, semangka, dan melon (CABI
2005).
A. similis berukuran 1 cm dengan elitron berwarna kuning polos. Gejala
kerusakan yang ditimbulkan adalah adanya daun yang berlubang akibat aktifitas
makan kumbang, pada serangan berat dapat menyebabkan banyak lubang pada daun
dan terkadang hanya meninggalkan tulang daunnya, selain itu larva juga dapat
menyerang tanaman dengan menggerek akar dan batang (Kalshoven 1981)
Pengendalian kumbang daun dapat dilakukan secara kimia dapat dilakukan
dengan menggunakan insektisida berbahan aktif malathion dan endosulfan (CABI
2005).

Ulat mentimun, Diaphania indica Saunders (Lepidoptera: Pyralidae)
Ulat daun D. indica merupakan salah satu hama serius pada pertanaman
mentimun di Asia dan Afrika (MacLeod 2005). Ulat ini juga menyerang mentimun di
Indonesia (Asikin 2004). Larva ulat berwarna hijau gelap dengan dua garis putih
sepanjang tubuh (Brown 2003).
Larva memakan daun, batang muda yang lunak dan menggerak buah.
Kerusakan yang paling merugikan adalah jika larva menyerang buah mentimun.
Pada buah yang terserang terlihat lubang pada permukaan buah, menyebabkan buah
menjadi tidak layak untuk dikonsumsi dan dijual serta menyebabkan buah menjadi
cepat busuk (CABI 2005).
Pengendalian ulat mentimun dapat dilakukan dengan cara membunuh larva
ketika masih muda. Pengendalian yang lebih efektif dapat dilakukan dengen cara
penyemprotan pestisida pada bagian permukaan bawah daun. Insektisida

yang

direkomendasikan untuk pengendalian adalah campuran antara Bacillus thuringiensis
dengan trichlorfon (Brown 2003).

9

Lalat pengorok daun Liriomyza spp. (Diptera: Agromyzidae)
Di Indonesia terdapat 3 spesies lalat pengorok daun yaitu Liriomyza
huidobrensis, Liriomyza sativae dan Liriomyza chinensis. Menurut Tapahillah (2002),
lalat pengorok daun Liriomyza sativae ditemukan menyerang tanaman mentimun di
dataran rendah dan sedang di Jawa Barat.
Tanaman yang terserang oleh lalat pengorok daun memperlihatkan gejala
yaitu pada bagian daun terdapat bintik-bintik akibat tusukan ovipositor dan imago
yang menghisap cairan tanaman, selain itu gejala khasnya berupa liang korokan yang
disebabkan larva yang memakan jaringan mesofil, sehingga mengurangi kapasitas
fotosintesis, hal ini menyebabkan produksi buah menurun. Selain itu kerusakan akibat
serangan lalat pengorok daun juga dapat menyebabkan tanaman lebih mudah
terserang penyakit dan gugur daun sebelum waktunya (Rauf 2005).
Lalat pengorok daun Liriomyza spp. umumnya sulit dikendalikan. Perlakuan
siromazin untuk mengendalikan hama ini pada tanaman kentang cukup efektif dan
dapat menekan tingkat kerusakan daun. Siromazin bersifat translamina sehingga
dapat mematikan larva yang ada dalam jaringan daun (Purnomo 2001 dalam
Tapahillah 2002). Salah satu pengendalian lain yang telah dikembangkan adalah
dengan pemanfaatan musuh alami. Di Indonesia terdapat 13 jenis spesies parasitoid
yang berasosiasi dengan lalat ini, di antara spesies parasitoid yang efektif antara lain:
Hemiptarsenus varicornis Girault (Hymenoptera: Eulopidae), dan Opius sp.
(Hymenoptera: Braconidae) (Rauf 2005).
Hemiptarsenus varicornis Girault (Hymenoptera: Eulopidae). Merupakan
jenis parasitoid larva yang memparasit larva instar II-III. Tubuh imago biru-hijau
metalik. Ukuran tubuh bervariasi antara 1,1 sampai 2,1 mm. Imago jantan dapat
dibedakan dari betina berdasarkan tipe antena, jantan bertipe pektinat sedangkan
betina bertipe filiform yang panjang (Supartha 1998 dalam Tapahillah 2002).
Opius sp. (Hymenoptera: Braconidae). Merupakan jenis endoparasit larvapupa. Tubuh imago berwarna hitam dengan ukuran tubuh hampir sama antara jantan
dan betina, yaitu berkisar 1,5 mm. Antena panjang sekitar 18 ruas, berwarna hitam,
tipis dan dengan panjang hampir sama dengan tubuhnya (Bordat et al. 1995).

10

Penyakit Tanaman Mentimun

Busuk daun/embun bulu (Downy mildew )
Gejala yang ditimbulkan oleh penyakit busuk daun/embun bulu adalah pada
permukaan atas daun terdapat bercak-bercak kuning, terkadang agak bersudut karena
dibatasi oleh tulang daun. Pada cuaca lembab pada sisi bagian bawah bercak terdapat
miselium menyerupai bulu berwarna keunguan. Gejala lanjut dari penyakit ini dapat
mengakibatkan daun menjadi busuk, mengering dan mati (Semangun 1989).
Menurut Holliday dalam Semangun 1989, penyakit busuk daun disebabkan
oleh cendawan patogen Pseudoperonospora cubensis Berk et Curt. Menurut CABI
(2005) penyakit busuk daun adalah penyakit utama pada tanaman Famili
Cucurbitaseae. Cendawan ini memiliki miselium yang tidak bersekat, intraseluler,
dengan haustorium kecil, dan terkadang bercabang.
Patogen merupakan parasit obligat, yang dapat hidup hanya pada kehadiran
tanaman inang. Daerah yang ditanami mentimun sepanjang tahun dapat menjadi
sumber inokulum utama penyakit ini. Patogen dipencarkan oleh angin, hujan dan
adanya kontak dengan pekerja maupun alat-alat pertanian yang digunakan (CABI
2005).
Layu
Penyakit layu pada tanaman mentimun dapat disebabkan oleh beberapa jenis
patogen, yaitu: cendawan, bakteri, dan nematoda. Menurut CABI (2005) penyakit
layu cendawan disebabkan oleh Fusarium oxysporum, layu bakteri disebabkan oleh
Erwinia tracheiphila dan layu nematoda disebabkan oleh nematode puru akar
Meloidogyne spp.
Layu yang disebabkan oleh cendawan disebabkan oleh F. oxysporum f.sp.
cucumerinum. Dengan gejala berupa layunya tanaman yang diikuti dengan klorosis
pada daun, dan akhirnya dapat menyebabkan nekrosis luas pada daun. Gejala layu
akan bertambah parah pada kondisi perakaran yang kaya akan unsur hara (pupuk),
terutama nitrogen. Suhu optimum bagi perkembangan cendawan adalah 29°C (Ogura
et al. 1990 dalam CABI 2005).

11

Layu bakteri pada mentimun disebarkan oleh kumbang mentimun Acalymma
vittata (Coleoptera: Chrysomelidae). Gejala yang ditimbulkan adalah layunya satu
daun yang diikuti oleh seluruh daun layu secara mendadak dan tanaman mati. Salah
satu cara untuk membedakan layu bakteri dan layu cendawan adalah pada layu yang
disebabkan oleh bakteri jika dipotong, pangkal batang yang layu mengeluarkan lendir
putih kental dan lengket (Rand dan Enlows 1920 dalam CABI 2005)
Layu yang disebabkan oleh nematoda bintil akar Meloidogyne spp. pada
mentimun menunjukan gejala pada bagian akar terdapat bintil-bi