Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Q ur‟an adalah mukjizat Islam yang abadi di mana semakin maju ilmu pengetahuan, semakin tampak validitas kemukjizatannya. Allah Sub ḥ anahu wa t a‟ala Swt menurunkannya kepada Nabi Muhammad allallahu „alaihi wa Sallam aw, demi membebaskan manusia dari berbagai kegelapan hidup menuju cahaya Ilahi , dan membimbing ke jalan yang lurus. 1 Kemukjizatan dalam al-Q ur‟an menjadi salah satu alasan bahwa al-Qur‟an benar-benar kalamullah , kemukjizatan yang membuat kitab-kitab lain menjadi lemah. Nabi Muhammad aw diutus dan diturunkannya al-Q ur‟an menjadi bukti kecintaan Allah terhadap hamba-Nya agar mereka mendapatkan petunjuk dan terbebas dari perangkap-perangkap setan yang selalu mengiringi langkah setiap manusia. Al-Q ur‟an salah satu dari kitab samawi yang telah diturunkan kepada Nabi yang terpilih yaitu Muhammad aw, dan bukan ucapan beliau. Secara rinci telah dijelaskan oleh Muhammad bin Shaleh al- „Usaimin bahwa al- Qur‟an secara bahasa adalah ma dar asal kata dari kata qara‟a yang bermakna tal ā membaca, atau bermakna jama‟a mengumpulkan. Adapun secara istilah syar‟ i , al- Qur‟an adalah kalamullah firman Allah yang 1 Ma a Qaththa , Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2011, hlm. 3. diturunkan kepada Rasul-Nya, penutup para Nabi yaitu Muhammad aw , yang dimulai dengan surat al-Fati ah dan diakhiri dengan surat an-N ās. 2 Allah Swt sungguh bertanggungjawab atas apa yang telah Dia ciptakan, dan senantiasa memberikan kemurahan-Nya kepada hamba- hamban-Nya. Di antara kemurahan Allah Swt terhadap manusia adalah bahwa Dia tidak saja menganugrahkan fitrah yang suci yang dapat membimbingnya kepada kebaikan, bahkan juga dari masa ke masa mengutus Rasul yang membawa kitab sebagai pedoman hidup dari Allah Swt, mengajak manusia agar beribadah kepada-Nya semata, sebagaimana yang telah Allah Swt sampaikan dalam surat an- Nisa‟ ayat: 165. 3 ِلُسّرلا َدْعَ ب ٌةاجُح ِاّا ىَلَع ِساالِل َنوُكَي اًَئِل َنيِرِذُْمَو َنيِرِّشَبُم اًُسُر ۚ ُاّا َناَكَو ااميِكَح اازيِزَع “ Rasul-Rasul itu adalah sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, agar tidak ada alasan bagi manusia untuk membantah Allah setelah Rasul-Rasul itu diutus. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. ” 4 Allah Swt telah mengistimewakan al- Qur‟an dengan kitab-kitab yang lain, hal ini dibuktikan adanya jaminan penjagaan keaslian al- Qur‟an baik secara laf ẓ an atau ma‟nan yang langsung dilakukan oleh Allah Swt. Allah Swt telah berkalam di dalam surah al- ijr ayat: 9 اِّإ وُظِفاَََ َُل اِّإَو َرْكِّذلا اَْلازَ ن ُنََْ َن 2 Muhammad bin Shaleh al- Utsai i , Kaedah Menafsirkan al-Qur’an, Solo: Pustaka Ar- Rayan, 2008, hlm. 15. 3 Ma a Qaththa , Pengantar …hlm. 11. 4 Departermen Agama RI, Al- Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: Cahaya Qur a , , hl . 104. “Sesungg uhnya Kami-lah yang menurunkan al-Quran, dan pasti Kami pulayang memeliharanya. 