Penurunan Hipotesis TINJAUAN PUSTAKA

terhadap etika penggelapan pajak. Artinya adalah semakin tinggi pengetahuan wajib pajak terhadap sistem perpajakan, maka akan semakin rendah pula etika penggelapan pajaknya tetapi jika semakin rendah pengetahuan wajib pajak terhadap sistem perpajakan maka akan semakin tinggi etika penggelapan pajaknya. Dengan kata lain, sistem perpajakan berpengaruh positif terhadap etika penggelapan pajak. Artinya, semakin baik sistem perpajakan, maka perilaku penggelapan pajak dianggap tidak etis untuk dilakukan, sehingga kemungkinan terjadinya tindakan penggelapan pajak menjadi semakin rendah dan sebaliknya. Berdasarkan penelitian tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H 2 : Sistem perpajakan berpengaruh positif terhadap etika penggelapan pajak.

c. Diskriminasi dan Penggelapan Pajak

Menurut Handyani M 2014 dan Marlina 2014, diskriminasi tidak berpengaruh terhadap etika penggelapan pajak. Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian Suminarsasi 2012, Janitra 2013, dan Elmiza dkk. 2013. Suminarsasi 2012 mengemukakan bahwa adanya kebijakan untuk zakat sebagai pengurang kewajiban perpajakan hanya akan menguntungkan sebagian kelompok masyarakat saja. Hal tersebut akan mengakibatkan kecemburuan pada kelompok masyarakat yang tidak menerima keuntungan dari kebijakan tersebut. Adanya kecemburuan yang diterima masyarakat, berdampak pada tindakan penggelapan pajak menjadi perilaku yang dianggap etis untuk dilakukan, yang nantinya dapat memicu terjadimya tindakan penggelapan pajak. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H 3 : Diskriminasi berpengaruh negatif terhadap etika penggelapan pajak.

d. Ketepatan Pengalokasian dan Penggelapan Pajak

Hasil penelitian Ardyaksa 2014 menunjukkan bahwa persepsi terhadap ketepatan pengalokasian berpengaruh negatif terhadap penggelapan pajak. Hasil ini didukung dengan hasil penelitian Ayu 2009, Permatasari 2013, dan Marlina 2014 yang menunjukkan bahwa ketepatan pengalokasian berpengaruh negatif terhadap tindakan penggelapan pajak. Hal tersebut dikarenakan pajak merupakan penerimaan terbesar suatu negara, maka alokasi pengeluaran pemerintah tercermin dalam APBN dan APBD di dalam pos belanja. Oleh sebab itu, secara umum pajak sebaiknya dimanfaatkan untuk pembangunan dan kepentingan umum yang dapat dilihat dari semakin banyaknya fasilitas umum yang tersedia bagi masyarakat secara merata di seluruh wilayah. Menurut Ayu 2009 ketika pengeluaran pemerintah dianggap tidak baik maka kecenderungan melakukan penggelapan pajak semakin tinggi. Wajib pajak akan taat membayar pajak tepat waktu jika dalam pengamatan dan pengalamannya hasil dari pajak itu telah berkontribusi nyata pada pembangunan umum. Maka, ketika pengeluaran pemerintah dianggap tidak baik maka kecenderungan melakukan penggelapan pajak semakin tinggi. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa, hubungan ketepatan pengalokasian terhadap etika penggelapan pajak adalah positif. Artinya adalah, semakin baik tingkat ketepatan pengalokasian pajak, maka perilaku penggelapan pajak dianggap perilaku yang tidak etis untuk dilakukan, sehingga kemungkinan terjadinya penggelapan pajak menjadi semakin rendah, dan sebaliknya. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H 4 : Ketepatan pengalokasian berpengaruh positif terhadap etika penggelapan pajak.

e. Etika Uang dan Penggelapan Pajak

Penelitian Basri 2014 menyimpulkan bahwa etika uang berpengaruh terhadap kecurangan pajak. Penelitian ini mendukung penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Lau et al., 2013 yang menyatakan bahwa etika uang berpengaruh terhadap penggelapan pajak. Etika uang yang tinggi atau sikap cinta uang cenderung menyebabkan seseorang memiliki perilaku etika yang rendah dan berpandangan bahwa kecurangan pajak adalah etis dan cenderung untuk melakukan tindakan penggelapan pajak Lau et al., 2013. Semakin tinggi kecintaan seseorang terhadap uang, maka kewajiban dalam membayar pajak akan dirasakan cukup berat untuk dilakukan, sehingga orang tersebut akan melakukan upaya agar kewajiban pajaknya menjadi rendah dengan melakukan berbagai hal, yang dapat mengarah kepada perilaku penggelapan pajak. Karena orang dengan etika uang yang tinggi, menganggap bahwa penggelapan pajak adalah hal yang etis untuk dilakukan. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa, hubungan etika uang terhadap etika penggelapan pajak adalah negatif. Artinya adalah, semakin tinggi etika uang, maka perilaku penggelapan pajak dianggap perilaku yang etis untuk dilakukan, sehingga kemungkinan terjadinya penggelapan pajak menjadi tinggi dan sebaliknya. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H 5 : Etika uang berpengaruh negatif terhadap etika penggelapan pajak.

