commit to user
8
B. Pakan Domba
Pakan domba dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu pakan dasar yang terdiri dari hijauan dan makanan tambahan suplemen yang dapat disusun dari
pecahan serealia, kacang-kacangan, tepung ikan, dan sebagainya, mineral serta vitamin Rangkuti et al., 1989. Pakan hijauan ialah semua bahan pakan yang
berasal dari tanaman berupa daun-daunan, yang termasuk pakan hijauan ialah bangsa rumput, legume dan tumbuh-tumbuhan lain. Semuanya bisa diberikan
dalam dua macam bentuk yaitu keadaan segar atau kering Sugeng, 2002. Ransum ternak ruminansia pada umumnya terdiri dari hijauan dan
konsentrat. Pemberian ransum berupa kombinasi dari kedua bahan itu akan memberi peluang terpenuhinya zat-zat gizi dan biayanya relatif rendah. Namun
bisa juga ransum terdiri dari hijauan ataupun konsentrat saja. Apabila ransum terdiri dari hijuan saja maka biayanya relatif murah, tetapi produksi yang tinggi
sulit tercapai, sedangkan pemberian ransum hanya terdiri dari konsentrat saja akan memungkinkan tercapainya produksi yang tinggi, tetapi biaya ransumnya relatif
mahal dan kemungkinan bisa terjadi gangguan pencernaan Siregar, 1994. Pemberian hijauan dalam keadaan segar, umumnya lebih disukai domba
dibandingkan dengan pemberian dalam keadaan layu atau kering. Kebutuhan domba akan bahan pakan sangat tergantung pada kondisi fisiologis domba
tersebut. Domba-domba yang digemukkan secara umum, membutuhkan hijauan segar sebanyak 10 persen dari berat badan. Misalnya, domba seberat 25 kilogram,
maka domba tersebut membutuhkan 2,5 kilogram hijauan per hari Sodiq dan Abidin, 2002.
Konsentrat merupakan pakan penguat yang terdiri dari bahan baku yang kaya karbohidrat dan protein seperti jagung kuning, bekatul, dedak gandum dan
bungkil-bungkilan Murtidjo,1993. Menurut Tillman et al 1991 bahwa konsentrat adalah bahan pakan ternak yang mengandung SK18 persen, banyak
8
commit to user
9
mengandung BETN karbohidrat yang mudah dicerna, termasuk golongan biji- bijian dan sisa hasil penggilingan, umbi-umbian dan bahan berasal dari hewan.
Umumnya bahan pakan konsentrat mempunyai nilai palatabilitas rasa enak dan akseptabilitas kemauan ternak mengkonsumsi yang lebih tinggi.
Dengan demikian, konsentrat diberikan kepada domba dengan tujuan untuk meningkatkan nilai gizizat
makanan, meningkatkan
konsumsi pakan,
meningkatkan daya cerna. Pemberian pakan konsentrat setiap hari sangat besar manfaatnya bagi ternak yang masih mengalami pertumbuhan, bunting, dan
menyusui Mulyono, 2004. Onggok merupakan limbah padat industri pengolahan tepung tapioka yang
belum digunakan secara optimal sebagai makanan ternak. Pemanfaatan onggok dapat membantu mengatasi kekurangan makanan ternak. Haroen 1994
menyebutkan bahwa berdasarkan hasil analisa onggok mengandung protein kasar 2,95, lemak 0,35, serat kasar 7,28, dan BETN 71,64. Berdasarkan
tingginya kandungan BETN pada onggok ini maka onggok dapat digunakan sebagai bahan pakan sumber energi. Onggok sebagai hasil sampingan pembuatan
tepung tapioka selain harganya murah, ketersediaan cukup, mudah didapat dan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia.
Hasil ikutan tanaman ubi kayu sebesar 54,2 digunakan untuk pangan dan sisanya sebesar 19,7 untuk bahan baku industri seperti tepung tapioka, untuk
industri pakan ternak 1,8 dan industri non pangan lainnya 8,5 serta dieksport 15,8. Hasil ikutan ubi kayu yang banyak digunakan sebagai pakan ternak adalah
onggok dan gaplek afkir. Onggok merupakan hasil ikutan pengolahan agro industri tepung tapioka yang jumlahnya mencapai 19,7 dari total produksi ubi kayu
nasional Deptan, 2009. Fermentasi adalah segala macam proses metabolik dengan bantuan enzim
dari mikroba jasad renik untuk melakukan oksidasi, reduksi, hidrolisa dan reaksi
commit to user
10
kimia lainnya sehingga terjadi perubahan kimia pada suatu substrat organik dengan menghasilkan produk tertentu dan menyebabkan terjadinya perubahan sifat
bahan tersebut. Menurut jenis mediumnya, proses fermentasi dibagi menjadi dua yaitu fermentasi medium padat dan fermentasi medium cair. Fermentasi medium
padat merupakan proses fermentasi dimana medium yang digunakan tidak larut tetapi cukup mengandung air untuk keperluan mikroorganisme, sedangkan
fermentasi medium cair adalah proses yang substratnya larut di dalam fase cair Mirwandhono dan Siregar, 2004.
