Model Interaksi Bio-Fisik Lingkungan dengan Produktivitas dan Pembangunan Kriteria Kesesuaian Lokasi untuk Pengembangan Jambu Mete (Anacardium occidentale L)

(1)

Kerjasama Kemitraan Penelitian Pertanian dengan

Perguruan Tinggi (KKP3T)

Perguruan Tinggi (KKP3T)

MO DEL INTERA KSI BIO - FISIK LING KUNG A N

DENG A N PRO DUKTIVITA S DA N PEMBA NG UNA N

KRITERIA KESESUA IA N LO KA SI UNTUK

PENG EMBA NG A N JA MBU METE

PENG EMBA NG A N JA MBU METE


(2)

La ta r Be la ka ng

Luas Areal Komoditi Jambu Mete Luas Areal Komoditi Jambu Mete

400 500 600 700 (x 100 0H a) Luas Areal

Produksi Komoditi Jambu Mete

80 100 120 100 0 t o n ) 0 100 200 300 99 0 99 1 99 2 99 3 99 4 99 5 99 6 99 7 99 8 99 9 2 00 0 2 00 1 2 00 2 2 00 3 L u a s A rea l

( Luas Areal

0 20 40 60

1990 199119921993 199419951996 1997 19981999 2000 20012002 2003

P ro d u ksi (

x Produksi

V l Ek K diti J b M t

V l I K diti J b M t

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2

Tahun

19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 20 20 20 20 Tahun

Volume Ekspor Komoditi Jambu Mete

40000 50000 60000 70000 ( ton)

Volume Impor Komoditi Jambu Mete

500 600 700 800 (t o n ) 0 10000 20000 30000 40000

990 991 992 993 994 995 996 997 998 999 00020012002 0032004

Vo lu m e Ekspor 0 100 200 300 400

990 991 992 993 994 995 996 997 998 999 000 001 002 003 004

Vo

lu

m

e Impor

199 199 199 199 199 199 199 199 199 199 200 200 200 200 200

Tahun

199 199 199 199 199 199 199 199 199 199 200 200 200 200 200

Tahun


(3)

Produktifitas (Kg/Ha) 300 350 400 0 50 100 150 200 250 300 PR PBS 0

1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 200 4

2005

Tahun

Produksi Jambu Mete Tahun 2003 (ton)

PBN, 0% PBS, 0%

Luas Area Jambu Mete Tahun 2003 (ton)

PBS, 1% PBN, 0%

PR, 100%

PR 99%

, %

PR PBN PBS

PR, 99%


(4)

Masalah rendahnya produktifitas:

(a) Ditanam pada wilayah dengan kondisi bio-fisik yang kurang sesuai,

(b) Lemahnya informasi dan penggunaan teknologi budidaya di tingkat petani, (c) Bahan tanaman pada umumnya menggunakan benih asalan,

(d) Kurangnya kesadaran pada aplikasi teknologi penjarangan, dan (e) Terbatasnya pemeliharaan tanaman,

(f) Terbatasnya varietas unggul jambu mete

Rum usa n Ma sa la h

¾ Efesiensi Pengusahaan

perlu pemilihan lokasi secara tepat sejak awal


(5)

Ke te rka ita n d e ng a n Pro g ra m Pe ne litia n Prio rita s (Ba littro & De p ta n, 2005 - 2009)

™ Peningkatan nilai tambah jambu mete melalui perbaikan genetik, g j p g , budidaya dan sub sistem sosial ekonomi

™ Peningkatan produktivitas jambu mete sebesar 100 % (450 kg Æ >1000 kg/ha/tahun gelondong) g g g)

Isue Pe m b a ng una n Pe rta nia n d i Ind o ne sia :

‰ Pelita I, penanaman jambu mete Æ program penghijauan (reboisasi) lahan2 kritis

‰ Pelita II (1974-1979) Æ pertimbangan ekonomi

‰ Pelita II (1974 1979) Æ pertimbangan ekonomi

‰ Peningkatan kesempatan kerja :

1998 : 216 ribu tenaga kerja (on farm) 2002 : 220 ribu tenaga kerja


(6)

Lokasi Penelitian-2007

Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat

Jawa Barat: mewakili wilayah beriklim lebih basah, tanah yang berkembang dari bahan induk yang relatif lebih subur (Kab. Bogor, Kab.

