Gambaran Pengetahuan Mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Stambuk 2008 - 2010 mengenai Buta Warna

(1)

GAMBARAN PENGETAHUAN MAHASISWA FAKULTAS

KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

STAMBUK 2008-2010 MENGENAI BUTA WARNA

Oleh:

ELVINA HANDAYANI

070100128

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

GAMBARAN PENGETAHUAN MAHASISWA FAKULTAS

KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

STAMBUK 2008 - 2010 MENGENAI BUTA WARNA

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh:

ELVINA HANDAYANI

070100128

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul

Gambaran Pengetahuan Mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Stambuk 2008 - 2010 mengenai Buta Warna

Nama : Elvina Handayani

NIM : 070100128

_________________________________________________________________

Pembimbing Penguji I

(dr. Masitha Dewi, Sp. M) (dr. Lita Feriyawaty, M Kes)

NIP. 19761024 2005012 001 NIP. 19700208 2001122 001

Penguji II

(dr. Liberty Sirait, Sp. B) NIP. 140190455

Medan, 29 November 2010 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH) NIP: 19540220 198011 1 001


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Karya tulis ini berjudul “Gambaran Pengetahuan Mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara Stambuk 2008-2010 mengenai Buta Warna”. Dalam penyelesaian penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis telah

banyak mendapat bimbingan dan pengarahan yang sangat berguna dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. dr. Masitha Dewi, Sp.M selaku dosen pembimbing karya tulis ilmiah atas kesabaran dan waktu yang diberikannya untuk membimbing penulis sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.

2. Kedua orang tua saya, Eldi Bakar, SE dan Serasi Faridah Tarigan terima kasih atas kasih sayang, doa, motivasi serta selalu memberikan semangat kepada penulis, terima kasih juga kepada saudara penulis M. Reza Fahlevi

3. dr. Andrina Y. Rambe, Sp.THT, selaku pembimbing akademik yang telah

membimbing peneliti selama masa perkuliahan.

4. dr. Lita Feriyawaty, M Kes dan dr. Liberty Sirait, Sp.B selaku dosen penguji. 5. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang

telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama masa pendidikan. 6. Sahabat-sahabat penulis, Lely Ophine, Roseline A. Siregar dan Novrida Nainggolan. Teman-teman satu bimbingan Rahila, Ahmad dan juga semua teman-teman seangkatan stambuk 2007 yang telah banyak membantu dan memberikan saran kepada penulis selama penyusunan karya tulis.

7. Kepada kak Melissa Mendatasari dan senior-senior stambuk 2006 yang telah banyak membantu dalam penulisan karya tulis ilmiah ini.


(5)

8. Terima kasih juga kepada junior-junior yang tercinta yang telah banyak membantu dan berpartisipasi dalam penelitian ini.

Semoga semua bantuan, bimbingan, dorongan, saran-saran, dan amal kebaikan yang telah diberikan mendapat imbalan dari Allah SWT.

Dengan keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang dimiliki, penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya tulis ilmiah ini masih terdapat kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan masukan berguna berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ini dapat memperkaya ilmu pengetahuan dan berguna bagi kita di masa yang akan datang.

Medan, 29 November 2010 Penulis,

Elvina Handayani 070100128


(6)

ABSTRAK

Buta warna adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak dapat membedakan warna tertentu yang bisa dibedakan oleh orang dengan mata normal. Seseorang yang menderita buta warna sebagian besar disebabkan oleh faktor genetik. Buta warna umumnya dianggap lebih banyak terdapat pada laki-laki dibanding dengan perempuan dengan perbandingan 20:1. Dari data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007 didapatkan prevalensi nasional Buta Warna adalah sebanyak 0,7 %.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahan mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara mengenai buta warna.

Desain penelitian ini adalah penelitian deskriftif dengan pendekatan Cross Sectional Study dan pengambilan sampel dengan menggunakan teknik simple random sampling. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 93 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuasioner. Analisis data dilakukan dengan menggunakan SPSS 17.0.

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara berada dalam kategori sedang yaitu sebesar 64,5%.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengetahuan mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara mengenai buta warna berada pada kategori sedang. Masukan kepada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara khususnya pada Departemen Mata supaya memberikan topik kuliah mengenai buta warna.


(7)

ABSTRACT

Color blindness is a condition where a person losses the ability to differentiate the colors, which can be differentiated by the normal vision one. Color blindness in a person mostly caused by genetic factor. Color blindness is generally considered to be more prevalent in men compared to women with a ratio of 20:1. According to the Health Research Association (RISKESDAS) 2007, the national prevalence of color blindness was 0.7%

Aim of the research is to identify and to know the knowledge of USU Medical Faculty students on color blindness.

The design of this research is descriptive with a cross sectional study approach. Sample size is obtained through simple random sampling technique. The total sample equals to 93. Data was collected by distributing questionnaires to the specified population. Data was analysed using SPSS version 17.0.

The result of the research is that the knowledge level of USU Medical Faculty students is 64,5% which is categorized as mild.

From the result, it can be concluded that USU Medical Faculty students knowledge level on color blindness is in mild category. So, its highly recommended to the USU Medical Faculty eyes department to provide lecture and more information about color blindness to the students.


(8)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ... i

Kata Pengantar ... ii

Abstrak ... iv

Abstract ... v

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... viii

Daftar Singkatan... xi

Daftar Lampiran... x

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 2

1.3.Tujuan Penelitian ... 3

1.4.Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1.Defenisi ... 4

2.2.Anatomi ... 4

2.3.Fisiologi ... 6

2.4.Etiologi ... 7

2.5.Klasifikasi Buta Warna ... 8

2.6.Pemeriksaan ... 11

2.7.Defenisi Pengetahuan ... 12

2.8.Hal-hal yang Mempengaruhi Penelitian... 12

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL ... 14

3.1. Kerangka Konsep ... 14

3.2. Defenisi Operasional ... 14

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 15

4.1. Jenis Penelitian ... 15

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 15

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 15

4.4. Kriteria Inklusi dan eksklusi ... 16

4.5. Metode Pengumpulan Data ... 16

4.5.1. Data Primer ... 16

4.5.2. Data Sekunder ... 16

4.6. Uji Validitas & Reabilitas ... 16


(9)

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 18

5.1. Hasil Penelitian ... 18

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 18

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden ... 18

5.2. Hasil Analisis Data dan Pembahasan ... 20

5.2.1. Hasil Analisis Data ... 20

5.2.2. Pembahasan ... 23

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 25

8.1. Kesimpulan ... 25

8.2. Saran ... 25

DAFTAR PUSTAKA ... 26 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 4.1. Hasil uji validitas dan reliabilitas kuasioner 17

Tabel 5.1. Distribusi frekuensi karakteristik responden

berdasarkan usia 19

Tabel 5.2. Distribusi frekuensi karakteristik responden

berdasarkan stambuk 20

Tabel 5.3. Distribusi frekuensi jawaban responden pada

variable pengetahuan 20

Tabel 5.4. Distribusi responden berdasarkan hasil ukur

Pengetahuan 21

Tabel 5.6. Distribusi tabulasi silang tingkat pengetahuan

berdasarkan stambuk 22

tabel 5.6. Distribusi tabulasi silang tingkat pengetahuan

berdasarkan umur 23


(11)

DAFTAR SINGKATAN

RISKESDAS Riset Kesehatan Dasar

FK USU Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

PEMA Pemerintahan Mahasiswa


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Riwayat Hidup

Lampiran 2 Kuasioner Penelitian

Lampiran 3 Lembar Penjelasan Subjek Penelitian

Lampiran 4 Informed Consent

Lampiran 5 Ethical Clearance


(13)

ABSTRAK

Buta warna adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak dapat membedakan warna tertentu yang bisa dibedakan oleh orang dengan mata normal. Seseorang yang menderita buta warna sebagian besar disebabkan oleh faktor genetik. Buta warna umumnya dianggap lebih banyak terdapat pada laki-laki dibanding dengan perempuan dengan perbandingan 20:1. Dari data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007 didapatkan prevalensi nasional Buta Warna adalah sebanyak 0,7 %.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahan mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara mengenai buta warna.

Desain penelitian ini adalah penelitian deskriftif dengan pendekatan Cross Sectional Study dan pengambilan sampel dengan menggunakan teknik simple random sampling. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 93 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuasioner. Analisis data dilakukan dengan menggunakan SPSS 17.0.

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara berada dalam kategori sedang yaitu sebesar 64,5%.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengetahuan mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara mengenai buta warna berada pada kategori sedang. Masukan kepada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara khususnya pada Departemen Mata supaya memberikan topik kuliah mengenai buta warna.


