e-Leadership Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Swasta Yang Senjang Secara Digital (Studi Pada Guru Madrasah Aliyah Swasta di Kota Bandarlampung)

(1)

PRINCIPALS E -LEADERSHIP IN PRIVATE MADRASAH ALIYAH THAT

DIGITALLY DIVIDE

(CASE STUDY IN PRIVATE MADRASAH ALIYAH TEACHERS IN

BANDAR LAMPUNG)

By:

Muhammad Hafiz Wiratama

Since 1994 ICT becomes a compulsory subject in the school curriculum from Elementary School through High School or Private Madrasah Aliyah. The facts is in its implementation from 1994 till present there's a divide between each school, it constraints that the school do not have a computer laboratory, internet and lack of technology leadership (e-Leadership). Tan (2010) specifically examined there's 12 empirical evidence to find the role of Principal's in technology leadership and concluded that e-leadership was a strong predictor in determining the rate of technology used in school. The formulation of this problem are: 1) Is there a difference in technology leadership (e-Leadereship) at PMA Hikmah, Al-Muhammadiyah and Al-Asy'ariah Panjang in Bandar Lampung, 2) Are digital divide influenced technology leadership in Private Madrasah Aliyah Al-Hikmah, Al-Muhammadiyah and Al-Asy'ariah Panjang in Bandar Lampung.

The purpose of this study is: 1) Knowing the difference of e-Leadership in Private Madrasah Aliyah that digitally divide in Bandar Lampung, 2) Knowing the influence of e-Leadership on the digital divide in Private Madrasah Aliyah. This study used Chin & Chang's Theory (2008). Population of this study is 8 Private Madrasah Aliyah in Bandar Lampung and 3 of digitally divide Private Madrasah Aliyah selected as sample, Al-Hikmah as Category No. 1, (has a computer lab and internet), Al-Muhammadiyah as Category No. 2 (has a computer lab and do not have internet) and Al-Asy'ariyah as Category No. 3 (do not have computer lab and internet), the unit of analysis is teacher in 3 Private Madrasah Aliyah. The number of teachers that selected as a sample is 68 teachers.

Oneway Anova test results showed a difference of principal e-Leadership in Private Madrasah Aliyah that digitally divide in Bandarlampung where F hitung (23.873) > F tabel (2,35), therefore H1 is accepted. The result of One Sample Test showed that there is an influence of the technological leadership with digital divide in Private Madrasah Aliyah Al-Hikmah in Bandar where T hitung (47.887) > T tabel (2.074), Al-Muhammadiyah where T hitung (31.697) > T tabel (2.093) and Al-Asy'ariyah Panjang where T hitung (45.449) > T Tabel (2.064), therefore H1 is accepted.


(2)

PRINCIPALS E -LEADERSHIP IN PRIVATE MADRASAH ALIYAH THAT

DIGITALLY DIVIDE

(CASE STUDY IN PRIVATE MADRASAH ALIYAH TEACHERS IN

BANDAR LAMPUNG)

By:

Muhammad Hafiz Wiratama

Since 1994 ICT becomes a compulsory subject in the school curriculum from Elementary School through High School or Private Madrasah Aliyah. The facts is in its implementation from 1994 till present there's a divide between each school, it constraints that the school do not have a computer laboratory, internet and lack of technology leadership (e-Leadership). Tan (2010) specifically examined there's 12 empirical evidence to find the role of Principal's in technology leadership and concluded that e-leadership was a strong predictor in determining the rate of technology used in school. The formulation of this problem are: 1) Is there a difference in technology leadership (e-Leadereship) at PMA Hikmah, Al-Muhammadiyah and Al-Asy'ariah Panjang in Bandar Lampung, 2) Are digital divide influenced technology leadership in Private Madrasah Aliyah Al-Hikmah, Al-Muhammadiyah and Al-Asy'ariah Panjang in Bandar Lampung.

The purpose of this study is: 1) Knowing the difference of e-Leadership in Private Madrasah Aliyah that digitally divide in Bandar Lampung, 2) Knowing the influence of e-Leadership on the digital divide in Private Madrasah Aliyah. This study used Chin & Chang's Theory (2008). Population of this study is 8 Private Madrasah Aliyah in Bandar Lampung and 3 of digitally divide Private Madrasah Aliyah selected as sample, Al-Hikmah as Category No. 1, (has a computer lab and internet), Al-Muhammadiyah as Category No. 2 (has a computer lab and do not have internet) and Al-Asy'ariyah as Category No. 3 (do not have computer lab and internet), the unit of analysis is teacher in 3 Private Madrasah Aliyah. The number of teachers that selected as a sample is 68 teachers.

Oneway Anova test results showed a difference of principal e-Leadership in Private Madrasah Aliyah that digitally divide in Bandarlampung where F hitung (23.873) > F tabel (2,35), therefore H1 is accepted. The result of One Sample Test showed that there is an influence of the technological leadership with digital divide in Private Madrasah Aliyah Al-Hikmah in Bandar where T hitung (47.887) > T tabel (2.074), Al-Muhammadiyah where T hitung (31.697) > T tabel (2.093) and Al-Asy'ariyah Panjang where T hitung (45.449) > T Tabel (2.064), therefore H1 is accepted.


(3)

Oleh

MUHAMMAD HAFIZ WIRATAMA Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA ILMU KOMUNIKASI

Pada

Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2014


(4)

(5)

(6)

(7)

Penulis dilahirkan di Bandarlampung pada tanggal 19 November 1991. Penulis merupakan putra pertama dari tiga bersaudara, buah hati dari pasangan Samsul Bahri dan Meriyanti. Penulis menyelesaikan pendidikan SD Taman Siswa Bandarlampung pada tahun 2004, SMP Negeri 17 Bandarlampung pada tahun 2007, SMA Negeri 11 Bandarlampung pada tahun 2010. Pada tahun 2010 penulis terdaftar sebagai mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Semasa menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam lembaga kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Ilmu Komunikasi periode 2011-2012 sebagai anggota bidang Research & development, diteruskan pada periode kepengurusan 2012-2013 sebagai presidium.


(8)

Dia memberikan hikmah (ilmu yang berguna)

kepada siapa yang dikehendaki-Nya.

Barang siapa yang mendapat hikmah itu

Sesungguhnya ia telah mendapat kebajikan yang banyak.

Dan tiadalah yang menerima peringatan

melainkan orang- orang yang berakal .

(Q.S. Al-Baqarah: 269)

Ku persembahkan karya mungil ini...

Untuk ayah dan ibu ku yang sudah berusaha mendidik dan memberi kasih sayang berlimpah

kepada ku, adik-adikku, nenek, tante dan sepupu-sepupu ku yang selalu mendoakan ku dan

sabahat-sabahat tercinta.


(9)

Wiratama-Jika kita berniat baik dan mempunyai keberanian, segala sesuatu yang kita inginkan akan

tercapai


(10)

Segala puji bagi Allah SWT yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan skripsi dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penulis tidak sanggup menyelesaikan skripsi dengan baik. Skripsi ini berjudul e-Leadership Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Swasta yang senjang secara digital (Studi pada Guru Madrasah Aliyah Swasta di Kota

Bandarlampung)”. Saya bersyukur kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Saya menyadari, skripsi yang saya tulis ini bukan merupakan suatu yang instant dan ini buah dari proses yang relatif panjang, menyita segenap tenaga dan pikiran. Skripsi ini merupakan tugas akhir dan salah satu syarat dalam upaya untuk mencapai gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini peneliti menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar–besarnya kepada:

1. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. Teguh Budi Raharjo, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi, untuk segala keramahan, kesabaran serta keikhlasannya mendidik dan membantu mahasiswa. 3. Ibu Dra. Ida Nurhaida, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah membimbing


(11)

5. Ibu Nanda Utarida, S.Sos, M.Si selaku Pembimbing Akademik (PA) yang telah membantu penulis selama menjadi mahasiswa.

6. Seluruh Dosen dan staff jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Lampung.

7. Kepala Sekolah dan guru-guru MAS Al-Hikmah, Muhammadiyah dan Al-Asy’ariyah Panjang yang telah memberikan izin dan membantu kelancaran skripsi penulis.

8. Kedua orangtua ku, Ayah dan Ibu, Adik-adikku, nenek, tante dan sepupu-sepupuku yang telah mendoakan. Penulis janji akan membalas budi kalian dan akan membanggakan kalian.

9. Fabian Randi, Fatul Sabila Hakiki, Hermansyah dan Indra Saputra yang telah menemani disetiap malam sampai pagi hari demi menghibur kita semua. Semoga kita semua akan sukses.

10. Buat Grup Wacana; Imam Mubaroq, Oemar Madri Bafadhal, Pratama Dio Ananto, Yunardi Hasan K.S, Amalia Nurdin, Ani Annisa Lasmah, Dina Ulia, Emirullyta (ata), Fina Yulanda, Hani, Hesty Prishastuti, Leni D.E, Siti Fatimah Ruba’i semoga kita

menjaga jalinan silaturahmi sampai akhir hayat kita. Terima kasih buat kalian yang sudah membuat momen-momen indah dalam hidupku.


(12)

Darwin, Adi Galuh dan Angkatan 2010, 2011, 2012 yang telah membantu untuk

membangun HMJ Ilmu Komunikasi lebih baik dan menghasilkan karya-karya yang kita banggakan.

12. Teman seturlap dan teman-teman satu penelitian yaitu Hesti Prihastuti, RPO, Mba Balqis, Mba Susan, Dendy, Fendy, Jery, Dewi, Deka, Esy dan dwi. Terima kasih atas kritik dan sarannya.

13. Kakak-kakak Ilmu Komunikasi, terima kasih atas diskusi-diskusi yang bermanfaat. Terutama untuk Ka Budi, Ka Momon, Ka Fatir, Ka Bagus, Ka Fitra, Mba Isti, Mba Jesika, Ka Radit, Ka Jesrian, Ka Tanjul, Ka Jody, Mba Mei dan kakak-kakak yang lain.

14. Adik-adik Ilmu Komunikasi angkatan 2012, 2013 dan 2014. Terutama untuk Rizki, Hanif, Nanda, Emon, Shintia, Dendy, Indah, Shinta, Bibeh Dan Berta.

15. Keluarga Besar HMJ Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Lampung yang telah memberi pengetahuan dan pengalaman yang berharga dalam hidupku.

16. Teman-teman KKN Pekon Rata Agung Kec. Lemong Kab. Pesisir Barat yaitu Karim, Reza, Mau, Panda, Novrit, Aji, Unul, Rara, Pita, Bagus, Dio, Jo, Imam, Tauhid, Aji, Dedy, Chintia, Leni dan keluarga kita di Pekon Rata Agung.


(13)

Terutama untuk Adi, Bara, Kiki, Mba Fetty, Unik, Dhila dan Fitri.

18. Terima kasih untuk Ikatan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Indonesia (IMIKI) wil. 1,2,3,4 dan 5 atau mahasiswa ilmu komunikasi dari Sabang sampai Maroke, walaupun beda budaya dan latarbelakang kita tetap bersatu membangun IMIKI.

