Kajian Aktivitas Fraksi Hexan Rimpang Kunyit (Curcuma longa Linn.) terhadap Proses Persembuhan Luka pada Mencit (Mus musculus Albinus.)

!

"
#

$%%&

. Kajian Aktivitas Fraksi Hexan Rimpang Kunyit
) terhadap Proses Persembuhan Luka pada Mencit (
). Dibimbing oleh # # #
dan
#
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui bahan aktif dari fraksi hexan
rimpang kunyit dan membandingkan efektifitasnya dengan sediaan komersil
terhadap kecepatan persembuhan luka, melalui pengamatan perubahan yang
terjadi secara makroskopis dan mikroskopis. Sebanyak 45 ekor mencit digunakan
dalam penelitian ini dan dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu 15 ekor kontrol positif
(memakai sediaan komersial), 15 ekor untuk kontrol negatif (tanpa pengobatan),
dan 15 ekor untuk kelompok dengan pemberian sediaan fraksi hexan rimpang
kunyit. Kulit di daerah punggung anterior tiap mencit dilukai sepanjang 1,5 cm
dan diberi perlakuan sesuai kelompoknya. Dilakukan pengamatan patologi

anatomi setiap hari untuk ukuran luka, kelembaban, dan warna luka. Untuk
pengamatan histopatologi dilakukan pada hari ke 2, 4, 7, 14, dan 21 dengan
melihat menghitung jumlah neutrofil, jumlah neovaskularisasi, persentase
reepitelisasi dan persentase luasan kolagen dilakukan dengan perhitungan statistik
menggunakan uji sidik ragam (ANOVA) yang dilanjutkan dengan uji wilayah
berganda Duncan. Fraksi hexan mengandung senyawa alkaloid, kuinon, dan
saponin. Saponin memiliki peran yang besar terhadap proses persembuhan.
Sediaan fraksi hexan rimpang kunyit dapat mempercepat proses persembuhan
luka dan sediaan hexan dapat menekan jumlah sel radang pada daerah luka,
mempercepat proses pertumbuhan neovaskularisasi dan reepitelisasi.
(

.
!
" ##

Linn
Albinus

#


#

#

$
!

%

!

"
!

'(
!

% '(
'(

" )

$

"

"
!

*

"

!

&
* $
)
"


)

'%(

"

2

&

!
!

%
+% ,% -% ',%
+' "
" &
!
"
./0

!
" 1
)
% 2
%
* $
% $
"
%
!

!

!

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan pada
Fakultas Kedokteran Hewan


#

$%%&

Judul Skripsi: Kajian Aktivitas Fraksi Hexan Rimpang Kunyit (
Linn ) terhadap Proses Persembuhan Luka pada Mencit (
Albinus.)
Nama
: Rifina Murti Almira
NIM
: B04104156

Disetujui,

Dr. Drh. Wiwin Winarsih, M.Si

Dr. Dra. Ietje Wientarsih, Apt. M.Sc.

Pembimbing I


Pembimbing II

Diketahui
Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor

Dr. Nastiti Kusumorini

Tanggal Lulus :

Penulis memanjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT, atas segala
limpahan rahmatNYA sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis
menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih sedalam;dalamnya
kepada:
1. Papi, Mami dan kakak;kakakku tercinta untuk doa, kasih sayang dan
dukungan materialnya selama ini.
2. Ibu Dr. Drh. Wiwin Winarsih M.Si dan Ibu DR. Dra. Hj. Ietje Wientarsih
Apt, M.Sc. Selaku pembimbing skripsi yang dengan sabar membimbing
penulis menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Endang Rahman selaku dosen pembimbing akademik.
4. Ibu Rini dan Ibu Lina yang telah membantu dalam pembuatan salep fraksi
hexan rimpang kunyit.
5. Pak Soleh, Pak Kasnadi, dan Pak Endang yang telah membantu selama
bekerja di Laboratorium Patologi.
6. Anak kunyit “Dika, Weni dan Ratih” atas bantuan dan kerjasamanya
selama melakukan penelitian ini.
7. Anak iswara “Nona, Ismi, Lala, Eni, Nora, dan Tika” atas persahabatan,
dorongan semangat, doa, dan bantuannya.
8. Teman;teman Asteroidea 41 atas hari;hari yang indah selama masa kuliah.
9. Kakak;kakak angkatan 38, 39 dan 40 atas bimbingannya dan adik;adik
angkatan 42, dan 43 atas kerjasamanya.
10. Ikatan alumni insan candekia (IAIC_BGR) atas doa dan persahabatannya
selama di IPB.
11. Semua pihak yang telah memberikan bantuan baik langsung maupun tidak
langsung yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis berharap skripsi ini dapat berguna bagi semua, khususnya bagi
mahasiswa fakultas kedokteran hewan. Penulis mohon maaf atas segala kesalahan
dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini.