(14)

ABSTRACT

Color blindness is a condition where a person losses the ability to differentiate the colors, which can be differentiated by the normal vision one. Color blindness in a person mostly caused by genetic factor. Color blindness is generally considered to be more prevalent in men compared to women with a ratio of 20:1. According to the Health Research Association (RISKESDAS) 2007, the national prevalence of color blindness was 0.7%

Aim of the research is to identify and to know the knowledge of USU Medical Faculty students on color blindness.

The design of this research is descriptive with a cross sectional study approach. Sample size is obtained through simple random sampling technique. The total sample equals to 93. Data was collected by distributing questionnaires to the specified population. Data was analysed using SPSS version 17.0.

The result of the research is that the knowledge level of USU Medical Faculty students is 64,5% which is categorized as mild.

From the result, it can be concluded that USU Medical Faculty students knowledge level on color blindness is in mild category. So, its highly recommended to the USU Medical Faculty eyes department to provide lecture and more information about color blindness to the students.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu gangguan yang terjadi pada mata adalah buta warna. Buta warna adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak dapat membedakan warna tertentu yang bisa dibedakan oleh orang dengan mata normal. Seseorang yang menderita buta warna sebagian besar disebabkan oleh faktor genetik. Walaupun tidak terlalu sering, buta warna juga dapat terjadi bukan karena faktor keturunan tetapi didapat, misalnya seperti karena Shaken Baby Syndrome, cedera atau trauma pada otak dan retina (Kurnia, 2009).

Menurut Ganong (2003), buta warna merupakan penyakit keturunan yang terekspresi pada para pria, tetapi tidak pada wanita. Wanita secara genetis hanya sebagai carrier.

Istilah buta warna juga dapat diartikan sebagai suatu kelainan penglihatan yang disebabkan ketidakmampuan sel-sel kerucut (cone cell) pada retina mata untuk menangkap suatu spectrum warna tertentu sehingga objek yang terlihat bukan warna yang sesungguhnya (Nina Karina, 2007).

Buta warna umumnya dianggap lebih banyak terdapat pada laki-laki dibanding dengan perempuan dengan perbandingan 20:1. Buta warna mempengaruhi 13% populasi umum. Saat ini di Eropa sekitar 8-12% pria dan 0,5-1% wanita menderita buta warna. Penelitian lain menyatakan 1 dari 12 orang pria menderita buta warna. Sedangkan wanita hanya 1 dari 200 orang saja yang menderita buta warna (Rahmadi, 2009). Di Australia buta warna terjadi pada 8% laki-laki dan hanya sekitar 0,4% pada perempuan. Sekitar 8% wanita pembawa sifat buta warna (color blindness carrier). Kelainan buta warna didapat (buta warna biru kuning) memiliki pengaruh sama antara laki-laki dan perempuan. Di Iran dari populasi anak-anak usia 12-14 tahun yang mengalami defek penglihatan warna 8,18% laki-laki dan 0,43% perempuan, tidak didapatkan adanya penyakit sistemik, penyakit mata, pengobatan kronis, dan tidak terdapat kelainan fundus dengan visus 20/20 (emmetropia). Sedangkan di Amerika sekitar 10 juta pria


(16)

Amerika sepenuhnya 7% dari penduduk laki-laki tidak dapat membedakan warna merah dari hijau, atau melihat merah dan hijau berbeda dari kebanyakan orang. Ini adalah bentuk paling umum pada buta warna. Pada perempuan hanya mempengaruhi 4%. Type yang paling sering adalah merah-hijau (Howard Hughes Medical Institute, 2006).

Para peneliti mempelajari buta warna merah/hijau di Inggris melaporkan prevalensi rata-rata hanya 4,7 persen dalam satu kelompok. Hanya 1 % laki-laki Eskimo yang menderita buta warna. Sekitar 2,9 % anak laki-laki dari Arab Saudi dan 3,7 persen dari India yang yang ditemukan memliki kekurangan penglihatan warna.

Dari data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007 didapatkan prevalensi nasional Buta Warna adalah 0,7 % (berdasarkan keluhan responden). Sebanyak 6 provinsi mempunyai prevalensi buta warna di atas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, DKI Jakarta, dan Nusa Tenggara Barat.

Dengan demikian, berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang gambaran pengetahuan mahasiswa/i FK USU stambuk 2008-2010 mengenai buta warna, dimana pada mahasiswa/i tersebut belum mendapatkan kuliah mengenai mata. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui sejauh mana pengetahuan mereka mengenai buta warna.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran pengetahuan mahasiswa/i stambuk 2008-2010 FK USU mengenai buta warna?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mendapatkan gambaran pengetahuan mahasiswa/i stambuk 2008-2010 FK USU mengenai buta warna.


(17)

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan FK USU stambuk

2008-2010 tentang buta warna sesuai dengan karakteristik tiap stambuk. 2. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa FK USU stambuk

2008-2010 mengenai buta warna sesuai dengan usia dari responden.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Mahasiswa/i stambuk 2008-2010 FK USU

1. Mahasiswa/i stambuk 2008 -2010 FK USU dapat mengetahui sejauh mana pengetahuan mereka mengenai buta warna.

2. Memberi motivasi mereka untuk mengetahui lebih banyak mengenai buta warna.

1.4.2. Bagi peneliti

1. Dapat meningkatkan pengetahuan di bidang penelitian serta melatih kemampuan analisis peneliti.

2. Dapat meningkatkan pengetahuan peneliti mengenai gambaran


(18)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. DEFINISI

Buta warna adalah penglihatan warna-warna yang tidak sempurna. Buta warna juga dapat diartikan sebagai suatu kelainan penglihatan yang disebabkan ketidakmampuan sel-sel kerucut (cone cell) pada retina mata untuk menangkap suatu spektrum warna tertentu sehingga objek yang terlihat bukan warna yang sesungguhnya (Nina Karina, 2007).

2.2. ANATOMI

Retina adalah selembar tipis jaringan saraf yang semitransparan, dan multilapis yang melapisi bagian dalam dua per tiga posterior dinding bola mata, mengandung reseptor yang menerima rangsangan cahaya (Ilyas, 2008) .

Menurut Guyton & Hall (1997), retina merupakan bagian mata yang peka terhadap cahaya, mengandung sel-sel kerucut yang berfungsi untuk penglihatan warna dan sel-sel batang yang terutama berfungsi untuk penglihatan dalam gelap.

Retina terdiri atas pars pigmentosa disebelah luar dan pars nervosa di sebelah dalam. Permukaan luar retina sensorik bertumpuk dengan lapisan epitel berpigmen retina sehingga juga bertumpuk dengan membrana Bruch, khoroid, dan sclera, dan permukaan dalam berhubungan dengan corpus vitreum (Snell, 2006).

Lapisan-lapisan retina, mulai dari sisi dalamnya, adalah sebagai berikut:

1. Membrana limitans interna

2. Lapisan serat saraf, yang mengandung akson-akson sel ganglion yang berjalan menuju ke nervus optikus


(19)

4. Lapisan pleksiformis dalam, yang mengandung sambungan-sambungan sel ganglion dengan sel amakrin dan sel bipolar

5. Lapisan inti dalam badan sel bipolar, amakrin dan sel horizontal 6. Lapisan pleksiformis luar, yang mengandung sambungan-sambungan

sel bipolar dan sel horizontal dengan fotoreseptor 7. Lapisan inti luar sel fotoreseptor

8. Mambrana limitans eksterna

9. Lapisan fotoreseptor segmen dalam dan luar sel kerucut

10.Epithelium pigmen retina. Lapisan dalam membrane Bruch sebenarnya adalah membrane basalis epithelium pigmen retina (Vaughan, 2000).

Retina mempunyai tebal 0,1 mm pada ora serrata dan 0,23 mm pada kutub posterior (Vaughan, 2000). Tiga per empat posterior retina merupakan organ reseptor. Pinggir anteriornya membentuk cincing berombak, disebut ora serrata, yang merupakan ujung akhir pars nervosa. Bagian anterior retina bersifat tidak peka dan hanya terdiri atas sel-sel berpigmen dengan lapisan silindris di bawahnya. Bagian anterior retina ini menutupi prosessus siliaris dan belakang iris (Snell, 2006).