K d K b M j l k )

NTB: mewakili wilayah dengan

iklim kering, tanah berkembang Karawang dan Kab. Majalengka)

Provinsi Nusa Tenggara Barat

g, g

dari bahan induk relatif miskin (Kab. Lombok Barat, Kab. Lombok Timur, Kab. Sumbawa Tengah, Kab. Dompu dan Kab. Bima)


(7)

Lokasi Lokasi

Penelitian Tahun 2008 Penelitian Tahun 2008 Penelitian Tahun 2008 Penelitian Tahun 2008

Gn. Kidul W i i Wonogiri


(8)

Tujua n Ke g ia ta n

1. Eksplorasi data kondisi alami di sentra produksi

untuk

menyusun

konsep

kelas

dan

model

k

i

l h

t k k

dit

J

b

M t

kesesuaian lahan untuk komoditas Jambu Mete

Evaluasi model keterkaitan antara karakteristik

bio-fisik lingkungan dan produktivitas komoditas

g

g

p

Jambu Mete;

2 Ekstraksi parameter untuk penyusunan kriteria

2. Ekstraksi parameter untuk penyusunan kriteria

kesesuaian bio-fisik untuk komoditas Jambu

Mete;

3. Membuat kriteria kesesuaian lahan untuk Jambu

Mete


(9)

A. Pendekatan Metodologik

‰ Metoda Boundary Line Method (Rathfon & Burger, 1991)

‰ Pendekatan survey

16 18 20 8 10 12 14 16 YIELD (t/ha)

Produksi sebagai fungsi dari pH tanah

0 2 4 6

0 5,0 7,0 8,0

4 n - 5 Optimum pH High pH Low pH Y ield pH

n - 1 n - 2 n - 3 n - 4

Crop

Y

n = No. of limiting factors pH

Diagram skematik respons tanaman terhadap sejumlah faktor pembatas (dikutip dari Sumner & Farina, 1986)


(10)

Me to d o lo g i d a n Pro se d ur Ke rja Me to d o lo g i d a n Pro se d ur Ke rja

A. Kegiatan I: Eksplorasi data kondisi alami parameter bio-fisik

lingkungan dan produktivitas Jambu Mete di beberapa sentra lingkungan dan produktivitas Jambu Mete di beberapa sentra produksi

A.1. Parameter Biofisik Lingkungan

Sifat-sifat yang akan diekstrak:

1 Parameter iklim: temperatur rata-rata tahunan curah hujan 1. Parameter iklim: temperatur rata rata tahunan, curah hujan bulanan, bulan kering, lama penyinaran (LGP – length growth period)

2. Media Perakaran: drainase tanah, tekstur, kedalaman efektif

3 R t i h K it t k k ti k j h b H

3. Retensi hara: Kapasitas tukar kation, kejenuhan basa, pH tanah, kadar C-organik

4. Toksisitas: salinitas, sodisitas, kejenuhan Aluminium

5. Hara tersedia: total-N, kadar P2O5, kadar K2O, ,

6. Lahan: batuan di permukaan, singkapan batuan, konsistensi dan besar butir


(11)

A.2. Parameter Produktivitas Jambu Mete

1.

Diameter setinggi dada

2

Tinggi pohon total

2.

Tinggi pohon total

3.

Tinggi pohon sampai percabangan pertama

4.

Diameter kanopi (x,y; utara – selatan dan barat – timur)

5

Jumlah bunga per pohon

5.

Jumlah bunga per pohon

6.

Jumlah buah per pohon

Periode pengamatan produktivitas:


(12)

B Kegiatan II

Model Interaksi Sifat bio fisik Lingk ngan

B. Kegiatan II

:

Model Interaksi Sifat bio-fisik Lingkungan

dengan Sifat Vegetatif dan Produktivitas Jambu Mete

• Tahun I: Korelasi parameter bio-fisik lingkungan

dan produktivitas menggunakan data biofisik

lingkungan produktivitas Jambu Mete dari 9

lingkungan produktivitas Jambu Mete dari 9

Kabupaten di Indonesia.