5 Al- Qur‟an memiliki banyak keutamaan bagi yang mempelajari, dimulai dari membaca, menghafal, memahami serta mengamalkannya. Keutamaan-keutamaan tersebut telah disampaikan oleh Allah dan Rasul-Nya baik di dalam al- Qur‟an dan al- adis. Mu ammad A mad Abdullah telah menuliskan di antara keutamaan dalam mepelajari al- Qur‟an, yaitu 6                            “ Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah al- Qur‟an dan melaksanakan alat dan menginfakkan sebagian rizki yang Kami anugerahkan kepadanya dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perdagangan yang tidak akan rugi, agar Allah menyempurnakan pahalanya kepada mereka dan menambah karunia -Nya. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Mensyukuri ” Surah al-Fāṭir 35 ayat 29-30. 7 ْنَع َناَمْثُع َيِضَر ُل َُْع ِنَع ِِّبالا ىلص ل يلع ملسو َلاَق , ْمُكُرْ يَخ ْنَم َمالَعَ ت َنآْرُقْلا َُمالَعَو , ُاَوَر ّيِراَخُبْلا DariU man bin Affan ra ḍiyallahu „anhu berkata: “Bahwa Rasulullah allallahu „alaihi wasallam bersabda: “Sebaik -baik kalian adalah yang belajar al- Quran dan mengajarkannya,” HR. Al-Bukhāri 8 5 Departermen Agama RI, Al- Qur’an dan Terjemahnya…hlm. 262. 6 Muhammad Ahmad Abdullah, Metode Cepat dan Efektif Menghafal al- Qur’an al-Karim, Jogjakarta: Garailmu, 2009, hlm. 117-123. 7 Departermen Agama RI, Al- Qur’an dan Terjemahnya…hlm. 437. 8 HR. Al- Bukhāri. No 5027. Sah ī h Al- Bukhāri, Kairo: Dāru al-Ḥad ī s, 204, hlm. 352. Diterjemahkan oleh: Ummu Qadha, dalam Hafal Al- Qur’an tanpa Nyantri, Solo: Arafah, 2010, hlm. 73 ِِّبالا ِنَع َةَشِئاَع ْنَع َمالَسَو ِْيَلَع ُاّا ىالَص َ لا ِا ٌرِا َنآْرُقْل ،ِةَرَرَ بلا ِماَرِكلا ِةَرَفاسلا َعَم َوَُو ِيِف ُعَتْعَ تَ تَ يَو َنآْرُقْلا ُأَرْقَ ي يِذالاَو ِناَرْجأ َُل ّقاَش ِْيَلَع Dari „Aisyah ra ḍ iyall āhu „anhā berkata, bahwa Rasulullah aw bersabda : “ Orang yang mahir membaca al-Qur`an kelak dia bersama para utusan yang mulia lagi baik. Sedangkan orang yang membaca al-Qur`an dan masih terbata-bata dan merasa berat dan susah, makaia mendapatkan dua pahala. ” H.R. Muslim 9 Pendidikan Islam diselenggarakan dalam rangka mengambil dan mengamalkan dari nilai-nilai sumber ajaran Islam yang diantaranya al- Q ur‟an. Pendidikan Islam memiliki sejarah yang sangat panjang, dimulai dari diangkatnya Nabi Muhammad aw sebagai pendakwah yang tentu bermakna pendidik pula, generasi sahabat, tabi‟in dan akhirnya sampailah di zaman sekarang ini. Perkembangan terjadi di pelbagai sudut pendidikan baik dari segi formal dan non formal, materi pembelajaran, standar-standar pencapaian dan hal-hal lain yang berkaitan dengan pendidikan. Syed Naquib al-A ṭṭas menyatakan bahwa pendidikan berasal dari kata ta‟dī b . Memang terdapat kata lain yang berkaitan dengan pendidikan selain ta‟dī b , yakni tarbiyah, akan tetapi tarbiyah menekankan pada pengasuh, menanggung, memberi makan, memelihara, dan menjadikan bertambah dalam pertumbuhan 10 . Tokoh pendidikan lain yang menyoroti tentang pendidikan adalah Soegarda Purbakawaca. Menurutnya dalam arti umum, pendidikan 9 HR. Muslim. No. 798, Sahīh Muslim, Kairo: D ā ru ibn Ḥiban, 2008, hlm. 212. Diterjemahkan oleh Hawin Murtadlo, Kajian Romadhon, Solo: Al-Qowam, 2006, hlm.47 10 Syed Muhammad al-Naquib al-Attas, Konsep Pendidikan Dalam Islam, Bandung: Mizan, 1984. hlm. 60. mencakup segala usaha dan perbuatan d ari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuannya, kecakapannya serta keterampilannya kepada generasi muda untuk melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama sebaik- baiknya. 