Pada pertengahan bagian posterior retina terdapat daerah lonjong kekuningan, disebut macula lutea, yang merupakan area retina dengan daya lihat paling jelas (Snell, 2006). Secara klinis, makula adalah daerah yang dibatasi oleh arkade-arkade pembuluh darah retina temporal. Di tengah makula, sekitar 3,5 mm di sebelah lateral diskus optikus, terdapat lekukan, disebut fovea centralis. Secara histologis, fovea ditandai dengan menipisnya lapisan inti luar dan tidak adanya lapisan-lapisan parenkim karena akson-akson sel fotoreseptor (lapisan serat Henle) berjalan oblik dan pengeseran secara sentrifugal lapisan retina yang lebih dekat ke permukaan dalam retina. Foveola adalah bagian paling tengah pada fovea, di sini fotoreseptornya adalah sel kerucut, dan bagian retina paling tipis (Vaughan, 2000).


(20)

Retina menerima darah dari dua sumber: khoriokapilaria yang berada tepat di luar membrana Bruch, yang mendarahi sepertiga luar retina, termasuk lapisan pleksiformis luar dan lapisan inti luar, foto reseptor, dan lapisan epitel pigmen retina; serta cabang-cabang dari arteri sentralis retina, yang mendarahi dua per tiga sebelah dalam (Vaughan, 2000).

2.3. FISIOLOGI

Penglihatan bergantung pada stimulasi fotoreseptor retina oleh cahaya. Benda-benda tertentu di lingkungan, misalnya matahari, api, dan bola lampu, memancarkan cahaya. Pigmen-pigmen di berbagai benda secara selektif menyerap panjang gelombang tertentu cahaya yang datang dari sumber-sumber cahaya, dan panjang gelombang yang tidak diserap dipantulkan dari permukaan benda. Berkas-berkas cahaya yang dipantulkan inilah yang memungkinkan kita melihat benda tersebut. Suatu benda yang tampak biru menyerap panjang gelombang cahaya merah dan hijau yang lebih panjang dan memantulkan panjang gelombang biru yang lebih pendek, yang dapat diserap oleh fotopigmen di sel-sel kerucut biru mata, sehingga terjadi pengaktifan sel-sel tersebut (Sherwood, 2001).

Penglihatan warna diperankan oleh sel kerucut yang mempunyai pigmen terutama cis aldehida A2. Penglihatan warna merupakan kemampuan membedakan gelombang sinar yang berbeda. Warna ini terlihat akibat gelombang elektromagnetnya mempunyai panjang gelombang yang terletak antara 440-700 (Ilyas, 2008).

Warna primer yaitu warna dasar yang dapat memberikan jenis warna yang terlihat dengan campuran ukuran tertentu. Pada sel kerucut terdapat 3 macam pigmen yang dapat membedakan warna dasar merah, hijau dan biru.

1. Sel kerucut yang menyerap long-wavelength light (red) 2. Sel kerucut yang menyerap middle- wavelength light (green) 3. Sel kerucut yang menyerap short-wavelength light (blue)


(21)

Ketiga macam pigmen tersebut membuat kita dapat membedakan warna mulai dari ungu sampai merah. Untuk dapat melihat normal, ketiga pigmen sel kerucut harus bekerja dengan baik. Jika salah satu pigmen mengalami kelainan atau tidak ada, maka terjadi buta warna.

Warna komplemen ialah warna yang bila dicampur dengan warna primer akan berwarna putih. Putih adalah campuran semua panjang gelombang cahaya, sedangkan hitam tidak ada cahaya (Ilyas, 2008).

Gelombang elektromagnit yang diterima pigmen akan diteruskan rangsangannya pada korteks pusat penglihatan warna di otak. Bila panjang gelombang terletak di antara kedua pigmen maka akan terjadi penggabungan warna (Ilyas, 2008).

Seseorang yang mampu membedakan ketiga macam warna, disebut sebagai trikromat. Dikromat adalah orang yang dapat membedakan 2 komponen warna dan mengalami kerusakan pada 1 jenis pigmen kerucut. Kerusakan pada 2 pigmen sel kerucut akan menyebabkan orang hanya mampu melihat satu komponen yang disebut monokromat. Pada keadaan tertentu dapat terjadi seluruh komponen pigmen warna kerucut tidak normal sehingga pasien tidak dapat mengenal warna sama sekali yang disebut sebagai akromatopsia (Ilyas, 2008).

2.4. ETIOLOGI

Buta warna karena herediter dibagi menjadi tiga: monokromasi (buta warna total), dikromasi (hanya dua sel kerucut yang berfungsi), dan anomalus trikromasi (tiga sel kerucut berfungsi, salah satunya kurang baik). Dari semua jenis buta warna, kasus yang paling umum adalah anomalus trikromasi, khususnya deutranomali, yang mencapai angka 5% dari pria. Sebenarnya, penyebab buta warna tidak hanya karena ada kelainan pada kromosom X, namun dapat mempunyai kaitan dengan 19 kromosom dan gen-gen lain yang berbeda. Beberapa penyakit yang diturunkan seperti distrofi sel kerucut dan akromatopsia juga dapat menyebabkan seseorang menjadi buta warna (Anonim, 2008).


(22)

Gen buta warna terkait dengan dengan kromosom X (X-linked genes). Jadi kemungkinan seorang pria yang memiliki genotif XY untuk terkena buta warna secara turunan lebih besar dibandingkan wanita yang bergenotif XX untuk terkena buta warna. Jika hanya terkait pada salah satu kromosom X nya saja, wanita disebut carrier atau pembawa, yang bisa menurunkan gen buta warna pada anak-anaknya. Menurut salah satu riset 5-8% pria dan 0,5% wanita dilahirkan buta warna. Dan 99% penderita buta warna termasuk dikromasi, protanopia, dan deuteranopia (Nina Karina, 2007).

Dua gen yang berhubungan dengan munculnya buta warna adalah OPN1LW (Opsin 1 Long Wave), yang menyandi pigmen merah dan OPN1MW (Opsin 1 Middle Wave), yang menyandi pigmen hijau (Samir S. Deeb dan Arno G. Motulsky, 2005).

Buta warna dapat juga ditemukan pada penyakit makula, saraf optik, sedang pada kelainan retina ditemukan cacat relative penglihatan warna biru dan kuning sedang kelainan saraf optik memberikan kelainan melihat warna merah dan hijau (Ilyas, 2008).

2.5. KLASIFIKASI BUTA WARNA

Buta warna dikenal berdasarkan istilah Yunani protos (pertama), deutros (kedua), dan tritos (ketiga) yang pada warna 1. Merah, 2. Hijau, 3. Biru. 1. Anomalous trichromacy

Anomalous trichromacy adalah gangguan penglihatan warna yang dapat disebabkan oleh faktor keturunan atau kerusakan pada mata setelah dewasa. Penderita anomalous trichromacy memiliki tiga sel kerucut yang lengkap, namun terjadi kerusakan mekanisme sensitivitas terhadap salah satu dari tiga sel reseptor warna tersebut.

Pasien buta warna dapat melihat berbagai warna akan tetapi dengan interpretasi berbeda daripada normal yang paling sering ditemukan adalah:

a. Trikromat anomali, kelainan terdapat pada short-wavelenght pigment (blue). Pigmen biru ini bergeser ke area hijau dari


(23)

spectrum merah. pasien mempunyai ketiga pigmen kerucut akan tetapi satu tidak normal, kemungkinan gangguan dapat terletak hanya pada satu atau lebih pigmen kerucut. Pada anomali ini perbandingan merah hijau yang dipilih pada anomaloskop berbeda dibanding dengan orang normal.

b. Deutronomali, disebabkan oleh kelainan bentuk pigmen middle-wavelenght (green). Dengan cacat pada hijau sehingga diperlukan lebih banyak hijau, karena terjadi gangguan lebih banyak daripada warna hijau.

c. Protanomali adalah tipe anomalous trichromacy dimana terjadi kelainan terhadap long-wavelenght (red) pigmen, sehingga menyebabkan rendahnya sensitifitas warna merah. Artinya penderita protanomali tidak akan mempu membedakan warna dan melihat campuran warna yang dilihat oleh mata normal. Penderita juga akan mengalami penglihatan yang buram terhadap warna spektrum merah. Hal ini mengakibatkan mereka dapat salah membedakan warna merah dan hitam.

2. Dichromacy

Dichromacy adalah jenis buta warna di mana salah satu dari tiga sel kerucut tidak ada atau tidak berfungsi. Akibat dari disfungsi salah satu sel pigmen pada kerucut, seseorang yang menderita dikromatis akan mengalami gangguan penglihatan terhadap warna-warna tertentu.