#
Penulis dilahirkan di Makassar pada tanggal 1 Oktober 1986 dari ayah
Syarifuddin Hamadu dan ibu Farida Munir. Penulis merupakan putri ke tiga dari
tiga bersaudara.
Penulis menempuh pendidikan di SD Negeri II Moluo Gorontalo (1992;
1998), SLTP I Kwandang Gorontalo (1998;2001) dan MA Negeri Insan Cendekia
Gorontalo (2001;2004). Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di
Fakultas Kedokteran Hewan IPB melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa
Baru (SPMB).
Selama mengikuti perkuliahan di Fakultas Kedokteran Hewan IPB,
penulis aktif sebagai pengurus Himpunan Mahasiswa Kedoteran Hewan Indonesia
pada tahun 2006/2007 dan pengurus DKM An;Nahl pada tahun 2006/2007 dan
2007/2008. Penulis juga menjadi anggota Himpunan Minat dan Profesi Hewan
Ruminansia.

' '('
DAFTAR TABEL ...........................................................................x
DAFTAR GAMBAR ...................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................. xiii
PENDAHULUAN ...........................................................................1

TINJAUAN PUSTAKA
Kunyit ................................................................................................... 3
Penapisan Fitokimia ..............................................................................7
Ekstraksi dan Identifikasi Bahan ........................................................... 9
Pelarut Heksan .................................................................................... 11
Salep ................................................................................................... 11
Mencit................................................................................................. 12
Struktur dan Fungsi Kulit .................................................................... 13
Luka.................................................................................................... 16
Faktor;faktor yang Mempengaruhi Persembuhan Luka........................ 21
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat .............................................................................. 22
Alat dan Bahan.................................................................................... 22
Metode Fraksinasi Rimpang Kunyit .................................................... 23
Penapisan Fitokimia ............................................................................ 25
Pembuatan Sediaan Salep.................................................................... 26
Mencit Untuk Perlakuan...................................................................... 26
Perlukaan Pada Mencit........................................................................ 26
Pemberian Obat Luka komersil dan Sediaan Salep Hexan ................... 27
Pengamatan Patologi Anatomi............................................................. 27

Pengambilan Sampel Kulit .................................................................. 27
Pembuatan Sediaan Haematoxilin;Eosin (HE)..................................... 27
Pembuatan Sediaan Masson Trichrome (MT) ...................................... 28
Pengamatan Histopatologi ................................................................... 29
Analisis Data....................................................................................... 31

HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Fitokimia Fraksi Hexan Rimpang Kunyit............................... 32
Pengamatan Luka secara Makroskopis ................................................ 33
Pengamatan Luka secara Mikroskopis ................................................. 38
Neutrofil ............................................................................................. 38
Neovaskularisasi ................................................................................. 40
Reepitelisasi........................................................................................ 42

Kolagen............................................................................................... 43
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ........................................................................................ 46
Saran................................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 47
LAMPIRAN ............................................................................................. 49

' '('
1. Patologi anatomi persembuhan luka kulit pada mencit..................................34
2. Rataan jumlah PMN (Neutrofil) pada mencit kontrol positif (KP), kontrol
negatif (KN), dan Salep Hexan......................................................................39
3. Rataan jumlah neovaskularisasi pada mencit kontrol positif (KP), kontrol
negatif (KN), dan Salep Hexan......................................................................41
4. Persentase reepitelisasi pada mencit kontrol positif (KP),
kontrol negatif (KN), dan Salep Hexan.........................................................42
5. Persentase luasan kolagen pada mencit kontrol positif (KP),
kontrol negatif (KN), dan Salep Hexan.........................................................44

!

"
#

$%%&

. Kajian Aktivitas Fraksi Hexan Rimpang Kunyit
) terhadap Proses Persembuhan Luka pada Mencit (
). Dibimbing oleh # # #
dan
#
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui bahan aktif dari fraksi hexan
rimpang kunyit dan membandingkan efektifitasnya dengan sediaan komersil
terhadap kecepatan persembuhan luka, melalui pengamatan perubahan yang
terjadi secara makroskopis dan mikroskopis. Sebanyak 45 ekor mencit digunakan
dalam penelitian ini dan dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu 15 ekor kontrol positif
(memakai sediaan komersial), 15 ekor untuk kontrol negatif (tanpa pengobatan),
dan 15 ekor untuk kelompok dengan pemberian sediaan fraksi hexan rimpang
kunyit. Kulit di daerah punggung anterior tiap mencit dilukai sepanjang 1,5 cm
dan diberi perlakuan sesuai kelompoknya. Dilakukan pengamatan patologi
anatomi setiap hari untuk ukuran luka, kelembaban, dan warna luka. Untuk
pengamatan histopatologi dilakukan pada hari ke 2, 4, 7, 14, dan 21 dengan
melihat menghitung jumlah neutrofil, jumlah neovaskularisasi, persentase
reepitelisasi dan persentase luasan kolagen dilakukan dengan perhitungan statistik
menggunakan uji sidik ragam (ANOVA) yang dilanjutkan dengan uji wilayah
berganda Duncan. Fraksi hexan mengandung senyawa alkaloid, kuinon, dan
saponin. Saponin memiliki peran yang besar terhadap proses persembuhan.
Sediaan fraksi hexan rimpang kunyit dapat mempercepat proses persembuhan
luka dan sediaan hexan dapat menekan jumlah sel radang pada daerah luka,
mempercepat proses pertumbuhan neovaskularisasi dan reepitelisasi.
(

.
!
" ##

Linn
Albinus

#

#

#

$
!