19. Semua pihak yang telah membantu penulis baik secara langsung ataupun tidak langsung yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT membalas budi baik Bapak, Ibu serta teman-teman sekalian dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Penulis


(14)

ABSTRAK ABSTRACT

SURAT PERNYATAAN RIWAYAT HIDUP PERSEMBAHAN MOTO

SAN WACANA DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR BAGAN DAFTAR GAMBAR DAFTAR DIAGRAM

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Kegunaan Penelitian... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Konsep Dasar Leadership ... 10

1. Pengertian Leadership ... 10

2. Unsur Yang Harus Dipenuhi Dalam Kepemimpinan ... 12

3. Kepemimpinan Yang Efektif ... 13

B. Tinjauan e-Leadership ... 15

1. e-Leadership ... 15

2. Konsep dan Penerapan Cara Kerja e-Leadership ... 16

3. Peran-peran e-Leadership ... 18


(15)

2. Penyebab Terjadinya Kesenjangan Digital ... 22

E. Tinjauan Inovasi ... 24

1. Pengertian Inovasi ... 24

2. Elemen Yang Menentukan Kegiatan Adopsi ... 25

3. Adopsi Inovasi dalam Bidang TIK ... 26

4. Tahapan dari Proses Adopsi Inovasi ... 28

F. Tinjauan Komunikasi Inovasi di Bidang TIK ... 29

G. Landasan Teori ... 31

1. Tinjauan tentang Teori Chin dan Chang ... 31

H. Kerangka Pikir ... 37

I. Hipotesis ... 40

BAB III METODE PENELITIAN ... 41

A. Tipe Penelitian ... 41

B. Metode Penelitian... 41

C. Populasi dan Sampel ... ... 43

D. Definisi Konsep ... 48

E. Definisi Operasional... 49

F. Sumber Data ... 50

G. Teknik Pengumpulan Data ... 51

H. Teknik Pengolahan Data ... 52

I. Teknik Pemberian Skor ... 52

J. Teknik Pengujian Instrumen Penelitian ... 53

1. Uji Validitas ... 53

2. Uji Reliabilitas ... 54

K. Analisis Data ... 56


(16)

A. Gambaran Umum Madrasah Aliyah Swasta Al-Hikmah ... 58

1. Profil MAS Al-Hikmah ... 58

2. Visi dan Misi Madrasah Aliyah Swasta Al-Hikmah ... 59

3. Tujuan Madrasah Aliyah Swasta Al-Hikmah ... 60

4. Daftar Siswa-siswi Madrasah Aliyah Swasta Al-Hikmah ... 60

5. Daftar Guru Madrasah Aliyah Swasta Al-Hikmah ... 61

6. Sarana dan Prasarana Madrasah Aliyah Swasta Al-Hikmah ... 62

7. Pandangan Madrasah Aliyah Swasta Al-Hikmah Terhadap Teknologi Internet ... 63

B. Gambaran Umum Madrasah Aliyah Swasta Muhammadiyah ... 65

1. Profil Madrasah Aliyah Swasta Muhammadiyah ... 65

2. Visi dan Misi Madrasah Aliyah Swasta Muhammadiyah ... 67

3. Tujuan Madrasah Aliyah Swasta Muhammadiyah ... 68

4. Daftar Siswa-siswi Madrasah Aliyah Swasta Muhammadiyah ... 68

5. Daftar Guru Madrasah Aliyah Swasta Muhammadiyah ... 69

6. Sarana dan Prasarana Madrasah Aliyah Swasta Muhammadiyah ... 70

7. Pandangan Madrasah Aliyah Swasta Muhammadiyah Terhadap Teknologi Internet ... 71

C. Gambaran Umum Madrasah Aliyah Swasta Al-Asy’ariah Panjang ... 78

1. Profil Madrasah Aliyah Swasta Al-Asy’Ariyah Panjang ... 78

2. Visi dan Misi Madrasah Aliyah Swasta Al-Asy’ariyah ... 82

3. Tujuan Madrasah Aliyah Swasta Al-Asy’ariyah Panjang ... 83

4. Struktur Organisasi Madrasah Aliyah Swasta Al-Asy’Ariyah Panjang ... 84

5. Daftar Siswa-Siswi Madrasah Aliyah Swsta Al-Asy’ariyah Panjang ... 84

6. Daftar Guru dan Karyawan Madrasah Aliyah Swasta Al-Asy’ariyah Panjang ... 85


(17)

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 89

A. Gambaran Karakteristik Responden ... 89

B. Uji Validitas ... 91

1. Uji Validitas Variabel e-Leadership ... ... ...91

C. Uji Reabilitas ... 93

D. Uji Normalitas ... 94

E. Analisis Jawaban Responden ... 95

1. Pemimpin Sekolah sering menyampaikan pentingnya komputer dan intenet untuk kemajuan sekolah ... 95

2. Sekolah kami punya TIM komputer yang bertanggung jawab pada perawatan komputer dan internet sekolah ... 97

3. Pemimpin sangat mendukung keberadaan komputer dan internet di sekolah ... 99

4. Implementasi (TIK) / komputerisasi di sekolah selalu dipantau perkembangannya ... 101

5. Administrasi sekolah kami telah dikelola oleh komputer sehingga lebih efesien ... 103

6. Guru maupun staf adminitrasi di sekolah kami selalu di dorong untuk mengikuti pelatihan-pelatihan komputer atau internet ... 105

7. Sekolah telah menyediakan sarana laboratorium komputer yang memadai dan cukup untuk pembelajaran siswa ... 107

8. Sekolah menyediakan sarana komputer untuk guru dan staf administrasi . 109 9. Sekolah menyediakan akses internet untuk guru dan administrasi ... 110

10. Sekolah menyediakan akses internet secara bebas untuk warga sekolah ... 112

11. Evaluasi kinerja guru dan staff telah memasukkan unsur teknologi dalam penilaiannya ... 114 12. Pemimpin sekolah selalu menyampaikan kepeduliannya


(18)

penggunaan komputer dan internet di sekolah ... 117 14. Pemimpin sekolah selalu mendorong kami untuk meningkatkan

profesionalitas dengan keterampilan komputer dan internet ... 119 15. Ketika kami kesulitan dalam menggunakan komputer dan internet,

sekolah telah menyediakan tim yang siap membantu ... 121 16. Pemimpin Sekolah selalu bersedia menyediakan waktu konsultasi

penggunaan komputer dan internet di sekolah ... 123 17. Pemimpin sekolah selalu mendorong guru dan staff untuk

mengembangkan profesionalitas dengan penguasaan computer... 125 18. Sekolah telah memiliki prosedur mengevaluasi efektivitas laboratorium komputer dan atau internet ... 127 F. Pengujian Hipotesis ... 129

1. Hasil Pengujian Hipotesis perbedaan e-Leadership Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Swasta Al-Hikmah, Muhammadiyah, dan Al-Asy’ariyah Panjang yang senjang secara digital ... 129 2. Hasil Pengujian Hipotesis Pengaruh kesenjangan digital terhadap

Kepemimpinan Teknologi (e-Leadership) Madrasah Aliyah Swasta di

Bandar Lampung ... 130 3. Uji Hipotesis Pengaruh kesenjangan digital terhadap Kepemimpinan

Teknologi (e-Leadership) Madrasah Aliyah Swasta Al-Hikmah ... 131 4. Uji Hipotesis Pengaruh kesenjangan digital terhadap Kepemimpinan

Teknologi (e-Leadership) Madrasah Aliyah Swasta Muhammdiyah ... 132 5. Uji Hipotesis Pengaruh kesenjangan digital terhadap Kepemimpinan

Teknologi (e-Leadership) Madrasah Aliyah Swasta Al-Asy’Ariyah

Panjang ... 132 G. Pembahasan Penelitian ... 133


(19)

DAFTAR PUSTAKA ... 143 LAMPIRAN


(20)

Tabel 1. Hasil sensus pra-riset Madrasah Aliyah Swasta ... 44

Tabel 2. Peringkat MAS Berdasarkan Kategori KesenjanganDigital... ...46

Tabel 3. Ukuran Kemantapan Alpha ... ...55

Tabel 4. Jumlah Siswa Madrasah Aliyah Swast Al-Hikmah ... ... 60

Tabel 5. Jumlah Guru Madrasah Aliyah Swasta Al-Hikmah ... 61

Tabel 6. Sarana dan Prasarana Madrasah Aliyah Swasta Al-Hikmah ... ... 62

Tabel 7. Jumlah Siswa Madrasah Aliyah Swasta Muhammadiyah ... ... 68

Tabel 8. Jumlah Guru Madrsah Aliyah Swasta Muhammadiyah ... ... 69

Tabel 9. Sarana dan Prasarana Madrasah Aliyah Swasta Muhammadiyah ... ... 70

Tabel 10. Daftar Siswa-Siswi Madrasah Aliyah Swsta Al-Asy’ariyah Panjang.. ... 84

Tabel 11. Daftar Guru dan Karyawan Madrasah Aliyah Swasta Al-Asy’ariyah Panjang ... .85

Tabel 12. Sarana pendukung Belajar/Mengajar ... ... 86

Tabel 13. Jenis Kelamin dan Bidang Studi Responden di 3 Madrsah Aliyah Swasta ... ... 89

Tabel 14. Hasil analisis validitas angket untuk Variabele-Leadership(batas minimum dianggap memenuhi syarat validitas apabila r > 0,361) ... ... ...92

Tabel 15. Hasil Uji Reliabilitas ... 94

Tabel 16. Hasil Uji Normalitas ... ... 95

Tabel 17. pemimpin sekolah sering menyampaikan pentingnya komputer dan inter untuk kemajuan sekolah ... 96

Tabel 18. Sekolah kami punya TIM komputer yang bertanggung jawab pada perawatan komputer dan internet sekolah ... ...98

Tabel 19. Pemimpin sangat mendukung keberadaan komputer dan internet di sekolah ... ... 100

Tabel 20. Implementasi (TIK)/komputerisasi di sekolah selalu dipantau perkembangannya ... ... 102

Tabel 21. Adminitrasi sekolah kami telah dikelola oleh komputer sehingga lebih efesien ... ... 104


(21)

Tabel 23. Sekolah telah menyediakan sarana laboratorium komputer yang

memadai dan cukup untuk pembelajaran siswa ... ... .108 Tabel 24. Sekolah menyediakan sarana komputer untk guru dan staf adminitrasi .. ....109 Tabel 25. Sekolah menyediakan akses internet untuk guru dan administrasi ... .111 Tabel 26. Sekolah menyediakan akses internet secara bebas ... 112 Tabel 27. Evaluasi kinerja guru dan staff telah memasukkan unsur teknologi

dalam penilaiannya ... .114 Tabel 28. Pemimpin sekolah selalu menyampaikan kepeduliannya terhadap

kebutuhan komputer dan internet ... ....116 Tabel 29. Pemimpin sekolah selalu sabar dan mendorong secara positip pada

pengunaan komputer dan internet di sekolah ... ...118 Tabel 30. Pemimpin sekolah selalu mendorong kami untuk meningkatkan

profesionalitas dengan keterampilan komputer dan internet ... ... .120 Tabel 31. Ketika kami kesulitan dalam menggunakan komputer dan internet,

sekolah telah menyediakan tim yang siap membantu ... ... ..122 Tabel 32. Pemimpin sekolah selalu bersedia menyediakan waktu konsultasi

penggunaan komputer dan internet di sekolah ... ..124 Tabel 33. Pemimpin sekolah selalu mendorong guru dan staff untuk

mengembangkan profesionalitas dengan penguasaan computer ... 126 Tabel 34. Sekolah telah memiliki prosedur mengevaluasi efektivitas laboratorium

komputer dan internet ... ... ...128 Tabel 35. HasilOnewayAnova perbedaane-LeadershipKepala Sekolah dari

ketiga sekolah ... ....130 Tabel 36. Pengaruh kesenjangan digital terhadap Kepemimpinan Teknologi (

e-Leadership) Madrasah Aliyah Swasta Al-Hikmah ... ... 131 Tabel 37. Uji Hipotesis Pengaruh kesenjangan digital terhadap Kepemimpinan

Teknologi (e-Leadership) Madrasah Aliyah Swasta Muhammadiyah ... ... ...132 Tabel 38. Uji Hipotesis Pengaruh kesenjangan digital terhadap Kepemimpinan

Teknologi (e-Leadership) Madrasah Aliyah Swasta Al-Asy’Ariyah Panjang . ... ..133 Tabel 39.e-LeadershipKepala Sekolah dari ketiga sekolah ... 135


(22)

Gambar 1. MAS Al-Hikmah ... 58 Gambar 2. Madrasah Aliyah Swasta ... 65 Gambar 3. Ruang Lab Komputer Madrasah Aliyah Swasta Muhammadiyah .... 71 Gambar 3. Madrasah Aliyah Swasta Al-Asy’Ariyah Panjang... 78


(23)

(24)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) berkembang dengan sangat pesat hingga saat ini. Dalam perkembangan TIK yang sangat pesat terjadi kesenjangan digital. Kesenjangan digital atau digital divide adalah sebuah keadaan dimana akses terhadap koneksi internet dan semua layanan tidak merata. Kesenjangan digital mempunyai dampak positif dan dampak negatif. berikut dampak positif, bagi sebagian orang yang belum mengenal atau menerapkan teknologi adalah masyarakat dapat termotifasi untuk ikut ambil bagian dalam peningkatan teknologi informasi. Teknologi informasi merupakan teknologi masa kini yang dapat menyatukan atau menggabungkan berbagai informasi, data dan sumber untuk dimanfaatkan sebagai ilmu bagi kegunaan seluruh umat manusia melalui penggunaan berbagai media dan peralatan telekomunikasi modern. Dengan menggunakan berbagai media, peralatan telekomunikasi dan komputer canggih, Teknologi Informasi akan terus berkembang dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan dan peradaban umat manusia di seluruh dunia. Kemajuan peradaban manusia di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi pada abad


(25)

informasi ini telah memudahkan manusia berkomunikasi antara satu dengan lainnya.