Dichromacy dibagi menjadi tiga bagian berdasarkan pigmen yang rusak:

a. Protanopia adalah salah satu tipe dichromacy yang disebabkan oleh tidak adanya photoreceptor retina merah. Pada penderita protonopia, penglihatan terhadap warna merah tidak ada. Dichromacy tipe ini terjadi pada 1 % dari seluruh pria. Keadaan yang paling sering ditemukan dengan cacat pada warna merah hijau sehingga sering dikenal dengan buta warna merah - hijau..


(24)

b. Deutranopia adalah gangguan penglihatan terhadap warna yang disebabkan tidak adanya photoreceptor retina hijau. Hal ini menimbulkan kesulitan dalam membedakan hue pada warna merah dan hijau (red-green hue discrimination).

c. Tritanopia adalah keadaan dimana seseorang tidak memiliki short-wavelength cone. Seseorang yang menderita tritanopia akan kesulitan dalam membedakan warna biru dan kuning dari spektrum cahaya tanpak. Tritanopia disebut juga buta warna biru-kuning dan merupakan tipe dichromacy yang sangat jarang dijumpai.

3. Monochromacy

Monochromacy atau akromatopsia adalah keadaan dimana seseorang hanya memiliki sebuah pigmen cones atau tidak berfungsinya semua sel cones. Pasien hanya mempunyai satu pigmen kerucut (monokromat rod atau batang). Pada monokromat kerucut hanya dapat membedakan warna dalam arti intensitasnya saja dan biasanya 6/30. Pada orang dengan buta warna total atau akromatopsia akan terdapat keluhan silau dan nistagmus dan bersifat autosomal resesif (Kurnia, 2009).

Bentuk buta warna dikenal juga :

a. Monokromatisme rod (batang) atau disebut juga suatu akromatopsia di mana terdapat kelainan pada kedua mata bersama dengan keadaan lain seperti tajam penglihatan kurang dari 6/60, nistagmus, fotofobia, skotoma sentral, dan mungkin terjadi akibat kelainan sentral hingga terdapat gangguan penglihatan warna total, hemeralopia (buta silang) tidak terdapat buta senja, dengan kelainan refraksi tinggi. Pada pemeriksaan dapat dilihat adanya makula dengan pigmen abnormal.

b. Monokromatisme cone (kerucut), di mana terdapat hanya sedikit

cacat, hal yang jarang, tajam penglihatan normal, tidak nistagmus (Ilyas, 2008).


(25)

2.6. PEMERIKSAAN Uji Ishihara

Merupakan uji untuk mengetahui adanya defek penglihatan warna, didasarkan pada menentukan angka atau pola yang ada pada kartu dengan berbagai ragam warna (Ilyas, 2008).

Menurut Guyton (1997) Metode Ishihara yaitu metode yang dapat dipakai untuk menentukan dengan cepat suatu kelainan buta warna didasarkan pada pengunaan kartu bertitik-titik. Kartu ini disusun dengan menyatukan titik-titik yang mempunyai bermacam-macam warna.

Merupakan pemeriksaan untuk penglihatan warna dengan memakai satu seri gambar titik bola kecil dengan warna dan besar berbeda (gambar pseudokromatik), sehingga dalam keseluruhan terlihat warna pucat dan menyukarkan pasien dengan kelainan penglihatan warna melihatnya. Penderita buta warna atau dengan kelainan penglihatan warna dapat melihat sebagian ataupun sama sekali tidak dapat melihat gambaran yang diperlihatkan. Pada pemeriksaan pasien diminta melihat dan mengenali tanda gambar yang diperlihatkan dalam waktu 10 detik (Ilyas, 2008).

Penyakit tertentu dapat terjadi ganguan penglihatan warna seperti buta warna merah dan hijau pada atrofi saraf optik, optik neuropati toksi dengan pengecualian neuropati iskemik, glaukoma dengan atrofi optik yang memberikan ganguan penglihatan biru kuning (Ilyas, 2008).

2.7. Defenisi Pengetahuan

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengetahuan (knowledge) didefenisikan sebagai segala sesuatu yang diketahui; kepandaian. Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang.

Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris, yaitu knowledge. Dalam Encyclopedia of Physolopy dijelaskan bahwa defenisi pengetahuan adalah kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief).


(26)

Sedangkan secara terminologi akan dikemukakan beberapa defenisi pengetahuan. Menurut Drs. Sidi Gazalba, pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti, dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran. Dengan demikian, pengetahuan adalah usaha manusia untuk tahu (Bakhtiar, 2004).

Usaha untuk tahu ini setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pndengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior) (Notoadmojo, 2003).

2.8. Hal-hal yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Meliono (2007), pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:

a. Pendidikan

Pendidikan adalah sebuah proses perubahan sikap dan tatalaku seseorang atau kelompok dan juga usaha untuk mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, visi pendidikan yaitu mencerdaskan manusia.

b. Media

Media adalah sarana yang dipergunakan oleh seseorang dalam memperoleh pengetahuan. Contohnya: televisi, radio, koran dan majalah.

c. Keterpaparan Informasi

Pengertian informasi menurut Oxford English Dictionary, adalah segala sesuatu yang disebut berita atau kepintaran. Kamus lain menyatakan bahwa informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui. Namun adapula yang menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan. Selain itu istilah informasi juga memiliki arti yang lain sebagaimana diartikan oleh RUU (Rancangan Undang-Undang) teknologi informasi yang


(27)

mengartikannya sebagai suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyiman, memanipulasi, mengumumkan, menganalisa, dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu. Sedangkan informasi sendiri mencakup data, teks, image, suara, kode dan program, komputer (Meliano, 2007).


(28)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFENISI OPERASIAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

3.2. Defenisi Operasional

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan merupakan apa yang diketahui mahasiswa/i mengenai defenisi, penyebab, klasifikasi dan pemeriksaan buta warna.

Buta warna adalah adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak dapat membedakan warna tertentu yang bisa dibedakan oleh orang dengan mata normal. Buta warna disebabkan karena ketidakmampuan sel-sel kerucut (cone cell) pada retina mata untuk menangkap suatu spektrum warna tertentu sehingga objek yang terlihat bukan warna yang sesungguhnya (Karina, 2007)

Pengukuran gambaran pengetahuan mahasiswa/i FK USU dilakukan berdasarkan jawaban atas pertanyaan yang diberikan oleh responden pada kuasioner, dengan menggunakan system skoring. Menurut Arikunto (2007), penilaian terhadap pengetahuan responden mengenai buta warna yang dinilai dari 10 pertanyaan yang diajukan kepada responden dengan scoring 1 sebagai jawaban yang benar dan 0 untuk jawaban yang salah adalah sebagai berikut:

a. Skor 8 – 10 = tingkat pengetahuan baik b. Skor 4 – 7 = tingkat pengatahuan sedang c. Skor 0 – 3 = tingkat pengetahuan buruk


(29)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif, dengan pendekatan Cross Sectional (studi potong lintang), artinya subjek yang diamati pada saat monitoring dan pengukuran tingkat pengetahuan mahasiswa dinilai dengan pengamatan pada saat bersamaan (transversal) atau dengan satu kali pengamatan atau pengukuran.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara, Penelitian ini diperkirakan akan berlangsung selama 5 bulan, dimulai pada bulan Juli hingga Desember 2010.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara stambuk 2008, stambuk 2009, dan stambuk 2010. Populasi pada penelitian ini berjumlah sekitar 1310 orang.

4.3.2. Sampel

Metode pengambilan sampel dilakukan dengan simple random sampling yaitu setiap mahasiswa mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel dalam penelitian. Penghitungan sampel menggunakan rumus:

n = N

1 + N (d²)


(30)

n = 1310 keterangan:

1 + 1310 (0,1)² n = jumlah sampel

N = besar popolasi

n = 93 d = tingkat kepercayaan/ ketepatan

yang diinginkan

4.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Kriteria inklusi :

Mahasiswa/i FK USU stambuk 2008-2010.

Kriteria eksklusi :

Yang tidak bersedia mengikuti penelitian.

4.5. Metode Pengumpulan Data 4.5.1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber data. Pengumpulan data dilakukan dengan metode pengisian kuasioner oleh responden yang dilakukan secara langsung oleh peneliti terhadap sampel penelitian.

4.5.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah jumlah populasi mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara stambuk 2008-2010 yang didapatkan peneliti melalui bagian pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4.5.3. Uji Validitas & Uji Reliabilitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Notoatmojo, 2005). Kuasioner yang dipergunakan dalam penelitian ini telah di uji validitas dan reliabilitas dengan menggunakan dengan menggunakan teknik korelasi “product


(31)

moment” dan uji Cronbach (Cronbach Alpha) dengan menggunakan program Statistical Package for Social Science (SPSS) 17.0.