T h

II

b ik

d l k

l

i 3 K b

t

• Tahun II: perbaikan model korelasi 3 Kabupaten


(13)

C. Kegiatan III

g

:

Validasi kriteria kesesuaian lokasi untuk

budidaya Jambu Mete (perbaikan kriteria yang telah

dibangun pada Tahun I)

Uji Validasi berlakunya kriteria yang dibangun dari data 2007

terhadap lingkungan biofisik dan pertumbuhan/produktivitas Jambu Mete dari data 2008.

Uji lid i i i d t dil k k d k

• Uji validasi ini dapat dilakukan dengan cara menerapkan secara silang kriteria yang telah dibangun kepada parameter bio-fisik lingkungan data 2008, dikonfrontasikan dengan data produktivitasnya


(14)

D. Kegiatan IV

g

:

Integrasi Data Tahun 2008 untuk Perbaikan

g

Kriteria Kesesuaian Lokasi untuk Budidaya Jambu Mete

D.1. Peneraan Umur

Metode Peneraan :

Y = f(t)

dimana:

Y

= produksi dugaan berdasarkan umur,

t

= umur (tahun atau bulan)

Yteraan = Yi + (

Ÿ

– Y),

dimana:

Y teraan

= produksi teraan

Y teraan = produksi teraan

Yi

= rataan aktual

Ÿ

= produksi aktual umur tertentu (pengukuran)

Y

= produksi dugaan berdasarkan umur (fungsi)


(15)

D.2. Pendugaan Selang Kesesuaiang g

- Penarikan batas: Boundary Line Method

- Batasan selang kriteria: FAO (1986): g ( ) • S1 : Produksi 100 % - 80 %.

• S2 : Produksi 60 % - 80 % • S3 : Produksi 40% - 60 % • N : Produksi < 40 %

• N : Produksi < 40 %,

D.3. Penerapan pada Kelas Kesesuaian Lahan

Kelas S1: sangat sesuai (highly suitable)

Kelas S2: cukup sesuai (moderately suitable).

Kelas S3: sesuai marginal (marginally suitable).

K l N tid k i ( t it bl )

Kelas N: tidak sesuai (not suitable).

E Kegiatan V: Spasialisasi Kesesuaian Lokasi untuk Budidaya Jambu Mete

E. Kegiatan V: Spasialisasi Kesesuaian Lokasi untuk Budidaya Jambu Mete

di sentra pengembangan komoditas di Yogyakarta, Nusa Tenggara Timur (Kab. Sumba Barat dan Flores Timur)


(16)

P liti

P liti T hT h 20072007

Penelitian


(17)

P liti

P liti T hT h 20082008

Penelitian


(18)

(19)

Hubungan antara Diameter g Tanaman dan Umur Tanaman

Hubungan antara Tinggi Tanaman dan Umur Tanaman


(20)

Hubungan antara Umur Tanaman dan Rerata Produktivitas

• Produktivitas dan umur tanaman menunjukkan korelasi cukup rendah

• secara umum produksi tanaman jambu mete dipengaruhi oleh • secara umum produksi tanaman jambu mete dipengaruhi oleh umur tanaman, yakni produktivitas optimum pada umur rata-rata 21 tahun


(21)

Hubungan produksi gelondong aktual (kiri) dan produksi teraan

(kanan) dengan umur tanaman (n=188)

• Koefisien korelasi kecil Æ sampel dari lokasi dengan keragaman lingkungan biofisik tinggi.

• Produksi gelondong setelah ditera tidak lagi dipengaruhi umur, hanya oleh faktor lingkungan biofisik


(22)

Hubungan produksi gelondong teraan dengan curah

hujan (kiri) dan jumlah bulan kering (kanan)

j

(

)

j

g (

)

• Semakin tinggi curah hujan produksi semakin tinggi namun kemudian menurun kembali dengan semakin tinggi curah hujan

• semakin rendah jumlah bulan kering semakin rendah produksi, produksi juga turun dengan semakin banyak jumlah bulan kering


(23)

Hubungan Produksi teraan dengan sifat daerah perakaran kedalaman efektif dan kadar pasir dan liat

• Semakin dalam tanah, maka kondisi perakaran tanaman semakin baik, dengan kedalaman efektif minimal 31 cm menghasilkan produktivitas di atas 80% (S1)

kedalaman efektif minimal 31 cm menghasilkan produktivitas di atas 80% (S1).