%

!

"
!

'(
!

% '(
'(
" )

$

"

"
!

*

"

!

&
* $
)
"

)

'%(

"

2

&

!
!

%
+% ,% -% ',%
+' "
" &
!
"
./0
!
" 1
)
% 2
%
* $
% $
"
%
!

!

!

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan pada
Fakultas Kedokteran Hewan

#

$%%&

Judul Skripsi: Kajian Aktivitas Fraksi Hexan Rimpang Kunyit (
Linn ) terhadap Proses Persembuhan Luka pada Mencit (
Albinus.)
Nama
: Rifina Murti Almira
NIM
: B04104156

Disetujui,

Dr. Drh. Wiwin Winarsih, M.Si

Dr. Dra. Ietje Wientarsih, Apt. M.Sc.

Pembimbing I

Pembimbing II

Diketahui
Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor

Dr. Nastiti Kusumorini

Tanggal Lulus :

Penulis memanjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT, atas segala
limpahan rahmatNYA sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis
menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih sedalam;dalamnya
kepada:
1. Papi, Mami dan kakak;kakakku tercinta untuk doa, kasih sayang dan
dukungan materialnya selama ini.
2. Ibu Dr. Drh. Wiwin Winarsih M.Si dan Ibu DR. Dra. Hj. Ietje Wientarsih
Apt, M.Sc. Selaku pembimbing skripsi yang dengan sabar membimbing
penulis menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Endang Rahman selaku dosen pembimbing akademik.
4. Ibu Rini dan Ibu Lina yang telah membantu dalam pembuatan salep fraksi
hexan rimpang kunyit.
5. Pak Soleh, Pak Kasnadi, dan Pak Endang yang telah membantu selama
bekerja di Laboratorium Patologi.
6. Anak kunyit “Dika, Weni dan Ratih” atas bantuan dan kerjasamanya
selama melakukan penelitian ini.
7. Anak iswara “Nona, Ismi, Lala, Eni, Nora, dan Tika” atas persahabatan,
dorongan semangat, doa, dan bantuannya.
8. Teman;teman Asteroidea 41 atas hari;hari yang indah selama masa kuliah.
9. Kakak;kakak angkatan 38, 39 dan 40 atas bimbingannya dan adik;adik
angkatan 42, dan 43 atas kerjasamanya.
10. Ikatan alumni insan candekia (IAIC_BGR) atas doa dan persahabatannya
selama di IPB.
11. Semua pihak yang telah memberikan bantuan baik langsung maupun tidak
langsung yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis berharap skripsi ini dapat berguna bagi semua, khususnya bagi
mahasiswa fakultas kedokteran hewan. Penulis mohon maaf atas segala kesalahan
dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini.

#
Penulis dilahirkan di Makassar pada tanggal 1 Oktober 1986 dari ayah
Syarifuddin Hamadu dan ibu Farida Munir. Penulis merupakan putri ke tiga dari
tiga bersaudara.
Penulis menempuh pendidikan di SD Negeri II Moluo Gorontalo (1992;
1998), SLTP I Kwandang Gorontalo (1998;2001) dan MA Negeri Insan Cendekia
Gorontalo (2001;2004). Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di
Fakultas Kedokteran Hewan IPB melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa
Baru (SPMB).
Selama mengikuti perkuliahan di Fakultas Kedokteran Hewan IPB,
penulis aktif sebagai pengurus Himpunan Mahasiswa Kedoteran Hewan Indonesia
pada tahun 2006/2007 dan pengurus DKM An;Nahl pada tahun 2006/2007 dan
2007/2008. Penulis juga menjadi anggota Himpunan Minat dan Profesi Hewan
Ruminansia.

' '('
DAFTAR TABEL ...........................................................................x
DAFTAR GAMBAR ...................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................. xiii
PENDAHULUAN ...........................................................................1
TINJAUAN PUSTAKA
Kunyit ................................................................................................... 3
Penapisan Fitokimia ..............................................................................7
Ekstraksi dan Identifikasi Bahan ........................................................... 9
Pelarut Heksan .................................................................................... 11
Salep ................................................................................................... 11
Mencit................................................................................................. 12
Struktur dan Fungsi Kulit .................................................................... 13
Luka.................................................................................................... 16
Faktor;faktor yang Mempengaruhi Persembuhan Luka........................ 21
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat .............................................................................. 22
Alat dan Bahan.................................................................................... 22
Metode Fraksinasi Rimpang Kunyit .................................................... 23
Penapisan Fitokimia ............................................................................ 25
Pembuatan Sediaan Salep.................................................................... 26
Mencit Untuk Perlakuan...................................................................... 26
Perlukaan Pada Mencit........................................................................ 26
Pemberian Obat Luka komersil dan Sediaan Salep Hexan ................... 27
Pengamatan Patologi Anatomi............................................................. 27
Pengambilan Sampel Kulit .................................................................. 27
Pembuatan Sediaan Haematoxilin;Eosin (HE)..................................... 27
Pembuatan Sediaan Masson Trichrome (MT) ...................................... 28
Pengamatan Histopatologi ................................................................... 29
Analisis Data....................................................................................... 31

HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Fitokimia Fraksi Hexan Rimpang Kunyit............................... 32
Pengamatan Luka secara Makroskopis ................................................ 33
Pengamatan Luka secara Mikroskopis ................................................. 38
Neutrofil ............................................................................................. 38
Neovaskularisasi ................................................................................. 40
Reepitelisasi........................................................................................ 42

Kolagen............................................................................................... 43
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ........................................................................................ 46
Saran................................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 47
LAMPIRAN ............................................................................................. 49

' '('
1. Patologi anatomi persembuhan luka kulit pada mencit..................................34
2. Rataan jumlah PMN (Neutrofil) pada mencit kontrol positif (KP), kontrol
negatif (KN), dan Salep Hexan......................................................................39
3. Rataan jumlah neovaskularisasi pada mencit kontrol positif (KP), kontrol
negatif (KN), dan Salep Hexan......................................................................41
4. Persentase reepitelisasi pada mencit kontrol positif (KP),
kontrol negatif (KN), dan Salep Hexan.........................................................42
5. Persentase luasan kolagen pada mencit kontrol positif (KP),
kontrol negatif (KN), dan Salep Hexan.........................................................44

)

' '('
Tanaman kunyit................................................................................................3

$

Rimpang kunyit dan simplisia..........................................................................5

*

Model struktur kurkumin.................................................................................6

+

Mencit............................................................................................................13

,

Struktur normal kulit…………………………………………………….….13

-

Diagram alur proses fraksinasi kunyit dengan pelarut hexan........................24

.

Metode penentuan luasan kolagen pada pengamatan histopatologis
jaringan luka hari ke 14……………………………………..…………......30

&

Proses persembuhan luka (PA) pada hari ke;4..............................................36

/

Proses persembuhan (PA) luka hari ke;14.....................................................37

)% Neutrofil kelompok hexan hari ke;2, dengan pewarnaan HE........................39
)) Neovaskularisasi kelompok hexan hari ke;7, dengan pewarnaan MT...........41
)$ Reepitelisasi yang kelompok hexan hari ke;7, dengan pewarnaan MT.........43
)* Jaringan ikat kolagen kelompok hexan hari ke;7, dengan pewarnaan MT....44

' '('
1. Hasil perhitungan statistik jumlah neutrofil…………………………….….50
2. Hasil perhitungan statistik jumlah neovaskularisasi……………………….52
3. Hasil perhitungan statistik persentase reepitelisasi………………………...54
4. Hasil perhitungan statistik persentase luasan kolagen…………………….56

'0'1 2 '3' 4
Kondisi sehat merupakan hal yang diinginkan setiap mahkluk hidup. Sehat
berarti bebas dari rasa sakit baik fisik maupun psikis seperti bebas dari rasa sakit
yang diakibatkan oleh luka pada kulit. Selain rasa sakit, luka pada kulit juga akan
mengurangi keindahan kulit dan jika terjadi luka yang besar maka akan
mengganggu fungsi tubuh karena kulit mempunyai fungsi antara lain sebagai
pertahanan pertama dari tubuh dan sebagai termolegulator. Melihat pentingnya
fungsi kulit maka berbagai cara dilakukan untuk menyembuhkan kulit yang
terluka, seperti mengkonsumsi obat atau pergi ke dokter. Namun, dengan naiknya
semua kebutuhan hidup yang menjadikan perekonomian rakyat semakin terpuruk
membuat rakyat tidak dapat memilih selain mengenyampingkan hal ini.
Berbagai cara dilakukan pemerintah untuk memecahkan masalah ini antara
lain dengan terus mencari alternatif obat yang murah, mudah didapat tetapi tetap
berkhasiat demi membantu rakyat dalam bidang kesehatan. Cara ini ditempuh
salah satunya dengan memberikan bantuan dana untuk mengadakan penelitian
tanaman berkhasiat yang dapat dijadikan obat. Hal ini dilakukan mengingat
Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan jenis tanaman dan diantara
jenis tanaman tersebut banyak yang memiliki potensi untuk dijadikan tanaman
obat (

"

). Salah satu tanaman yang sering digunakan sebagai obat

adalah tanaman kunyit (

Linn.).

Tanaman kunyit merupakan tanaman rempah dan obat yang tumbuh
sepanjang tahun. Tanaman ini memiliki berbagai macam manfaat, bahkan setiap
bagiannya memiliki manfaat yang berbeda. Bagian yang terpenting dan sering
digunakan dari tanaman kunyit adalah bagian rimpangnya. Rimpang kunyit
mengandung senyawa utama antara lain kurkumin dan minyak atsiri.
Menurut Wijayakusuma (2005) senyawa kurkumin mempunyai efek
antara lain sebagai anti bakteri, anti inflamasi, anti oksidan, hepatoprotektor dan
sebagai kolagogum. Namun, hal ini belum cukup karena dengan adanya
perkembangan teknologi dan adanya pasar global, menuntut setiap produk obat
(baik obat sintetik maupun obat alami) yang beredar untuk terus meningkatkan

kualitasnya agar dapat bersaing di pasaran. Untuk itu penelitian tentang khasiat
tanaman kunyit terus dikembangkan salah satunya dengan melakukan ekstraksi
rimpang kunyit.
Ekstraksi rimpang kunyit yang kemudian dilanjutkan dengan fraksinasi
hexan dilakukan agar dapat menarik zat;zat aktif berkhasiat yang terkandung
pada rimpang kunyit yang tidak dapat larut dalam pelarut lain. Penelitian ini juga
dilakukan dengan dasar adanya perubahan gaya hidup masyarakat yang ingin
kembali ke alam, yaitu memakai obat;obat yang berasal dari alam karena
dipercaya mempunyai sedikit efek samping dan lebih aman bagi tubuh.

