Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Lingkar Kepala pada Anak Usia Dini (6-8 Tahun) pada Deutro Melayu

(1)

LINGKAR KEPALA PADA ANAK USIA DINI

(6-8 TAHUN) PADA DEUTRO MELAYU

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

AULIA RIZA AFDILLAH NIM: 090600008

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

Tahun 2014 Aulia Riza Afdillah

Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Lingkar Kepala pada Anak Usia Dini (6-8 Tahun) pada Deutro Melayu

vii + 50 halaman

Anak usia dini yang sedang berada dalam rentang usia 0-8 tahun merupakan sosok individu yang sedang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Penilaian terhadap pertumbuhan anak merupakan hal yang umum dilakukan pada perawatan anak dengan menggunakan pengukuran antropometri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara indeks massa tubuh (IMT) dengan lingkar kepala anak usia 6-8 tahun dan perbedaan ukuran lingkar kepala anak usia 6-8 tahun di SD Swasta dan SD Negeri.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional. Sampel penelitian ini berjumlah 108 orang yang terdiri dari murid SD Swasta dan SD Negeri yang sudah ditentukan berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi. Pengukuran dilakukan dengan menghitung tinggi badan, berat badan dan lingkar kepala. Pengukuran tinggi badan dan berat badan dilakukan untuk menghitung indeks massa tubuh anak. Pengukuran lingkar kepala anak menggunakan pita meteran dengan cara melewati tulang kepala belakang yang paling menonjol dan di atas supraorbital. Data dianalisa berdasarkan uji t tidak berpasangan dan uji korelasi. Uji t tidak berpasangan dilakukan untuk membandingkan rata-rata indeks massa tubuh (IMT) anak SD Swasta dan SD Negeri, IMT anak berdasarkan jenis kelamin, ukuran


(3)

indeks massa tubuh (IMT) dengan ukuran lingkar kepala anak.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan indeks massa tubuh anak usia 6-8 tahun di SD Swasta dan SD Negeri dengan p=0,076 (p>0,05), tidak terdapat perbedaan ukuran lingkar kepala anak usia 6-8 tahun di SD Swasta dan SD Negeri dengan p=0,050 (p>0,05), tidak terdapat perbedaan indeks massa tubuh anak usia 6-8 tahun berdasarkan jenis kelamin dengan p=0,708 (p>0,05), tidak terdapat perbedaan ukuran lingkar kepala anak usia 6-8 tahun berdasarkan jenis kelamin dengan p=0,112 (p>0,05) dan terdapat hubungan antara indeks massa tubuh (IMT) dengan lingkar kepala anak usia 6-8 tahun dengan p=0,000 (p<0,50).

Daftar Rujukan : 24 (1995-2013)


(4)

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 20 Maret 2014

Pembimbing: Tanda tangan

1. Dr. Ameta Primasari, drg., MDSc., M. Kes


(5)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga skripsi ini telah selesai disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada kedua orang tua tercinta yaitu Ayahanda Irawadi dan Ibunda Dina Hari Nasution yang telah membesarkan serta memberikan kasih sayang, doa, semangat dan dukungan baik secara moral maupun materil kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan pendidikan ini, begitu juga kepada saudara-saudara penulis yaitu Kiki, Ica dan Igom atas doa, cinta kasih dan dukungan, serta pengorbanan demi kebaikan dan kebahagiaan penulis.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dr. Ameta Primasari, drg., MDSc., M. Kes selaku pembimbing penulis dalam penulisan skripsi ini yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan pengarahan serta dorongan dan semangat kepada penulis selama penulisan skripsi ini hingga selesai. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Rehulina Ginting, drg., M.Si selaku Ketua Departemen Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini penulis telah banyak mendapat pengarahan, bimbingan, bantuan, dukungan serta doa dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat disusun dengan baik. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang tulus, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Nazruddin, drg., Ph.D., Sp.Ort selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

2. Seluruh staf pengajar dan pegawai Departemen Biologi Oral FKG USU, Yendriwati, drg., M.Kes, Lisna Unita, drg., M.Kes, Minasari, drg., MM dan Yumi Lindawati, drg., serta Ibu Ngaisah dan Dani Irma Suryani yang telah membantu


(6)

3. Langgeng Surya Dewi Serta atas bantuan, motivasi serta kasih sayang yang selama ini diberikan kepada penulis.

4. Sahabat-sahabat terbaik saya Andi, Dimas, Edo, Miki, Budi, Rasyid, Arga, Wira, Ika, Wanda, Nadya, Sasa, seluruh teman-teman FKG USU angkatan 2009, seluruh teman seperjuangan yang melaksanakan skripsi di Departemen Biologi Oral dan keluarga besar HMI FKG USU yang memberi dukungan dan motivasi kepada penulis selama perkuliahan dan penulisan skripsi.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat kesalahan selama penulis melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Dengan kerendahan hati penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi pengembangan disiplin ilmu, masyarakat, dan bagi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen Biologi Oral.

Medan, 20 Maret 2014 Penulis,

( Aulia Riza Afdillah ) 090600008


(7)

i

Halaman HALAMAN JUDUL ... ABSTRAK... HALAMAN PERSETUJUAN ... KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR GRAFIK ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Hipotesis Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian... 5

1.5.1 Manfaat Praktis ... 5

1.5.2 Manfaat Teoritis ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak Usia Dini ... 6

2.2 Pertumbuhan dan Perkembangan Anak ... 6

2.3 Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Fisik Anak ... 7

2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan Anak ... 9

2.4.1 Faktor Genetik ... 9

2.4.2 Faktor Lingkungan ... 10

2.4.2.1 Lingkungan Prenatal ... 10

2.2.2.2 Lingkungan Post-natal ... 11

2.5 Antropometri ... 13


(8)

ii

2.7.3 Indeks Berat Badan terhadap Tinggi Badan (BB/TB) ... 17

2.7.4 Indeks Massa Tubuh terhadap Umur (IMT/U) ... 17

2.7.5 Indeks Lingkar Kepala terhadap Umur (LK/U) ... 21

2.8 Deutro Melayu ... 24

2.9 Kerangka Teori ... 25

2.10 Kerangka Konsep ... 26

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 27

3.2 Populasi, Sampel dan Besar Sampel Penelitian ... 27

3.2.1 Populasi Sampel Penelitian ... 27

3.2.2 Cara Pengambilan Sampel ... 27

3.2.3 Besar Sampel Penelitian ... 28

3.3 Variabel Penelitian ... 28

3.4 Definisi Operasional ... 29

3.5 Alat Penelitian ... 30

3.6 Tempat dan Waktu Penelitian ... 31

3.6.1 Tempat Penelitian ... 31

3.6.2 Waktu Penelitian ... 31

3.7 Prosedur Penelitian ... 31

3.8 Pengolahan Data ... 32

3.9 Kerangka Operasional ... 33

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Perbedaan Indeks Massa Tubuh (IMT) Anak Usia 6-8 Tahun di SD Swasta dan SD Negeri ... 34

4.2 Perbedaan Ukuran Lingkar Kepala Anak Usia 6-8 Tahun di SD Swasta dan SD Negeri ... 35

4.3 Perbedaan Indeks Massa Tubuh (IMT) Anak Usia 6-8 Tahun Berdasarkan Jenis Kelamin ... 36

4.4 Perbedaan Ukuran Lingkar Kepala Anak Usia 6-8 Tahun Berdasarkan Jenis Kelamin ... 37

4.5 Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Lingkar Kepala Anak Usia 6-8 Tahun di Sd Swasta dan SD Negeri ... 38

BAB 5 PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian ... 40

5.1.1 Perbedaan Indeks Massa Tubuh (IMT) Anak Usia 6-8 Tahun di SD Swasta dan SD Negeri ... 40


(9)

iii

Berdasarkan Jenis Kelamin ... 42 5.1.4 Perbedaan Ukuran Lingkar Kepala Anak Usia 6-8 Tahun

Berdasarkan Jenis Kelamin ... 43 5.1.5 Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan

Lingkar Kepala Anak Usia 6-8 Tahun ... 44

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 47 6.2 Saran ... 47 DAFTAR PUSTAKA ... 48 LAMPIRAN


(10)

iv

Halaman Tabel

1 Tabel indeks massa tubuh laki-laki untuk kelompok umur

2-20 tahun ... 19 2 Tabel indeks massa tubuh perempuan untuk kelompok umur

2-20 tahun ... 20 3 Jumlah anak usia 6-8 tahun berdasarkan kategori IMT di SD Swasta

dan SD Negeri ... 34 4 Hasil uji t tidak berpasangan pada indeks massa tubuh (IMT) anak

usia 6-8 tahun di SD Swasta dan SD Negeri ... 35 5 Hasil uji t tidak berpasangan pada ukuran lingkar kepala anak usia

6-8 tahun di SD Swasta dan SD Negeri... 35 6 Hasil uji t tidak berpasangan pada indeks massa tubuh (IMT) anak

usia 6-8 tahun berdasarkan jenis kelamin ... 36 7 Hasil uji t tidak berpasangan pada ukuran lingkar kepala anak usia

6-8 tahun berdasarkan jenis kelamin ... 37 8 Hasil uji korelasi antara indeks massa tubuh (IMT) dengan lingkar


(11)

v

Halaman Gambar

1 Pengukuran lingkar kepala anak ... 21

2 Nellhaus chart ... 23

3 Alat pengukur tinggi badan dan timbangan berat badan ... 31


(12)

vi

Halaman Grafik

1 Rata-rata lingkar kepala anak SD Swasta dan SD Negeri ... 36 2 Rata-rata lingkar kepala anak laki-laki dan perempuan ... 37 3 Korelasi indeks massa tubuh dan lingkar kepala anak usia 6-8


(13)

vii

Lampiran

1 Tabel Hasil Penelitian Anak SD Swasta dan SD Negeri 2 Tabel Hasil Penelitian Anak Laki-laki dan SD Perempuan 3 Analisis Statistik

4 Kuesioner

5 Jadwal Pelaksanaan Penelitian 6 Anggaran Biaya Peneltian 7 Data Personalia


(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anak usia dini adalah anak yang sedang berada dalam rentang usia 0-8 tahun yang merupakan sosok individu yang sedang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan.1 Batasan tentang masa anak cukup bervariasi, istilah anak usia dini yang dianut di negara maju adalah anak yang berkisar antara 0-8 tahun. Namun bila dilihat dari jenjang pendidikan yang berlaku di Indonesia, yang termasuk dalam kelompok anak usia dini adalah anak bayi, kelompok bermain, taman kanak-kanak, dan anak usia sekolah dasar kelas rendah (kelas 1-3).1

Pertumbuhan merupakan perubahan yang bersifat kuantitatif, yang artinya terdapat perubahan dalam ukuran dan struktur tubuh sehingga lebih banyak menyangkut perubahan fisik. Hasil dari pertumbuhan yaitu berupa bertambah panjang tulang-tulang lengan dan tungkai, serta bertambah tinggi dan berat badan.1 Pertumbuhan sering berkaitan dengan perkembangan, yakni pematangan dan penambahan kemampuan fungsi organ tubuh, contohnya yaitu peningkatan kemampuan berbicara, kemampuan membaca, dan kemampuan menggerakkan anggota tubuhnya, seperti berlari.1,2