11 Salah satu dari tokoh dari cendekiawan muslim yang sangat intens dalam pendidikan dan pemikiran Islam DR. Adian Husaini telah menjelaskan bahwa melalui pendidikan, akan menghasilkan manusia- manusia yang jujur, bersemangat kerja keras, tidak malas, berani, kreatif, cinta kebersihan, toleran dan sebagainya. 12 Tujuan umum pendidikan Islam singkron dengan tujuan agama Islam, yaitu berusaha mendidik individu mukmin agar tunduk, takwa, dan beribadah dengan baik kepada Allah Swt, sehingga memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat. Untuk merealisasikan tujuan tersebut diutuslah para Nabi dan Rasul sebagai para pendidik yang kemudian mengarahkan manusia ke jalan yang lurus untuk kemashlahatan dunia dan akhirat. Adapun pengertian pendidikan Islam, Yusuf al-Qar ḍawi memberikan definisi ”Pendidikan Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya, akal, dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan keterampilannya. Karena itu, pendidikan Islam menyiapkan manusia untuk hidup baik dalam keadaan damai atau perang, dan menyiapkannya untuk 11 Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, hlm.10. 12 Adian Husaini, Pendidikan Islam Membentuk Mannusia Berkarakter dan Beradab, Depok: Cakrawala Publishing dan Adabi Pres,2012, hlm.X. menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatannya, manis dan pahitnya” 13 Pendidikan yang ada di negara ini masih dirasakan adanya kesalahan, banyaknya para pejabat yang berpendidikan tinggi kemudian terjebak dalam kasus korupsi, banyak peserta yang bagus nilai ujiannya tapi berani kepada orang tua, dari evaluasi yang ada diterapkanlah kurikulum yang berbasis karakter. Menghafalkan al- Qur‟an salah satu cara untuk menanamkan akhlak mulia kepada peserta didik, dengan mempelajari keilmuan secara luas dan diimbangi dengan menghafal ayat-ayat al-Q ur‟an diharapkan dapat membentuk karakter yang mulia. Berbagai gambaran kebaikan bagi orang-orang yang mempelajari al- Qur‟an baik yang bersifat dunia seperti kebaikan akhlak bagi pengembannya dan kenikmatan akhirat berupa janji-janji kenikmatan kelak di surga membuat daya tarik bagi orang-orang yang ingin meraihnya, bak magnet yang menarik besi-besi di sekitarnya. Melihat ketertarikan masyarakat muslim terhadap proses belajar dan mengajar al- Qur‟an berlomba-lombalah lembaga Islam untuk ambil andil dalam menyelengarakan pendidikan Islam yang menfokuskan pada pembelajaran al- Qur‟an khusus ta ḥ f īẓ menghafalkan al-Qur‟an. Dalam perjalanan mengelola pendidikan yang di dalamnya mengajarkan ta ḥ f īẓ al- Qur‟an tidak semudah yang diharapkan, melainkan membutuhkan metode- metode yang efisien dalam pengelolaannya. 