5 '

2 2 0'

1. Mengetahui senyawa dari fraksi hexan rimpang kunyit.
2. Membandingkan efektifitas fraksi hexan rimpang kunyit dengan sediaan
komersil yang beredar di masyarakat terhadap kecepatan persembuhan luka,
melalui pengamatan perubahan yang terjadi secara makroskopis dan
mikroskopis.

' 6''0 2 2 0 '
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang bahan aktif
dan efektifitas fraksi hexan rimpang kunyit terhadap persembuhan luka.

70
Sejarah dan Penyebaran Tanaman Kunyit
Tanaman kunyit (Gambar 1) diperkirakan berasal dari Asia Selatan, Asia
Tenggara atau dari India. Kata

berasal dari bahasa arab yaitu

dan bahasa yunani karkom. Pada tahun 1977 atau 1978 sesudah masehi
Dioscorides menyebutkan tanaman ini sebagai

yang menyerupai jahe

tetapi rasanya pahit, kelat, sedikit panas dan tidak beracun. Dahulu tanaman ini
banyak dibudidayakan di India, Cina Selatan, Taiwan, Jawa dan Filipina.
Sekarang kunyit ditanam secara luas di negara;negara tropis tapi penanamanya
berskala besar sangat terbatas di India dan Asia Tenggara (Yuniati

, 2001).

Gambar 1: Tanaman kunyit (Sumber: dokumentasi pribadi, 2008)
Biologi Tanaman Kunyit
Tanaman kunyit mempunyai nama lain yang cukup banyak antara lain:
Linn.,
(Wijayakusuma
adalah

Rump., dan

Auct.

., 1992). Sedangkan nama farmasi simplisia tanaman ini
Rhizome (Santosa & Gunawan, 2003).

Tanaman kunyit mempunyai kurang lebih 47 genera dan 1400 jenis yang
tersebar di daerah tropis dan subtropis, genus zingiber sendiri meliputi 80 jenis

(Taryono, 2001). Menurut Linnaeus dalam Winarto (2003) taksonomi tanaman
kunyit diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom

:

Plantae

Divisi

: Spermatophyta

Subdivisi

: Angiospermae

Kelas

: Monocotyledonae

Ordo

: Zingiberales

Famili

: Zingiberaceae

Genus

:

Spesies

:

Linn.

Tanaman kunyit merupakan tanaman menahun, tinggi dapat mencapai 100
cm. Batang semu, tegak dan bulat, berwarna hijau agak keunguan, dengan
pangkal batang membentuk rimpang. Daun tunggal 3;8 helai, helai daun
membentuk lanset memanjang, ujung dan pangkal daun meruncing, tepi rata,
panjang 20;40 cm, lebar 8;12,5 cm, pertulangan menyirip, berwarna hijau atau
keunguan di dekat ibu tulang daun (Syukur & Hermani, 2002; Santosa &
Gunawan, 2003).
Menurut Yuniati

(2001) bunga tanaman kunyit tegak dan berbentuk

paku besar yang muncul diantara pelepah daun, berbulu lebat yang ditutupi oleh
pelepah yang akan tumbuh. Bunganya silindrikal berukuran 5;20 cm dan 3;7,5
cm. Setiap bunganya mempunyai tiga lembar kelopak bunga, tiga lembar tajuk
bunga dan empat helai benang sari. Salah satu dari ke empat benang sari itu
berfungsi sebagai alat pembiakan sedang tiga helai lainnya berubah bentuk
menjadi daun bunga.
Rimpang (Gambar 2) adalah bagian utama dari tanaman kunyit, yang juga
merupakan tempat tumbuhnya tunas. Rimpang ini tumbuh menjalar, umbi utama
berbentuk elips, sebesar 5;8 cm dengan tebal 1,5 cm. Berdasarkan bentuk
fisiknya, rimpang kunyit digolongkan dalam tiga bentuk yaitu
.

% " " dan

artinya rimpang cabang yang panjangnya seperti jari antara 2,5;7,5

cm dan diameter sekitar 1 cm atau lebih. Biasanya digunakan sebagai bumbu
karena baunya yang sedap dan tidak pahit. 3 " artinya rimpang yang bulat,
pendek dengan diameter lebih besar dibandingkan

. Biasanya digunakan

sebagai zat warna dan obat;obatan karena rasanya yang pahit.
potongan dari

merupakan

dan " " , digunakan untuk membuat bubuk dari kunyit.