Sedangkan dampak negatif kesenjangan digital adalah bagi mereka yang mampu mengakses teknologi dan sekaligus memanfaatkan teknologi memiliki peluang lebih besar untuk mengelola sumber daya ekonomi, sementara yang tidak memiliki teknologi harus puas sebagai penonton saja. Akibatnya yang kaya semakin kaya dan yang miskin tetap miskin. Kemajuan Teknologi Informasi itu terlahir dari sebuah kemajuan zaman, bahkan mungkin ada yang menolak anggapan, semakin tinggi tingkat kemajuan yang ada, semakin tinggi pula tingkat kriminalitas yang terjadi. Kehadiran internet ditengah masyarakat menimbulkan dampak positif dan negatif, ibarat sebilah pisau, tergantung pemakainnya. Bila digunakan untuk hal-hal yang benar dan bermanfaat akan sangat membantu menyelesaikan pekerjaan, tetapi jika jatuh ditangan orang jahat akan membahayakan orang lain.

Laporan United Nations Development Program (UNDP) 2013 menunjukkan bahwa Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia berada di peringkat 108 dari 169 negara. Di lingkup ASEAN, Indonesia hanya berada di peringkat 6 dari 10 negara. Peringkat ini jauh lebih rendah daripada Singapura (27), Brunei Darussalam (37), Malaysia (57), Thailand (92), dan Filipina (97). Bila disimak lebih jauh indeks pendidikan Indonesia berada di urutan 7 dari 10 Negara ASEAN dan indeks daya saing (competitiveness index) berada di ranking 5 dari 10 negara ASEAN.


(26)

Dalam rangka mengejar ketertinggalan tersebut dan meningkatkan daya saing bangsa, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional (Kemdikbud) telah memprogramkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam sistim pendidikan. TIK selain menjadi pelajaran wajib di sekolah juga sebagai wahana transformasi pendidikan modern dengan mengintegrasikan TIK pada sistem sekolah. Komputer, internet, printer, LCD, telephone, TV dan teknologi informasi lainnya adalah sarana pembelajaran dan manajemen yang harus disediakan, di sisi lain Sumber Daya Manusia (SDM) seperti guru, staf administrasi, tenaga teknik harus terampil TIK dan mempunyai persepsi positif untuk bekerja dalam budaya baru yaitu budaya pendidikan berbasis TIK.

Sejak tahun 1994 TIK menjadi mata pelajaran wajib dalam kurikulum sekolah mulai dari SD sampai SLTA yang mengajarkan keterampilan komputer dan internet (ICT Literacy). Kemudian TIK juga diimplementasikan dalam sistem sekolah termasuk dalam proses belajar mengajar. Fakta yang mengemuka mengenai pelaksanaannya bahwa, pada derajat tertentu, terjadi kesenjangan. Terdapat sekolah-sekolah yang berhasil mengimplementasikannya dengan baik, dan sebagian lain mengalami kendala: Bahwa sekolah tidak memiliki laboratorium komputer, putus koneksitas internet, ketidakberdayaan guru dalam Internet Literacy maupun mispersepsi, ketiadaan kepemimpinan teknologi, dan sejumlah permasalahan lainnya.


(27)

Namun dalam faktanya, sebagian besar sekolah belum terkoneksi ke Internet. Dalam Symposium On Open Distance and E-Learning (ISODEL 2007) baru 9% dari populasi sekolah yang berjumlah 220.000 yang terkoneksi ke internet. Bahkan koneksi ke internet yang diprakarsai oleh Kemendikbud dalam program Schoolnet pada tahun 2011 baru merancang 16.678 sekolah yang terlibat atau baru 7,2% dari total sekolah di Indonesia. Sementara sarana labotarium komputer sebagai sarana membangun kompetensi TIK juga faktanya sama.

Studi Nurhaida dkk (2009) menemukan bahwa 43% SLTA yang ada di Kota Bandar Lampung yang notabene adalah ibu kota provinsi tidak memiliki labotarium yang memadai, baik dari segi kualitas maupun jumlah. Banyak sekolah, utamanya SLTA swasta memiliki komputer kurang dari 10 unit, padahal siswa yang harus dilayani lebih dari 40 siswa. Demikian juga sekolah SLTA negeri, yang mempunyai sumber finansial yang sama namun faktanya keadaan laboratorium dan implementasi TIK dalam sistem sekolahnya sangat beragam. Padahal dalam program percepatan pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2010 (Inpres No.1 Tahun 2010) targetnya 40% SLTA dan 20% SLTP menerapkan sistem sekolah berbasis TIK.

TIK utamanya internet sebagai suatu inovasi yang dimplementasikan ke dalam suatu sistem sekolah merupakan keputusan yang dilakukan oleh birokrasi (bersifat topdown). Dalam situasi tersebut ada kalanya inovasi memang sesuai dan dibutuhkan oleh anggota organisasi, namun sering juga


(28)

tidak dikehendaki (unfavorable). Dalam kondisi demikian sering pengadopsian tidak sesuai dengan inovasi.

Dalam studi klasik Rogers dan Shoemaker (1980) pada 286 studi empiris adopsi inovasi menegaskan karakteristik difusi inovasi di pendidikan umumnya difokuskan (1) pada siswa atau guru sebagai unit analisis, (2) dalam suatu sekolah (3) pada perubahan sistem pendidikan. Siswa sebagai unit análisis adalah output inovasi, sementara guru sebagai aktor pelaksana menjadi indikator perubahan.

Sedangkan perubahan sistem sangat tergantung pada manajemen suatu sekolah. Karena itu dalam kaitanya dengan adopsi TIK Ross dan Bailey (1996) mengungkapkan bahwa kepala sekolah memegang peranan yang sangat penting dalam mendorong dan mengomunikasikan implementasi teknologi informasi dan komunikasi di sekolah, bahkan ditandaskan lagi bahwa kepala sekolah justru merupakan fasilitator perubahan tersebut. Pengembangan teknologi secara historis difasilitasi peradaban manusia yang progresif, lingkungan hidup ditingkatkan, dan meningkatkan kesejahteraan manusia.

Dengan perkembangan teknologi informasi dan inovasi, komputer, Internet, dan teknologi informasi lainnya menjadi alat belajar yang penting dalam kehidupan sehari-hari siswa. Pemanfaatan teknologi informasi kampus ini dirancang untuk membantu siswa dan meningkatkan kualitas pendidikan.


(29)

Oleh karena itu, mengembangkan siswa melek teknologi menjadi semakin penting.

Kepala sekolah harus memiliki dasar keterampilan teknologi informasi (Scott, 2005; Wexler, 1996) untuk mendukung staf dalam mempersiapkan siswa untuk menghadapi tantangan era informasi. Sedangkan menurut Tan (2010) secara khusus meneliti 12 bukti empiris untuk menemukan peran kepemimpinan teknologi kepala sekolah (e-Leadership) dan menyimpulkan bahwa e-Leadership merupakan prediktor yang kuat dalam menentukan tingkat penggunaan teknologi di sekolahnya. Dimana peran utama telah bergeser dari fokus manajemen untuk lingkup yang lebih luas siswa dalam praktik belajar, mencerminkan visi pembangunan, fasilitas dan mendukung kepemimpinan untuk menciptakan perubahan dan pendidikan berkualitas.

Teknologi baru yang berkaitan dengan standar dan indikator kinerja untuk administrasi pun telah dikembangkan dan teknologi pelaku peran kepemimpinan telah meluas sebagai sarana untuk memperbaiki kinerja dan mendukung intergrasi teknologi yang efektif di sekolah. Teknologi dapat mendukung kurikulum dan instruksional dapat berjalan dengan baik dalam proses belajar mengajar dan menciptakan suasana yang efektif pula dalam proses belajar. Dan harapan kepemimpinan dapat menjadi kunci bagi reformasi pendidikan yang berhasil atau inovasi. Untuk menggunakan teknologi dibutuhkan juga literasi kepemimpinan tentang teknologi yang dapat mendukung sekaligus memanfaatkan tenaga ajar disetiap sekolah.


(30)

Kota Bandarlampung sebagai ibukota provinsi memiliki 2 Madrasah Aliyah Negri dan 10 Madrasah Aliyah Swasta yang berbeda kemampuan teknologi dan koneksi internet, ada yang sekolah telah terkoneksi dengan baik ke dalam laboratorium dan kelas belajar, ada yang hanya terkoneksi dalam laboratorium saja, bahkan tidak terkoneksi sama sekali dengan internet baik labotarium maupun kelasnya. Keadaan ini menunjukan kesenjangan digital dikarenakan punya dan tidak punya akses ke internet. Apakah faktor ini juga dapat dipengaruhi dengan model kepemimpinan teknologi dimasing-masing sekolah.

Selaras dengan fakta bahwa terdapat kesenjangan digital diantara SLTA dan MA N/S di Kota Bandarlampung, maka perlu diketahui bagaimana kepemimpinan teknologi kepala sekolah sebagai top manager pada sekolah yang implementasi TIKnya baik dan sekolah yang belum sepenuhnya mengimplementasikan TIK. Dengan cara itu dapat diketahui kepemimpinan teknologi (e-Leadership) yang tepat dalam mendorong adopsi TIK. Dan kepemimpinan teknologi ini dapat diukur dari persepsi guru yang mempunyai pengalaman langsung berinteraksi sebagai pelaksana implementasi TIK di sekolah.


(31)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah ada perbedaan Kepemimpinan Teknologi (e-Leadership) pada Madrasah Aliyah Swasta Al-Hikmah, Muhammadiyah dan Al-Asy’ariyah Panjang di Kota Bandarlampung yang senjang secara digital?

2. Apakah ada pengaruh kesenjangan digital terhadap Kepemimpinan Teknologi Madrasah Aliyah Swasta Hikmah, Muhammadiyah dan

Al-Asy’ariyah Panjang di Kota Bandarlampung? C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui perbedaan Kepemimpinan Teknologi di Madrasah Aliyah Swasta Al-Hikmah, Muhammadiyah dan Al-Asy’ariyah Panjang di Kota Bandarlampung yang senjang secara digital.