• Tekstur tanah yang menghasilkan produktivitas tanaman di atas 80 % dari rata-rata produksi: lempung berliat, lempung liat berpasir, lempung, lempung berpasir


(24)

Hubungan antara produksi teraan jambu mete dengan reaksi

tanah, KTK dan C-Organik

Meningkatnya nilai KTK, pH tanah cenderung netral, dan % C-organik tinggi, produktivitas tanaman meningkat


(25)

Hubungan antara produksi Jambu mete dengan

ketersediaan hara

Dengan semakin tingginya kadar N, P, dan K tanah, produktivitas meningkat


(26)

Hubungan antara produksi Jambu mete dengan

kondisi terain

• Semakin kecil persentase batuan permukaan dan lerengSemakin kecil persentase batuan permukaan dan lereng, produktivitasproduktivitas semakin tinggi


(27)

Kriteria baru klasifikasi kesesuaian untuk Jambu Mete (KKP3T, 2008)

Klas Kesesuaian Lahan Kualitas Lahan Sangat Sesuai

( S )

Cukup S i Agak Sesuai ( S3) Tidak Sesuai ( ) Kualitas Lahan

( S1) Sesuai ( S2)

( S3) ( N)

Ketersediaan air (w) - Curah hujan (mm)

B l K i ( 100 )

950-1610

5 0 7 2

701-949 1611-2150

3 4 5 0

250-700 2151-3620

0 6 3 4

< 250 > 3620

0 6 - Bulan Kering (< 100 mm)

- Elevasi (m dpl)

5,0 – 7,2 < 132

3,4 - 5,0 7,2 - 8,5 132 - 235

0,6 - 3,4 8,5 - 10,9

235 -568

< 0,6 > 10,9

> 568 Media perakaran (r )

Drainase tanah baik baik sedang buruk

- Drainase tanah - Tekstur baik Lempung berliat, lempung liat berpasir, lempung, lempung baik liat berpasir, lempung berliat sedang liat, liat berdebu, lempung liat berdebu buruk liat berat, debu,

pasir, pasir berlempung

- Kedalaman efektif (cm)

lempung berpasir

> 31 21 - 31 10 - 20 < 10

Retensi hara (f) - KTK

- pH

> 13,1 5 6 – 6 4

4,4– 13,1 5 0 - 5 6

< 4,4

4 4 – 5 0 < 4 4

pH

- C-organik (% )

5,6 6,4 > 0,79

5,0 5,6 6,4 – 6,9 0,33 – 0,79

4,4 5,0 6,9 - 7,5 < 0,33

< 4,4 > 7,5 Hara tersedia (h)

- Total N - P (ppm)

> 0,09 > 8,7

0,03 – 0,09 2,9 –8,7

< 0,03 < 2,9 P (ppm)

- K-dd (me/ 100g)

> 8,7 > 0,38

2,9 8,7 0,13 - 0,38

< 2,9 < 0,13 Kondisi medan/ terrain (m)

- Lereng (% )

- Batuan permukaan (% )

< 19 < 14

19 - 36 14 – 25

36 - 76 26 – 50

> 76 > 50


(28)

Uji Kriteria Spasial

Uji Kriteria Spasial

Uji Kriteria Spasial

Uji Kriteria Spasial


(29)

Ke la s Ke se sua ia n La ha n

Se sua i (S1) C ukup Se sua i (S2) Se sua i Ma rg ina l (S3) Tida k Se sua i (N) Pe rsya ra ta n pe ng g una a n/

ka ra kte risik la ha n

Pe rb a nd ing a n Krite ria Ke se sua ia n La ha n Ja m b u Me te (Anae c adium o c c ide ntale L.)