Fermentasi menggunakan ragi tape, adapun isolat-isolat yang diperoleh dari ragi tersebut terdiri atas 4 macam isolat mikroba, yaitu dua isolat kapang dari
genus Rhizopus dan dua isolat khamir yaitu satu dari genus Saccharomyces dan satu dari genus Schizosaccharomyces. Sesuai dengan kandungan mikroba yang
terdapat pada ragi tersebut, maka peranan mikroorganisme dalam proses fermentasi dibagi menjadi dua berdasarkan tahap fermentasi. Selama proses
fermentasi kapang akan mengubah pati menjadi gula sederhana dan khamir akan mengubah gula menjadi alkohol dan senyawa lain. Kapang menghasilkan enzim-
enzim α-amilase, β-amilase dan glukoamilase, khamir menghasilkan enzim invertase, zimase, karboksilase, maltase, melibiose, heksokinase, L-laktase,
dehidrogenase, glukose-6-fosfat dehidrogenase dan alkohol dehidrogenase Oktora et al., 2008.
L-carnitine
Carnitine mempunyai nama kimia 3-hidroksi-4-trimetil-aminobutirat. L- Carnitine merupakan senyawa yang mirip asam amino yang mempunyai struktur
commit to user
11
kimia seperti terlihat pada gambar dibawah ini
Gambar 1. Struktur kimia L-Carnitine terionisasi Suwarsito, 2004.
L-Carnitine pada jaringan hewan ditemukan dalam tiga bentuk, yaitu carnitin bebas, asilkarnitin rantai pendek yang larut dalam asam dan asilkarnitin rantai
panjang yang tidak larut dalam asam. L-Carnitine merupakan nutrien non esensial karena sebagian besar hewan dapat mensintesis sendiri dari asam amino dalam
tubuhnya. Pada mamalia, L-Carnitine disintesis terutama dalam hati dan ginjal yang berasal dari asam amino lisin dan metionin Suwarsito, 2004
Carnitine adalah senyawa yang mengandung nitrogen dengan berat molekul rendah yang melayani bolak-balik gugus asil lemak melintasi membran
mitokondria. Carnitine
disintesis dari
lisin yang
diikat protein
Montgomery et al., 1993. L-carnitine merupakan produk turunan dari salah satu asam amino, yaitu
lisin. Nama karnitin berasal dari bahasa latin ”carnus” yang berarti daging. Istilah tersebut muncul karena penemuan karnitin pertama kali tahun 1905 merupakan
hasil isolasi lisin dari daging sapi. Penelitian pada cacing Tenebrio molitor menunjukkan bahwa L-carnitine memiliki fungsi mirip dengan vitamin B1. L-
carnitine merupakan senyawa yang dapat disintesis oleh cacing tersebut dan juga organisme
lain yang
lebih tinggi
tingkatannya, termasuk
manusia Cyberhealth, 2006.
Asil carnitine tidak dapat menembus masuk melewati membran dalam mitokondria ke tempat sintesis enzim
β-oksidasi asam lemak, sehingga untuk menembus rintangan ini, gugus asil ditrans-esterkan dari COA-SH ke carnitine,
commit to user
12
suatu enzim yang berhubungan dengan membran dalam mitokondria Lehninger, 1993. Asam lemak bebas pada umumnya berupa asam-asam lemak rantai
panjang. Asam lemak rantai panjang ini akan dapat masuk ke dalam mitokondria dengan bantuan senyawa karnitin, dengan rumus CH
3 3
N
+
-CH
2
-CHOH-CH
2
- COO
-
. Mekanisme transportasi asam lemak trans membran mitokondria melalui mekanisme pengangkutan karnitin dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 2. Mekanisme transportasi asam lemak trans membran mitokondria melalui mekanisme pengangkutan karnitin Nugroho, 2000
Langkah-langkah masuknya asil KoA ke dalam mitokondria dijelaskan sebagai berikut:
1. Asam lemak bebas FFA diaktifkan menjadi asil-KoA dengan dikatalisir oleh enzim tiokinase.
Membran mitokondria interna Karnitin
palmitoil transferase II
Karnitin Asil karnitin
translokase
KoA Karnitin
Asil karnitin Asil-KoA
Asil karnitin
Beta oksidasi
Membran mitokondria eksterna ATP + KoA
AMP + PPi
FFA
Asil-KoA Asil-KoA
sintetase Tiokinase
Karnitin palmitoil
transferase I Asil-KoA
KoA Karnitin
Asil karnitin
commit to user
13
2. Setelah menjadi bentuk aktif, asil-KoA dikonversikan oleh enzim karnitin palmitoil transferase I yang terdapat pada membran eksterna mitokondria
menjadi asil karnitin. Setelah menjadi asil karnitin, barulah senyawa tersebut bisa menembus membran interna mitokondria.