2. Mengetahui pengaruh Kepemimpinan Teknologi Terhadap Kesenjangan digital di Madrasah Aliyah Swasta Hikmah, Muhammadiyah dan

Al-Asy’ariyah Panjang di Bandarlampung. D. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Teoritis

Secara teoritis penemuan penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu komunikasi di bidang Komunikasi Pembangunan, khususnya Komunikasi Inovasi di bidang TIK.


(32)

2. Kegunaan Praktis

Secara praktis penemuan Model e-Leadership Kepala Sekolah di Madrasah Aliyah Swasta ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemegang kebijakan dalam merancang strategi mentransformasi pendidikan modern melalui e-education yaitu bagi Kementrian Pendidikan Nasional, Dinas Pendidikan Propinsi dan khususnya Dinas Pendidikan Kota Bandarlampung.


(33)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Leadership 1. Pengertian Leadership

Leadership merupakan terjemahan dari kepemimpinan dan untuk memberikan definisi terhadap kepemimpinan ini tidaklah mudah. Sebab untuk memberikan pengertian tentang kepemimpinan ini tergantung dari segi mana kita memandangnya. Ada beberapa pengertian tentang kepemimpinan yang tergambarkan sebagai berikut:

1. Kepemimpinan sebagai suatu fokus dari beberapa proses dalam rangka mencapai tujuan. Dalam hal ini kita dapat melihat dengan realita bahwa seorang pemimpin merupakan berbagai sumber kebijaksaan.

2. Kepemimpinan sebagai kepribadian dengan segala efeknya menggambarkan bahwa seorang pimpinan pribadinya menggambarkan pribadi organisasi yang dipimpinnya.

3. Kepemimpinan sebagai seni di dalam mengupayakan tercapainya pemenuh kebutuhan.


(34)

4. Kepemimpinan merupakan sumber aktifitas untuk mempengaruhi orang lain agar bertindak dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan sekolah.

5. Kepemimpinan sebagai pemrakarsa dan sebagai pencetus inovasi baru, untuk lebih efesien dan efektifnya mencapai tujuan organisasi dan sekolah. 6. Kepemimpinan sebagai kumpulan kekuasaan.

Hal ini terlihat seseorang yang menduduki jabatan tinggi atau pemimpin mempunyai berbagai wewenang dan tanggung jawab. Menurut Prof. Dr. Mr. Prajudi Atmosudirjo dalam bukunya yang berjudul beberapa pandangan umum tentang pengambilan keputusan, menulis kepemimpinan sebagai berikut :

“Kepemimpinan adalah kepribadian seseorang yang menyebabkan sekelompok orang lain mencontoh atau mengikutinya. Kepemimpinan adalah kepribadian yang memancarkan pengaruh wibawa, sedemikian rupa sehingga sekelompok orang mau melakukan apa yang dikehendakinya”.

Berbagai studi tentang kepemimpinan bisa dikelompokan menjadi tiga pendakatan, yaitu yang mendasarkan atas traits (sifat dan kualitas yang diperlukan seseorang untuk menjadi pimpinan kesatu, yang mempelajari prilaku (beharvior) yang diperlukan untuk menjadi pemimpin yang efektif. Kedua pendekatan yang menganggap bahwa apabila seseorang mempunyai karakteristik atau kualitas dan prilaku tertentu, akan menjadi seorang pemimpin dalam situasi apapun ia ditetapkan. Pendekatan ketiga adalah pendekatan contigency yang berdasarkan atas faktor-faktor situasional, untuk menentukan gaya kepemimpinan yang efektif.


(35)

2. Unsur Yang Harus Dipenuhi Dalam Kepemimpinan a. Pengikut/ followership

Adanya kepemimpinan ini disebabkan adanya followership. Seseorang menjadi pemimpin karena ada beberapa orang yang berkendak untuk mengikuti yaitu bertindak sesuai dengan keinginan pemimpinnya. Pada umunya followeship ini dapat di klasifikasikan menjadi 5 golongan yaitu:

1. Followership yang berdasarkan naluri.

Terjadi beberapa pengikut dalam hal ini dikarenakan adanya dorongan pada mereka untuk menaruh kepercayaan pada seseorang sehingga mereka bersedia untuk bertindak tertentu yang dikendalikan oleh orang yang mendapat kepercayaan. Orang yang menerima kepercayaan ini dianggap sebagai pemimpin karena dia dianggap mampu melindungi kepentingan atas orang-orang yang menaruh kepercayaan tadi. Kepemiminan dengan kepengikutan jenis ini disebut dengan kepemimpinan karismatis yang berarti kepatuhan karena percaya.

2. Followership yang berdasarkan agama.

Ini ditimbulkan karena beberapa orang memandang bahwa ada orang lain mempunyai kelebihan dalam bidang keagamaan. Kita ketahui bersama agama merupakan kepercayaan tingkat tinggi.

3. Followership yang berdasakan tradisi.


(36)

4. Followership berdasakan rasio.

Timbul dikalangan orang-orang cendikiawan/pelajar yang terlihat adanya demokratis didalam mengambil keputusan.

5. Followership berdasarkan peraturan.

Ini terlihat pada organisasi dan lembaga sekolah dimana hubungan antara orang yang satu dengan orang yang lain ditata menurut aturan-aturan yang sudah ada atau di setujukan secara bersama-sama.

6. Tujuan

Kepemimpinan timbul karena adanya kepengikutan yang melakukan kerja sama dalam rangkai mencapai tujuan yang telah ditentukan bersama. Dengan adanya tujuan-tujuan tertentu timbul kerja sama dan timbul pula pemimpin untuk mengaturnya.

7. Kegiatan mempengaruhi

Ini berarti bahwa seorang pimpinan dalam aktifitasnya membimbing. Mengontrol dan mengarahkan tindakan orang lain untuk menuju suatu sasaran tertentu.

3. Kepemimpinan Yang Efektif

Kepemimpinan yang efektif sangat penting untuk kelangsungan hidup dan keberhasilan sebuah organisasi dan lembaga sekolah. Tak seorangpun yang berpendapat sama mengenai definisi terbaik untuk kepemimpinan, tapi dari definisi-definisi yang ada, setidak-tidaknya dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan mengandung arti bahwa seorang pemimpin mempengaruhi


(37)

orang lain (bawahannya) supaya lebih bekerja keras dalam tugasnya, atau merubah kelakuan mereka.

Sangatlah penting untuk dibedakan “kepemimpinan” dengan kepemimpnan yang efektif. Untuk melihat efektif tidaknya suatu kepemimpinan, kita harus melihat hasil kepemipinan itu. Yang biasa dijadikan kriteria kepemimpnan yang efektif yaitu hasil kerjasama atau prestasi kelompok yang dipimpin. Seorang pimpinan yang efektif tidak hanya bisa mempengaruhi bawahan-bawahannya, tapi juga bisa menjamin bahwa para bawahannya tersebut bekerja dengan seluruh kemampuan mereka.

Kepemimpinan yang efektif adalah dimana pemimpinan harus mempunyai semangat tinggi yang melebihi semangat dari bawahannya sehingga rasa percaya sangat kuat untuk menjalankan kepemimpinan dan mempunyai tujuan jelas untuk menyongsong kearah yang lebih maju. Tidak mudah untuk menjalankan kepemipinan yang efektif, apalagi berkembangan zaman sudah modern jadi pemimpin harus mengikuti zaman yang modern, contohnya: dizaman modern ini teknologi sudah berkembang pesat. Siapapun kita semua harus tahu teknologi karena itu salah satu tuntutan untuk kita semua agar kita bisa mengikuti perkembangan zaman. Di zaman yang modern seorang leader harus tahu teknologi informasi dan komunikasi agar bisa mengaplikasikan ke pada bawahannya.


(38)

B. Tinjauan e-Leadership 1. e-Leadership

Leadership atau kepemimpinan tidak terbatas hanya pada suatu kedudukan atau pekerjaan; kepemimpinan mencakup wawasan yang lebih luas. Untuk menjadi seorang pemimpin seseorang perlu memiliki visi dan imajinasi. Burke (2008) mendefinisikan kepemimpinan sebagai “... the ability to bring people, tools and resources together to solve problems and achieve results”. Di era global sekarang ini, seorang pemimpin perlu melangkah lebih jauh, mampu membawa SDM yang dipimpinnya bersama-sama melintas bangsa, geografis, budaya dan batasan-batasan lainnya, dengan memanfaatkan teknologi informasi untuk mencapai tujuan lembaga seolah. Kepemimpinan semacam inilah yang disebut e-Leadership.

e-Leadership adalah suatu istilah yang menyandingkan “e” sebagai simbol bagi hal-hal yang berkaitan dengan elektronik, internet, atau dunia digital dengan “leadership” (kepemimpinan) yang bermakna kemampuan seseorang untuk menggerakkan atau mempengaruhi orang-orang yang dipimpinnya dalam rangka mencapai tujuan organisasi (Kasali, 2008).e-Leadership adalah kepemimpinan yang menggabungkan konsep yang telah ada pada saat ini yaitu kepemimpinan dengan perkembangan teknologi. Menurut Budvytyte (2006) menyatakan bahwa e-Leadership terdiri dari 2 elemen dasar: teknologi dan kepemimpinan.

Bahkan menurut Alan Keith (pengusaha suskes di Amerika), kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk menfasilitasi (dari kata to facilitate yang


(39)

berarti membuat sesuatu menjadi mudah) atau menggiatkan orang lain untuk melakukan sesuatu yang luar biasa. Jadi, dalam konteks ini, e-Leadership dapat secara bebas diartikan sebagai kepemimpinan yang memanfaatkan teknologi informatika untuk menggerakkan suatu tujuan tertentu dalam konteks ini bagaimana e-Leadership kepala sekolah untuk membangun kinerja bawahannya yaitu guru, admistrasi dan siswa – siswi dalam rangka menerapkan teknologi informatika dan komunikasi.

e-Leadership menjadi penting untuk dimasukkan dalam kiteria kepemimpinan kepala sekolah ke depan karena teknologi informatika sudah berkembang luas. Hal ini seiring dengan pesatnya penetrasi teknologi informatika sehingga kepala sekolah, guru, admistrasi dan murid wajib untuk tahu atau mempelajarinya. Namun, juga layanan data (internet). Bahkan, saat ini sudah ada pusat layanan internet di tiap sekolah Madrasah Aliyah Swasta di Bandar Lampung yang merupakan program Telkom Indonesia (indischool) penyediaan internet bagi guru dan siswa – siswi . Artinya, sudah saatnya teknologi ini dimanfaatkan dalam sekolah untuk menghasilkan kegiatan pendidikan berkualitas.

2. Konsep dan Penerapan Cara Kerja e-Leadership

Perencanaan merupakan fungsi dan tugas pertama seorang pemimpin dalam hal ini kepala sekolah. Perencanaan merupakan suatu arah tindakan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Karena itu, Edhy Sutana (2003: 43-44) mendefinisikan rencana sebagai penggabungan antara tujuan yang hendak dicapai dan kegiatan-kegiatan yang perlu dilaksanakan untuk mencapai tujuan


(40)

tersebut. Membuat perencanaan yang baik dapat dilakukan dengan cara memahami dan menerapkan konsep dan cara kerja e-Leadership. Konsep dan penerapan cara kerja e-Leadership dalam kegiatan perencanaan adalah suatu konsep pembuatan dan penggunaan teknologi informasi yang dapat mendukung perumusan dan pembuatan perencanaan seorang kepala sekolah.