Se sua i (S1) C ukup Se sua i (S2) Se sua i Ma rg ina l (S3) Tida k Se sua i (N) ka ra kte risik la ha n

IPB, 2008 Puslitb a ng ta na k, 2003

IPB, 2008 Puslitb a ng ta na k, 2003

IPB, 2008 Puslitb a ng ta na k, 2003

IPB, 2008 Puslitb a ng ta na k, 2003 Ke te rse dia a n a ir (Wa )

• Cura h huja n (mm) 950-1.610 1.200-1.500 701-949

1.611-2.150 800-1.200 1.500-2.000 250-700 2.151-3.620 500-800 2.000-2.500 < 250 > 3.620 <500 >2.500

• La ma nya ma sa ke ring (b ln) La ma nya ma sa ke ring (b ln) 5.0-7.2 2,5-4 2,5 4 3.4-4.9 4-5 0,6-3,3 5-6 < 0,6; >6

7,3-8,4

4 5 , ,

8,5-10,9

5 6 , ;

> 10,9

6

Ke te rse dia a n o ksig e n (o a )

• Dra ina se Ba ik Ba ik,

Ag a k Te rha mb a t

b a ik Ag a k c e p a t,

Se d a ng

se d a ng Te rha mb a t b uruk Sa ng a t

te rha mb a t, C e p a t

Me dia p e ra ka ra n (rc ) p ( )

• Te kstur Lempung

berliat, lempung liat berpasir, lempung, lempung b i Ha lus, a g a k ha lus,

se d a ng

liat berpasir, Berpasir

- liat, Liat berdebu,

lempung liat berdebu

Ag a k ka sa r Liat berat,

debu, pasir, pasir berlempung

Ka sa r

berpasir

• Ke d a la ma n ta na h (c m) > 31 >100 21 - 31 75-100 10 - 20 50-75 < 10 <50

Re te nsi ha ra (nr)

• KTK lia t (c mo l) > 13,1 - 4,4 – 13,1 - < 4,4 - - -

• p H H2O 5,6 – 6,4 5,2-7,5 5.0 – 5,6

6,4 – 6,9

4,8-5,2 7,5-8,0

4.4 – 5,0 6,9 – 7,5

<4,8 >8,0

< 4.4 > 7,5

C O ik (%) 0 79 0 8 0 33 0 79 0 8 0 33

• C-Org a nik (%) > 0.79 >0,8 0,33 - 0.79 <0,8 0,33

-Ha ra te rse d ia (h)

• To ta l N > 0.09 0.03 – 0.09 < 0.03

• P (p p m) > 8.7 2.9 – 8.7 < 2.9

• K-d d (me / 100g ) > 0.38 0.13 - 0.38 < 0.13

Ba ha ya e ro si (e h)

L (%) 19 8 19 35 8 16 36 76 16 30 76 30

• Le re ng (%) < 19 <8 19 - 35 8-16 36 - 76 16-30 > 76 >30

• Ba ha ya e ro si Sa ng a t re nd a h Re nd a h-se d a ng Be ra t Sa ng a t b e ra t

Pe nyia pa n la ha n (lp)


(30)

Kesesuaian Lahan Tanaman Jambu Mete di

Kesesuaian Lahan Tanaman Jambu Mete di Flores

Flores

Kesesuaian Lahan Tanaman Jambu Mete di

Kesesuaian Lahan Tanaman Jambu Mete di Flores

Flores

Timur

Timur dengan Kriteria 2008 (

dengan Kriteria 2008 (a

a)) dan Kriteria Lama

dan Kriteria Lama

(b)

(b)

(b)

(b)

(a) (b)


(31)

Sumbawa (95.123 Ha)

Kriteria Puslitbangtannak (% luas)

S1 S2 S3 N

KRITERIA KKP3T (% luas)

S1 - - -

-S2 - - 2.29 16.49

S3 - - 62.33 14.85

N - - - 4.04

Dompu (124.583 Ha)

Kriteria Puslitbangtannak (% luas)

o pu (

583

a)

KRITERIA KKP3T

S1 S2 S3 N

S1 - - -

-S2 - - 1 38 75 79

(% luas) S2 - - 1.38 75.79

S3 - - 19.37 1.90


(32)

(33)

Produksi tanaman jambu mete dipengaruhi oleh umur

tanaman,

dimana produktivitas maksimum pada umur

rata-rata

21

tahun.