Untuk keperluan bumbu orang;orang memilih umbi samping yang kecil,
sedangkan umbi;umbi induknya digunakan untuk obat. Umbi induk jika diiris
berwarna jingga dan mengandung banyak minyak (Taryono, 2001).
Mutu dari

,

% dan " "

dinilai berdasarkan kehalusan

permukaan rimpang, kekerasan, warna bagian tengah rimpang, rasa, aroma serta
kadar air. Rimpang yang baik berwarna kuning tua sampai jingga, tidak telalu
putih, keras, mudah dipatahkan, baunya tajam serta kadar airnya rendah (Taryono,
2001).

Gambar 2: Rimpang kunyit dan simplisia (Sumber: dokumentasi pribadi, 2008)
Menurut Yuniati

(2001) tanaman kunyit dapat beradaptasi dengan

baik di daerah tropik dan sub;tropik dengan curah hujan 1000;2000 mm/tahun
atau dengan irigasi. Ketinggian yang baik untuk pertumbuhan adalah 450;900 m.
Tanaman ini membutuhkan kondisi yang hangat dan lembab, dengan suhu
optimum 30;35 0C. Tanah yang cocok untuk tanaman kunyit adalah tanah
lempung berpasir yang mengandung cukup organik dengan pH tanah 5;7,5.

Kandungan Rimpang Kunyit
Menurut Biswas (2004) dan Yuniati

. (2001) komposisi kimiawi

rimpang kunyit adalah karbohidrat (69,4%) yang unsur utamanya adalah tepung,
protein (6,3%), lemak (5,1%), mineral (3,5%), air (13,1%), serat (2;7%), asam

askorbik (25%), dan kurkuminoid (3;5%). Kurkuminoid terdiri dari kurkumin
(49,6%), desmetoksikurkumin (28,7%) dan bis;demetoksikurkumin (22,3%).
Persentase ke tiga senyawa kurkuminoid ini dipengaruhi oleh faktor umur
rimpang, daerah dan tempat tumbuh, proses pengeringan dan lama penyimpanan.
Kurkumin (Gambar 3) merupakan zat pemberi warna jingga kekuning;
kuningan pada kunyit, yang mempunyai rumus kimia C21H20O6 (Biswas, 2004;
Yuniati

., 2001). Kurkumin berupa serbuk kristal yang mempunyai sifat yang

tidak mudah menghilang dengan pemanasan dan tidak larut dalam air tapi larut
dalam larutan alkali dan agak larut dalam eter dan asam asetat pekat (Taryono,
2001).
Dalam penyulingan uap rimpang kunyit mengandung minyak atsiri (5,8%)
yang terdiri dari α;pelandren (1%), sabinen (0,6%), cineol (1%), borneol (0,5%),
zingiberen (25%), dan seskuiterpen (53%). Minyak atsiri inilah yang menentukan
aroma dan cita rasa dari kunyit. Minyak atsiri berwujud cairan kental yang
mempunyai sifat mudah menguap pada suhu ruangan dan dengan pemanasan
(Biswas, 2004; Yuniati

., 2001).

Kandungan kimia utama rimpang kunyit adalah kurkumin dan
desmetoksikurkumin, yaitu suatu bahan aktif berwarna kuning yang menjadi
bahan dasar pembuatan obat;obat modern untuk anti asma, anti inflamasi, dan
menurunkan kolesterol (Santosa & Gunawan, 2003).

Gambar 3: Model struktur kurkumin (Sumber: Biswas, 2004).

Manfaat Rimpang Kunyit
Ada banyak data dan literatur yang membuktikan bahwa rimpang kunyit
berpotensi besar dalam aktifitas farmakologi yaitu sebagai anti inflamasi, anti
, anti virus, anti bakteri, anti jamur, anti oksidan, anti
karsinogenik, dan anti infeksi (Kristina

% 2007).

Minyak atsiri dan kurkumin mempunyai khasiat sebagai anti inflamasi,
karena mempunyai struktur kimia yang hampir sama. Aktivitas kurkumin sebagai
anti inflamasi dilaporkan pertama kali tahun 1971. Namun, mekanisme kurkumin
sebagai anti inflamasi belum sepenuhnya diketahui. Diduga efek anti inflamasi
disebabkan oleh kemampuan kurkumin dalam menghambat pembentukan asam
arakidonat, leukotrien, prostaglandin, enzim siklo;oksigenase dan enzim
lipoksigenase (Kristina

% 2007).

Asam arakidonat yang dihasilkan oleh fosfolipid membran sel melalui
aktivasi enzim fosfolipase A2, mempunyai salah satu fungsi yaitu mengaktivasi
enzim lipoksigenase yang nantinya akan membentuk leukotrien dan enzim siklo;
oksigenase yang akan membentuk prostaglandin. Leukotrien dan prostaglandin
merupakan mediator kimiawi pada proses alergi dan inflamasi. Dengan
dihambatnya produksi asam arakidonat berarti produksi leukotrien dan
prostaglandin ikut mengalami penurunan sehingga proses peradanganpun akan
dicengah. Selain itu kurkumin mempunyai aktivitas dalam menurunkan produksi
interleukin I yang juga merupakan salah satu mediator kimiawi dalam inflamasi.
Kurkumin juga dapat mencengah timbulnya edema pada proses peradangan
(Biochem Pharmacol, 1995).