Pengorganisasiaan merupakan salah tugas dan fungsi e-Leadership kepala sekolah. Kegiatan ini memegang peranan yang penting dalam menentukan keberhasilan pelaksanaan e-Leadership kepala sekolah dan tingkat prestasi kinerja yang telah ditetapkan pada tahap perencanaan. Melalui kegiatan pengorganisasian seorang kepala sekolah dituntut untuk bisa mengatur setiap kegiatan dan pengalokasian semua sumber daya yang dibutuhkan sehingga tingkat prestasi kinerja yang telah ditetapkan dapat dicapai. Konsep dan cara kerja e-Leadership dapat diterapkan pada kegiatan pengorganisasian dengan cara menciptakan sumber daya manusia yang mengerti teknologi.

Pengarahan dan Pendelegasian untuk dapat mencapai target prestasi kinerja yang sudah direncanakan dan ditetapkan, seorang kepala sekolah harus bisa memberikan pengarahan dan melakukan pendelegasian kepada bawahannya dengan baik. Dengan menerapkan konsep dan cara kerjae-Leadership, maka kepala sekolah dapat memberikan pengarahan dan pendelegasian tugas kepada bawahan dengan menggunakan berbagai media teknologi informasi misalnya e-mail, yahoo messenger dan software lainnya. Dengan demikian, penerapan konsep dan prinsip kerja e-Leadership memungkinkan kepala


(41)

sekolah dapat melakukandan melaksanakan fungsi pengarahan dan pendelegasian.

Pengendalian merupakan kegiatan yang memungkinkan kegiatan-kegiatan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan (rencana) yang telah ditetapkan sebelumnya. Masing-masing kepala sekolah sebagai organisatoris memerlukan pengendalian untuk menilai prestasi yang dihasilkan. Melalui pengendalian seorang pemimpin dapat menggambarkan suatu perbandingan antara kinerja nyata dengan kinerja yang direncanakan. Konsep dan cara kerja e-Leadership dapat diterapkan dalam kegiatan pengendalian dengan cara membangun sistem informasi dan komunikasi yang dapat menunjang suatu pengendalian yaitu pengendalian para kepala sekolah, guru dan admistrasi sekolah Madrasah Aliyah Swasta dalam menerapkan teknologi informasi dan komunikasi ke para murid-muridnya dan sebaliknya kepala sekolah dan guru harus mengerti dulu tentang TIK dalam menunjang keberhasilan sekolah dalam e-Leadaership yang sudah direncanakan. Pengendalian adalah faktor yang penting dalam menunjang dalam suatu keberhasilan sekolah tersebut.

3. Peran-peran e-Leadeship

Menurut Burke (2008), peran-peran yang harus dijalankan oleh e-Leadership sebagai berikut:

a. Visionary: memiliki kemampuan untuk melihat gambaran yang besar dan menterjemahkannya kepada anggota organisasinya.


(42)

b. Convener: memiliki kemampuan untuk mengelola perbedaan anggota dan membawa organisasinya ke arah tujuan yang jelas dan pemecahan masalah.

c. Team sponsor: memiliki kemampuan untuk membentuk dan mengarahkan kelompok kerja nyata dan kelompok virtual.

d. Manager: memiliki kemampuan untuk mengupayakan dan mengalokasikan sumber-sumber organisasi dengan penuh tanggungjawab, dan kemampuan untuk mengelola organisasi nyata dan virtual.

e. Innovator: memiliki kemampuan untuk menemukan cara-cara baru untuk pekerjaan-pekerjaan di luar tugas pokok dan fungsinya.

f. Mentor: memiliki kemampuan untuk membimbing dan mengarahkan calon-calon pemimpin baru di lingkungan organisasinya.

C. Tinjauan Kepala sekolah

Keberhasilan sekolah dalam mencapai tujuannya merupakan refleksi dari keberhasilan kepala sekolah sebagai pimpinan sekolah. Sebagai kekuatan sentral yang menjadi penggerak kehidupan sekolah, kepala sekolah harus memahami tugas dan fungsinya demi keberhasilan sekolah serta memiliki kepedulian kepada para guru, staf dan peserta didik. Wahyusumidjo (2007:81) menjelaskan bahwa kepala sekolah yang berhasil apabila memahami keberadaan sekolah sebagai organisasi yang kompleks dan unik, serta mampu melaksanakan peran kepala sekolah sebagai seseorang yang diberi tanggung jawab untuk memimpin sekolah.


(43)

Keberhasilan sekolah adalah keberhasilan kepala sekolah. Keberhasilan kepala sekolah dalam memimpin sekolahnya dapat dilihat dari produk yang dihasilkan oleh proses transformasi kepemimpinannya, seperti : (1) penampilan para guru dan peserta didik, (2) tercapainya tujuan pendidikan di sekolah, (3) pertumbuhan prestasi sekolah, (4) muncul kepuasan terhadap kepemimpinan kepala sekolah, (5) muncul tanggung jawab terhadap tujuan sekolah, (6) muncul dukungan dari para guru dan pegawai terhadap kedudukan dan jabatan kepala sekolah.

Peningkatan mutu pendidikan persekolahan sangat ditentukan oleh kemampuan kepala sekolah dalam memberdayakan staf pengajar dan anggotanya. Peran utama kepala sekolah antara lain adalah mengembangkan agar sekolah menjadi lembaga pendidikan yang baik dan mampu mencapai tujuan pendidikan. Kepala sekolah bertanggungjawab menjaga dan memotivasi guru, peserta didik, dan staf administrasi sekolah agar mampu melaksanakan ketentuan dan peraturan yag berlaku di sekolah. Di sinilah esensi bahwa kepala sekolah harus mumpuni menjalankan peran kepala sekolah. Kepala sekolah juga dituntut mampu berperan sebagai seorang pemimpin profesional.

Menurut Wahjosumidjo (1999) sekolah yang berhasil adalah sekolah yang memiliki pemimpin (leader) yang berhasil. Kepemimpinan sekolah yang “baik” akan menciptakan kultur sekolah yang berhasil mendorong guru bekerja dengan penuh dedikasi dan siswa belajar keras tanpa paksaan. Dengan kata lain, Wahjosumidjo mengisyaratkan pentingnya pemimpin


(44)

sekolah yaitu kepala sekolah yang memiliki harapan tinggi terhadap guru dan siswa.

D. Tinjauan kesenjangan digital

1. Pengertian kesenjangan digital (digital divide)

Tidak dapat dipungkiri bahwa teknologi informasi dan komunikasi menjadi salah satu faktor determinan dalam arus globalisasi, yang didalamnya juga menyangkut tentang bagaimana negara memanfaatkannya termasuk dalam agenda pembangunan. Namun yang menjadi masalah kini adalah kemampuan negara dalam hal tersebut didapati tidak merata dan akhirnya teknologi informasi menciptakan sebuah gap atau pengkelompokan tertentu. Digital divide atau kesenjangan digital dapat dipahami sebagai pembagian kelompok atas kemampuan terhadap penguasaan ekonomi informasi digital.

Berdasarkan OECD tahun 2001 (13), kesenjangan digital didefinisikan sebagai berikut:

"....the gap between individuals, households, businesses and geographic areas at different socio-economic levels with regard both to their opportunities to acces information and communication technologies (ITs) and to their use of the Internet for a wide variety of activities".

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kesenjangan terjadi antara tingkat individu, rumah tangga, bisnis, dan area geografi yang tingkat sosial ekonominya berbeda, berdasarkan kesempatan mereka untuk mengakses teknologi informasi dan komunikasi.

Ada beberapa pengertian kesenjangan digital (digital divide) sebagai berikut: 1. Menurut Kamus Komputer dan Teknologi Informasi.


(45)

Digital divide yaitu istilah yang digunakan untuk menerangkan jurang perbedaan antara mereka yang mempunyai kemampuan dalam hal akses, dan pengetahuan dalam penggunaan teknologi modern, dengan mereka yang tidak berpeluang menikmati teknologi tersebut.

2. Menurut Inpres No.3 Tahun 2003.

Disebutkan bahwa digital divide, yaitu keterisolasian dari perkembangan global karena tidak mampu memanfaatkan informasi.

3. Menurut Dr. Craig Warren Smith (Investor Group Against Digital Divide). Digital divide (kesenjangan digital) yaitu kesenjangan antara mereka yang mendapatkan keuntungan dari teknologi dan mereka yang tidak mendapatkannya.

2. Penyebab terjadinya kesenjangan digital a. Infrastruktur

Infrastruktur merupakan sebuah fasilitas pendukung, seperti infrastruktur internet, komputer perangkat keras dan perangkat lunak, listrik dan lain-lain. Contoh mudah mengenai kesenjangan infrastruktur ini, orang yang punya akses ke komputer bisa bekerja dengan cepat. Ia bisa menulis lebih cepat di bandingkan mereka yang masih menggunakan mesin ketik manual.

Contoh yang lain, orang yang mempunyai akses ke komputer internet, pasti lebih tahu duluan tentang informasi-informasi yang sedang


(46)

hangat-hangatnya dibandingkan dengan orang yang jarang mengakses komputer internet.

b. Kekurangan skill (SDM)

Sumber daya manusia sangat berpengaruh dalam dunia ilmu teknologi dan informasi karena SDM ini menentukan biasa tidaknya seorang mengoperasikan atau mengakses sebuah informasi. SDM juga bagian penting dari teknologi yang sudah ada.

c. Kekurangan isi / materi (content)

Konten berbahasa Indonesia menentukan bisa tidaknya seorang dapat mengerti mengakses Internet, di Indonesia terutama kota-kota tingkat pendidikan sudah lebih tinggi. Jadi, sedikit banyak sudah mengerti bahasa Inggris. Sedangkan yang di desa, seperti petani-petani, mereka masih sangat kurang dalam menggunakan bahasa asing (Inggris).

d. Kurangnya pemanfaatan akan internet itu sendiri

Berbicara mengenai kesenjangan digital, bukanlah semata-mata persoalan infrastuktur. Banyak orang memiliki komputer, bahkan setiap hari, setiap jam- bisa mengakses Internet tetapi "tidak menghasilkan apapun". Misal, ada si A punya akses ke komputer dan Internet. Tapi yang dia lakukan hanya chatting yang biasa-biasa saja. Tentu saja, ia tidak bisa menikmati keuntungan-keuntungan yang diberikan oleh teknologi digital. Itu artinya, kesenjangan digital tidak hanya bisa dijawab dengan penyediaan infrastruktur saja. Infrastruktur tentu dibutuhkan tetapi persoalannya adalah ketika orang punya komputer dan bisa mengakses Internet,


(47)

pertanyaan berikutnya adalah, "apa yang mau diakses? Apa yang mau dia kerjakan dengan peralatan itu, dengan keunggulan-keunggulan teknologi itu.

E. Tinjauan Inovasi 1. Pengertian Inovasi

Rogers (1961) dalam Mulyana S. (2009) mendefinisikan Inovasi sebagai, suatu bentuk komunikasi yang bersifat khusus berkaitan dengan penyebaran pesan-pesan yang berupa gagasan baru.Selanjutnya, definisi difusi menyangkut “which is the spread of a new idea from its source of invention or creation to its ultimate users or adopters.”

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, inovasi adalah pemasukan atau pengenalan hal-hal yang baru, pembaharuan, penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau sudah dikenal sebelumnya. Sesuatu yang baru ini dapat berupa gagasan, metode atau alat.

Rogers dan Shoemaker (1971) mengartikan inovasi sebagai: ide-ide baru, praktek-praktek baru, atau obyek-obyek yang dapat dirasakan sebagai sesuatu yang baru oleh individu atau masyarakat sasaran penyuluhan. Sedangkan Lionberger dan Gwin (1982) mengartikan inovasi tidak sekadar sebagai sesuatu yang baru, tetapi lebih luas dari itu, yakni sesuatu yang dinilai baru atau dapat mendorong terjadinya pembaharuan dalam masyarakat.