Penilaian dan pemantauan pertumbuhan merupakan hal yang umum dilakukan dalam perawatan anak dan penilaian tersebut dilakukan dengan menggunakan pengukuran antropometri.3 Antropometri adalah pengukuran pada manusia yang berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.4 Interpretasi pertumbuhan anak didasarkan pada indikator antropometri yang telah ditetapkan berdasarkan populasi beberapa negara dengan nilai ambang batas untuk membedakan kekurangan dan kelebihan gizi, perawakan pendek atau perawakan tinggi, serta proposional atau tidak proposionalnya pertumbuhan.3 Menurut Batubara, terdapat beberapa indikator


(15)

antropometri yang sering digunakan untuk menilai keadaan gizi, yaitu pengukuran tinggi badan (TB), berat badan (BB), berat badan menurut tinggi badan (BB│TB), dan indeks massa tubuh (IMT).3 Indikator lain yang dapat digunakan untuk memantau pertumbuhan anak yaitu pengukuran lingkar kepala, lingkar lengan atas, dan tebal lipatan kulit.3

Lingkar kepala menggambarkan pertumbuhan otak dari estimasi volume dalam kepala.2 Lingkar kepala dipengaruhi status gizi anak sampai usia 36 bulan. Pengukuran rutin dilakukan untuk menjaring kemungkinan adanya penyebab lain yang dapat mempengaruhi pertumbuhan otak. Apabila pertumbuhan otak mengalami gangguan, yang dideteksi dari pengukuran lingkar kepala yang kecil (mikrosefali), maka hal ini bisa mengarahkan pada kelainan retardasi mental. Sebaliknya, bila ada gangguan sirkulasi cairan otak, maka volume kepala akan membesar (makrosefali). Namun, lingkar kepala yang abnormal, baik kecil maupun besar, dapat disebabkan oleh faktor genetik (keturunan).

Penelitian yang dilakukan oleh Cahyadi, ukuran lingkar kepala anak laki-laki dan perempuan usia 7-12 tahun di SD Negeri Petompon 1 Semarang termasuk pada kategori normochepaly atau ukuran yang normal.5 Secara umum ukuran lingkar kepala rata-rata anak laki-laki lebih besar dibandingkan dengan ukuran lingkar kepala anak perempuan pada kelompok usia yang sama. Hal ini sama dengan penelitian Evereklioglu mengenai ukuran lingkar kepala dengan sampel populasi anak-anak di Turki.

Berdasarkan hasil pengukuran antropometri, keadaan gizi seseorang oleh National Health Statiztics – WHO (NCHS-WHO) dapat diklasifikasikan ke dalam gizi kurang, gizi baik, dan gizi lebih.6 Dalam pengklasifikasian tersebut, diperlukan suatu standar baku sebagai pembanding. WHO telah mempublikasikan baku antropometri NCHS-WHO pada tiap negara. Akan tetapi, standar tersebut belum bisa menggambarkan pertumbuhan anak di Indonesia karena dalam pembuatannya menggunakan sampel anak-anak di luar negeri, contohnya pada kurva WHO menggunakan penelitian multicenter di 6 negara, yaitu Brazil, Ghana, India, Norwegia, Oman, dan Amerika Serikat.3,5,7 Di Indonesia, khususnya, memerlukan


(16)

penyesuaian standar baku penilaian status gizi, karena faktor genetik, etnik, dan tingkat kesejahteraan yang berbeda dengan negara-negara lainnya.5

Mempelajari historis dan menelaah sejarah migrasi, diketahui populasi masyarakat Indonesia adalah ras Paleomongoloid yang disebut ras Melayu. Ras Paleomongoloid ini terdiri atas Proto Melayu (Melayu tua) dan Deutro Melayu (Melayu muda). Golongan Deutro Melayu adalah orang-orang Aceh, Minangkabau, Sumatera Pesisir, Rejang Lebong, Lampung, Jawa, Madura, Bali, Bugis, Manado pesisir, Sunda kecil timur dan Melayu. Peneliti melakukan penelitian mengenai lingkar kepala pada golongan Deutro Melayu di Medan karena belum ada data mengenai ukuran lingkar kepala pada golongan Deutro Melayu di kota Medan.

Peneliti memandang perlunya pengukuran lingkar kepala pada anak usia 6-8 tahun karena pada usia 6-8 tahun, merupakan masa penting pada perkembangan otak anak, yang biasanya dikenal sebagai forgotten years. Penelitian yang dilakukan sebelumnya pada umumnya terfokus pada pertumbuhan anak balita ataupun anak remaja, sedangkan pada masa ini (6-8 tahun), otak aktif mengalami pengurangan synaptic sehingga otak anak menjadi lebih halus dan proses ini sangat bergantung pada lingkungan.8

1.2 Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan indeks massa tubuh (IMT) anak usia 6-8 tahun di SD Swasta dan SD Negeri?

2. Apakah terdapat perbedaan ukuran lingkar kepala anak usia 6-8 tahun di SD Swasta dan SD Negeri?

3. Apakah terdapat perbedaan indeks massa tubuh (IMT) anak usia 6-8 tahun berdasarkan jenis kelamin?

4. Apakah terdapat perbedaan ukuran lingkar kepala anak usia 6-8 tahun berdasarkan jenis kelamin?

5. Apakah terdapat hubungan antara indeks massa tubuh (IMT) dengan lingkar kepala anak usia 6-8 tahun?


(17)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui perbedaan indeks massa tubuh (IMT) anak usia 6-8 tahun di SD Swasta dan SD Negeri.

2. Untuk mengetahui perbedaan ukuran lingkar kepala anak usia 6-8 tahun di SD Swasta dan SD Negeri.

3. Untuk mengetahui perbedaan indeks massa tubuh (IMT) anak usia 6-8 tahun berdasarkan jenis kelamin.

4. Untuk mengetahui perbedaan ukuran lingkar kepala anak usia 6-8 tahun berdasarkan jenis kelamin.

5. Untuk mengetahui hubungan antara indeks massa tubuh (IMT) dengan lingkar kepala anak usia 6-8 tahun.

1.4 Hipotesis Penelitian

1. Terdapat perbedaan indeks massa tubuh (IMT) anak usia 6-8 tahun di SD Swasta dan SD Negeri.

2. Terdapat perbedaan ukuran lingkar kepala anak usia 6-8 tahun di SD Swasta dan SD Negeri.

3. Terdapat perbedaan indeks massa tubuh (IMT) anak usia 6-8 tahun berdasarkan jenis kelamin.

4. Terdapat perbedaan ukuran lingkar kepala anak usia 6-8 tahun berdasarkan jenis kelamin.

5. Terdapat hubungan antara indeks massa tubuh (IMT) dengan lingkar kepala anak usia 6-8 tahun.


(18)

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Praktis

Manfaat praktis yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi mengenai pertumbuhan dan perkembangan anak usia 6-8 tahun dan menjadi bahan pertimbangan bagi dokter gigi dalam melakukan perawatan pada anak.

1.5.2 Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis yang diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat bagi Akademisi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan bahan ajar yang bermanfaat bagi Departemen Biologi Oral.

2. Manfaat bagi Peneliti/Peneliti lain

Penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan peneliti dalam menulis dan memberikan informasi dan data untuk melakukan penelitian lebih lanjut.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anak Usia Dini

Anak usia dini menurut National Assosiation in Education for Young Children (NAEYC) adalah anak yang berada pada rentang usia lahir sampai umur 8 tahun. Menurut Ernawulan, anak usia dini adalah anak yang sedang berada dalam rentang usia 0-8 tahun, yang merupakan sosok individu yang sedang berada dalam proses perkembangan.1 Batasan tentang masa anak cukup bervariasi. Dalam pandangan mutakhir yang lazim dianut di negara maju, istilah anak usia dini adalah anak yang berkisar antara 0-8 tahun. Bila dilihat dari jenjang pendidikan yang berlaku di Indonesia, maka yang termasuk dalam kelompok anak usia dini adalah anak bayi, kelompok bermain, taman kanak-kanak, dan anak SD kelas rendah (kelas 1-3). 1

2.2 Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Istilah pertumbuhan dan perkembangan sering digunakan, seolah-olah keduanya mempunyai pengertian yang sama, karena menunjukkan adanya suatu proses perubahan tertentu yang mengarah kepada kemajuan. Padahal sesungguhnya, istilah pertumbuhan dan perkembangan mempunyai pengertian yang berbeda.

Pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan yang bersifat kuantitatif, sebagai akibat dari adanya pengaruh luar atau lingkungan.1 Pertumbuhan mengandung arti adanya perubahan dalam ukuran dan struktur tubuh sehingga lebih banyak menyangkut perubahan fisik.1 Selain itu, pertumbuhan dapat didefinisikan sebagai perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada diri individu yang sehat dalam fase-fase tertentu. Hasil dari pertumbuhan ini berupa bertambah panjang tulang-tulang terutama lengan dan tungkai, bertambah tinggi dan berat badan serta makin


(20)

bertambah sempurnanya susunan tulang dan jaringan syaraf.1 Pertumbuhan akan terhenti setelah adanya maturasi atau kematangan pada diri individu.

Berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan adalah suatu perubahan fungsional yang bersifat kualitatif, baik dari fungsi-fungsi fisik maupun mental sebagai hasil keterkaitannya dengan pengaruh lingkungan.1 Perkembangan juga dapat diartikan sebagai suatu urutan-urutan perubahan yang bersifat sistematis, dalam arti saling ketergantungan atau saling mempengaruhi antara aspek-aspek fisik dan psikis dan merupakan satu kesatuan yang harmonis.1

Pertumbuhan anak merupakan hal yang penting untuk selalu diamati. Pertumbuhan anak dimulai sejak konsepsi sampai anak berumur 18-20 tahun dan dipengaruhi beberapa faktor yang secara garis beras dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu faktor genetik dan non genetik, seperti lingkungan, nutrisi, dan penyakit.6 Pengukuran fisik anak diperlukan untuk menilai pertumbuhan anak normal atau tidak. Untuk menilai pertumbuhan anak diperlukan suatu standar yang menggambarkan pertumbuhan normal sebagai pembanding. Saat ini Indonesia belum memiliki parameter standar baku pertumbuhan anak. Indonesia menggunakan standar kurva dari CDC (The National Center of Chronic Disease Prevention and Health Promotion) dan NCHS/WHO (National Center for Health Statistic/World Health Organization) sebagai parameter pertumbuhan anak.3,6,7,9

2.3 Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Fisik Anak

Pada umur 1 bulan, berat badan akan meningkat 150-200 gr/mg, tinggi badan meningkat 2,5 cm/bulan, lingkar kepala meningkat 1,5 cm/bulan. Besarnya kenaikan berlangsung sampai bayi berumur 6 bulan.10 Berat badan menjadi dua kali berat badan lahir dan mulai mengences karena tidak adanya koordinasi menelan saliva pada umur 4-5 bulan. Setelah umur mencapai 6-7 bulan, berat badan meningkat 90-150 gram/minggu, tinggi badan meningkat 1,25 cm/bulan, lingkar kepala meningkat 0,5 cm/bulan, besar kenaikan ini berlangsung sampai bayi berumur 12 bulan dan gigi sudah mulai tumbuh pada masa ini.10 Pada umur 8-9 bulan, bayi sudah bisa duduk dengan sendirinya, koordinasi tangan ke mulut sangat sering, bayi mulai tengkurap


(21)

sendiri dan mulai belajar untuk merangkak, sudah bisa mengambil benda dengan menggunakan jari-jari, bayi tertarik dengan benda-benda kecil yang ada disekitarnya. Berat badan bayi menjadi 3 kali berat badan waktu lahir dan gigi pada rahang atas dan bawah mulai tumbuh pada umur 10-12 bulan. Selain itu bayi sudah mulai belajar berdiri tetapi tidak bertahan lama, belajar berjalan dengan bantuan, sudah bisa berdiri dan duduk sendiri, mulai belajar menggunakan sendok, dan mulai senang mencoret-coret kertas.