2 '8 !'

093 ( '

Menurut Daris (2008) fitokimia berasal dari kata
berarti tumbuhan atau tanaman dan

.

sama dengan zat kimia berarti

fitokimia adalah zat kimia yang terdapat pada tanaman. Setiap tumbuhan atau
tanaman mengandung sejenis zat yang disebut fitokimia yang dapat memberikan
rasa, aroma atau warna pada tumbuhan itu. Sampai saat ini sudah sekitar 30.000
jenis fitokimia yang ditemukan dan sekitar 10.000 terkandung dalam makanan.
Senyawa fitokimia tidak termasuk kedalam zat gizi karena bukan berupa

karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral maupun air yang dibutuhkan normal
tubuh tapi memiliki efek yang menguntungkan bagi kesehatan atau memiliki
peran aktif bagi pencegahan penyakit.
Studi pada manusia dan hewan telah dilakukan dan membuktikan zat;zat
kombinasi fitokimia ini di dalam tubuh manusia memiliki fungsi tertentu yang
berguna bagi kesehatan. Kombinasi itu antara lain menghasilkan enzim;enzim
sebagai penangkal racun (detoksifikasi), merangsang sistem pertahanan tubuh
(imunitas),

mencegah

penggumpalan

keping;keping

darah

(trombosit),

menghambat sintesa kolesterol di hati, meningkatkan metabolisme hormon,
meningkatkan pengenceran dan pengikatan zat karsinogen dalam liang usus,
menimbulkan efek anti bakteri , anti virus dan anti oksidan, mengatur gula darah
serta dapat menimbulkan efek anti kanker (Daris, 2008). Beberapa fitokimia yang
sudah diketahui, antara lain sebagai berikut:
Alkaloid
Alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau
lebih atom nitrogen, biasanya dalam gabungan sebagai bagian dari sistem siklik.
Alkaloid sering kali beracun bagi manusia dengan bahaya yang mempunyai
kegiatan fisiologi yang menonjol jadi digunakan secara luas dalam pengobatan
(Harbone, 1987). Alkaloid secara kimia merupakan golongan heterogen. Ia
berkisar dari senyawa sederhana seperti koniina yaitu alkaloid utama
% sampai ke struktur pentasiklik seperti strikhnina yaitu racun kulit
(Harbone,

1987)

Alkaloid

tertentu

mempunyai

mengurangi rasa nyeri dan bersifat sebagai penenang (Kalsum

kemampuan

., 2008).

Flavonoid
Menurut Markham (1988) flavonoid merupakan senyawa polar sehingga
flavonoid dapat larut dalam pelarut polar seperti etanol, methanol, aseton, dimetil
sulfoksida (DMSO), dimetil fonfamida (DMF), dan air. Flavonoid adalah
golongan senyawa bahan alam dari senyawa fenolik yang banyak merupakan
pigmen tumbuhan. Saat ini lebih dari 6.000 senyawa yang berbeda masuk ke
dalam golongan flavonoid. Flavonoid merupakan bagian penting dari diet manusia
karena banyak manfaatnya bagi kesehatan. Manfaat kebanyakan flavonoid dalam
tubuh manusia adalah sebagai anti oksidan sehingga sangat baik untuk

pencegahan kanker. Manfaat lain flavonoid adalah untuk melindungi struktur sel,
memiliki hubungan sinergis dengan vitamin C (meningkatkan efektivitas vitamin
C), anti inflamasi, mencegah keropos tulang, dan sebagai antibiotik (Harbone,
1987).
Kuinon
Kuinon adalah senyawa berwarna (pigmen) yang terdapat pada tumbuhan.
Kuinon termasuk dalam kelompok fenolat, berfungsi sebagai kofaktor. Senyawa
fenolat pada tumbuhan umumnya dalam bentuk terikat dengan molekul lain,
seringkali dengan residu
terdetoksifikasi

secara

%
parsial

e atau asetil. Dalam keadaan bebas dan
bersifat

toksik.

Kuinon

memiliki

efek

menghilangkan rasa sakit (Daris, 2008).
Saponin
Menurut Harbone (1987) saponin adalah suatu glikosida triterpana dan
sterol yang mungkin ada pada banyak tanaman. Saponin bersifat iritan pada
mukosa tubuh (Sayekti, 2008; Jenkins

% 1957). Fungsi saponin dalam

tumbuh;tumbuhan tidak diketahui secara pasti tapi fungsinya bagi tubuh telah
diketahui

dari

berbagai

hasil

hipokolesterolemik,

penelitian.

Saponin

berfungsi

sebagai

, dan anti karsinogenik. Mekanisme anti

karsinogenik saponin meliputi efek anti oksidan dan sitotoksik langsung pada sel
kanker. Saponin juga berfungsi sebagai anti bakteri (Sayekti, 2008).
Tanin
Tanin merupakan astringen, polifenol tanaman berasa pahit yang dapat
mengikat dan mengendapkan protein. Umumnya tanin digunakan untuk aplikasi
di

bidang

pengobatan,

misalnya

untuk

pengobatan

diare,

hemostatik

(menghentikan pendarahan), dan wasir (Amelia, 2002). Sedangkan menurut
Olivia

% (2004) tanin merupakan senyawa polifenol dari kelompok flavonoid

yang berfungsi sebagai anti oksidan kuat, anti inflamasi, dan anti kanker.

