Kebijakan Hukum Pidana dalam Penanggulangan Prostitusi oleh Polda DIY
71
d. Memperluas lapangan kerja bagi kaum wanita, disesuaikan
dengan kodrat dan bakatnya, serta mendapatkan upahgaji yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup setiap harinya.
e. Penyelenggaraan pendidikan seks dan pemahaman nilai
perkawinan dalam kehidupan keluarga. f.
Pembentukkan badan atau tim koordinasi dari semua usaha penanggulangan pelacuran yang dilakukan oleh beberapa
instansi sekaligus mengikutsertakan potensi masyarakat lokal untuk membantu melaksanakan kegiatan pencegahan atau
penyebaran pelacuran g.
Penyitaan terhadap buku-buku dan majalah-majalah cabul, gambar-gambar porno, film porno dan sarana-sarana lain yang
merangsang nafsu seks. h.
Meningkatkan kesejahteraan rakyat pada umumnya. 2. Usaha Represif dan Kuratif
Usaha represif dan kuratif dimaksudkan sebagai kegiatan untuk
menekan menghapuskan,
menindas, dan
usaha menyembuhkan para pelaku prostitusi untuk kemudian membawa
mereka ke jalan benar. Usaha represif dan kuratif tersebut antara lain :
a. Untuk mengurangi pelacuran, disahakan melalui aktivitas
rehabilitasi dan resolusi, agar mereka bisa dikembalikan sebagai warga masyarakat yang susila. Rehabilitasi dan resosialisasi ini
dilakukan melalui pendidikan moral dan agama, latihan kerja
72
dan pendidikan keterampilan agar mereka bersifat kreatif dan produktif.
b. Penyempurnaan tempat-tempat penampungan bagi para wanita
tunasusila terkena razia disertai pembinaan yang sesuai. c.
Pemberian suntikan dan pengobatan pada interval waktu tetap untuk menjamin kesehatan para PSK dan lingkungannya.
d. Menyediakan lapangan pekerjaan baru bagi mereka yang
bersedia meninggalkan profesi pelacuran. e.
Mengadakan pendekatan terhadap pihak keluarga para pelacur dan masyarakat asal mereka mau menerima kembali bekas-
bekas wanita tunasusila. f.
Mencarikan pasangan hidup yang permanen atau suami bagi para wanita tunasusila untuk membawa mereka ke jalan yang
benar. Berdasarkan keterangan di atas menurut penulis usaha preventif diatas
berperan untuk mencegah terjadinya prostitusi sehingga untuk kegiatan tersebut perlu kerjasama antara aparat penegak hukum, lembaga sosial
masyarakat, dan masyarakat untuk mencegah prostitusi dengan tindakan- tindakan secara preventif seperti yang telah disebutkan diatas. Kebalikannya
dari usaha preventif yakni usaha represif dan kuratif berperan untuk menindak para pelaku prostitusi setelah terjadinya pelanggaran untuk memberikan
hukuman agar dikemudian hari tidak terulang kembali. Hukuman yang diberikan harus sesuai dengan ketentuan yang ada di dalam aturan mengenai
prostitusi yang apabila aturan tersebut belum ada maka untuk menindaknya
73
harus dibuat aturan baru. Daerah Istimewa Yogyakarta yang terdiri dari empat kabupaten dan satu kota madya baru Kabupaten Bantul yang memiliki aturan
mengenai larangan prostitusi yakni dalam Perda No 5 Tahun 2007. Aparat penegak hukum seperti pihak kepolisian sulit untuk mengungkap kasus-kasus
prostitusi karena terbenturnya aturan yang ada. Skema prostitusi yang semakin berkembang pesat untuk menghindar dari jerat hukum seharusnya
dibarengi dengan aturan baru untuk menjerat pelaku prostitusi.