Bayi yang berumur 15 bulan, sudah bisa berjalan sendiri tanpa bantuan orang lain, sudah bisa memegangi cangkir, memasukkan jari ke lubang, membuka kotak, dan melempar benda.10 Pada umur 18 bulan, bayi sudah mulai berlari tetapi masih sering jatuh, menarik-narik mainan, mulai senang naik tangga tetapi masih dengan bantuan, sudah bisa makan dengan menggunakan sendok, bisa membuka halaman buku, dan belajar menyusun balok-balok. Setelah memasuki umur 24 bulan, bayi dapat berlari sudah baik, dapat naik tangga sendiri dengan kedua kaki tiap tahap, sudah bisa membuka pintu, membuka kunci, mengguting sederhana, minum dengan menggunakan gelas atau cangkir, dan sudah dapat menggunakan sendok dengan baik. Bayi sudah bisa naik turun tangga tanpa bantuan, memakai baju dengan bantuan, mulai bisa naik sepeda beroda tiga, bisa menggambar lingkaran, mencuci tangannya sendiri, menggosok gigi, pada umur 36 bulan.10

Pada umur 4 tahun, anak sudah mulai berjalan berjinjit, melompat, melompat dengan satu kaki, menangkap bola dan melemparkannya dari atas kepala, sudah bisa menggunakan gunting dengan lancar, sudah bisa menggambar kotak, menggambar garis vertikal maupun horizontal, belajar membuka dan memasang kancing baju. Anak berjalan mundur sambil berjinjit, sudah dapat menangkap dan melempar bola dengan baik, sudah dapat melompat dengan kaki secara bergantian, menulis dengan angka-angka, menulis dengan huruf, menulis dengan kata-kata, belajar menulis nama, belajar mengikat tali sepatu, bermain sendiri mulai berkurang, sering berkumpul dengan teman sebaya, interaksi sosial selama bermain meningkat, dan sudah siap untuk menggunakan alat-alat bermain saat memasuki umur 5 tahun. Pada umur


(22)

tersebut, berat badan anak meningkat 2,5 kg/tahun dan tinggi badan meningkat 6,75-7,5 cm/tahun. 10

Pertumbuhan anak usia sekolah merupakan masa pertumbuhan yang berjalan lambat dan teratur sampai masa akil balik (12-16 tahun).10 Pada usia 6 tahun, tinggi badan anak sebesar 1 ½ lebih besar dari panjang anak saat berumur 1 tahun dan berat badan anak sebesar 2 kali lebih berat dari berat badan saat berumur 1 tahun.10 Sekitar umur 6-7 tahun, pertumbuhan yang terjadi pada anak merupakan pertumbuhan cepat, saat anak mulai sekolah dan nafsu makan anak sedang meningkat. Kemudian menyusul masa istirahat sekitar umur 8-10 tahun, terjadi lagi pertumbuhan yang cepat, sehingga anak bertambah tinggi dan aktivitas metaboliknya juga bertambah.10

Pada masa ini, anak lebih mampu menggunakan otot kasar daripada otot-otot halus.10 Misalnya loncat tali, badminton, bola voli, pada akhir masa sekolah motorik halus lebih berkurang, anak laki-laki lebih aktif daripada anak perempuan. Anak mulai mencari lingkungan yang lebih luas sehingga cenderung sering pergi dari rumah hanya untuk bermain dengan teman, saat ini sekolah sangat berperan untuk membentuk pribadi anak, disekolah anak harus berinteraksi dengan orang lain selain keluarganya, sehingga peran guru sangat besar.10

2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak

2.4.1 Faktor Genetik

Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Melalu instruksi genetik yang terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Faktor genetik terdiri dari berbagai faktor bawaan yang normal dan patologis dan jenis kelamin.11


(23)

2.4.2 Faktor Lingkungan

Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan. Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan lingkungan yang kurang baik akan menghambatnya.11

2.4.2.1 Faktor Lingkungan Pranatal

Faktor lingkungan prenatal yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang janin mulai dari konsepsi sampai lahir, antara lain adalah:11

1. Gizi ibu pada waktu hamil

Gizi ibu yang buruk sebelum terjadinya kehamilan maupun pada waktu sedang hamil, sering melahirkan anak dengan berat badan lahir rendah, selain itu juga dapat menyebabkan hambatan pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru lahir, infeksi pada bayi.

2. Mekanis

Trauma dan cairan ketuban yang kurang dapat menyebabkan kelainan bawaan pada bayi yang dilahirkan. Demikian juga dengan posisi janin pada uterus dapat mengakibatkan dislokasi panggul dan tortikolis kongenital.

3. Toksin/zat kimia

Masa organogenesis dalah masa yang sangat peka terhadap zat-zat teratogen, misalnya obat-obatan seperti thalidomide, phenitoin, methadion, obat-obat anti kanker dapat menyebabkan kelainan bawaan. Ibu hamil yang perokok berat/peminum alcohol kronis dapat melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah, cacat atau retardasi mental.

4. Endokrin

Cacat bawaan sering terjadi pada ibu penderita diabetes yang hamil dan tidak mendapat pengobatan pada trimester I kehamilan, umur ibu kurang dari 18 tahun/lebih dari 35 tahun dan defisiensi yodium pada waktu hamil.

5. Radiasi

Radiasi pada ibu hamil sebelum umur 18 minggu kehamilan dapat menyebabkan kematian janin, kerusakan otak, mikrosefali atau cacat bawaan lainnya.


(24)

6. Infeksi

Infeksi intrauterine yang sering menyebabkan cacat bawaan adalah TORCH (Toxoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes Simplex), varisela, Coxsackie, Echovirus, malaria, HIV, polio, campak, listeriosis, leptospira, mikroplasma, virus influenza dan virus hepatitis.

7. Stress

Stress yang dialami ibu saat kehamilan dapat mempengaruhi tumbuh kembang janin, antara lain cacat bawaan, kelainan kejiwaan dan lain-lain.

2.4.2.2 Faktor Lingkungan Post-natal

Masa perinatal yaitu masa antara 28 minggu dalam kandungan sampai 7 hari setelah dilahirkan, merupakan masa rawan dalam proses tumbuh kembang anak, khususnya tumbuh kembang otak. Trauma pada kepala akibat persalinan akan berpengaruh besar dan dapat meninggalkan cacat yang permanen pada anak.11

Ibu memiliki peranan yang penting pada ekologi anak selama masa tumbuh kembang anak, yaitu pengaruh biologisnya terhadap pertumbuhan janin dan pengaruh psikobiologisnya terhadap pertumbuhan pos natal dan perkembangan kepribadian. Pemberian ASI merupakan plasenta eksternal karena payudara menggantikan fungsi plasenta tidak hanya dalam memberikan nutrisi bagi bayi, tetapi juga sangat mempunyai arti dalam perkembangan anak karena seolah-olah hubungan ibu dan anak tidak terputus setelah anak dilahirkan.11

Beberapa faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan anak setelah dilahirkan yaitu terdiri dari lingkungan biologis, faktor fisik, faktor psiososial dan faktor keluarga dan adat istiadat.11

Lingkungan biologis terdiri dari beberapa faktor, diantaranya yaitu gizi, perawatan kesehatan, imunitas, dan penyakit kronis. Makanan memegang peranan penting dalam tumbuh kembang anak, kebutuhan makanan anak berbeda dengan orang dewasa. Satu aspek yang perlu diperhatikan adalah keamanan pangan yang mencakup pembebasan makanan dari berbagai racun fisika, kimia dan biologis. Perawatan kesehatan yang teratur merupakan fakor penting, pemeriksaan kesehatan


(25)

dan menimbang anak secara rutin setiap bulan akan menunjang pada tumbuh kembang anak. Pemberian imunisasi akan membuat anak terhindar dari penyakit-penyakit yang sering menyebabkan cacat atau kematian. Anak yang menderita penyakit menahun akan terganggu tumbuh kembangnya dan pendidikannya.11

Faktor fisik terdiri dari beberapa faktor, diantaranya yaitu cuaca, musim, keadaan geografis suatu daerah, sanitasi lingkungan dan keadaan rumah. Musim kemarau yang panjang/adanya bencana alam dapat berdampak pada tumbuh kembang anak karena dapat menyebabkan asupan gizi yang kurang pada anak. Sanitasi lingkungan memiliki peran yang cukup dominan dalam penyediaan lignkungan yang mendukung kesehatan anak dan tumbuh kembangnya. Akibat dari kebersihan yang kurang, anak akan sering sakit, seperti diare, cacingan, tifus, hepatitis, malaria dan demam berdarah. Keadaan perumahan yang layak dengan konstruksi bangunan yang tidak membahayakan penghuninya serta tidak penuh sesak akan menjamin kesehatan penghuninya.11

Faktor psikososial diantaranya yaitu stimulasi, motivasi belajar, teman sebaya, stress, cinta dan kasih sayang dan kualitas interaksi anak-orang tua. Anak yang mendapat stimulasi yang terarah dan teratur akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang/tidak mendapat stimulasi. Motivasi belajar dapat ditimbulkan sejak dini dengan memberikan lingkungan yang kondusif untuk belajar. Teman sebaya diperlukan untuk proses sosialisasi dengan lingkungan anak, tetapi perhatian dari orang tua tetap dibutuhkan untuk memantau dengan siapa anak tersebut bergaul. Stress pada anak juga berpengaruh terhadap tumbuh kembangnya, misalnya anak akan menarik diri, rendah diri, terlambat bicara dan nafus makan menurun. Salah satu hak anak adalah hak untuk dicintai dan dilindungi. Anak memerlukan kasih sayang dan perlakuan yang adil dari orang tuanya agar anak tidak tumbuh menjadi anak yang sombong dan bisa memberikan kasih sayang kepada sesamanya. Interaksi timbale balik antara anak dan orang tua akan menimbulkan keakraban dalam keluarga. Anak akan terbuka kepada orang tuanya sehingga komunikasi dapat dua arah dan segala permasalahan dapat dipecahkan bersama karena adanya kedekatan dan kepercayaan antara orang tua dan anak.11


(26)

Faktor keluarga dan adat istiadat diantaranya yaitu pendapatan keluarga dan pendidikan orang tua. keluarga Pendapat keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang anak karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik yang primer maupun sekunder. Pendidikan orang tua yang baik akan membuat orang tua dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik.11