3!01'3! :'

:2 0 6 3'!

';'

Menurut Wientarsih & Prasetyo (2006) ekstraksi adalah proses penarikan
atau pemisahan zat aktif suatu simplisia dengan menggunakan cairan penyaring
yang cocok. Pemikiran metode ekstraksi senyawa bukan atom dipergunakan oleh

beberapa faktor, yaitu sifat jaringan tanaman, sifat kandungan zat aktif serta
kelarutan dalam pelarut yang digunakan. Prinsip ekstraksi adalah melarutkan
senyawa polar dalam pelarut polar dan senyawa non polar dalam senyawa non
polar (Yuliani & Rusli, 2003).
Menurut Wientarsih & Prasetyo (2006) pembagian ekstrak berdasarkan
macam simplisia. Simplisia adalah bahan alami yang digunakan sebagai obat yang
belum mengalami perubahan, biasanya bahan yang dikeringkan.
Simplisia nabati; tanaman utuh, bagian tanaman, eksudat tanaman.
Simplisia hewani; hewan utuh atau bagiannya atau zat yang dihasilkan
hewan.
Simplisia mineral; simplisia berasal dari mineral baik yang diolah atau
belum.
Menurut Wientarsih & Prasetyo (2006) jenis ekstraksi ada 4 macam yaitu
sediaan ekstrak: sediaan kering, kental, atau cair dari sampel nabati atau hewan;
tingtur: sediaan cair yang telah dilakukan meserasi atau perkolasi dari simplisia
nabati atau hewan dalam pelarut yang cocok (20% zat khasiat); infus: sediaan cair
berasal dari simplisia nabati (90 0C selama 15 menit); dekok: sediaan cair berasal
dari simplisia nabati (90 0C selama 30 menit). Sedangkan metode ekstraksi ada 4
macam yaitu: Maserasi (Perendaman), Perkolasi, Digesti, dan Infusi.
Simplisia nabati dan jenis ekstrak tingtur yang digunakan dalam penelitian
ini. Jenis ekstrak ini menggunakan metode maserasi (perendaman). Cara maserasi
adalah mencampur 10% simplisia dengan 75 bagian penyari ke dalam sebuah
wadah, kemudian ditutup dan dibiarkan selama 5 hari. Setelah itu diserkai,
diperas, dan diaduk. Ampas dicuci dengan cara menambahkan penyari 100 bagian
kemudian di pindahkan ke dalam bejana, ditutup selama 2 hari. Setelah itu,
disaring dan dituang (Wientarsih & Prasetyo, 2006). Metode ini digunakan karena
pengerjaan dan alatnya sederhana, tapi metode ini juga mempunyai kerugian yaitu
pengerjaannya membutuhkan yang lama dan proses ekstraksinya kurang
sempurna (Yuliani & Rusli, 2003).

2 '1 0

2

Dokumen yang terkait

Aktivitas sediaan gel dari ekstrak lidah buaya (Aloe barbadensis Mill.) pada proses persembuhan luka mencit (Mus musculus albinus)

0 13 6

Kajian Aktivitas Ekstrak Rimpang Kunyit (Curcuma longa) dalam Proses Persembuhan Luka pada Mencit sebagai Model Penderita Diabetes

0 4 1

Gambaran Darah Mencit (Mus musculus albinus) yang Diberi Salep Ekstrak Etanol dan Fraksi Hexan Rimpang Kunyit (Curcuma longa Linn.) pada Proses Persembuhan Luka

0 12 71

Kajian Aktivitas Fraksi Air Rimpang Kunyit (Curcuma longa Linn.) Dalam Proses Persembuhan Luka Pada Mencit (Mus musculus albinus)

0 5 70

Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit (Curcuma longa Linn.) Dalam Proses Persembuhan Luka Pada Mencit (Mus musculus Albinus.)

0 10 88

Gambaran darah mencit (Mus musculus albinus) pada proses persembuhan luka yang diberi salep fraksi etil asetat dan fraksi air rimpang kunyit (Curcuma longa Linn.)

0 43 151

Kajian aktivitas ekstrak rimpang kunyit (curcuma tonga) dalam proses persembuhan luka pada mencit sebagai model penderita diabetes

1 19 42

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma domestica Uji Efektivitas Ekstrak Rimpang Kunyit (Curcuma Domestica Val) Dalam Mempercepat Proses Penyembuhan Luka Sayat Pada Mencit (Mus Musculus) Jantan.

0 3 14

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK RIMPANG KUNYIT(Curcuma Uji Efektivitas Ekstrak Rimpang Kunyit (Curcuma Domestica Val) Dalam Mempercepat Proses Penyembuhan Luka Sayat Pada Mencit (Mus Musculus) Jantan.

0 6 14

Aktivitas Penyembuhan Luka Rimpang Kunyit (Curcuma longa Linn.) Terhadap Luka Insisi Pada Mencit Swiss Webster Jantan Dewasa.

0 0 28