13 Azyumardi Azra, Pendidikan …hl . . Madrasah Aliyah MA merupakan sebuah lembaga pendidikan di bawah kementerian agama yang memiliki ciri khusus untuk mengantarkan peserta didiknya menjadi generasi yang berwawasan luas, cakap dalam keilmuan dan berakhlak mulia. Terdapat dua madrasah yang menjadi obyek dalam penelitian ini, yaitu: MA Ta ḥ f īẓ Nurul Iman yang terletak di Karanganyar dan MA al-Kahfi yang ada di Surakarta, kedua madrasah ini memiliki banyak kemiripan dalam penyelenggarakan ta ḥ f īẓ al-Qur‟an dan sama-sama MA yang bersistem boarding school sekolah berasrama, walaupun terdapat pebedaan dalam penentuan target ta ḥ f īẓ al-Qur‟an pada setiap tahunnya. MA Ta ḥ f īẓ Nurul Iman dan MA al-Kahfi sama-sama lembaga pendidikan yang menerapkan proses belajar mengajar secara formal di siang hari dan dilanjutkan dengan materi kepondokan berupa ta ḥ f īẓ al- Qur‟an di sore, malam dan pagi hari. Berbagai metode ta ḥ f īẓ al-Qur‟an diterapkan pada ke dua MA tersebut, misalnya: metode tasm ī‟, mur āja‟ah, j ama‟, dan metode lainnya. 14 Khālid Abu Wafa menyebutkan ada sebelas metode untuk menghafal al- Qur‟an yaitu, menyeluruh kulli , parsial juz‟i, gabungan, hafalan secara periodic , hafalan dengan cara menulis kit ā bah , mendengarkan dari tape recorder , menggunakan computer , mengaitkan ayat-ayat yang akan dihafal dengan waktu atau tempat khusus, mengaitkan dengan peristiswa tertentu, mengaitkan dengan hal-hal yang biasa diakses dengan indra, dan mengaitkan ayat-ayat yang hendak dihafal dengan 14 Observasi pada 10 September 2015 di MA Ta ḥfīẓ Nurul Iman Karanganyar dan 11 September 2015 di MA al-Kahfi Surakarta. maknanya. 15 Metode menghafal yang bervariasi dan tepat sangat berpengaruh terhadap hasil pembelajaran. Para mu ḥā fi ẓ 16 guru al-Qur ‟an laki-laki dan mu ḥā fi ẓ ah guru al- Qur‟an perempuan yang inovatif, kreatif dalam pemilihan metode sangat diharapkan, mengingat banyaknya kendala yang dihadapi para penghafal al- Qur‟an dalam mengejar targetnya. Dengan tercapainya target hafalan dan dihiasi dengan akhlak mulia menjadi idaman setiap orang tua, pendidik dan masyarakat luas akan kehadirannya, yang kemudian hari bisa memimpin bangsa ini dengan penuh amanah dan tanggungjawab. MA Ta ḥfīẓ Nurul Iman Karanganyar dan MA al-Kahfi Surakarta dua lembaga pendidikan yang telah tumbuh dan berkembang di masyarakat dalam menyelenggarakan ta ḥ f īẓ al-Qur‟an, sehingga perlu diadakan pengkajian perbandingan untuk mengetahui tingkat efektifitas dan efisiensi kedua lembaga tersebut dalam penerapan metode menghafal al- Qur‟an oleh usta ż guru laki-laki atau usta ż ah guru perempuan kepada para santri murid laki-laki dan santriwati murid perempuan. Metode menghafal al- Qur‟an sangat penting untuk dipelajari bagi setiap penghafal al- Qur‟an maka dari itu penulis tertarik untuk meneliti bagaimana penerapan metode pembelajaran ta ḥfīẓ al-Qur‟an studi komparasi di MA Ta ḥfīẓ Nurul Iman dan MA al-Kahfi Surakarta. 15 Khalid Abu Wafa, Cepat dan Kuat Menghafal al- Qur’an, Sukoharjo: Aslama, 2013, hlm. 73-80. 16 Kata mu ḥāfiẓ dan muḥāfiẓah untuk memudahkan pembahasan cukup penyusun tulis dengan guru atau ustāż .

B. Rumusan Masalah