2.5 Antropometri

Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros, dimana anthropos yaitu man (orang) dan metron yang berarti ukur sehingga antropometri merupakan studi tentang pengukuran individu manusia untuk mengetahui variasi fisik manusia.4 Antropometri meliputi penggunaan secara teliti dari titik-titik pada tubuh untuk pengukuran, posisi spesifik dari subjek yang ingin diukur dan penggunaan alat yang benar. Pengukuran yang dapat dilakukan pada manusia secara umum meliputi pengukuran massa, panjang, tinggi, lebar, dalam, circumference (lingkaran), curvature (busur), pengukuran jaringan lunak (lipatan kulit). Pada intinya pengukuran dapat dilakukan pada tubuh secara keseluruhan (stature) maupun membagi tubuh dalam bagian yang spesifik seperti panjang tungkai.4 Penelitian dibidang antropometri mulai berkembang dari perhitungan sederhana menjadi lebih rumit, yaitu dengan menghitung indeks. Indeks adalah cara perhitungan yang dikembangkan untuk mendeskripsikan bentuk melalui keterkaitan antar titik pengukuran. Perhitungan indeks, titik pengukuran, dan cara pengukuran berkembang pesat yang berdampak pada banyaknya variasi cara klasifikasi.10

Sedangkan dari sudut pandang gizi, muncul istilah nutritional anthropometry di dalam Body measurements and Human Nutrition yang ditulis oleh Brozek pada tahun 1966 yang kemudian didefinisikan oleh Jelliffe (1966) sebagai pengukuran pada variasi dimensi fisik dan komposisi besaran tubuh manusia pada tingkat usia dan derajat nutrisi yang berbeda.9

Pengukuran antropometri ada dua tipe, yaitu pertumbuhan dan ukuran komposisi tubuh yang dibagi menjadi pengukuran lemak tubuh dan massa tubuh yang


(27)

bebas lemak. Penilaian pertumbuhan merupakan komponen esensial dalam survei kesehatan anak karena hampir setiap masalah yang berkaitan dengan fisiologi, interpersonal, dan domain sosial dapat memberikan efek yang buruk pada pertumbuhan anak. Alat yang sangat penting untuk penilaian pertumbuhan adalah kurva pertumbuhan (growth chart) pada gambar terlampir, dilengkapi dengan alat timbangan yang akurat, papan pengukur, stadiometer, dan pita pengukur.9

Alasan penggunaan pengukuran antropometri, yaitu: a. Alatnya mudah di dapat dan digunakan.

b. Pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah dan obyektif. c. Pengukuran bukan hanya dapat dilakukan oleh tenaga khusus professional,

tetapi juga tenaga kerja lain yang sudah dilatih.

d. Biaya relatif murah karena alat mudah didapat dan tidak memerlukan bahan-bahan lainnya.

e. Hasilnya mudah disimpulkan karena mempunyai ambang batas dan rujukan yang sudah pasti.

f. Secara ilmiah diakui kebenarannya. Hampir semua negara menggunakan pengukuran antropometri sebagai metode untuk mengukur status gizi, khusunya untuk penapisan (screening) status gizi.

2.6 Parameter Antropometri

Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain yaitu berat badan, umur, dan tinggi badan. Berat badan merupakan indeks gizi dan pertumbuhan yang terbaik terutama pada bayi, karena mencakup aspek pertumbuhan badan seluruhnya. Selain itu, berat badan merupakan salah satu antropometri yang memberikan gambaran massa tubuh (otot dan lemak) karena tubuh sangat sensitif terhadap perubahan keadaan yang mendadak, misalnya karena terserang infeksi, menurunnya nafsu makan, dan menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi.

Hari-hari pertama pada masa neonatal berat badan turun kurang dari 10% yang merupakan keadaan yang normal, hal ini disebabkan karena keluarnya urin.12 Kemudian berat badan lahir dicapai lagi pada hari ke 10 sampai hari ke 14.


(28)

Selanjutnya dalam keadaan normal (sehat), berat badan bertambah terus dengan teratur. Berat badan waktu lahir berkisar antara 2,7-4,1 kg.12 Tiga bulan pertama, kenaikan berat badan berkisar 1 kg per bulan, sehingga pada umur 5 bulan berat badan bayi mencapai berat badan lahirnya. Pada umur 6 bulan, kenaikan berat badan sebesar ½ kg per bulan. Berat badan anak pada umur 1 tahun ialah tiga kali berat badan sewaktu lahir, pada umur 2 tahun, berat badan bayi sebesar empat kali berat badan lahir. Setelah umur 2 tahun kenaikan berat badan menurun, dan dengan bertambahnya umur anak, kenaikannya menjadi tidak teratur.12

Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan penentuan umur akan menyebabkan interpretasi status gizi menjadi salah. Hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat.12

Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Dalam keadaan normal, tinggi badan tumbuh bersamaan dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan, tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah defisiensi gizi, dalam waktu pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan, baru akan terlihat pada jangka waktu yang lama.12

Berbeda dengan berat badan, kenaikan tinggi badan setiap tahunnya terus menurun dari waktu lahir sampai dewasa, kecuali pada masa adolesensi. Panjang badan waktu lahir rata-rata ialah 50 cm.12 Pada umur satu tahun, panjang badan bertambah kira-kira 50%. Tinggi badan menjadi dua kali lipat dari waktu lahir pada umur empat tahun. Selanjutnya, kenaikan tinggi badan sebesar 5 cm per tahunnya. Pada umur 13 tahun, tinggi badan mencapai kira-kira 3 kali panjang waktu lahir. Sejak umur 13 tahun pada wanita dan 15 tahun pada pria, kenaikan tinggi badan cepat menurun.12 Pertumbuhan tinggi terhenti pada wanita sekitar umur 17-19 tahun, sedangkan pria masih berlangsung terus dengan kenaikan yang sangat lambat sesudah umur 20 tahun.12


(29)

2.7 Indeks Antropometri

Indeks merupakan bentuk penyajian parameter antropometri yang dikaitkan dengan variabel umur atau merupakan kombinasi antara parameter.

2.7.1 Indeks Berat Badan terhadap Umur (BB/U)

Indeks BB/U adalah pengukuran total berat badan, termasuk air, lemak, tulang, dan otot, dan diantara beberapa macam indeks antropometri , indeks BB/U merupakan indikator yang paling umum digunakan. Indikator ini menunjukkan secara sensitif status gizi saat ini (saat diukur) karena mudah berubah. Untuk anak pada umumnya, indeks ini merupakan cara baku yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan. Berat badan yang kurang tidak hanya menunjukkan konsumsi pangan yang tidak cukup tetapi juga mencerminkan sakit yang sedang dialami, seperti diare yang menyebabkan menurunnya berat badan.4

Cara perhitungan indeks berat badan yaitu berat badan aktual (hasil pengukuran) masing-masing anak dibandingkan dengan nilai median berat badan pada baku rujukan (WHO-NCHS), dengan rumus:4

Indeks BB/U = Berat badan aktual pada umur tertentu x 100% Nilai median BB pada umur tertentu

Indeks BB/U: ≥ 80% = status gizi baik (normal)

< 80% = status gizi kurang <60% = status gizi buruk

2.7.2 Indeks Tinggi Badan terhadap Umur (TB/U)

Pengukuran indeks tinggi badan yang dipengaruhi oleh pangan, kurang peka hasilnya jika dibandingkan dengan indeks berat badan. Oleh karena itu, indeks tinggi badan terhadap umur yang rendah, biasanya, disebabkan oleh keadaan kurang gizi yang kronis, tetapi belum pasti memberi petunjuk bahwa konsumi zat gizi pada saat ini tidak cukup. TB/U lebih menggambarkan pada status gizi masa lalu. Keadaan tinggi badan pada anak usia sekolah (7 tahun), menggambarkan status gizi pada masa


(30)

balita. Indeks TB/U disamping dapat memberikan gambaran tentang status gizi masa lampau, juga lebih erat kaitannya dengan masalah sosial ekonomi (Beaton dan Bengoa, 1973). Oleh karena itu, indeks TB/U selain digunakan sebagai indikator status gizi, dapat juga digunakan sebagai indikator perkembangan keadaan sosial ekonomi masyarakat.4

Cara perhitungan indeks tinggi badan yaitu tinggi badan aktual (hasil pengukuran) masing-masing anak dibandingkan dengan nilai median tinggi badan pada baku rujukan (WHO-NCHS), dengan rumus:4

Indeks TB/U = Tinggi badan aktual pada umur tertentu x 100% Nilai median TB pada umur tertentu

Indeks TB/U: ≥ 90% = status gizi baik (normal)

< 90% = status gizi kurang <80% = status gizi buruk

2.7.3 Indeks Berat Badan terhadap Tinggi Badan (BB/TB)

Ukuran antropometri yang terbaik adalah menggunakan BB/TB karena dapat menggambarkan status gizi saat ini dengan lebih sensitif dan spesifik. Berat badan memiliki hubungan linier dengan tinggi badan. Pada tahun 1966 Jelliffe memperkenalkan penggunaan indeks BB/TB untuk identifikasi status gizi, indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk mengetahui status gizi saat ini.4

Rumus yang digunakan untuk penghitungan indeks berat badan terhadap tinggi badan, yaitu:4

Indeks BB/TB = Berat badan aktual pada umur tertentu x 100% Nilai median BB pada TB tertentu

Indeks BB/TB: ≥ 85% = status gizi baik (normal)

< 85% = status gizi kurang

2.7.4 Indeks Massa Tubuh terhadap Umur (IMT/U)

IMT merupakan indeks antropometri yang sering digunakan secara internasional untuk menilai status gizi individu yang berkaitan dengan persen lemak


(31)

tubuh.3 IMT dihitung dengan cara pembagian berat badan (dalam kg) oleh tinggi badan (dalam meter) pangkat dua.

Rumus IMT:4

IMT = berat badan (kg) tinggi badan2 (m)2

Standar baku yang digunakan untuk pengukuran IMT yang berlaku di Indonesia sesuai dengan indeks massa tubuh menurut umur yang terbaru untuk Amerika Serikat , yang memuat IMT/U dari umur 2 – 20 tahun.13 Berdasarkan indeks massa tubuh menurut umur yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan, terdapat 3 kategori yaitu normal, ideal, dan kurang.13


(32)

Tabel 1. TABEL INDEKS MASSA TUBUH LAKI-LAKI UNTUK KELMOPOK UMUR 2-20 TAHUN13


(33)

Tabel 2. TABEL INDEKS MASSA TUBUH PEREMPUAN UNTUK KELMPOK UMUR 2-20 TAHUN13


(34)

2.7.5 Indeks Lingkar Kepala terhadap Umur (LK/U)

Pengukuran lingkar kepala merupakan hal yang penting karena berhubungan dengan volume intrakranial dan dapat dinilai kecepatan pertumbuhan otak.2,12 Lingkar kepala anak berkaitan erat dengan volume otak, yang artinya pertumbuhan tulang kepala berkaitan dengan pertumbuhan otak, begitu juga sebaliknya. Jika lingkar kepala anak pada usia tertentu berada pada nilai di bawah normal, kemungkinan volume otak anak kurang dari cukup. Gangguan pertumbuhan otak dapat dilihat dengan kelainan klinik seperti microcephaly dan hydrocephaly.12

Lingkar kepala diukur menggunakan pita meteran melewati tulang kepala belakang yang paling menonjol dan di atas supraorbital.12 Pengukuran lingkar kepala dapat digunakan untuk menilai status gizi anak pada usia 2 tahun pertama setelah kelahiran. Pada keadaan kurang gizi kronik pada masa awal kehidupan atau terjadinya gangguan perkembangan janin semasa dalam kandungan akan mengakibatkan menurunnya jumlah sel otak dan pada akhirnya akan berpengaruh pada lingkar kepala anak. Sebenarnya, indikator ini tidak terlalu sensitif untuk menilai status gizi karena banyak faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan lingkar kepala anak, seperti penyakit sistemik, genetik, dan adat tertentu.


