Kesimpulan Fenomena Tawuran Antar Mahasiswa: Studi Deskriptif Pada Mahasiswa/i Universitas Sumatera Utara

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Tawuran yang terjadi antar mahasiswa ini merupakan wujud fenomena delikuensi situasional yang mendorong mereka spontan melakukan tawuran sekalipun kadang yang menjadi sumber masalah sangat sepele. Dalam perspektif sosiologi, tawuran antara mahasiswa disebabkan adanya pemahaman yang sempit dalam melihat keberadaan kelompoknya sebagai in-group dan orang di luar kelompoknya dipandang sebagai sebuah out-group yang menganut nilai-nilai yang berbeda sekalipun berada dalam satu kelompok sosial yang sama, yakni universitas. Begitulah apa yang yang tergambar pada kasus tawuran di Universitas Sumatera Utara. Rasa dendam terhadap kelompok mahasiswa lain yang diikuti oleh kesetiakawanan solidaritas menjadi pemicu utama terjadinya tawuran. Dengan rasa kesetiakawanan yang tinggi, maka sekelompok orang membalas perlakuan yang disebabkan kelompok lain yang dianggap merugikan individu dalam kelompok atau mencemarkan nama baik kelompok tersebut, meski pada awalnya merupakan hasil dari singgungan masalah sepele. Dua faktor yang mendasar ini dapat dengan jelas kita pahami sebagaimana dengan hasil dari beberapa gambaran serta tanggapan mahasiswai di atas. Adanya pemahaman yang salah soal solidaritas antara mahasiswa dalam setiap fakultas yang menyebabkan lebih kuatnya pemaknaan solidaritas dalam arti sempit. Solidaritas dimaknai sebagai urusan kita bersama dan harus kita selesaikan secara bersama- sama. Kuatnya ego antar fakultas juga turut menjadi pendorong terjadinya tawuran karena satu sama lain merasa lebih hebat dari fakultas lain. Universitas Sumatera Utara Faktor lain yang menjadi pemicu tawuran antar mahasiswa karena lingkungan kampus tidak bisa lagi menyediakan ruang untuk berdialog dan berkomunikasi di antara mahasiswa yang berbeda fakultas. Artinya adanya semacam sekat-sekat sosial yang dibangun secara tidak sadar oleh kalangan civitas akademika di tingkat fakultas di antara mahasiswa yang berbeda fakultas. Hal yang demikian ini menyebabkan sulit untuk melakukan dialog dan komunikasi. Kohesi sosial yang seharusnya bisa diciptakan antara mahasiswa yang berbeda fakultas, justru tidak terwujudkan yang terjadi adalah ego yang melihat fakultas lain sebagai out group yang berbeda satu sama sama lain sekalipun berada dalam universitas yang sama. Dengan demikian, dapat dirangkum beberapa kesimpulan yang menyebabkan tawuran serta menggambarkan solidaritas yang terjalin di antara mahasiswa seperti yang telah diuraikan di atas sebagai berikut: 1. Tindakan tawuran yang terjadi dikampus Universitas Sumatera Utara diakibatkan karena “doktrin” beberapa senior kepada junior untuk menunjukkan kekuasaan serta fakultas mereka-lah yang terbaik di kampus. Kemudian kurangnya komunikasi yang baik antar fakultas serta kurangnya kegiatan seni atau hal apapun yang berkaitan dengan kretifitas kemahasiswaan antar fakultas yang membuat mahasiswa tidak menyadari bahwa konflik yang terjadi dikampus tidak berdampak positif baik untuk mahasiswa sendiri dan para alumni karena masing-masing fakultas lebih mementingkan ego. Sehingga melahirkan sebuah istilah ego fakultas, yang dilandasi oleh “semangat korsa” di antara mahasiswa. 2. Tawuran yang terjadi antar mahasiswa di kampus Universitas Sumatera Utara diakibatkan oleh kesalahpahaman antar mahasiswa fakultas yang berbeda, ketersinggungan antar mahasiswa yang berbeda fakultas, dan hal lainnya yang Universitas Sumatera Utara sebenarnya merupakan masalah sepele dikarenakan oleh irasional berpikir yang berakar dari ego fakultas seperti yang telah disebutkan di atas.

5.2 Saran