Oleh karena itu dari pengertian inovasi yang sudah diberikan oleh para ahli di atas, dapat kita tarik pernyataan secara umum bahwa inovasi adalah suatu ide,


(48)

gagasan, barang, kejadian, metode, yang diyakini sebagai sesuatu yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang, baik berupa hasil penemuan maupun pembaharuan guna mencapai tujuan. Sesuatu yang baru disini mengandung ketidaktentuan (uncertainty), artinya sesuatu yang mengandung berbagai alternatif kemungkinan, sesuatu yang tidak tentu, bagi seseorang yang mengamati, baik mengenai arti, bentuk, manfaat, dan sebagainya.

2. Beberapa elemen yang menentukan kegiatan adopsi, antara lain: a. Atribut inovasi

 Keuntungan relative (relative advantage)  Kesesuaian (compatibility)

 Kerumitan (complexity)

 Kemungkinan di coba (trialability)  Kemungkinan diamati (observability)

b. Jenis keputusan inovasi

 Keputusan inovasi opsional (keputusan individu tanpa pengaruh sistem

sosial)

 Keputusan inovasi kolektif (keputusan bersama berdasarkan kesepakatan

anggota sistem sosial)

 Keputusan inovasi otoritas (keputusan oleh seseorang atau sekelompok

orang yang berkedudukan, status, wewenang atau kemampuan yang lebih tinggi)


(49)

c. Saluran komunikasi  Sumber

 Media/khalayak  Objek/interpersonal

d. Sifat sistem sosial  Norma masyarakat

 Toleransi terhadap penyimpangan  Pola komunikasi

3. Adopsi Inovasi dalam Bidang TIK

Perkembangan teknologi, terutama Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), telah mempengaruhi seluruh aspek kehidupan manusia. Di era modern saat ini, informasi sudah menjadi kebutuhan yang sangat vital bagi seluruh kalangan, teknologi juga sangat berperan penting di era modern ini, sedangkan komunikasi juga bagian yang paling penting di kehidupan kita istilahnya komunikasi adalah jantungnya jika komunikasi tidak ada maka kita tidak dapat berinteraksi dan hidup. Hampir semua bidang kebutuhan tak lepas dari dunia teknologi informasi dan komunikasi.

Sepanjang tahun 2012, penetrasi internet di Indonesia mencapai 30 persen. Hal ini disebabkan oleh penggunaan media sosial masyarakat indonesia yang meningkat tajam. Tidak hanya sosial media, Pertumbuhan penggunaan internet yang signifikan juga terlihat pada pengunduhan perangkat lunak (software), yaitu tumbuh dari 33 persen menjadi 37 persen.


(50)

Keterangan diatas sangat didukung oleh sebuah survei yang diselenggarakan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mengungkapkan bahwa jumlah pengguna internet di Indonesia tahun 2012 mencapai 63 juta orang atau 24,23 persen dari total populasi negara ini.

Adopsi inovasi dalam bidang TIK yang sudah banyak dilakukan di Indonesia dapat dilihat dalam berbagai bidang antara lain:

a. Biasanya adopsi TIK dalam bidang kesehatan lebih kenal dengan e-Health. Contohnya yaitu dengan adanya USG (ultrasonografi) yang bermanfaat untuk melihat organ dalam, Radiologi yang digunakan untuk melihat tulang dan sebagainya.

b. Dalam bidang pemerintahan dan pelayanan public, adopsi inovasi TIK lebih sering dikenal dengan e-government. Tujuan pemanfaatan TIK dalam pemerintahan adalah agar pelayanan kepada masyarakat dalam lebih efisien. TIK juga dapat memberdayakan masyarakat karena dengan adanya infrastruktur e-government akan lebih mudah dan lebih cepat untuk mengakses informasi dari pemerintah. Selain itu, TIK dapat mendukung pengelolaan pemerintahan yang lebih efisien, dan bisa meningkatkan komunikasi antara pemerintah dengan sektor usaha dan industri.

c. Dalam bidang ekonomi dan bisinis serta dunia perbankan, adopsi inovasi TIK lebih dikenal dengan istilah e-commerce, e-business dan e-banking. Dengan adanya adopsi ini memudahkan para pelaku ekonomi, bisnis dan perbankan dalam melakukan aktivitasnya. Contoh adanya layanan internet


(51)

yang digunakan dalam proses penjualan saham yang biasanya dijalankan oleh para Trader atau biasa di kenal dengan akuntan. Contoh lain dari aplikasi TIK pada bidang perbankan adalah seorang nasabah dapat menarik uang dimanapun dia berada selama masih ada layanan ATM (Anjungan Tunai Mandiri) dari bank tersebut, atau seorang nasabah dapat mengecek saldo dan mentransfer uang tersebut ke rekening yang lain hanya dalam hitungan menit saja, semua transaksi dapat dilakukan.

d. Tak terkecuali dengan dunia pendidikan. Teknologi informasi dan komunikasi, terutama internet atau lebih terkenal dengan istilah e-learning, sudah mulai diintegrasikan dalam dunia pendidikan guna mendukung kegiatan belajar mengajar. Penerapan TIK pada bidang pendidikan telah memberikan kontribusi bagi perkembangan teknologi pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran sehari-hari sering dijumpai kombinasi teknologi audio data, video data, audio video, dan internet.

4. Tahapan dari Proses Adopsi Inovasi

Rogers E.M dan Shoemaker G.F., dalam Mulyana S. (2009) mengemukakan bahwa ada 4 (empat) tahap, proses adopsi inovasi yaitu:

a. Tahap munculnya pengetahuan (Knowledge) ketika seorang individu (atau unit pengambil keputusan lainnya) diarahkan untuk memahami eksistensi dan keuntungan/manfaat dan bagaimana suatu inovasi berfungsi. Pada tahap ini, seseorang belum memiliki informasi mengenai inovasi baru. Untuk itu informasi mengenai inovasi tersebut harus disampaikan melalui berbagai saluran komunikasi yang ada.


(52)

b. Tahap persuasi (Persuasion) ketika seorang individu (atau unit pengambil keputusan lainnya) membentuk sikap baik atau tidak baik.

c. Tahap pengambilan keputusan (Decisions) muncul ketika seorang individu atau unit pengambil keputusan lainnya terlibat dalam aktivitas yang mengarah pada pemilihan adopsi atau penolakan inovasi.

d. Tahapan implementasi (Implementation), ketika seorang individu atau unit pengambil keputusan lainnya menetapkan penggunaan suatu inovasi sambil mempelajari tentang inovasi tersebut.

e. Tahapan konfirmasi (Confirmation), ketika seorang individu atau unit pengambil keputusan lainnya mencari penguatan terhadap keputusan penerimaan atau penolakan inovasi yang sudah dibuat sebelumnya.

F. Tinjauan Komunikasi Inovasi dibidang TIK

Di era globalisasi peranan TIK menjadi semakin penting digunakan untuk mengungkapkan data dan fakta menjadi sebuah informasi yang bisa dimanfaatkan. Kontribusi TIK tidak terlepas dari suatu tanggung jawab agar data dan fakta pendidikan dapat dikumpulkan, dikelola, disimpan, diteliti, dibuktikan dan disebarkan agar masyarakat mendapatkan informasi penting dengan benar secara efektif dan efisien. TIK pada hakikatnya adalah alat untuk mendapatkan nilai tambah dalam menghasilkan suatu informasi yang cepat, lengkap, akurat, transfaran dan mutakhir. Salah satu manfaat yang dapat dirasakan dalam kontribusi TIK adalah teknologi internet. Internet sebagai media informasi telah memberikan peluang bagi setiap orang.


(53)

Komunikasi inovasi dibidang TIK dalam dunia pendidikan sangat beragam. Banyak sekali sekarang sekolah-sekolah sudah menerapkan TIK di sekolahnya tapi menerapkan dengan inovasi. Salah satu contohnya, sekolah yang menerapkan e-Learning.

Penggunaan TIK dan e-Learning di dunia pendidikan pada saat ini sangat banyak sekali, itu juga salah satu metode pembelajaran baru yang sudah di perbarui dengan komunikasi inovasi. Secara sederhana e-learning dapat dipahami sebagai suatu proses pembelajaran yang memanfaatkan teknologi informasi berupa komputer yang dilengkapi dengan sarana telekomunikasi (internet, intranet, ekstranet) dan multimedia (grafis, audio, video) sebagai media utama dalam penyampaian materi dan interaksi antara pengajar (guru/dosen) dan pembelajar (siswa/mahasiswa).

Model pembelajaran berbasis ICT dengan menggunakan e-learning berakibat pada perubahan budaya belajar dalam kontek pembelajarannya. Setidaknya ada empat komponen penting dalam membangun budaya belajar dengan menggunakan model e-learning di sekolah. Pertama, siswa dituntut secara mandiri dalam belajar dengan berbagai pendekatan yang sesuai agar siswa mampu mengarahkan, memotivasi, mengatur dirinya sendiri dalam pembelajaran. Kedua, guru mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan, memfasilitasi dalam pembelajaran, memahami belajar dan hal-hal yang dibutuhkan dalam pembelajaran. Ketiga tersedianya infrastruktur yang memadai dan yang ke empat administrator yang kreatif serta penyiapan infrastrukur dalam memfasilitasi pembelajaran.


(54)

G. Landasan Teori

1. Tinjauan tentang Teori Chin dan Chang

Menurut (Chang dan Cheng, Jurnal, Chin, J. M., & Hsu, C.-M. 2008 hal 229 – 245 ). Teachers’ Perceptions of the Dimensions and Implementation of Technology Leadership of Principals in Taiwanese Elementary Schools. Educational Technology & Society. Dalam lingkungan ledakan informasi modern, teknologi pendidikan menjadi semakin penting hari demi hari dan keterampilan kepemimpinan teknologi yang efisien adalah kunci sukses kebijakan dan rencana pendidikan teknologi.

Peran kepemimpinan teknologi muncul berarti bahwa kepala sekolah tidak bisa mengabaikan manajemen sekolah berbasis teknologi. Dengan asumsi peran kepemimpinan teknologi memerlukan promosi melek teknologi untuk mempersiapkan siswa berteknologi informasi. Pemimpin memiliki peran baru menjadi semakin penting di sekolah. Peran utama telah bergeser dari fokus yang sempit pada manajemen untuk lingkup yang lebih luas terhadap praktik belajar, mencermikan visi pembangunan, memfasilitasi dan mendukung pemimpinan untuk menciptakan perubahan, pendidikan berkelanjutan dan perbaikan dalam akuntabilitas didefinisikan arena seperti dikutip dalam Orr dan Barber, 2006 dalam (Jurnal, Chin, J. M., & Hsu, C.-M. (2008). Teachers’ Perceptions of the Dimensions and Implementation of Technology Leadership of Principals in Taiwanese Elementary Schools. Educational Technology & Society11 (4), 229–245).


(55)

Para peneliti telah menyarankan bahwa para pemimpin sekolah untuk membantu bidang administrasi sekolah untuk menerapkan teknologi dengan cara yang menguntungkan, kepemimpinan mereka harus: (1) memberdayakan team kerja anggota pada guru dan staf, (2) mengidentifikasi peran kepala sekolah selama integrasi teknologi, (3) memahami keterkaitan dan kompleksitas peran teknologi kepala sekolah, dan (4) menetapkan informasi awal pada teknologi kepala sekolah dalam proses integrasi.