Sampel yang digunakan dalam uji validitas ini memiliki karakteristik yang hampir sama dengan sampel dalam penelitian. Uji validitas dan reliabilitas kuasioner dilakukan di Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM), dengan jumlah sampel dalam uji validitas dan reliabilitas ini adalah sebanyak 36 orang. Setelah uji validitas dilakukan, hanya pada soal-soal yang telah dinyatakan valid saja yang diuji reliabilitasnya. Hasil uji validitas dan reliabilitas yang dilakukan dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Variabel Nomor

pertanyaan

Total person

correlation Status Alpha Status

Pengetahuan 1

2 3 4 5 6 7 8 9 10 0,347 0,334 0,451 0,406 0,500 0,581 0,471 0,474 0,602 0,484 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

0,571 Reliabel

Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel

4.6. Metode Analisis Data

Metode pengolahan data pada penelitian ini akan di masukkan ke dalam komputer. Analisis data yang diperoleh dilakukan secara deskriptif dengan menggunakan software SPSS versi 17.0. (Statistical Products and Service Solution)


(32)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Proses pengambilan data untuk penelitian ini telah dilakukan dengan menggunakan instrument angket yang telah diisi oleh responden di tempat tanpa dibawa pulang ke rumah. Hasil angket yang telah dikumpulkan kemudian dianalisa, sehingga dapat disimpulkan hasil penelitian dalam paparan dibawah ini.

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kampus Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang berlokasi di jalan dr. Mansyur No. 5 Medan, Indonesia. Fakulatas Kedokteran USU dibuka pada tanggal 20 Agustus 1952 oleh Yayasan Universitas Sumatera Utara, yang berlokasi di Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru dengan batas wilayah:

a. Batas Utara : Jalan dr. Mansyur, Padang Bulan b. Batas Selatan : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU c. Batas Timur : Jalan Universitas (pintu I masuk USU) d. Batas Barat : Fakultas Psikologi USU

Kampus ini memiliki luas sekitar 122 Ha, dengan zona akademik seluas 100 Ha yang berada di tengahnya, fakultas ini memiliki berbagai ruang kelas, ruang administrasi, ruang laboratorium, ruang skills lab, ruang seminar, perpustakaan, kantin, ruang PEMA, ruang POM, kamar mandi dan mushola.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara stambuk 2008, stambuk 2009, dan stambuk 2010, yaitu sebanyak 93 mahasiswa.

Dari keseluruhan responden gambaran karakteristik yang diamati meliput i usia dan stambuk. Data lengkap bila ditinjau dari segi usia dan stambuk dapat dilihat pada tabel 5.1.


(33)

Tabel 5.1. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan usia

Kelompok usia Frekuensi Persentase(%)

16 17 18 19 20 21 22 23 25 26 1 8 20 21 27 11 1 1 2 1 1.1 8.6 21.5 22.6 29.0 11.8 1.1 1.1 2.2 1.1

Jumlah 93 100.0

Dari tabel di atas terlihat bahwa kelompok terbesar responden terdapat pada usia 20 tahun, yaitu sebanyak 29,0%, diikuti usia 19 tahun sebanyak 22,6%, usia 18 tahun sebanyak 21,5%, usia 21 tahun sebanyak 11,8%, usia 17 tahun sebanyak 8,6%, usia 25 tahun sebanyak 2,2%, dan terendah pada kelompok usia 16, 22, 23dan 26 tahun, yaitu sebesar 1,1%. Data lengkap bila didistribusiakan berdasarkan stambuk dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan stambuk

Stambuk Frekuensi Persentase(%)

2008 2009 2010 31 31 31 33.3 33.3 33.3


(34)

Dari tabel di atas jumlah responden tiap stambuk yaitu stambuk 2008, 2009 dan 2010 sama jumlahnya, yaitu sebesar 33,3%.

5.1.3. Hasil Analisis Statistik

Pada penelitian ini, dalam lembar angket penelitian terdapat 10 pertanyaan mengenai pengetahuanterhadap buta warna. Pertanyaan-pertanyaan yang ada didalam angket tersebut dapat mewakili pengetahuan responden terhadap buta warna. Data lengkap distribusi frekuensi jawaban kuasioner pada variabel pengetahuan dapat dilihat pada tabel 5.3. dibawah ini

Tabel 5.3. Distribusi frekuensi jawaban responden pada variabel pengetahuan

No. Pertanyaan

Jawaban Responden Benar Salah

N % N %

1. 2. 3. 4 5. 6. 7. 8. 9. 10.

Kapan buta warna mulai timbul.

Kromosom yang terkait dengan buta warna. Pada siapa buta warna sering terjadi.

Jenis warna primer.

Sel apa yang rusak pada buta warna

Nama pemeriksaan untuk mengetahui seseorang menderita buta warna

Bagian mata yang peka terhadap cahaya Apakah buta warna dapat diobati.

Apakah buta warna mempengaruhi ketajaman penglihatan

Jenis gangguan penglihatan pada warna.

85 69 65 78 26 64 76 47 38 12 91,4 74,2 69,9 83,9 28,0 68,8 81,7 50,5 40,9 12,9 8 4 28 15 67 29 17 46 55 81 8,6 25,8 30,1 16,1 72,0 31,2 18,3 49,5 59,1 87,1

Berdasarkan tabel 5.3. diatas pada pertanyaan yang paling banyak dijawab benar adalah pertanyaan nomor 1 yaitu sebesar 91,4%. Sedangkan pertanyaan yang paling banyak dijawab salah adalah pertanyaan nomor 10 yaitu sebesar 87,1%.


(35)

5.1.3.1. Hasil Analisis Univariat

Tingkat pengetahuan dalam penelitian ini dibedakan menjadi 3 yaitu baik, sedang, dan buruk. Seorang responden akan dikatakan baik bila menjawab 8-10 pertanyaan pengetahuan dengan benar sedangkan seorang responden dikatakan berpengetahuan sedang bila menjawab 4-7 pertanyaan pengetahuan dengan benar dan dikatakan buruk bila hanya menjawab lebih kecil dari 3 dari pertanyaan pengetahuan dengan benar. Berdasarkan uji tersebut maka tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran Sumatera Utara dapat dikategorikan pada tabel 5.5.

Tabel. 5.5. Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Ukur Pengetahuan

Pengetahuan n %

Baik Sedang Buruk

11 60 22

11,8 64,5 23,7

Total 93 100,0

Dari tabel 5.5 dapat dilihat tingkat pengetahuan dengan kategori baik memiliki persentase paling kecil yaitu 11,8%, tingkat pengetahuan sedang sebanyak 64,5%, dan tingkat pengetahuan yang dikategorikan buruk sebesar 23,7%.

5.1.3.2. Hasil Analisis Bivariat

Distribusi tabulasi silang berdasarkan tingkat pengetahuan mengenai buta warna dengan stambuk dapat dilihat pada tabel 5.6.


(36)

Tabel 5.6. Distribusi Tabulasi Silang tingkat pengetahuan berdasarkan stambuk

Stambuk

Tingkat Pengetahuan

Total

Buruk Sedang Baik

n % n % n % N %

2008 2009 2010 0 6 5 0 19,4 16.1 18 19 23 58,1 61,3 74,2 13 6 3 41.9 19,4 9.7 31 31 31 100.0 100.0 100.0

Total 11 11.8 60 64,5 22 23.7 93 100.0

Dari tabel di atas, Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan berdasarkan karakteristik stambuk dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa proporsi terbesar mahasiswa/i yang berpengetahuan baik terdapat pada stambuk 2008 yaitu sebesar 41,9%.

Distribusi tabulasi silang tingkat pengetahuan mahasiswa/i FK USU stambuk 2008, 2009 dan 2010 mengenai buta warna berdasarkan karakteristik umur dapat dilihat pada tabel 5.7.


(37)

Tabel 5.7. Distribusi Tabulasi Silang tingkat pengetahuan berdasarkan umur

Umur

Tingkat Pengetahuan

Total

Buruk Sedang Baik

n % n % n % N %

16 17 18 19 20 21 22 23 25 26 0 1 2 4 2 1 0 1 0 0 0 12,5 10.0 19.0 7.4 9.1 0 100.0 0 0 1 6 13 13 16 8 1 0 1 1 100.0 75.0 65.0 61.9 59.3 72.7 100.0 0 50.0 100.0 0 1 5 4 9 2 0 0 1 0 0 12.5 25.0 19.0 33.3 18.2 0 0 1 0 1 8 20 21 27 11 1 1 2 1 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0

Total 11 11.8 60 64.5 22 23.7 93 100.0

Dari tabel 5.7 dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan baik mengenai buta warna terdapat pada kelompok umur 20 tahun yaitu sebesar 33,3%, dan tingkat pengetahuan buruk sebagian besar terdapat pada kelompok umur 16, 25 dan 26 tahun yaitu sebesar 0%.