Produktivitas

rata-rata

individu

rata rata

21

tahun.

Produktivitas

rata rata

individu

penelitian: 11,85 kg/pohon

Dari

Dari

penelitian

penelitian

ini

ini

diungkap

diungkap

model

model

hubungan

hubungan

kualitas/karakteristik lahan dengan produktivitas dan sifat

vegetatif tanaman jambu mete

Penelitian

menghasilkan

kriteria

kesesuaian

lahan untuk Jambu Mete yang didasarkan pada

pertumbuhan

vegetatif

dan

produksi

yang

pertumbuhan

vegetatif

dan

produksi

yang

ditemukan di lapang.


(34)

Kesimpulan Utama:

Kriteria baru klasifikasi kesesuaian untuk Jambu Mete (KKP3T, 2008)

Klas Kesesuaian Lahan Kualitas Lahan Sangat Sesuai

( S1) Cukup Sesuai ( S2) Agak Sesuai ( S3) Tidak Sesuai ( N)

Ketersediaan air (w)

Curah hujan (mm) 950 1610 701 949 250 700 < 250

- Curah hujan (mm)

- Bulan Kering (< 100 mm) - Elevasi (m dpl)

950-1610 5,0 – 7,2

< 132

701-949 1611-2150

3,4 - 5,0 7,2 - 8,5 132 - 235

250-700 2151-3620

0,6 - 3,4 8,5 - 10,9

235 -568 < 250 > 3620 < 0,6 > 10,9 > 568 Media perakaran (r )

- Drainase tanah - Tekstur baik Lempung berliat, lempung liat berpasir, lempung baik liat berpasir, lempung berliat sedang liat, liat berdebu, lempung liat berdebu buruk liat berat, debu,

pasir, pasir berlempung

- Kedalaman efektif (cm)

lempung, lempung

berpasir

> 31 21 - 31

berdebu

10 - 20 < 10

Retensi hara (f)

- KTK > 13,1 4,4– 13,1 < 4,4

- pH

- C-organik (% )

, 5,6 – 6,4

> 0,79

, ,

5,0 - 5,6 6,4 – 6,9 0,33 – 0,79

, 4,4 – 5,0

6,9 - 7,5 < 0,33

< 4,4 > 7,5 Hara tersedia (h)

- Total N P (ppm)

> 0,09 > 8 7

0,03 – 0,09 2 9 8 7

< 0,03 < 2 9 - P (ppm)

- K-dd (me/ 100g)

> 8,7 > 0,38

2,9 –8,7 0,13 - 0,38

< 2,9 < 0,13 Kondisi medan/ terrain (m)

- Lereng (% )

- Batuan permukaan (% )

< 19 < 14

19 - 36 14 – 25

36 - 76 26 – 50

> 76 > 50


(35)

DAMPAK HASIL KEGIATAN

DAMPAK HASIL KEGIATAN

• Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Komoditas

Jambu Mete yang didasarkan pada fakta

Jambu Mete yang didasarkan pada fakta

empiris lapangan

P

t h

di

b

k

t

t

• Pengetahuan yang disumbangkan tentang

hubungan antara berbagai parameter lahan

dan

lingkungan

dengan

produktivitas

diharapkan akan dapat dijadikan sebagai

diharapkan akan dapat dijadikan sebagai

bahan

pertimbangan

dalam

pengelolaan

perkebunan

Jambu

Mete

pada

masa

mendatang

g

• Dampak yang juga dapat diharapkan terjadi

adalah

kesadaran

akan

perlunya

adalah

kesadaran

akan

perlunya

pembangunan metodologis untuk penyusunan

kriteria bagi komoditas lain


(36)

“PELENGKAPAN DATA DAN STUDI LANJUTAN

INTERAKSI BIO-FISIK LINGKUNGAN DENGAN PRODUKTIVITAS DAN UJI KRITERIA KESESUAIAN

LOKASI UNTUK PENGEMBANGAN JAMBU METE

(Anacardium occidentale L)