Ada beberapa fase terhadap efektifitas kepemimpinan teknologi dalam jurnal, Chin, J. M., & Hsu, C.-M.(2008). Teachers’ Perceptions of the Dimensions and Implementation of Technology Leadership of Principals in Taiwanese Elementary Schools. Educational Technology & Society 11(4), 229–245) Tahun 1990: Menurut Corry, Kepemimpinan yang efektif merupakan elemen kunci untuk keberhasilan setiap inovasi pendidikan atau program baru instruksional sekolah. Tahun 1994: Menurut Kearsley dan Lynch, Sebuah elemen teknologi kepemimpinan adalah kemampuan untuk mengembangkan dana mengartikulasikan sebuah visi bagaimana teknologi dapat menghasilkan perubahan pendidikan. Tahun 1997: Menurut Bailey, teknologi keterampilan kepemimpinan yang diperlukan untuk kepala sekolah mengejar teknologi pendidikan baru dan bermunculan untuk sekolah mereka. Tahun 1998: Menurut Inkster, kepala sekolah yang efektif harus secara aktif terlibat dalam semua aspek teknologi pendidikan. Sedangkan menurut Stegall, menunjukkan bahwa kepemimpinan pelaku teknologi penting diterapkan mulai dari sekolah-sekolah dasar.


(56)

Literatur pendidikan terakhir adalah penuh dengan penelitian yang berkaitan dengan kepemimpinan teknologi (Anderson & Dexter, 2000; Pendidikan Appalachia Lab, 2000; Bailey, 1997; Brush, 1998; Ferris & Roberts, 1994; Jewell, 1998; Keating Stanford, Diri, & Monniot, 1999; Kowch & Walker, 1996; Robinson, 1994; Thomas & Knezek, 1991). Educational Technology & Society 11 (4), 229–245) menyatakan bahwa kepemimpinan teknologi mendukung keterampilan interpersonal, pengetahuan tentang berbagai aplikasi teknologi saat ini, dan visi untuk mengantisipasi masa depan solusi berbasis teknologi untuk pendidikan. Murphy dan gunter (1997 Jurnal, Chin, J. M., & Hsu, C.-M. (2008). Teachers’ Perceptions of the Dimensions and Implementation of Technology Leadership of Principals in Taiwanese Elementary Schools. Educational Technology & Society11 (4), 229–245) juga menyarankan bahwa kepemimpinan harus memberikan contoh dan dukungan teknologi komputer untuk menghasilkan integrasi kurikulum yang lebih efektif dari teknologi oleh para guru. Potensi manfaat kepemimpinan yang baik dapat mencakup akademik ditingkatkan prestasi oleh siswa, kehadiran mahasiswa ditingkatkan dan mengurangi gesekan, persiapan kejuruan yang lebih baik dari siswa, operasi administrasi yang lebih efisien dan mengurangi guru atau staf kejenuhan. Pemimpin sekolah memainkan peran penting dalam melaksanakan dan meningkatkan pendidikan teknologi di sekolah mereka.

Melihat dari literatur empiris tentang kepemimpinan kepala sekolah secara umum dan khususnya efektivitas mereka sebagai teknologi kepemimpinan, lima dimensi utama dari kepemimpinan teknologi pelaku akan diperiksa dengan fungsi sebagai konseptual kerangka kerja untuk studi: visi,


(57)

perencanaan dan manajemen, pengembangan staf dan pelatihan, teknologi dan dukungan infrastruktur, evaluasi dan penelitian, dan interpersonal dan kemampuan komunikasi yang disebut lima dimensi dipilih karena mereka adalah inti pelaku dalam menangani tugas-tugas mengajar dan serta sebagai operasi administrasi dengan teknologi di sekolah mereka.

Dimensi Kepemimpinan Teknologi (Chin dan Chang, 2008 dalam jurnalnya,.Teachers’ Perceptions of the Dimensions and Implementation of Technology Leadership of Principals in Taiwanese Elementary Schools. Educational Technology & Society11 (4), 229–245).

1. Visi, Perencanaan dan Manajemen

Mengartikulasikan sebuah visi bersama untuk menggunakan teknologi, mengembangkan visi dan rencana jangka panjang teknologi, menggunakan teknologi secara efisien dalam mengelola operasi administratif.

2. Pengembangan Staf dan Pelatihan

Misalnya: Memberikan layanan pelatihan untuk akuisisi keahlian khusus, mengalokasikan sumber daya untuk service training individu.

3. Teknologi dan Dukungan Infrastruktur

Misalnya: Mengadakan dukungan teknologi yang memadai, mencari sumber pendanaan eksternal untuk teknologi.


(58)

4. Evaluasi, Penelitian dan Penilaian

Misalnya: Menerapkan prosedur evaluasi untuk pertumbuhan profesional guru dalam teknologi, mengevaluasi menggunakan teknologi dalam program instruksional.

5. Keterampilan Interpersonal dan Komunikasi

Misalnya: Menunjukan dan mempertahankan hubungan yang positif, memahami kebutuhan dan keprihatinan guru.

Dimensi dan indikator kinerja teknologi kepemimpinan kepala sekolah yang dikemukan oleh Chin and Chan, meliputi:

a. Visi, Perencanaan dan Manajemen

1. Jelas mengartikulasi visi bersama untuk menggunakan teknologi di sekolah.

2. Memberdayakan team perencanaan teknologi yang beragam dan inklusif.

3. Advokat untuk sekolah sumber daya teknologi. 4. Mengelola perubahan teknologi secara efektif.

5. Menggunakan teknologi secara efektif dalam mengelola operasi administratif.

b. Pengembangan Staf dan Pelatihan

1. Mendorong teknologi dalam layanan pelatihan.

2. Mendukung pelatihan teknologi dalam layanan desain program. 3. Mendukung pengiriman jasa pelatihan teknologi.


(59)

4. Menyediakan waktu pelatihan teknologi yang berjenjang.

c. Teknologi dan Dukungan Infrastruktur

1. Memastikan fasilitas teknologi yang tepat.

2. Menjamin akses yang sama ke sumber daya teknologi.

3. Memastiakan dukungan teknologi untuk personil sekolah ketika bantuan dibutuhkan.

4. Memperbaiki peralatan tepat waktu dan pemeliharaan.

d. Evaluasi dan Penelitian

1. Mempertimbangkan penggunakan teknologi yang efektif sebagai salah satu komponen penelitian kinerja instruksional staf.

2. Mengevaluasi rencana sekolah teknologi. 3. Mengevaluasi teknologi dalam hal biaya.

4. Mengevaluasi sistem operasional komputer untuk kelas dan laboratorium

5. Memanfaatkan pengelompokan data untuk mengevaluasi penggunaan teknologi.

Dimensi yang dikembangkan oleh Ching dan Chang dapat menjadi indikator bahwa efektivitas kepemanfaatan kepemimpinan teknologi dalam menghadapi menyesuaikan perkembangan teknologi yang sangat pesat.Poin-poin yang menjadi indikator di atas telah disesuaikan dengan beberapa penelitian sebelumnya.


(60)

Dari penjabaran landasan teori ching dan chang di atas adalah salah satu efektifitas kepala sekolah dalam kepemimpinan teknologi (e-leadership) untuk menunjang sekolah lebih baik dan menerapkan kepemimpinan teknologi dalam menghadapi perkembangan teknologi yang begitu pesat.

H. Kerangka Pikir

Menurut Riduwan (2004:25) Kerangka berfikir adalah dasar pemikiran dari penelitian yang disintesiskan dari fakta-fakta, observasi dan telah penelitian. Kerangka pikir memuat teori, dalil atau konsep-konsep yang akan dijadikan dasar dalam penelitian. Uraian dalam kerangka pikir ini menjelaskan antar variabel.

Pada analisis kuantitatif, kerangka pikir ini memuat latar belakang masalah, kemudian masalah yang diteliti, dan dilanjutkan dengan metode serta variabel penelitian. Terakhir kerangka ini biasanya memuat tujuan penelitian, saran atau kesimpulan penelitian. Sebelum ataupun setelah dibuat bagan kerangka pikir penelitian, maka biasanya peneliti membuat penjelasan runtut dan sistematis terkait dengan bagan yang akan / telah dibuatnya tersebut.

Berkaitan dengan penelitian ini, penggunaan teknologi informasi dan komunikasi di sekolah khususnya di Madrasah Aliyah Swasta yang berada di Bandarlampung semakin dibutuhkan karena untuk menunjang sekolah agar sekolah dapat bersaing dengan sekolah lain dalam meningkatkan belajar mengajar. Dalam penelitia ini e-Leadership Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Swasta Al-Hikmah, Muhammadiyah dan Al-Asy’ariyah Panjang yang


(61)

senjang secara digital. Namun di hasil Pra-Riset tahun 2013 peneliti menemukan kesenjangan digital diantara Madrasah Aliyah Swasta di Bandar Lampung yang sekolahnya terdapat labaratorium komputer dan koneksitas, terdapat labaratorium komputer dan tidak ada koneksitas, dan ada yang tidak ada sama sekali laboratorium komputer dan koneksitas.

Dari masalah yang sudah ada tentang e-leadership Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Swasta di Bandarlampung yang senjang secara digital, peneliti menggunakan dimensi e-Leadaership (Chin dan Chang 2008) dan dimensi komunikasi interpersonal untuk mengukur perbedaan di antara 3 Madarasah Aliyah Swasta yang senjang secara digital.

Internet memiliki karakteristik sendiri dibandingkan dengan media-media massa lainnya. Berbagai jenis kontens yang banyak sehingga para kepala sekolah, guru, staf adminitrasi dan murid dapat memanfaatkan fasilitas ini dalam memanfaatkan koneksitas internet. Proses belajar mengajar tidak hanya terjadi didalam kelas dan tidak harus bertatap muka. Pemanfaatan internet dapat memanfaatkan waktu dan ruang yang sangat luas jika digunakan dengan tujuan yang benar. Khususnya para kepala sekolah, mengakses dan dapat memanfaatkan internet dengan beberapa tujuan dan syarat yang disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan sekolah dalam pengguna intenet. Peran kepala sekolah sangat penting dalam menerapkan kepemimpinan teknologi.

Kepemimpinan teknologi dapat meningkatkan penggunaan teknologi untuk memberikan motivasi atau pembelajaran mengenai teknologi dalam bidang


(62)

pendidikan. Kepemimipinan teknologi salah faktor kunci keberhasil sekolah dalam menunjang sekolah ke era digital. Kepemimpinan teknologi ( e-Leadership) saling berkaitan dengan kepala sekolah.

Bagan 1. Kerangka Pikir Penelitian

Dimensi e-leadership (Chin dan Chang, 2008) 1. Visi, Perencanaan dan Manajemen 2. Pengembangan Staf dan Pelatihan 3. Teknologi dan Dukungan Infrastruktur 4. Evaluasi dan Penelitian

Dimensi Komunikasi Interpersonal: 1. Peduli

2. Positif 3. Isu 4. Tekat

Kepala Sekolah

MAS 1 MAS 2 MAS 3


(63)

I. Hipotesisi Penelitian

Hipotesis adalah sebuah taksiran atau referensi yang dirumuskan serta diterima untuk sementara yang dapat menerangkan fakta-fakta maupun kondisi yang sedang diamati sebagai petunjuk dan langkah penelitian selanjutnya.

Berdasarkan kerangka berpikir yang telah ditetapkan, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

Hipotesis 1:

Hi: ada perbedaan e-Leadership kepala sekolah Madrasah Aliyah Swasta Al-Hikmah, Muhammadiyah dan Al-Asy’ariyah Panjang yang senjang secara digital di Bandarlampung.

Ho: tidak ada perbedaan e-Leadership kepala sekolah Madrasah Aliyah Swasta Al-Hikmah, Muhammadiyah dan Al-Asy’ariyah Panjang yang senjang secara digital di Bandarlampung.