(35)

Jika ukuran lingkar kepala anak lebih kecil dari ukuran normalnya, maka disebut dengan kelainan mikrosefali. Sebaliknya, jika ukuran lingkar kepala anak lebih besar dari ukuran normalnya, disebut dengan kelainan makrosefali.

Standar yang digunakan pada pengukuran lingkar kepala anak dengan menggunakan baku Nellhaus, dengan ringkasan sebagai berikut:12,15

a. Rata-rata lingkar kepala waktu lahir: 33 – 33,5 cm b. Rata-rata lingkar kepala pada usia 1 – 5 bulan: 40 cm c. Rata-rata lingkar kepala pada usia 12 bulan: 45 – 47 cm d. Rata-rata lingkar kepala pada usia 3 tahun: 50 cm e. Rata-rata lingkar kepala pada usia 10 tahun: 53 cm f. Rata-rata lingkar kepala pada usia dewasa: 55 – 58 cm


(36)

(37)

2.8 Deutro Melayu

Ras adalah kelompok manusia yang dapat dibedakan dari kelompok lain karena memiliki ciri-ciri jasmani tertentu, yang diperoleh karena keturunan sesuai dengan hukum genetika. Berdasarkan metode historis yang ditelaah berdasarkan sejarah migrasi, populasi masyarakat Indonesia didominasi oleh ras Paleomongoloid yang disebut ras Melayu. Ras Paleomongoloid ini terdiri atas Protomelayu (Melayu tua) dan Deutro-Melayu (Melayu muda). Kelompok Proto-Melayu pada 2000 SM datang ke Indonesia dan Deutro-Melayu pada 1500 SM. Pada mulanya, kelompok Proto-Melayu menempati pantai-pantai Sumatra Utara (Batak), Kalimantan Barat (Dayak) dan Sulawesi Barat (Toraja) kemudian pindah ke pedalaman karena terdesak oleh Kelompok Deutro-Melayu. Golongan Deutro-Melayu adalah orang-orang Aceh, Minangkabau, Sumatera Pesisir, Rejang Lebong, Lampung, Jawa, Madura, Bali, Bugis, Manado pesisir, Sunda kecil timur dan Melayu. Golongan Protomelayu adalah Batak, Gayo, Saksak, dan Toraja, sedangkan orang Jakarta (Betawi), Borneo Melayu, Banjar dan penduduk pesisir Sulawesi adalah campuran Deutromelayu dan Protomelayu. Penduduk kepulauan Sunda Kecil sebelah Timur Afrika (sekarang NTT) dan Irian (Papua) berasal dari ras Melanosoid, Australoid, dan Negrito.17


(38)

2.9 Kerangka Teori

Anak Usia Dini

Pertumbuhan dan Perkembangan Fisik Anak 0 – 8 tahun

Antropometri

Indeks

TB/U BB/U

BB/TB

Lingkar Kepala / Umur IMT/U

Kategori

Normal Ideal Kurus

Mikrosefali Normal Makrosefali

Overweight


(39)

2.10 Kerangka Konsep

Sosioekonomi

SD Swasta SD Negeri Anak usia dini

(6 – 8 tahun)

IMT/U

Kurus Ideal

Pengukuran antropometri

Lingkar kepala


(40)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan rancangan Cross Sectional.

3.2 Populasi, Sampel, dan Besar Sampel Penelitian

3.2.1 Populasi Sampel Penelitian

Populasi sampel penelitian ini adalah seluruh murid pada salah satu SD Swasta di Medan dan seluruh murid pada salah satu SD Negeri di Medan

3.2.2 Cara Pengambilan Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah murid SD pada salah satu SD Swasta di Medan dan salah satu SD Negeri di Medan. Sampel tersebut diseleksi sesuai dengan kriteria inklusi sampai mencapai besar sampel yang telah ditentukan. Adapun kriteria inklusi pasien yang dijadikan sebagai sampel adalah:

a. Usia 6 – 8 tahun b. Berbadan sehat c. Deutro Melayu

d. Subjek pada lingkungan yang sama Kriteria eksklusi, yaitu:

a. Pernah mengalami sakit berat b. Terdapat kelainan kongenital


(41)

3.2.3 Besar Sampel Penelitian

Besar sampel pada penelitian ini berdasarkan populasi seluruh murid SD Swasta dan SD Negeri yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dihitung menggunakan rumus:

n1 = n2 = 2σ2(Zα + Zß)2 (μ0- μ1)2 Keterangan:

σ2

= Standar Deviasi penelitian sebelumnya = 1.246 Zα = Derajat Batas Atas = 5% = 1.96

Zß = Standar Batas Bawah = 10% = 1.282

μ0- μ1 = 70% = 0.7 n1 = n2 = 2σ2(Zα + Zß)2 (μ0- μ1)2

n1 = n2 = 2(1.24)(1.96+1.282)2 (0.7)2

n1 = n2 = 53.19 = 54 orang

Besar sampel minimal yang dibutuhkan untuk setiap kelompok adalah 54 orang. Jadi total besar sampel yang digunakan pada penelitian ini karena terdapat 2 kelompok (SD Swasta dan SD Negeri) adalah 108 orang.

3.3 Variabel Penelitian

Variabel penelitian pada penelitian ini yaitu:

a. Variabel terikat: indeks massa tubuh, lingkar kepala b. Variabel bebas: anak usia 6 – 8 tahun, jenis kelamin c. Variabel terkendali: kemampuan operator, alat


(42)

3.4 Definisi Operasional

a. Antropometri merupakan metode pengukuran yang dipakai untuk memantau pertumbuhan anak

b. Lingkar kepala menurut umur merupakan nilai yang diperoleh dengan cara mengukur lingkar kepala anak menggunakan pita meteran berdasarkan umurnya.

c. Indeks massa tubuh merupakan indeks antropometri yang sering digunakan untuk menilai status gizi yang berkaitan dengan persen lemak tubuh.

d. Normal merupakan anak dengan nilai indeks massa tubuh yang berada diantara nilai ambang batas bawah dan nilai ambang batas atas pada tabel indeks massa tubuh yang ditentukan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia (13,25-20,85).

e. Ideal merupakan anak dengan nilai indeks massa tubuh yang sesuai dengan rata-rata IMT/U pada tabel indeks massa tubuh yang ditentukan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia (15,68).

f. Kurang merupakan anak dengan nilai indeks massa tubuh yang berada di bawah nilai ambang batas bawah pada tabel indeks massa tubuh yang ditentukan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia (<13,25).

Variabel bebas: Anak usia 6-8 tahun

Jenis kelamin

Variabel terkendali: Kemampuan operator

Alat

Suku Deutro Melayu

Variabel terikat: Indeks massa tubuh

Lingkar kepala

Variabel tidak terkendali: Pola makan Pangan yang dikonsumsi


(43)

g. Overweight merupakan anak dengan nilai indeks massa tubuh yang berada di atas nilai ambang batas atas pada tabel indeks massa tubuh yang ditentukan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia (>20,85).

h. Anak usia 6 – 8 tahun merupakan anak yang sudah masuk Sekolah Dasar dengan kondisi yang sehat dan normal berdasarkan IMT/U yang sesuai dengan standar yang ditentukan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

i. Sehat merupakan suatu kondisi yang terbebas dari segala jenis penyakit, baik fisik, mental, maupun sosial.

j. Deutro Melayu merupakan bangsa yang masuk ke Indonesia yang datang dari daerah Tonkin (Cina Selatan). Yang termasuk dalam bangsa Deutro Melayu adalah suku Aceh, Minangkabau, Jawa, Sunda, Melayu, Betawi, Manado, dan Bugis.

k. Keterampilan operator merupakan kemampuan peneliti dalam melakukan seleksi, mengumpulkan, serta menganalisa hasil pengukuran.

3.5 Alat Penelitian

a. Alat pengukur tinggi badan b. Timbangan berat badan c. Pita meteran

d. Pensil e. Spidol f. Mistar g. Kuesioner


(44)

Gambar 3. Alat pengukur tinggi badan dan timbangan berat badan

3.6 Tempat dan Waktu Penelitian

3.6.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Swasta dan SD Negeri di Medan

3.6.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember tahun 2013 – Januari tahun 2014.

3.7 Prosedur Penelitian

a. Pembagian kuesioner kepada calon sampel yang akan dilakukan pengukuran

b. Pemilihan calon sampel yang termasuk kedalam Deutro Melayu c. Pemilihan calon sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi d. Pengukuran IMT pada sampel yang telah ditentukan dengan menggunakan alat pengukur tinggi badan dan berat badan

e. Sampel duduk dikursi dengan tegak, kemudian menentukan tulang yang paling menonjol pada bagian kepala belakang menggunakan mistar. Setelah diketahui tulang yang paling menonjol, pengukuran lingkar kepala dilakukan menggunakan pita


(45)

meteran dengan cara mengelilingi kepala tepat dibagian tulang yang paling menonjol dan di atas supraorbital.

f. Memperoleh hasil pengukuran IMT dan lingkar kepala.

Gambar 4. Pengukuran berat badan dan lingkar kepala

3.8 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan secara manual dan ditabulasi dengan sistem komputerisasi untuk menghitung berdasarkan tabel distribusi frekuensi. Perbedaan indeks massa tubuh anak SD Swasta dan SD Negeri, serta perbedaan lingkar kepala anak SD Swasta dan SD Negeri dianalasis dengan uji t tidak berpasangan. Uji t tidak berpasangan digunakan untuk membandingkan rata-rata dua kelompok data independen, yang berarti populasi masing-masing kelompok data tidak saling berkaitan atau berhubungan. Hubungan antara indeks massa tubuh (IMT) dengan lingkar kepala anak usia 6-8 tahun dianalisis dengan menggunakan uji korelasi Pearson. Sebelum pengujian korelasi Pearson, dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui bahwa data terdistribusi secara normal.


(46)

3.9 Kerangka Operasional

Murid SD Swasta kelas 1 – 3 Murid SD Negeri kelas 1 – 3

Pengambilan Sampel sesuai dengan Kriteria Inklusi dan Eksklusi Pemberian Kuesioner

Pengukuran Lingkar Kepala dengan Menggunakan Pita Meteran

Hasil Analisi Data Pengukuran IMT


(47)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Perbedaan Indeks Massa Tubuh (IMT) pada Anak Usia 6-8 Tahun di SD Swasta dan SD Negeri

Jumlah sampel pada masing-masing sekolah yaitu sebesar 54 orang. Hasil pengukuran indeks massa tubuh (IMT) pada anak usia 6-8 tahun di SD Swasta dan SD Negeri dikategorikan menjadi normal (13,25-20,85), ideal (15,68), kurang (,13,25) dan overweight (>20,85), sesuai dengan tabel yang telah ditentukan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Berdasarkan hasil perhitungan di SD Swasta, sampel dengan kategori normal yaitu sebanyak 50 orang, kategori ideal yaitu sebanyak 2 orang dan kategori kurang yaitu sebanyak 2 orang. Berdasarkan hasil perhitungan di SD Negeri, sampel dengan kategori normal yaitu sebanyak 48 orang dan kategori kurang yaitu sebanyak 6 orang. Baik SD Swasta maupun SD Negeri, umumnya memiliki murid dengan kategori IMT normal.

