Saran Fenomena Tawuran Antar Mahasiswa: Studi Deskriptif Pada Mahasiswa/i Universitas Sumatera Utara

sebenarnya merupakan masalah sepele dikarenakan oleh irasional berpikir yang berakar dari ego fakultas seperti yang telah disebutkan di atas.

5.2 Saran

Sejatinya, semua gejala-gejala yang dapat memicu terjadinya tawuran dalam sebuah universitas apalagi yang bersifat destruktif hendaknya sejak awal dapat diantisipasi oleh semua pimpinan universitas. Sangat memalukan rasanya bila mahasiswa yang dianggap sebagai kelompok intelektual masih lebih mengandalkanotot dari pada otak dalam menyelesaikan masalah. Di samping itu bisa dikatakan bahwa tawuran yang terjadi antara mahasiswa dalam satu universitas sesungguhnya lebih menunjukan adanya sesuatu yang tidak sehat sedang terjadi di lingkungan kampus dalam proses interaksi di antara mahasiswa yang beda fakultas. Diharapkan adanya keefektifan dan pembinaan yang berkelanjutan serta penguatan nilai-nilai sosial yang mampu membangun rasa kebersamaan, soliditas dan solidaritas di kalangan mahasiswa dan bukan sebaliknya muncul kebersamaan. soliditas dan solidaritas yang dimaknai secara sempit yang hanya melihat kelompoknya sebagai sebuah in group yang menganut nilai-nilai yang berbeda dengan kelompok lainnya sekalipun mereka berada dalam sebuah komunitas besar yang disebut dengan universitas. Selama adanya persepsi mahasiswa yang melihat kelompoknya fakultasnya sebagai sebuah in-group dan fakultas lain sebagai sebuah out-group, maka akan mudah menyulut terjadinya tawuran antara mahasiswa yang berbeda fakultas dengan masalah pemicu yang tidak besar. Universitas sebagai sebuah rumah besar seharusnya bisa lebih mendorong pembinaan mahasiswa kearah yang lebih mengkuatkan rasa kebersamaan, soliditas dan solidaritas yang mampu mewujudkan kesamaan pandang bahwa sesunggunhya kampus merupakan tempat Universitas Sumatera Utara tinggal komunitas akademik yang berisi civitas akademika yang sama-sama bertanggungjawab untuk menjaga kondusifnya lingkungan kampus sebagai pusat pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat. Dialog dan komunikasi yang terus menerus yang melibatkan semua civitas akademika harus mampu ditumbuh kembangkan di lingkungan kampus sehingga tidak terjadi lagi gap komunikasi dan pandangan in-group dan out-group di antara mahasiswa yang berbeda fakultas. Pemahaman yang lebih menekankan kepada terbangunnya semangat dan nilai-nilai kebersamaan, soliditas dan solidaritas dalam sebuah rumah besar yang disebut dengan universitas seharusnya telah tertaman dalam diri setiap civitas akademika. Terciptanya hubungan yang didasarkan kepada semangat gemeinschaft—memakai pemikiran sosiolog Jerman Ferdinand Tonnies—menjadi sesuatu yang sangat penting artinya untuk dipupuk terus sehingga mewujudkan hubungan ikatan batin yang kuat, murni dan sifatnya jangka panjang dalam rangka mewujudkan esprit de corps di antara semua mahasiswa yang merupakan warga kampus. Dengan kata lain ada rasa persaudaraan yang erat di antara mahasiswa dengan tidak lagi memandang perbedaan yang didasarkan pada fakultas kapan dan dimanapun. Berikut merupakan beberapa saran yang kiranya dapat menjadi masukan bagi semua kalangan yang ada hubungannya dengan fenomena tawuran antar mahasiswa ini. 1. Para pendidik dosen serta orang tua dari mahasiswa harus mampu memberikan pemahaman, pengertian dan penilaian ekstra bahwa hal-hal yang seperti tawuran ini jangan dijadikan sebagai edukasi konyol dan pengalaman buruk yang mana hal yang didapatkan hanyalah kehancurankerusakan dan ketidaknyaman dalam mengejar pendidikan serta ilmu yang nantinya mahasiswa akan diaplikasikan. 2. Para peserta didik mahasiswa harus lebih dekat dalam upaya membantu bangsanya sendiri dengan gerakan berhadapan dengan birokrasi sosial sebagai salah satu akibat Universitas Sumatera Utara dari adanya kebijakan seharusnya mahasiswa mempunyai perubahan dengan gerakan moral perkembangan karakter sebagai kontrol sosial dan sebagai perubahan. 3. Pengambilan kebijakan serta keputusan tidak boleh bertindak gegabah serta tidak sepihak dalam memutuskan hal-hal seperti itu, tapi setidaknya orang-orang yang berhak memutuskan suatu sanksi dalam resiko konflik ini adalah mahasiswa yang tidak memiliki rasa akuntabilitas serta tanggung jawab secara relevan dan harus diberi sanksi dan hukuman sesuai dengan pelanggaran yang di lakukan oleh mahasiswa. 4. Adanya sosialisasi yang berkelanjutan dari pihak Universitas mengenai rasa kekeluargaan yang secara menyeluruh bagi setiap mahasiswa yang ada di Universitas Sumatera Utara dengan tidak membeda-bedakan setiap fakultas diluar dari fakultasnya sendiri. Perlu diterapkan hal-hal yang mampu menjalin dan meningkatkan esprit de corps semangat korsa pada diri semua mahasiswa tanpa ada sekat dikarenakan perbedaan fakultas. Sehingga mampu menunjukkan eratnya tali persaudaraan di Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Fungsionalisme Struktural