Hipotesis 2:

Hi: ada pengaruh kesenjangan digital terhadap kepemimpinan teknologi ( e-Leadership) Madrasah Aliyah Swasta Hikmah, Muhammadiyah dan Al-Asy’ariyah Panjang di Bandarlampung.

Ho: tidak ada pengaruh kesenjangan digital terhadap kepemimpinan teknologi (e-Leadership) Madrasah Aliyah Swasta Al-Hikmah, Muhammadiyah dan Al-Asy’ariyah Panjang di Bandarlampung.


(64)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Penelitian ini menggambarkan e-Leadership Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Swasta di Bandarlampung yang Senjang secara digital. Tipe penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang. (Sujana dan Ibrahim, 1989:65). Penelitian deskriptif memusatkan perhatian kepada pemecahan masalah-masalah aktual sebagaiman adanya pada saat penelitian dilaksanakan.

B. Metode Penelitian

Metode merupakan cara untuk mengungkapkan kebenaran yang objektif. Kebenaran tersebut merupakan tujuan, sementara metode itu adalah cara. Penggunaan metode dimaksudkan agar kebenaran yang diungkapkan benar-benar berdasarkan bukti ilmiah yang kuat. Oleh karena itu, metode dapat diartikan pula sebagai prosedur atau rangkaian cara yang secara sistematis dalam menggali kebenaran ilmiah. Sedangkan penelitian dapat diartikan sebagai pekerjaan ilmiah yang harus dilakukan secara sistematis, teratur dan tertib, baik mengenai prosedurnya maupun dalam proses berfikir tentang


(1)

N 30 30 30 30 29 30 30 30 30 30 30 30 30

x12

Pearson Correlation

.493** .460* .473** .446* .457* .545** .081 .078 -.061 .344 .484** 1 .754**

Sig. (2-tailed)

.006 .011 .008 .013 .013 .002 .670 .681 .750 .062 .007 .000

N 30 30 30 30 29 30 30 30 30 30 30 30 30

x13

Pearson Correlation

.384* .665** .662** .532** .242 .443* .284 .050 .019 .454* .308 .754** 1

Sig. (2-tailed)

.036 .000 .000 .002 .206 .014 .129 .794 .920 .012 .098 .000

N 30 30 30 30 29 30 30 30 30 30 30 30 30

x14

Pearson Correlation

.562** .575** .536** .494** .365 .581** .240 .115 -.045 .418* .521** .925** .798**

Sig. (2-tailed)

.001 .001 .002 .006 .051 .001 .202 .544 .815 .022 .003 .000 .000

N 30 30 30 30 29 30 30 30 30 30 30 30 30

x15

Pearson Correlation

.123 .763** .404* .327 .311 .474** .444* .138 .450* .486** .502** .403* .646**

Sig. (2-tailed)

.519 .000 .027 .078 .101 .008 .014 .469 .013 .006 .005 .027 .000

N 30 30 30 30 29 30 30 30 30 30 30 30 30

x16

Pearson Correlation

.274 .492** .058 .341 .049 .340 .331 -.020 .031 .351 .333 .639** .515**

Sig. (2-tailed)

.143 .006 .761 .065 .800 .066 .074 .917 .871 .057 .072 .000 .004

N 30 30 30 30 29 30 30 30 30 30 30 30 30

x17

Pearson Correlation

.202 .475** .377* .335 .443* .395* .285 .352 .334 .320 .338 .247 .478**

Sig. (2-tailed)

.285 .008 .040 .070 .016 .031 .128 .056 .071 .084 .068 .189 .008

N 30 30 30 30 29 30 30 30 30 30 30 30 30

x18

Pearson Correlation

.021 .775** .162 .556** .348 .432* .578** .223 .173 .543** .405* .404* .426*

Sig. (2-tailed)

.911 .000 .392 .001 .064 .017 .001 .237 .362 .002 .026 .027 .019

N 30 30 30 30 29 30 30 30 30 30 30 30 30

X

Pearson Correlation

.455* .869** .621** .538** .573** .702** .499** .463* .424* .611** .688** .675** .771**

Sig. (2-tailed)


(2)

N 30 30 30 30 29 30 30 30 30 30 30 30 30

Correlations

x14 x15 x16 x17 x18 X

x1

Pearson Correlation .562 .123 .274** .202 .021* .455*

Sig. (2-tailed) .001 .519 .143 .285 .911 .011

N 30 30 30 30 30 30

x2

Pearson Correlation .575 .763 .492** .475** .775 .869**

Sig. (2-tailed) .001 .000 .006 .008 .000 .000

N 30 30 30 30 30 30

x3

Pearson Correlation .536** .404** .058 .377 .162* .621*

Sig. (2-tailed) .002 .027 .761 .040 .392 .000

N 30 30 30 30 30 30

x4

Pearson Correlation .494 .327** .341 .335 .556 .538*

Sig. (2-tailed) .006 .078 .065 .070 .001 .002

N 30 30 30 30 30 30

x5

Pearson Correlation .365* .311 .049* .443 .348 .573*

Sig. (2-tailed) .051 .101 .800 .016 .064 .001

N 29 29 29 29 29 29

x6

Pearson Correlation .581* .474** .340* .395* .432* .702

Sig. (2-tailed) .001 .008 .066 .031 .017 .000

N 30 30 30 30 30 30

x7

Pearson Correlation .240 .444** .331 .285 .578 .499

Sig. (2-tailed) .202 .014 .074 .128 .001 .005

N 30 30 30 30 30 30

x8

Pearson Correlation .115 .138 -.020 .352 .223** .463**

Sig. (2-tailed) .544 .469 .917 .056 .237 .010

N 30 30 30 30 30 30

x9

Pearson Correlation -.045 .450* .031 .334 .173* .424**

Sig. (2-tailed) .815 .013 .871 .071 .362 .020

N 30 30 30 30 30 30

x10

Pearson Correlation .418 .486** .351 .320 .543 .611*

Sig. (2-tailed) .022 .006 .057 .084 .002 .000

N 30 30 30 30 30 30

x11

Pearson Correlation .521 .502* .333 .338 .405** .688**

Sig. (2-tailed) .003 .005 .072 .068 .026 .000

N 30 30 30 30 30 30

x12

Pearson Correlation .925** .403* .639** .247* .404* .675**

Sig. (2-tailed) .000 .027 .000 .189 .027 .000


(3)

x13

Pearson Correlation .798* .646** .515** .478** .426 .771*

Sig. (2-tailed) .000 .000 .004 .008 .019 .000

N 30 30 30 30 30 30

x14

Pearson Correlation 1** .498** .648** .281** .518 .761**

Sig. (2-tailed) .005 .000 .132 .003 .000

N 30 30 30 30 30 30

x15

Pearson Correlation .498 1** .567* .588 .586 .791**

Sig. (2-tailed) .005 .001 .001 .001 .000

N 30 30 30 30 30 30

x16

Pearson Correlation .648 .567** 1 .251 .520 .576

Sig. (2-tailed) .000 .001 .180 .003 .001

N 30 30 30 30 30 30

x17

Pearson Correlation .281 .588** .251* 1 .384* .599*

Sig. (2-tailed) .132 .001 .180 .036 .000

N 30 30 30 30 30 30

x18

Pearson Correlation .518 .586** .520 .384** 1 .716*

Sig. (2-tailed) .003 .001 .003 .036 .000

N 30 30 30 30 30 30

X

Pearson Correlation .761* .791** .576** .599** .716** 1**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .001 .000 .000

N 30 30 30 30 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Uji reliabilitas

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

N of Items

.907 18

NILAI-NILAI r PRODUCT MOMENT

N Taraf Signif N Taraf Signif N Taraf Signif

5% 1% 5% 1% 5% 1%

3 0.997 0.999 27 0.381 0.487 55 0.266 0.345

4 0.950 0.990 28 0.374 0.478 60 0.254 0.330

5 0.878 0.959 29 0.367 0.470 65 0.244 0.317


(4)

6 0.811 0.917 30 0.361 0.463 70 0.235 0.306

7 0.754 0.874 31 0.355 0.456 75 0.227 0.296

8 0.707 0.834 32 0.349 0.449 80 0.220 0.286

9 0.666 0.798 33 0.344 0.442 85 0.213 0.278

10 0.632 0.765 34 0.339 0.436 90 0.207 0.270

11 0.602 0.735 35 0.334 0.430 95 0.202 0.263

12 0.576 0.708 36 0.329 0.424 100 0.195 0.256

13 0.553 0.684 37 0.325 0.418 125 0.176 0.230

14 0.532 0.661 38 0.320 0.413 150 0.159 0.210

15 0.514 0.641 39 0.316 0.408 175 0.148 0.194

16 0.497 0.623 40 0.312 0.403 200 0.138 0.181

17 0.482 0.606 41 0.308 0.398 300 0.113 0.148

18 0.468 0.590 42 0.304 0.393 400 0.098 0.128

19 0.456 0.575 43 0.301 0.389 500 0.088 0.115

20 0.444 0.561 44 0.297 0.384 600 0.080 0.105

21 0.433 0.549 45 0.294 0.380 700 0.074 0.097

22 0.423 0.537 46 0.291 0.376 800 0.070 0.091

23 0.413 0.526 47 0.288 0.372 900 0.065 0.086

24 0.404 0.515 48 0.284 0.368 1000 0.062 0.081

25 0.396 0.505 49 0.281 0.364


(5)


(6)


Dokumen yang terkait

Manajemen Pendidikan madrasah aliyah manba'ul khoir ciledug Tangerang

0 4 79

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI GURU DAN LITERASI INTERNET (Studi pada Madrasah Aliyah Negeri 1 (Model) Bandarlampung dan Madrasah Aliyah Negeri 2 Tanjungkarang)Bandarlampung Dan Madrasah Aliyah Negeri 2 Tanjungkarang)

1 42 126

PENGARUH KESENJANGAN DIGITAL AKSES INTERNET TERHADAP PERSEPSI GURU MADRASAH ALIYAH SWASTA DI KOTA BANDARLAMPUNG (Studi Pada Guru Madrasah Aliyah Swasta Yang Senjang Secara Digital Di Kota Bandarlampung)

3 15 114

Pengaruh Kesenjangan Digital Akses Internet Terhadap Persepsi Guru Madrasah Aliyah Swasta di Kota Bandarlampung (Studi pada Guru Madrasah Aliyah Swasta Yang Senjang Secara Digital di Kota Bandarlampung).

0 32 114

MODEL E-LEADERSHIP SMK SWASTA KOTA BANDARLAMPUNG (STUDI KOMPARATIF PADA GURU SMK SWASTA YANG SENJANG SECARA DIGITAL DI KOTA BANDARLAMPUNG)

0 18 74

Model e-Leadership SMK Swasta Kota Bandarlampung (Studi Komparatif pada Guru SMK Swasta yang Senjang Secara Digital di Kota Bandarlampung)

0 12 89

Pengaruh Digital Divide Terhadap Literasi Internet Guru Madrasah Aliyah Swasta (Studi pada Madrasah Aliyah Swasta di Kota Bandar Lampung)

1 15 92

Pengaruh Digital Divide Terhadap Literasi Internet Guru Madrasah Aliyah Swasta (Studi Pada Madrasah Aliyah Swasta Di Kota Bandar Lampung)

0 33 93

E-READINESS MADRASAH ALIYAH NEGERI DI KOTA BANDARLAMPUNG (Studi pada MAN 1 (Model) Bandarlampung dan MAN 2 Tanjungkarang)

5 114 125

PENGARUH PEMBUATAN KEPUTUSAN KEPALA MADRASAH DAN PARTISIPASI GURU TERHADAP IMPLEMENTASI RENCANA KEGIATAN MADRASAH DI MADRASAH ALIYAH SWASTA SE-KABUPATEN BANDUNG BARAT.

0 2 54