C. Model Penelitian

GAMBAR 2.1. Model Penelitian Ketepatan Pengalokasian Etika Uang Sistem Perpajakan Penggelapan Pajak Diskriminasi Keadilan 23

BAB III METODE PENELITIAN

A. Objek Penelitian

Objek dalam penilitian ini adalah wajib pajak orang pribadi yang memiliki usaha kecil menengah yang berada di wilayah Kabupaten Sleman.

B. Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu dengan cara menyebarkan kuesioner kepada responden wajib pajak orang pribadi yang memiliki usaha kecil menengah yang berada di wilayah Kabupaten Sleman secara acak, yaitu dengan mendatangi satu per satu wajib pajak yang memiliki usaha kecil menengah secara acak sejumlah sampel yang dibutuhkan penulis.

C. Teknik Pengambilan Sampel

Pemilihan sampel dalam penelitian dengan menggunakan metode consecutive random sampling, yaitu dengan cara menyebarkan kuesioner kepada responden wajib pajak orang pribadi yang memiliki usaha kecil menengah yang berada di wilayah Kabupaten Sleman secara acak tanpa kriteria tertentu kepada wajib pajak tersebut..

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik observasi dan survey terhadap hasil tabulasi data pada kuesioner yang telah diisi oleh responden yang dipilih secara acak.

E. Definisi Operasional Variabel 1.

Variabel Dependen a. Penggelapan Pajak Pengukuran kecurangan pajak menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh McGee 2006 dalam Basri 2014. Secara umum terdapat 3 pandangan dasar mengenai etika kecurangan pajak. Pertama pandangan bahwa kecurangan pajak tidak etis, kedua, kecurangan pajak kadang-kadang etis dan ketiga, kecurangan pajak etis. Variabel penggelapan pajak diukur dengan lima item pertanyaan pada kuesioner yang disebarkan. Kuesioner dalam penelitian ini diukur menggunakan skala likert dengan lima pilihan jawaban, yaitu, Sangat Tidak Setuju STS diberi nilai 1, Tidak Setuju TS diberi nilai 2, Setuju S diberi nilai 4, Netral N diberi nilai 3, dan Sangat Setuju SS diberi nilai 5. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner yang digunakan pada penelitian Suminarsasi 2012 dan dikembangkan oleh Nickerson et al., 2009 dalam Suminarsasi, 2012.

2. Variabel Independen

a. Keadilan

Variabel keadilan diukur dengan enam item pertanyaan pada kuesioner yang disebarkan. Kuesioner dalam penelitian ini diukur menggunakan skala likert dengan lima pilihan jawaban, yaitu, Sangat Tidak Setuju STS diberi nilai 1, Tidak Setuju TS diberi nilai 2, Setuju S diberi nilai 4, Netral N diberi nilai 3, dan Sangat Setuju SS diberi nilai 5. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner yang digunakan pada penelitian Suminarsasi 2012 dan dikembangkan oleh Nickerson et al., 2009 dalam Suminarsasi, 2012.

b. Sistem Perpajakan

Variabel sistem perpajakan diukur dengan delapan item pertanyaan pada kuesioner yang disebarkan. Kuesioner dalam penelitian ini diukur menggunakan skala likert dengan lima pilihan jawaban, yaitu, Sangat Tidak Setuju STS diberi nilai 1, Tidak Setuju TS diberi nilai 2, Setuju S diberi nilai 4, Netral N diberi nilai 3, dan Sangat Setuju SS diberi nilai 5. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner yang digunakan pada penelitian Suminarsasi 2012 dan dikembangkan oleh Nickerson et al., 2009 dalam Suminarsasi, 2012.

Dokumen yang terkait

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DALAM PENERAPAN SELF ASSESSMENT SYSTEM (Studi Empiris pada Wajib Pajak Orang Pribadi di Kecamatan Panji Kabupaten Situbondo)

1 23 60

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YANG MELAKUKAN PEKERJAAN BEBAS (Studi empiris di Kabupaten Kulon Progo)

0 7 88

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YANG MELAKUKAN Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemauan Membayar Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Pekerjaan Bebas (Studi Empiris Pada Kantor Pelayanan Pajak Pra

0 5 18

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DALAM PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKANNYA Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Pemenuhan Kewajiban Perpajakannya (Studi Empiris Pada Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Terdaft

0 7 18

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DALAM PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKANNYA Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Pemenuhan Kewajiban Perpajakannya (Studi Empiris Pada Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Terdafta

0 6 17

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemauan Membayar Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Empiris Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta).

0 5 16

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemauan Membayar Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Empiris Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta).

0 6 16

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI (Survey Pedagang di Pasar Klewer Surakarta).

0 0 10

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DALAM MEMBAYAR Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Membayar Pajak Penghasilan (Studi Kasus Pada Wajib pajak Orang Pribadi Yang Te

0 0 13

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI WAJIB PAJAK MENGENAI ETIKA ATAS PENGGELAPAN PAJAK (Studi Empiris pada Wajib Pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang)

1 1 18