Tabel 3. JUMLAH ANAK USIA 6-8 TAHUN BERDASARKAN KATEGORI IMT DI SD SWASTA DAN SD NEGERI

Sekolah

Kategori IMT

Normal Ideal Kurang Overweight

SD Swasta 50 2 2 0

SD Negeri 48 0 6 0

Hasil uji normalitas pada data indeks massa tubuh (IMT) diperoleh nilai 0,052 dengan nilai signifikansi p=0,200 (p>0,05). Hal ini berarti data yang diperoleh terdistribusi secara normal. Hasil uji t tidak berpasangan menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan indeks massa tubuh anak usia 6-8 tahun di SD Swasta dan SD Negeri dengan nilai signifikansi p=0,076 (p>0,05) (Tabel 4).


(48)

Tabel 4. HASIL UJI T TIDAK BERPASANGAN PADA INDEKS MASSA TUBUH (IMT) ANAK USIA 6-8 TAHUN DI SD SWASTA DAN SD NEGERI

Sekolah N Mean±SD P.value

SD Swasta 54 14,678±1,0536

0,076 SD Negeri 54 14,330±0,694

4.2 Perbedaan Ukuran Lingkar Kepala Anak Usia 6-8 Tahun di SD Swasta dan SD Negeri

Hasil uji normalitas pada data lingkar kepala diperoleh nilai 0,085 dengan nilai signifikansi p=0,053 (p>0,05). Perbedaan ukuran lingkar kepala anak usia 6-8 tahun di SD Swasta dan SD Negeri dianalisis dengan menggunakan uji t tidak berpasangan. Sebelum pengujian uji t tidak berpasangan,dilakukan uji homogenitas data dengan menggunakan uji Levene untuk mengetahui bahwa data benar-benar homogen. Hasil uji homogenitas diperoleh nilai 0,000 dengan nilai signifikansi p=0,986 (p>0,05). Hal ini berarti data yang diperoleh homogen. Hasil uji t tidak berpasangan menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan ukuran lingkar kepala anak usia 6-8 tahun di SD Swasta dan SD Negeri dengan nilai signifikansi p=0,050 (p>0,05) (Tabel 5).

Tabel 5. HASIL UJI T TIDAK BERPASANGAN PADA UKURAN LINGKAR KEPALA ANAK USIA 6-8 TAHUN DI SD SWASTA DAN SD NEGERI

Sekolah N Mean±SD P.value

SD Swasta 54 50,122±0,3100

0,050 SD Negeri 54 50,004±0,3114


(49)

49.94 49.96 49.98 50 50.02 50.04 50.06 50.08 50.1 50.12 50.14

SD Swasta SD Negeri

Grafik 1. Rata-rata lingkar kepala anak SD Swasta dan SD Negeri

4.3 Perbedaan Indeks Massa Tubuh (IMT) pada Anak Usia 6-8 Tahun Berdasarkan Jenis Kelamin

Hasil pengukuran indeks massa tubuh (IMT) pada anak usia 6-8 tahun berdasarkan jenis kelamin dikategorikan menjadi normal, ideal, kurang dan overweight. Jumlah sampel pada masing-masing sekolah yaitu sebesar 54 orang. Hasil uji normalitas pada data indeks massa tubuh (IMT) diperoleh nilai 0,006 dengan nilai signifikansi p=0,938 (p>0,05). Hal ini berarti data yang diperoleh terdistribusi secara normal. Hasil uji t tidak berpasangan menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan indeks massa tubuh anak usia 6-8 tahun berdasarkan jenis kelamin dengan nilai signifikansi p=0,708 (p>0,05) (Tabel 6).

Tabel 6. HASIL UJI T TIDAK BERPASANGAN PADA INDEKS MASSA TUBUH (IMT) ANAK USIA 6-8 TAHUN BERDASARKAN JENIS KELAMIN

Jenis Kelamin N Mean±SD P.value

Laki-laki 54 14,541±1,0379

0,708 Perempuan 54 14,467±1,0109


(50)

4.4 Perbedaan Ukuran Lingkar Kepala Anak Usia 6-8 Tahun Berdasarkan Jenis Kelamin

Perbedaan ukuran lingkar kepala anak usia 6-8 tahun berdasarkan jenis kelamin dianalisis dengan menggunakan uji t tidak berpasangan. Sebelum pengujian uji t tidak berpasangan, dilakukan uji homogenitas data dengan menggunakan uji Levene untuk mengetahui bahwa data benar-benar homogen. Hasil uji homogenitas diperoleh nilai 0,004 dengan nilai signifikansi p=0,951 (p>0,05). Hal ini berarti data yang diperoleh homogen. Hasil uji t tidak berpasangan menyatakan tidak terdapat perbedaan ukuran lingkar kepala anak usia 6-8 tahun berdasarkan jenis kelamin dengan nilai signifikansi p=0,112 (p>0,05) (Tabel 7).

Tabel 7. HASIL UJI T TIDAK BERPASANGAN PADA UKURAN LINGKAR KEPALA ANAK USIA 6-8 TAHUN BERDASARKAN JENIS KELAMIN

Jenis Kelamin N Mean±SD P.value

Laki-laki 54 50,111±0,3154

0,112 Perempuan 54 50,015±0,3098

49.96 49.98 50 50.02 50.04 50.06 50.08 50.1 50.12

laki-laki perempuan

Grafik 2. Rata-rata lingkar kepala anak laki-laki dan perempuan


(51)

Dari data diatas diketahui bahwa ukuran lingkar kepala anak laki-laki lebih besar dibandingkan dengan anak perempuan yang berkisar 0,100 cm. Lingkar kepala terbesar pada anak laki-laki yaitu sebesar 50,6 cm demikian juga lingkar kepala terbesar pada anak perempuan yaitu sebesar 50,6 cm (Lampiran 2). Lingkar kepala terkecil pada anak laki-laki yaitu sebesar 49,5 cm demikian juga lingkar kepala terkecil pada anak perempuan yaitu sebesar 49,5 cm (Lampiran 2).

4.5 Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Lingkar Kepala Anak Usia 6-8 Tahun di SD Swasta dan SD Negeri

Rata-rata indeks massa tubuh pada sampel yaitu sebesar 14,504 dan rata-rata ukuran lingkar kepala pada sampel yaitu sebesar 50,063 (Tabel 7). Hasil uji korelasi Pearson menyatakan korelasi positif yang signifikan antara indeks massa tubuh (IMT) dengan lingkar kepala anak usia 6-8 tahun dengan signifikansi p=0,000 (p<0,05) (Tabel 8).

Tabel 8. HASIL UJI KORELASI ANTARA INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN LINGKAR KEPALA ANAK USIA 6-8 TAHUN

N Mean±SD P.value R

Indeks Massa Tubuh (IMT)

108 14,504±1,020

0,000* 0,359 Lingkar Kepala 108 50,063±0,3149


(52)

(53)

BAB 5 PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan pada 108 anak sekolah dasar etnik Deutro Melayu. Pengukuran dilakukan dengan menghitung tinggi badan, berat badan dan lingkar kepala. Pengukuran tinggi badan dan berat badan dilakukan untuk menghitung indeks massa tubuh anak. Pengukuran lingkar kepala anak menggunakan pita meteran dengan cara melewati tulang kepala belakang yang paling menonjol dan di atas supraorbital. Data dianalisa berdasarkan uji korelasi dan uji t tidak berpasangan. Uji korelasi dilakukan untuk melihat hubungan antara indeks massa tubuh (IMT) dengan ukuran lingkar kepala anak. Uji t tidak berpasangan dilakukan untuk membandingan rata-rata ukuran lingkar kepala anak SD Swasta dan SD Negeri dan untuk membandingkan rata-rata ukuran lingkar kepala anak laki-laki dan anak perempuan.

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Perbedaan Indeks Massa Tubuh (IMT) pada Anak Usia 6-8 Tahun di SD Swasta dan SD Negeri

Indeks massa tubuh (IMT) anak bervariasi untuk masing-masing umur, yaitu berkisar 12,3 – 16,8 dan cenderung meningkat sesuai dengan bertambahnya usia. Berdasarkan indeks massa tubuh yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia, rata-rata indeks massa tubuh anak usia 6-8 tahun pada penelitian ini termasuk pada kategori normal dengan nilai sebesar 14,504.

Berdasarkan hasil uji t tidak berpasangan, tidak terdapat perbedaan antara indeks massa tubuh anak SD Swasta dan SD Negeri. Hal tersebut juga dapat dilihat pada tabel 3 bahwa umumnya indeks massa tubuh anak SD Swasta dan SD Negeri berada pada kategori normal, dengan jumlah anak pada SD Swasta yaitu sebesar 50 orang dan pada SD Negeri yaitu sebesar 48 orang. Penelitian ini dilakukan pada murid SD Swasta yang umumnya memiliki murid-murid dengan keadaan


(54)

sosioekonomi menengah ke atas dan pada murid SD Negeri yang umumnya memiliki keadaan sosioekonomi menengah ke bawah. Gambaran status sosioekonomi tersebut berdasarkan infrastruktur sekolah pada SD Swasta dan SD Negeri. Pada penelitian ini didapat hasil yaitu tidak terdapat perbedaan antara indeks massa tubuh (IMT) anak SD Swasta dan SD Negeri. Hal ini dapat diartikan bahwa, pada penelitian ini latar belakang keadaan sosioekonomi tidak mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.

5.1.2 Perbedaan Ukuran Lingkar Kepala Anak Usia 6-8 Tahun di SD Swasta dan SD Negeri

Berdasarkan hasil analisis deskriptif dari penelitian yang dilakukan pada 54 anak SD Swasta usia 6-8 tahun dan 54 anak SD Negeri usia 6-8 tahun dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata lingkar kepala murid SD Swasta sebesar 50,122 cm dan nilai rata-rata lingkar murid SD Negeri sebesar 50,004 cm. Hal ini menunjukkan bahwa lingkar kepala murid SD Swasta lebih besar dibandingkan dengan lingkar kepala murid SD Negeri pada anak usia 6-8 tahun. Berdasarkan hasil uji t tidak berpasangan, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara lingkar kepala anak SD Swasta dan anak SD Negeri.