5.2. Pembahasan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengran, penciuman, rasa dan raba (Notoatmodjo, 2003). Dalam penelitian ini telah dilakukan pembagian angket yang telah valid untuk mengukur pengetahuan responden.


(38)

Apabila dilihat dari hasil penelitian ternyata pengetahuan Mahasiswa/i FK USU stambuk 2008, 2009, 2010 mengenai buta warna sebagian berpengetahuan sedang yaitu sebesar 64,5 %, sedangkan mahasisawa/i yang berpengetahan baik mengenai buta warna sebesar 11,8% dan mahasiswa/i yang berpengetahuan buruk sebesar 23,7%. Hal ini menunjukkan pengetahuan mahasiswa/i FK USU mengenai buta warna masih perlu ditingkatkan lagi, sehingga nantinya mahasiswa tidak berpendapat lagi bahwa seseorang yang menderita buta warna hanya dapat melihat dunia dengan hitam putih saja, tapi itu tergantung dengan sel kerucut mana yang mengalami kerusakan.

Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan berdasarkan karakteristik stambuk dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa proporsi terbesar mahasiswa/i yang berpengetahuan baik terdapat pada stambuk 2008 yaitu sebesar 41,9%. Hal ini mungkin disebabkan karena pada mahasiswa stambuk 2008 sedang dalam mempelajari mata kuliah mata.

Berdasarkan distribusi tingkat pengetahuan mahasiswa/i FK USU stambuk 2008, 2009 dan 2010 mengenai buta warna yang di lihat berdasarkan karakteristik umur, diperoleh bahwa responden yang mempunyai pengetahuan baik mengenai buta warna sebagian besar terdapat pada umur 20 tahun, yaitu sebesar 33,3%. Umr 20 tahun paling banyak terdapat pada mahasiswa/ i stambuk 2008. Responden yang berpengetahuan sedang mayoritas juga terdapat pada kelompok umur 20 tahun yaitu sebesar 59,3%. Sedangkan, responden yang memiliki pengetahuan yang kurang terdapat pada kelomok umur 16, 22,25 dan 26 tahun.


(39)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan, maka dalam penelitian ini dapat disimpulkan, yaitu:

a. Pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara stambuk 2008-2010 mengenai buta warna berada dalam kategori sedang, yaitu sebanyak 60 responden (64,5%), sedangkan pada kategori baik sebanyak 11 responden (11,8%), dan kategori buruk ditemukan sebanyak 22 responden (23,7%).

b. Pengetahuan mahasiswa bila dilihat dari stambuk, maka tingkat

pengetahuan baik terbanyak terdapat pada stambuk 2008, yaitu sebanyak 13 responden (41,9%), tingkat pengetahuan sedang terbanyak terdapat pada stambuk 2010 sebanyak 23 responden (74,2%),sedangkan tingkat pengetahuan buruk terbanyak pada stambuk 2010 sebanyak 5 responden (16,1%).

6.2. Saran

Dari hasil penelitian yang didapat, maka saran yang ingin peneliti sampaikan adalah:

1. Perlu dilakukan peningkatan pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara stambuk 2008-2010 mengenai buta warna. Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi pedoman dalam melakuka n penelitian selanjutnya oleh peneliti-peneliti lain.


(40)

DAFTAR PUSTAKA

Bennett, J., 2009. Gen Therapy for Color Blindness. Available from: www.content.nejm.org/cgi/content/short. [Accesed 7 Maret 2010].

Case, B.J., 2003. Color blindness. Available from:

7 Maret 2010].

Dahlan, M.S., 2008. Langkah-langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: CV. Sagung Seto

Deeb, S.S. and Motulsky, A.G. 2005. Red-green color vision defects. In GeneREVIEWS, Available from:

[Accesed 7 Maret 2010]

Guyton, A.C & Hall, J.E. 1997. Edisi 9. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 804-805

Ilyas, Sidarta. 2008. Edisi ketiga. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FK UI

Kurnia, Rahmadi, 2009. Penentuan Tingkat Buta Warna Berbasis His pada Citra Ishihara. Fakultas Teknik Universitas Andalas, Padang. Available from: www.journal.uii.ac.id/index.php/Snati/article/view/1557. [Accesed 20 February 2010]

Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional. 2007. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Available from:


(41)

[Accesed 18 Maret 2010]

Maurouzis, M., 2009. The Genetics of Color Blindness and Advances in Gene Therapy. Available from:

Notoatmodjo, S., 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo, S., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Riyanto, Agus., 2009. Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Media

Sastroasmoro, Sudigdo and Ismael, Sofyan. 2008. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi ke-3. Jakarta : CV. Sagung Seto.

Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sel. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 173-174

Snell, Richard., 2006. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran edisi 6. Jakarta: EGC

Stiles, J., 2006. Color Blindness Invisible Disability. Available from:

www.ists.pls.uni.edu/istj/issues/33/1_winter_06/Colorblindness. [Accesed 7 Maret 2010]

Vaughan, G. Daniel dan Taylor Asbury. 2000. Oftalmologi Umum. Edisi ke-14. Jakarta: Widya Medika


(42)

Widianingsih, R., Kridalaksana, A.H,. & Hakim, A.R., 2010. Aplikasi Tes Buta Warna Dengan Metode Ishihara Berbasis Komputer. Program Studi Ilmu Komputer, FMIPA Universitas Mulawarman, Samarinda. Available from: www.informatikamulawarman.files.wordpress.com/1557. [Accesed 7 Maret 2010]


(43)

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Elvina Handayani

Tempat/Tgl. Lahir : Medan, 25 Juni 1989

Agama : Islam

Alamat : Jalan Sawit Raya No. 13 Perum. Simalingkar, Medan

Riwayat Pendidikan : 1. TK Al-Azhar Medan (1994-1995) 2. SD 2 Al-Azhar Medan (1995-2001) 3. SLTP Al-Azhar Medan (2001-2002) 4. SLTPN 13 Pekanbaru (2002-2004) 5. SMA Handayani Pekanbaru (2004-2007)


(44)

LAMPIRAN 2

KUESIONER

Gambaran Pengetahuan Mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara stambuk 2008-2010 mengenai Buta Warna

No. responden :

Nama :

Umur :

Stambuk :

1. Kapan seringnya kejadian buta warna mulai timbul?

a. Bawaan sejak lahir c. Setelah lanjut usia

b. Setelah dewasa d. Tidak tahu

2. Buta warna adalah penyakit yang terkait kromosom…

a. Y c. Z

b. X d. Tidak tahu

3. Buta warna sering terjadi pada…

a. Pria c. Resiko pria dan wanita sama untuk menderita

buta warna.

b. Wanita d. Tidak tahu

4. Yang bukan jenis warna primer adalah…

a. Hijau c. Cokelat

b. Merah d. Biru

5. Pemeriksaan apakah yang sering dipakai untuk menenentukan seseorang buta warna atau tidak…

a. Uji Ishihara c. Snellen chart

b. Uji Silindris Silang d. Tidak tahu

6. Penyakit buta warna terjadi akibat kerusakan sel apa?

a. Sel kerucut c. Sel batang


(45)

7. Bagian mata yang peka terhadap cahaya adalah…

a. Lensa c. Retina

b. Kornea d.Tidak tahu

8. Apakah penyakit buta warna dapat diobati?

a. Tidak, kalau penyakit buta warnanya diturunkan (genetik)

b. Bisa, kalau penyakit buta warnanya didapat/ acquired (contohnya, akibat katarak)

c. Kedua jawaban benar d. Tidak tahu

9. Apakah buta warna akibat faktor genetik dapat mempengaruhi ketajaman penglihatan?

a. Ya c. Tidak

b. Sedikit d. Tidak tahu

10. Ada berapa jenis gangguan penglihatan pada warna?

a. 2 jenis c. 4 jenis


(46)

LAMPIRAN 3

LEMBAR PENJELASAN SUBJEK PENELITIAN

Saudara/i Yth,

Saya yang bernama Elvina Handayani/NIM 070100128 adalah mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang mengadakan penelitian dengan judul “Gambaran Pengetahuan Mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara stambuk 2008-2010 mengenai Buta Warna”. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan proses belajar mengajar pada Blok Community Research Programme.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran pengetahuan mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Sumatera Utara stambuk 2008-2010 mengenai Buta Warna. Untuk keperluan tersebut saya memohon kesediaan Saudara untuk menjadi partisipan dalam penelitian ini. Selanjutnya, saya mohon kesediaan Saudara untuk mengisi kuasioner dengan jujur dan apa adanya. Jika Saudara bersedia, silakan menandatangani persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan Saudara.