(37)

PENENTUAN BEP (Data NTB)

PENENTUAN BEP (Data NTB)

Penentuan batas untuk kelas kesesuaian N adalah dengan berdasar pada persentase produktivitas pada titik BEP, yakni:

PENENTUAN BEP (Data NTB)

PENENTUAN BEP (Data NTB)

BEP = Input usaha Tani per pohon (Rp)/Harga jual (Rp/kg)

Modal Usaha Tani selama 25 tahun/25 t h / t j l h h h kt

Modal Usaha Tani (Rp/pohon) =

tahun/rerata jumlah pohon per hektar = Rp228.931.200/25/128

= Rp.71.541,- per pohon

Maka BEP = Rp.71.541,-/Rp6.000,- per kg = 11.92 kg

Jika dibandingkan dengan maksimum produksi (hasil teraan) yakni 281 kg/ha,g g p ( ) y g maka setara dengan :

11.92 kg/281 kg*100 % = 23.6 %

S hi jik d k i k d i 11 92 k k i i d l h b i b t Sehingga jika produksinya kurang dari 11.92 kg. maka ini adalah sebagai batas terendah pada model kriteria kesesuaian untuk jambu mete yang dibangun (kelas N)


(38)

(39)

Jambu mete sebagai tanaman reboisasi dengan

jarak tanam rapat tumbuh tapi tidak berbuah


(40)

Perbukitan dengan hamparan jambu mete di Flores Timur


(41)

(42)

Jambu mete sebagai komoditas andalan masyarakat, banyak terdapat di sepanjang jalan di Flores Timur


(43)

Jambu mete di Yogyakarta

umumnya ditanam pada bedengan-bedengan ladang yang berfungsi juga sebagai pembatas lahan


(44)

Jambu mete

Jambu mete

dengan

ruang yang

cukup dapat

tumbuh dan

berproduksi

berproduksi

dengan baik


(45)

(46)

Tanaman dengan jarak tanam rapat

Tanaman dengan jarak tanam rapat,


(47)

Tanaman muda cukup ideal, p , Kondisi profil tanah jambu Tanaman muda, musim bunga lebat, umur 3 tahun, di

NTT

p j

mete kurus, NTT kemarau, yang hijau hanya

tanaman mete

Tan. jambu mete dg percabangannya ideal, NTB

Pada musim kemarau, mulai menguning, NTB. Water stress


(48)

Mete pada kondisi lahan berbatu, NTT Jambu mete kena penyakit, diduga Jamur akar

putih atau jamur akar coklat

Pupuk kandang dari kotoran sapi, prod. Tani dari BPTP, di NTB. Kalau malam dikumpulkan, siang diambil. Integrasi ternak dengan mete


(49)

Profil di bawah mete. Lapisan pejal, sulit ditembus

Akar mulai terbatas, kerdil, karena faktor biofisik


(1)

Jambu mete

Jambu mete

dengan

ruang yang

cukup dapat

tumbuh dan

berproduksi

berproduksi

dengan baik


(2)

(3)

Tanaman dengan jarak tanam rapat

Tanaman dengan jarak tanam rapat,


(4)

Tanaman muda cukup ideal, p , Kondisi profil tanah jambu Tanaman muda, musim bunga lebat, umur 3 tahun, di

NTT

p j

mete kurus, NTT kemarau, yang hijau hanya tanaman mete

Tan. jambu mete dg percabangannya ideal, NTB

Pada musim kemarau, mulai menguning, NTB. Water stress


(5)

Mete pada kondisi lahan berbatu, NTT Jambu mete kena penyakit, diduga Jamur akar

putih atau jamur akar coklat

Pupuk kandang dari kotoran sapi, prod. Tani dari BPTP, di NTB. Kalau malam dikumpulkan, siang diambil. Integrasi ternak dengan mete


(6)

Profil di bawah mete. Lapisan

pejal, sulit ditembus

Akar mulai terbatas, kerdil, karena

faktor biofisik