Menurut kurva pertumbuhan lingkar kepala Nellhaus, ukuran lingkar kepala anak SD Swasta dan anak SD Negeri pada penelitian ini termasuk pada kategori normal. Berdasarkan hasil uji t tidak berpasangan, tidak terdapat perbedaan antara lingkar kepala anak SD Swasta dan SD Negeri. Hal ini sesuai dengan hasil yang didapat pada pengukuran indeks massa tubuh, bahwa pertumbuhan dan perkembangan anak tidak hanya dipengaruhi oleh sosioekonomi, faktor lain yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak yaitu lingkungan sekitar anak (keluarga, teman bermain, sekolah). Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Schonert-Reichl KA (2007) menunjukkan bahwa lingkungan sosial dan emosional yang positif merupakan pemicu terbaik untuk pertumbuhan dan perkembangan anak secara keseluruhan dan dapat mengurangi risiko terhadap gangguan mental anak selama pertumbuhannya dari anak-anak hingga dewasa.18


(55)

Anak usia 6-8 tahun merupakan anak yang sedang mengalami transisi, yaitu balita yang sedang berubah menjadi anak usia dini. Pemikiran anak pada usia ini menjadi lebih ringkas, tingkah laku dan emosi anak lebih teratur dan keputusan yang dilakukan anak lebih mandiri.8 Perubahan tersebut terjadi karena saraf pada otak yang mengatur kognitif, bahasa, dan keterampilan sosial sedang mengalami kerjasama. Pada usia 7-11 tahun, anak-anak mulai dapat mengontrol kemampuan kognitif, dengan meningkatnya kemampuan untuk merespon secara selektif terhadap rangsangan dan mulai memahami rangsangan secara efektif. Transformasi antara otak depan dan otak tengah menyebabkan terjadinya regulasi yang fleskibel antara pikiran dan tingkah laku terhadap suatu rangsangan. Kontrol terhadap bahasa mengalami proses pematangan yang lebih lama seiring dengan pematangan gray matter pada korteks lobus temporal dan frontal. Periode ini merupakan periode terbaik pematangan saraf otak sehingga periode ini merupakan waktu terbaik untuk memberikan anak-anak berbagai pengalaman untuk meningkatkan kemampuan kognitif dan bahasa.8

5.1.3 Perbedaan Indeks Massa Tubuh (IMT) pada Anak Usia 6-8 Tahun Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil analisis deskriptif dari penelitian yang dilakukan pada 54 anak laki-laki usia 6-8 tahun dan 54 anak perempuan usia 6-8 tahun, dapat disimpulkan bahwa nilai rata IMT anak laki-laki sebesar 14,541dan nilai rata-rata IMT anak perempuan sebesar 14,467. Hal ini menunjukkan bahwa IMT anak laki-laki umumnya lebih besar dibandingkan dengan anak perempuan pada anak usia 6-8 tahun. Berdasarkan hasil uji t tidak berpasangan, tidak terdapat perbedaan antara IMT anak laki-laki dan anak perempuan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Artaria MD (2010). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa perbedaan rata-rata berat badan antara anak laki-laki dan anak perempuan tidak signifikan pada usia 6, 12 dan 13 tahun.19 Ada tiga hal yang berpengaruh pada hasil akhir ukuran tubuh manusia, yaitu saat mulai terjadi percepatan pertumbuhan, besarnya percepatan pertumbuhan dan


(56)

kapan pertumbuhan berakhir. Pada perempuan, percepatan pertumbuhan terjadi lebih dahulu daripada laki-laki dan percepatan tersebut tidak terlalu besar pada perempuan dibandingkan dengan percepatan pertumbuhan laki-laki, serta berhentinya pertumbuhan badan perempuan lebih cepat dibandingkan laki-laki. Hal tersebut menyebabkan perempuan secara umum lebih kecil daripada laki-laki.19

5.14 Perbedaan Ukuran Lingkar Kepala Anak Usia 6-8 Tahun Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil analisis deskriptif dari penelitian yang dilakukan pada 54 anak laki-laki usia 6-8 tahun dan 54 anak perempuan usia 6-8 tahun dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata lingkar kepala anak laki-laki sebesar 50.111 cm dan nilai rata-rata lingkar anak perempuan sebesar 50.015 cm. Hal ini menunjukkan bahwa lingkar kepala anak laki-laki umumnya lebih besar dibandingkan dengan lingkar kepala anak perempuan pada anak usia 6-8 tahun. Berdasarkan hasil uji t tidak berpasangan, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara lingkar kepala anak laki-laki dan anak perempuan. Hal ini dapat disebabkan karena selisih nilai antara dua kelompok tersebut tidak terlalu besar sehingga tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan.

Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hasmita dkk (2013) pada 458 anak sekolah taman kanak-kanak di Kota Jambi dengan rentang usia 3-6 tahun dan Gabriel K dkk (2013) pada 1523 anak di Nigeria dengan rentang usia 3-18 tahun. Hasmita dkk menyatakan bahwa lingkar kepala anak laki-laki lebih besar dibandingkan dengan lingkar kepala anak perempuan, dengan nilai rata-rata lingkar kepala anak laki-laki usia 6 tahun yaitu sebesar 50,6 cm dan nilai rata-rata lingkar kepala anak perempuan usia 6 tahun yaitu sebesar 49,7 cm.20 Hasil penelitian yang dilakukan oleh Gabriel dkk menunjukkan bahwa anak laki-laki usia 6-8 tahun memiliki nilai rata-rata lingkar kepala dengan urutan sebagai berikut: 51,28 cm, 51,58 cm dan 52,38 cm, serta anak perempuan usia 6-8 tahun memiliki nilai rata-rata lingkar kepala dengan urutan sebagai berikut: 50,42 cm, 51,21 cm dan 51,06 cm.


(57)

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa lingkar kepala anak laki-laki umumnya lebih besar dibandingkan dengan lingkar kepala anak perempuan.21

Menurut kurva pertumbuhan lingkar kepala Nellhaus, ukuran lingkar kepala anak laki-laki dan anak perempuan pada penelitian ini termasuk pada kategori normal. Hasil ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Cahyadi MH (2011) pada anak usia 7-12 tahun di Semarang. Cahyadi menyatakan bahwa ukuran lingkar kepala anak laki-laki secara umum lebih besar dibandingkan dengan ukuran lingkar kepala anak perempuan dengan kategori normal berdasarkan kurva pertumbuhan lingkar kepala Nellhaus.5

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Artaria MD (2010), perbedaan ukuran antropometri antara laki-laki dan perempuan dapat terlihat sejak usia kurang lebih 6 tahun, tetapi perbedaan ukuran tulang antara anak laki-laki dan perempuan belum dapat terlihat jelas pada usia ini.19 Pada anak laki-laki dan perempuan usia dini terdapat perbedaan yang signifikan jika dilihat dari pengukuran berat badan dan massa tubuh. Perbedaan yang jelas pada pertumbuhan tengkorak dan tulang antara laki-laki dan perempuan yaitu setelah dewasa sehingga antropolog dapat mengidentifikasi jenis kelamin manusia yang sudah meninggal dengan mengukur tengkorak berdasarkan morfologi kedua jenis kelamin tersebut.19

5.1.5 Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Lingkar Kepala Anak Usia 6-8 Tahun

Berdasarkan hasil yang diperoleh, pada tabel 7 terlihat bahwa terdapat korelasi yang positif antara indeks massa tubuh dengan lingkar kepala anak usia 6-8 tahun dengan signifikansi p=0,000 (p<0,05).

Indeks massa tubuh (IMT) merupakan petunjuk untuk menentukan kelebihan berat badan berdasarkan Indeks Quatelet (berat badan dalam kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam meter). Interpretasi IMT tergantung pada umur dan jenis kelamin anak karena anak laki-laki dan perempuan memiliki komposisi lemak tubuh yang berbeda.22 IMT merupakan cara termudah untuk memperkirakan kegemukan


(58)

dan berkolerasi tinggi dengan massa lemak tubuh, selain itu juga penting untuk mengidentifikasi pasien kegemukan yang memiliki risiko terhadap komplikasi medis.

Komposisi tubuh pada dasarnya terdiri dari dua komponen, yakni lemak tubuh (fat mass) dan masa tubuh tanpa lemak (fat-free mass). Lemak tubuh termasuk semua lipid dari jaringan lemak. Masa tubuh tanpa lemak terdiri dari cairan, otot, tulang dan organ dalam.22 Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi komposisi tubuh pada anak yaitu aktivitas fisik. Aktivitas fisik didefinisikan sebagai setiap gerakan tubuh yang menghasilkan kontraksi otot.22 Aktivitas fisik pada anak dipengaruhi oleh berbagai hal diantaranya adalah faktor fisiologis/perkembangan (misalnya pertumbuhan, kesegaran jasmani, keterbatasan fisik), lingkungan (fasilitas, iklim, keamanan) dan faktor psikologis, sosial dan demografi (pengetahuan, sikap, pengaruh orang tua, teman sebaya, status ekonomi, jenis kelamin, usia).22 Aktifitas fisik akan mengubah komposisi tubuh yakni menurunkan lemak tubuh dan meningkatkan massa tubuh tanpa lemak.22

Aktifitas fisik dapat memproduksi faktor pertumbuhan dan protein di dalam tubuh yang berguna untuk melindungi dan menstimulasi otak, meningkatkan ingatan, konsentrasi dan perhatian terhadap lingkungan sekitar. Anak yang aktif juga memiliki basal ganglia dan hippocampi yang lebih besar, merupakan bagian otak yang yang berguna untuk mengatur perhatian, koordinasi dan ingatan terhadap lingkungan disekitarnya.8

Ukuran lingkar kepala merupakan salah satu parameter antropometri pada pemeriksaan klinis pasien anak-anak dan pasien dewasa. Pengukuran pertumbuhan tulang kranial memberikan informasi secara umum mengenai pertumbuhan dan perkembangan otak. Pengukuran lingkar kepala anak merupakan pemeriksaan yang penting dilakukan pada pemeriksaan klinis anak-anak dengan postur tubuh pendek dan tinggi. Sebagai contoh, anak yang lahir dengan postur tubuh kecil dengan lingkar kepala yang kecil memiliki risiko yang tinggi terhadap kekurangan insulin-like growth factor 1 (IGF1) atau insulin-like growth factor 1 receptor (IGF1R), yang merupakan salah satu zat penting pada pertumbuhan anak. Disamping itu, pada anak


(59)

Sotos syndrome memiliki postur tubuh yang tinggi dengan kepala yang besar (macrocephalic).23

Secara umum, perkembangan anak pada usia 6-8 tahun dapat dilihat dari empat sisi, yaitu:24

a. Intelektual

Anak belajar membaca secara bertahap, mengerti konsep waktu dan menikmati mendengar tentang cerita masa lalu atau dongeng, menggabungkan pikiran dan gerakan tubuh, anak dapat berhitung hingga angka 100 dan mulai belajar perkalian pada usia berikutnya.

b. Fisik

Beberapa kemampuan fisik sudah berkembang, belajar keseimbangan pada kursi dan tempat-tempat yang tinggi, suka bergerak dan tidak suka duduk sehingga masa-masa sekolah merupakan masa yang sulit pada beberapa anak.

c. Sosial

Anak mulai beradaptasi dalam suatu hubungan dan dapat menghadapi konflik pada teman sepermainannya, beberapa anak dapat berkompetitif, berargumen dan memberontak jika mengalami kekalahan.

d. Emosi

Pada masa ini, anak-anak masih egois, selalu ingin menjadi yang pertama dan selalu mendapat perhatian, serta anak-anak akan cemberut, kuatir, dan menggerutu jika mengalami kekecewaan.


(60)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang didapatkan dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Tidak terdapat perbedaan indeks massa tubuh (IMT) anak usia 6-8 tahun di SD Swasta dan SD Negeri dengan p=0,076 (p>0,50)

2. Tidak terdapat perbedaan ukuran lingkar kepala anak usia 6-8 tahun di SD Swasta dan SD Negeri dengan p=0,050 (p>0,05)

3. Tidak terdapat perbedaan indeks massa tubuh (IMT) anak usia 6-8 tahun berdasarkan jenis kelamin dengan p=0,708 (p>0,05)

4. Tidak terdapat perbedaan ukuran lingkar kepala anak usia 6-8 tahun berdasarkan jenis kelamin dengan p=0,112 (p>0,05)

5. Terdapat hubungan antara indeks massa tubuh (IMT) dengan lingkar kepala anak usia 6-8 tahun dengan p=0,000 (p<0,05)

6.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ukuran lingkar kepala anak dengan jumlah sampel yang lebih banyak agar hasil penelitian lebih valid.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan lingkungan, aktivitas fisik anak, dan psikologis anak terhadap ukuran lingkar kepala anak usia 6-8 tahun di Medan.