Identitas pribadi sebagai partisipan akan dirahasiakan dan semua informasi yang diberikan hanya akan digunakan untuk penelitian ini. Saudara berhak untuk ikut atau tidak ikut berpartisipasi tanpa ada sanksi dan konsekuensi buruk di kemudian hari. Jika ada hal yang kurang dipahami Saaudara dapat bertanya langsung kepada peneliti. Atas perhatian dan kesediaan Saudara menjadi partisipan dalam penelitian ini, saya sampaikan terima kasih.

Medan, ___________2010


(47)

(responden) (Elvina Handayani)

Lampiran 4

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP) (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Umur :

Stambuk :

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang penelitian “Gambaran Pengetahuan Mahasiswa/i FK USU Stambuk 2008-2010 mengenai Buta Warna”, maka dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian tersebut.

Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Medan, __________ 2010


(48)

LAMPIRAN 5

Data Induk (Master Data)

DATA INDUK UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS

No Nama P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 Total

1 a 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 6

2 b 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 5

3 c 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 6

4 d 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 5

5 e 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10

6 f 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 6

7 g 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10

8 h 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 6

9 i 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 8

10 j 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 5

11 k 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 6

12 l 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 5

13 m 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 7

14 n 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 5

15 o 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 5

16 p 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10

17 q 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 3

18 r 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 6


(49)

20 t 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 3

21 u 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9

22 v 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

23 w 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 8

24 x 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 6

25 y 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 6

26 z 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 5

27 aa 1 1 1 1 1 1 1 10 1 1 10

28 bb 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 6

29 cc 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 3

30 dd 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 8

31 ee 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 4

32 ff 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 5

33 gg 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 3

34 hh 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 3

35 ii 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 4

36 jj 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 5

DATA INDUK HASIL PENELITIAN

No Nama Umur Stambuk P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 Total Tingkat pengetahuan

1 AA 18 2010 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 3 Buruk

2 BB 18 2010 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 4 Sedang


(50)

4 DD 18 2010 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 4 Sedang

5 EE 18 2010 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 7 Sedang

6 FF 17 2010 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 4 Sedang

7 GG 17 2010 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 8 Baik

8 HH 17 2010 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 7 Sedang

9 II 17 2010 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 3 Buruk

10 JJ 19 2010 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2 Buruk

11 KK 20 2010 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 8 Baik

12 LL 25 2010 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 8 Baik

13 MM 17 2010 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 6 Sedang

14 NN 18 2010 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 4 Sedang

15 OO 20 2010 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 3 Buruk

16 PP 16 2010 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 7 Sedang

17 QQ 18 2010 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 3 Buruk

18 RR 19 2010 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 7 Sedang

19 SS 19 2010 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 7 Sedang

20 TT 20 2010 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 6 Sedang

21 UU 21 2010 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 7 Sedang

22 VV 22 2010 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 6 Sedang

23 WW 17 2010 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 7 Sedang

24 XX 18 2010 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 5 Sedang

25 YY 25 2010 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 7 Sedang

26 ZZ 26 2010 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 6 Sedang

27 AAA 18 2010 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 6 Sedang


(51)

29 CCC 18 2010 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 6 Sedang

30 DDD 17 2009 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 5 Sedang

31 FFF 19 2009 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 5 Sedang

32 GGG 19 2009 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 4 Sedang

33 HHH 18 2009 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 8 Baik

34 III 18 2009 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 8 Baik

35 JJJ 19 2009 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 5 Sedang

36 KKK 19 2009 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 3 Buruk

37 LLL 19 2009 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 6 Sedang

38 MMM 19 2009 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 3 Buruk

39 NNN 18 2009 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 7 Sedang

40 OOO 19 2009 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 7 Sedang

41 PPP 19 2009 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 7 Sedang

42 QQQ 20 2009 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 5 Sedang

43 RRR 19 2009 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 6 Sedang

44 SSS 21 2009 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2 Buruk

45 TTT 20 2009 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 Baik

46 UUU 18 2009 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 8 Baik

47 VVV 19 2009 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 6 Sedang

48 WWW 23 2009 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 2 Buruk

49 XXX 18 2009 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 5 Sedang

50 YYY 18 2009 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 8 Baik

51 ZZZ 18 2009 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 7 Sedang

52 AAAA 20 2009 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 2 Buruk


(52)

54 CCCC 18 2009 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 8 Baik

55 DDDD 20 2009 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 5 Sedang

56 EEEE 19 2009 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 4 Sedang

57 FFFF 18 2009 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 5 Sedang

58 GGGG 19 2009 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 7 Sedang

59 HHHH 20 2008 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 8 Baik

60 IIII 19 2008 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 8 Baik

61 JJJJ 21 2008 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 6 Sedang

62 KKKK 18 2008 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 7 Sedang

63 LLLL 19 2008 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 Baik

64 MMMM 20 2008 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 8 Baik

65 NNNN 20 2008 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 Baik

66 OOOO 21 2008 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 Baik

67 PPPP 21 2008 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 6 Sedang

68 QQQQ 21 2008 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 7 Sedang

69 RRRR 21 2008 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 7 Sedang

70 SSSS 20 2008 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 5 Sedang

71 TTTT 20 2008 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 6 Sedang

72 VVVV 20 2008 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 4 Sedang

73 WWWW 20 2008 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 6 Sedang

74 XXXX 21 2008 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 5 Sedang

75 YYYY 20 2008 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 6 Sedang

76 ZZZZ 20 2008 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 4 Sedang

77 AAAAA 20 2008 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 8 Baik


(53)

79 CCCCC 20 2008 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 8 Baik

80 DDDDD 20 2008 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 5 Sedang

81 EEEEE 20 2008 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 8 Baik

82 FFFFF 19 2008 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 Baik

83 GGGGG 20 2008 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 8 Baik

84 HHHHH 21 2008 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 Baik

85 IIIII 20 2008 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 7 Sedang

86 JJJJJ 19 2008 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 8 Baik

87 KKKKK 19 2008 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 6 Sedang

88 LLLLL 20 2008 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 6 Sedang

89 MMMMM 20 2008 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 5 Sedang

90 NNNNN 20 2009 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 4 Sedang

91 OOOOO 20 2009 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 4 Sedang

92 PPPPP 20 2010 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 7 Sedang


(54)

Correlations

p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 Total

p1 Pearson

Correlation

1 .116 .045 .518** -.259 .329 -.033 .059 .209 -.030 .347*

Sig.

(2-tailed)

.500 .794 .001 .127 .050 .848 .732 .221 .863 .038

N 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36

p2 Pearson

Correlation

.116 1 .273 -.182 -.014 -.055 .031 .154 .055 .214 .334*

Sig. (2-tailed)

.500

.108 .287 .935 .748 .859 .369 .748 .210 .046

N 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36

p3 Pearson

Correlation

.045 .273 1 -.226 .135 .189 .147 .205 .151 .216 .451**

Sig. (2-tailed)

.794 .108

.185 .433 .270 .393 .231 .379 .205 .006

N 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36

p4 Pearson

Correlation

.518** -.182 -.226 1 .015 .329 .116 .141 .478** -.030 .406*

Sig. (2-tailed)

.001 .287 .185

.930 .050 .500 .411 .003 .863 .014

N 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36

p5 Pearson

Correlation

-.259 -.014 .135 .015 1 .255 .240 .270 .204 .387* .500**

Sig. (2-tailed)

.127 .935 .433 .930

.134 .158 .111 .233 .020 .002


(55)

p6 Pearson Correlation

.329 -.055 .189 .329 .255 1 .194 .236 .125 -.050 .581**

Sig. (2-tailed)

.050 .748 .270 .050 .134

.257 .165 .468 .773 .000

N 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36

p7 Pearson

Correlation

-.033 .031 .147 .116 .240 .194 1 .192 .180 .214 .471**

Sig. (2-tailed)

.848 .859 .393 .500 .158 .257

.261 .293 .210 .004

N 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36

p8 Pearson

Correlation

.059 .154 .205 .141 .270 .236 .192 1 .278 .215 .474**

Sig. (2-tailed)