(61)

DAFTAR PUSTAKA

1. Ernawulan S. Perkembangan anak usia dini (usia 6 – 8 tahun). Bahan Pelatihan Pembelajaran Terpadu Yayasan Pendidikan Salman Al Farisi 2003: 1-4

2. Pertiwi KR. Mengenal parameter penilaian pertumbuhan fisik pada anak. http: //staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/PPM%20BMD.pdf. (13 Januari 2013) 3. Batubara JRL. Practices of growth assessement in children: Is anthropometric

measurement important. Paediatrica Indonesiana 2005; 45: 1-9

4. Supariasa DN, Bakri B, Fajar I. Penilaian status gizi (edisi revisi). Jakarta: EGC, 2002; 15-20.

5. Cahyadi MH. Ukuran fisik anak normal usia 7 – 12 tahun. Artikel ilmiah program pendidikan sarjana kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro,Semarang 2011; 4-15, 35-6.

6. Sunendiari S. Peubah antropometri untuk menelusuri status gizi balita dikaitkan dengan keadaan masyarakat. Mimbar 2009; 25(1): 16

7. Julia M. Adoption of the WHO child growth standards to classify Indonesian children under 2 years of age according to nutrition status: Stronger indication for nutritional intervention. Food and Nutrition Bulletin 2009; 30(3): 254-5 8. Mah VK, Ford-Jones EL. Spotlight on middle childhood: rejuvenating the

‘forgotten years’. Paediatr Child Health 2012; 17(2): 81

9. Narendra MB. Pengukuran antropometri pada penyimpangan tumbuh kembang anak. Artikel Fakultas Kedokteran Unai divisi tumbuh kembang anak dan remaja, Surabaya: 1-4.

10.Sukarmin SR. Asuhan keperawatan pada anak. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009: 5-11

11.Soetjiningsih. Tumbuh kembang anak. Jakarta: EGC, 1995: 2-10.

12.Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Kumpulan Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta, 2000: 161-74, 178-9, 453-4.


(62)

13.Departemen Kesehatan. Indeks massa tubuh laki-laki dan perempuan untuk kelompok umur 2 – 20 tahun. http://gizi.depkes.go.id/lain/gklinis/IMT2-20th-Laki.PDF. (10 Juni 2013)

14.University of Minnesota. How to measure head circumference.

http://www.peds.umn.edu/iac/resources/how-to-measure-head-growth/index.htm. (1 Juni 2013)

15.Rahayu DS. Asuhan keperawatan anak dan neonates. Jakarta: Salemba Medika, 2009: 13-23

16.Rollins JD, Collins JS, Holden KR. United States head circumference growth reference charts: birth to 21 years. J Pediatr 2010 Jun; 156(6): 907-13.

17.Netty H. Penentuan indeks kepala dan wajah berdasarkan suku di Kota Medan., 2011. Tesis. Medan: Program Pendidikan Dokter Spesialis Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, 2011: 4-24.

18.Schoner-Reichl KA dkk. Middle childhood inside and out: the psychological and social world of children 9-12. United Way of the Lower Mainland Report March 2007.

19.Ataria MD. Perbedaan antara laki-laki dan perempuan: penelitian antropometris pada anak-anak umur 6-19 tahun. Jurnal Masyarakat dan Kebudayaan Politik 2011: 22(4); 343-9.

20.Hasmita Y, Apriyanto, Dennison. Gambaran lingkar kepala pada anak sekolah taman kanak-kanak di kota Jambi. Artikel ilmiah program PSPD FKIK UNJA, Jambi.

21.Oladipo GS, Esomonu C, Osogba IG. Craniofacial dimensions of Ijaw children and adolescents in Nigeria. Biomed Int 2010: 1; 25-9.

22.Utari A. Hubungan indeks massa tubuh dengan tingkat kesegaran jasmani pada anak usia 12-14 tahun. Universitas Diponegoro Semarang 2007; 10,14. 23.Geraedts EJ dkk. Association between head circumference and body size.


(63)

24.Alifiani H, Maharani Y. Pusat tumbuh kembang anak. Jurnal Tingkat Sarjana bidang Senirupa dan Desain: 1; 4-5.


(64)

Lampiran 1

HASIL PENGUKURAN ANTROPOMETRI PADA MURID SD SWASTA

No Berat

badan (kg)

Tinggi badan

(m)

IMT Lingkar

kepala (cm) Usia (tahun) Kategori IMT

1 17.9 1.14 13.8 49.8 6 Normal

2 20.3 1.2 14.1 50.2 6 Normal

3 20.9 1.16 15.3 50.6 7 Normal

4 21.5 1.2 14.9 50.6 7 Normal

5 20.7 1.21 14.1 50.4 6 Normal

6 20.5 1.24 13.3 49.7 7 Normal

7 22.2 1.17 16.2 50.5 7 Normal

8 20.8 1.19 14.7 50.2 7 Normal

9 20.8 1.17 15.2 50.6 7 Normal

10 20.2 1.15 15.2 50.3 7 Normal

11 27.1 1.27 16.8 50.5 7 Normal

12 22.9 1.18 16.4 50.5 6 Normal

13 19 1.19 13.4 49.9 8 Normal

14 20.8 1.15 15.7 49.7 7 Normal

15 24 1.23 15.9 50.3 7 Normal

16 21.4 1.2 14.9 50.6 7 Normal

17 19.5 1.14 15 49.7 6 Normal

18 19 1.15 14.4 49.6 7 Normal

19 20 1.2 13.9 50.1 7 Normal

20 19.1 1.11 15.5 49.9 7 Normal

21 20.3 1.1 16.8 49.6 8 Normal

22 16.5 1.16 12.3 49.6 6 Kurang

23 18.3 1.1 15.1 50.1 6 Ideal

24 18.6 1.15 14.1 50.2 7 Normal

25 18.4 1.17 13.4 50 6 Normal

26 23.3 1.2 16.2 50.6 7 Normal

27 18.4 1.17 13.4 49.9 7 Normal

28 20.9 1.14 16 50.1 7 Normal

29 20 1.2 13.9 50 7 Normal

30 20.3 1.17 14.8 49.9 6 Normal

31 17.1 1.16 12.7 49.5 7 Kurang

32 18.7 1.12 15 50 6 Normal


(65)

34 19.9 1.16 14.6 50.2 6 Normal

35 20.9 1.14 16.1 49.7 6 Normal

36 21.4 1.18 15.4 50.4 6 Ideal

37 16.5 1.1 13.6 50.1 7 Normal

38 16.7 1.12 13.3 50 7 Normal

39 17.5 1.12 14 50.3 7 Normal

40 22.3 1.2 15.5 50.2 7 Normal

41 18.6 1.19 13.1 50 7 Normal

42 22.1 1.21 15.1 50.3 7 Normal

43 23.1 1.2 16 50.5 7 Normal

44 20.5 1.19 14.5 50.1 6 Normal

45 20.4 1.17 15 49.8 6 Normal

46 19.3 1.18 13.9 50 6 Normal

47 19.5 1.16 14.5 50 6 Normal

48 18.3 1.18 13.1 49.8 7 Normal

49 20.9 1.18 15 50.5 6 Normal

50 19.5 1.16 14.5 50.2 8 Normal

51 22 1.19 15.5 49.8 6 Normal

52 21 1.18 15.1 50.4 6 Normal

53 19 1.15 14.4 50.3 8 Normal


(1)

Lampiran 4

BAGIAN ILMU BIOLOGI ORAL FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN LINGKAR KEPALA PADA ANAK USIA DINI (6-8 TAHUN) PADA DEUTRO MELAYU

KUESIONER

IDENTITAS SAMPEL:

Nama : ………... Umur : ………... Jenis kelamin : ………... Sekolah : ………... Suku Ayah : ………... Suku Ibu : ………... 1. Apakah anak ibu pernah

mengalami sakit berat? a. Ya

b. Tidak

Kalau Ya, sakit apa

………..

2. Apakah anak ibu pernah dirawat di rumah sakit?

a. Ya b. Tidak

Kalau Ya, berapa lama

……….

3. Apakah anak ibu makan dengan teratur 3 kali dalam sehari? a. Ya

b. Tidak

Kalau Tidak, berapa kali

………..

4. Apakah anak ibu beraktivitas / bermain dengan teman-teman nya?

a. Ya b. Tidak

……….

5. Apakah anak ibu tidur diatas pukul 9 malam?

a. Ya b. Tidak

...


(2)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN LINGKAR KEPALA PADA ANAK USIA DINI (6-8 TAHUN) PADA DEUTRO MELAYU

KUESIONER

IDENTITAS SAMPEL:

Nama : ………... Umur : ………... Jenis kelamin : ………..

PEMERIKSAAN FISIK ANAK

Berat badan : ………... Tinggi badan : ………...

IMT : ………...


(3)

Lampiran 5

JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN

No Kegiatan

Waktu Penelitian

Mei Juni Juli Agustus September Oktober 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Penyusunan Proposal 2 Seminar Proposal 3 Perbaikan

Proposal 4 Pengumpulan

Data 5 Pengolahan

dan Analisis Data 6 Penyusunan


(4)

No Kegiatan

Waktu Penelitian

November Desember Januari 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Penyusunan Proposal 2 Seminar Proposal 3 Perbaikan

Proposal 4 Pengumpulan

Data 5 Pengolahan

dan Analisis Data 6 Penyusunan


(5)

Lampiran 6

ANGGARAN BIAYA PENELITIAN

”Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Lingkar Kepala pada Anak Usia Dini

(6-8 Tahun) pada Deutro Melayu”

Besar biaya yang diperlukan untuk melaksanakan penelitian ini sebesar Rp 3.200.000 dengan rincian sebagai berikut:

1. Biaya penyiapan proposal Rp 100.000

2. Biaya pembuatan kuesioner Rp 400.000

3. Biaya alat tulis, kertas, printer, tinta printer Rp 600.000

4. Biaya penjilidan dan penggandaan laporan Rp 200.000

5. Biaya penelitian Rp 1.700.000

6. Biaya konsumsi Rp 200.000

Total Rp 3.200.000

Anggaran biaya ditanggung oleh peneliti sendiri.

Peneliti


(6)

Lampiran 7

DATA PERSONALIA

DATA PRIBADI

Nama Lengkap : Aulia Riza Afdillah

Jenis Kelamin : Laki laki

Tempat/Tanggal Lahir : Kisaran/ 23 Oktober 1991

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum menikah

Alamat : Jl. Kemuning No.13, Kec. Medan Sunggal

Telepon/Hp : 081993361552

Email : auliarizaafdillah@ymail.com

PENDIDIKAN

1997-2003 : SD Negeri 010077 Kisaran

2003-2006 : SMP Negeri 1 Kisaran

2006-2009 : SMA Negeri 1 Kisaran

2009-sekarang : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

Medan, Desember2013