.732 .369 .231 .411 .111 .165 .261

.100 .207 .004

N 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36

p9 Pearson

Correlation

.209 .055 .151 .478** .204 .125 .180 .278 1 .386* .602**

Sig. (2-tailed)

.221 .748 .379 .003 .233 .468 .293 .100

.020 .000

N 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36

p10 Pearson

Correlation

-.030 .214 .216 -.030 .387* -.050 .214 .215 .386* 1 .484**

Sig. (2-tailed)

.863 .210 .205 .863 .020 .773 .210 .207 .020

.003


(56)

total Pearson Correlation

.347* .334* .451** .406* .500** .581** .471** .474** .602** .484** 1

Sig. (2-tailed)

.038 .046 .006 .014 .002 .000 .004 .004 .000 .003

N 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36

Reliability

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 36 62.1

Excludeda 22 37.9

Total 58 100.0

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items


(57)

Distribusi Karakteristik Responden Umur

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 16 1 1.1 1.1 1.1

17 8 8.6 8.6 9.7

18 20 21.5 21.5 31.2

19 21 22.6 22.6 53.8

20 27 29.0 29.0 82.8

21 11 11.8 11.8 94.6

22 1 1.1 1.1 95.7

23 1 1.1 1.1 96.8

25 2 2.2 2.2 98.9

26 1 1.1 1.1 100.0

Total 93 100.0 100.0

Stambuk

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2008 31 33.3 33.3 33.3

2009 31 33.3 33.3 66.7

2010 31 33.3 33.3 100.0

Total 93 100.0 100.0

Tingkat pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Buruk 11 11.8 11.8 11.8

Sedang 60 64.5 64.5 76.3

Baik 22 23.7 23.7 100.0


(58)

umur * tingkat Pengetahuan Crosstabulation

tingktpengetahuan

Total

buruk sedang baik

umur 16 Count 0 1 0 1

% within umur

.0% 100.0% .0% 100.0%

17 Count 1 6 1 8

% within umur

12.5% 75.0% 12.5% 100.0%

18 Count 2 13 5 20

% within umur

10.0% 65.0% 25.0% 100.0%

19 Count 4 13 4 21

% within umur

19.0% 61.9% 19.0% 100.0%

20 Count 2 16 9 27

% within umur

7.4% 59.3% 33.3% 100.0%

21 Count 1 8 2 11

% within umur

9.1% 72.7% 18.2% 100.0%

22 Count 0 1 0 1

% within umur

.0% 100.0% .0% 100.0%

23 Count 1 0 0 1

% within umur

100.0% .0% .0% 100.0%

25 Count 0 1 1 2

% within umur

.0% 50.0% 50.0% 100.0%

26 Count 0 1 0 1

% within umur

.0% 100.0% .0% 100.0%

Total Count 11 60 22 93

% within umur

11.8% 64.5% 23.7% 100.0%

p 1

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 8 8.2 8.6 8.6

1 85 87.6 91.4 100.0

Total 93 95.9 100.0

Missing System 4 4.1


(59)

p2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 24 24.7 25.8 25.8

1 69 71.1 74.2 100.0

Total 93 95.9 100.0

Missing System 4 4.1

Total 97 100.0

p3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 28 28.9 30.1 30.1

1 65 67.0 69.9 100.0

Total 93 95.9 100.0

Missing System 4 4.1

Total 97 100.0

p4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 15 15.5 16.1 16.1

1 78 80.4 83.9 100.0

Total 93 95.9 100.0

Missing System 4 4.1


(60)

p5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 67 69.1 72.0 72.0

1 26 26.8 28.0 100.0

Total 93 95.9 100.0

Missing System 4 4.1

Total 97 100.0

p6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 29 29.9 31.2 31.2

1 64 66.0 68.8 100.0

Total 93 95.9 100.0

Missing System 4 4.1

Total 97 100.0

p7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 17 17.5 18.3 18.3

1 76 78.4 81.7 100.0

Total 93 95.9 100.0

Missing System 4 4.1

Total 97 100.0

p8

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(61)

Valid 0 46 47.4 49.5 49.5

1 47 48.5 50.5 100.0

Total 93 95.9 100.0

Missing System 4 4.1

Total 97 100.0

P9

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 55 56.7 59.1 59.1

1 38 39.2 40.9 100.0

Total 93 95.9 100.0

Missing System 4 4.1

Total 97 100.0

P10

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 81 83.5 87.1 87.1

1 12 12.4 12.9 100.0

Total 93 95.9 100.0

Missing System 4 4.1


(1)

total Pearson Correlation

.347* .334* .451** .406* .500** .581** .471** .474** .602** .484** 1

Sig. (2-tailed)

.038 .046 .006 .014 .002 .000 .004 .004 .000 .003

N 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36

Reliability

Case Processing Summary

N

%

Cases

Valid

36

62.1

Excluded

a

22

37.9

Total

58

100.0

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

N of Items


(2)

Distribusi Karakteristik Responden

Umur

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 16 1 1.1 1.1 1.1

17 8 8.6 8.6 9.7

18 20 21.5 21.5 31.2

19 21 22.6 22.6 53.8

20 27 29.0 29.0 82.8

21 11 11.8 11.8 94.6

22 1 1.1 1.1 95.7

23 1 1.1 1.1 96.8

25 2 2.2 2.2 98.9

26 1 1.1 1.1 100.0

Total 93 100.0 100.0

Stambuk

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2008 31 33.3 33.3 33.3

2009 31 33.3 33.3 66.7

2010 31 33.3 33.3 100.0

Total 93 100.0 100.0

Tingkat pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Buruk 11 11.8 11.8 11.8

Sedang 60 64.5 64.5 76.3

Baik 22 23.7 23.7 100.0


(3)

umur * tingkat Pengetahuan Crosstabulation

tingktpengetahuan

Total

buruk sedang baik

umur 16 Count 0 1 0 1

% within umur

.0% 100.0% .0% 100.0%

17 Count 1 6 1 8

% within umur

12.5% 75.0% 12.5% 100.0%

18 Count 2 13 5 20

% within umur

10.0% 65.0% 25.0% 100.0%

19 Count 4 13 4 21

% within umur

19.0% 61.9% 19.0% 100.0%

20 Count 2 16 9 27

% within umur

7.4% 59.3% 33.3% 100.0%

21 Count 1 8 2 11

% within umur

9.1% 72.7% 18.2% 100.0%

22 Count 0 1 0 1

% within umur

.0% 100.0% .0% 100.0%

23 Count 1 0 0 1

% within umur

100.0% .0% .0% 100.0%

25 Count 0 1 1 2

% within umur

.0% 50.0% 50.0% 100.0%

26 Count 0 1 0 1

% within umur

.0% 100.0% .0% 100.0%

Total Count 11 60 22 93

% within umur

11.8% 64.5% 23.7% 100.0%

p 1

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 8 8.2 8.6 8.6

1 85 87.6 91.4 100.0

Total 93 95.9 100.0

Missing System 4 4.1


(4)

p2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 24 24.7 25.8 25.8

1 69 71.1 74.2 100.0

Total 93 95.9 100.0

Missing System 4 4.1

Total 97 100.0

p3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 28 28.9 30.1 30.1

1 65 67.0 69.9 100.0

Total 93 95.9 100.0

Missing System 4 4.1

Total 97 100.0

p4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 15 15.5 16.1 16.1

1 78 80.4 83.9 100.0

Total 93 95.9 100.0

Missing System 4 4.1


(5)

p5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 67 69.1 72.0 72.0

1 26 26.8 28.0 100.0

Total 93 95.9 100.0

Missing System 4 4.1

Total 97 100.0

p6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 29 29.9 31.2 31.2

1 64 66.0 68.8 100.0

Total 93 95.9 100.0

Missing System 4 4.1

Total 97 100.0

p7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 17 17.5 18.3 18.3

1 76 78.4 81.7 100.0

Total 93 95.9 100.0

Missing System 4 4.1

Total 97 100.0

p8

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(6)

Valid 0 46 47.4 49.5 49.5

1 47 48.5 50.5 100.0

Total 93 95.9 100.0

Missing System 4 4.1

Total 97 100.0

P9

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 55 56.7 59.1 59.1

1 38 39.2 40.9 100.0

Total 93 95.9 100.0

Missing System 4 4.1

Total 97 100.0

P10

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 81 83.5 87.1 87.1

1 12 12.4 12.9 100.0

Total 93 95.9 100.0

Missing System 4 4.1