3. Pada membran interna mitokondria terdapat enzim karnitin asil karnitin translokase yang bertindak sebagai pengangkut asil karnitin ke dalam dan
karnitin keluar. 4. Asil karnitin yang masuk ke dalam mitokondria selanjutnya bereaksi dengan
KoA dengan dikatalisir oleh enzim karnitin palmitoil transferase II yang ada di membran interna mitokondria menjadi Asil Koa dan karnitin dibebaskan.
5. Asil KoA yang sudah berada dalam mitokondria ini selanjutnya masuk dalam proses beta oksidasi Nugroho, 2000.
Teknologi Penyabunan Asam Lemak
Proses pembuatan minyak ikan tuna dibagi menjadi 4 tahap yaitu tahap persiapan, pemasakan, ekstraksi dan pemisahan Miscella. Proses yang terjadi pada
tahap persiapan yaitu membersihkan hasil tangkapan ikan dengan menyemprotkan air selanjutnya ditampung dalam storage. Proses yang terjadi pada tahap
pemasakan yaitu memasak ikan dalam cooker dimana selama proses pemasakan terjadi proses denaturasi protein. Proses yang terjadi pada tahap ekstraksi yaitu
memisahkan minyak yang masih terkandung dalam ikan yang sebelumnya telah dimasak dan mengalami reducing size, dan dikurangi kadar airnya pada Rotary
Drier. Proses Ekstraksi ini menggunakan pelarut N-Hexane. Proses yang terjadi pada tahap pemisahan miscella yaitu pemisahan antara minyak ikan dengan sedikit
kandungan N-Hexane Virdaus dan Anysa, 2010. Asam lemak tidak jenuh mempunyai 2 atau lebih molekul-molekul
hidrogen yang hilang. Molekul-molekul hidrogen yang hilang tersebut dapat diisi melalui suatu proses yang disebut “hidrogenasi”. Hal ini terjadi bila minyak
commit to user
14
tumbuh-tumbuhan dipadatkan dalam proses pembuatan mentega Anggorodi, 1990. Asam lemak tak jenuh dapat mengalami hidrogenasi dalam rumen menjadi
asam lemak jenuh padat yang sulit dicerna. Oleh karena itu agar tidak mengganggu aktivitas rumen, sebelum dicampur pakan, perlu diberi perlakuan. Usaha yang
dilakukan adalah dengan cara proteksi asam lemak tak jenuh dengan metode penyabunan Setyaningrum dan Prayitno, 2010.
Proses hidrogenasi terjadi didalam rumen, namun hasilnya tidak dapat langsung diserap lewat dinding rumen. Baru sesudah berada di usus kecil hasil
hidrogenasi tersebut akan mengalami proses pada pencernaan selanjutnya Prawirokusumo, 1994.
Salah satu usaha yang dilakukan untuk mengurangi hidrogenasi dalam rumen adalah dengan cara proteksi asam lemak tak jenuh dengan cara penyabunan
dalam bentuk sabun asam lemak yaitu berbentuk kristal yang stabil pada pH netral seperti dalam rumen, namun meleleh pada pH asam seperti dalam usus halus.
Performan sabun asam lemak dari bahan baku minyak ikan lemuru setengah jadi sebelum dikristalkan mempunyai sifat fisik sangat bagus. Bentuk adonan padat
dan kalis. Mudah dibuat lempengan tipis dan mudah mengeras saat direndam dalam CaCl
2
jenuh. Perendaman adonan dalam CaCl
2
jenuh dimaksudkan untuk upaya kristalisasi sabun. Warna kristal sabun dari minyak ikan lemuru setelah
dilakukan pengeringan adalah coklat muda Setyaningrum dan Prayitno, 2010. Sabun kalsium dibuat melalui proses kimiawi yaitu dengan mereaksikan
bahan lemak dengan larutan NaOH yang dikenal dengan proses saponifikasi penyabunan, kemudian direaksikan lagi dengan larutan CaCl
2
supaya diperoleh sabun kalsium yang bersifat tidak larut dalam air. Reaksi pembuatan sabun
kalsium Ketaren, 1986 adalah sebagai berikut:
commit to user
15
O O
R — C
+ NaOH R
— C + H
2
O OH
Basa ONa
Air asam lemak bebas
Sabun O
O R
— C + 3CaCl
3
R — C
+ 3 NaCl ONa
OCa Garam asam lemak
Sabun Kalsium Garam kalsium dari asam lemak dikenal sebagai sabun kalsium, dibentuk
dari penggabungan asam lemak jenuh maupun tidak jenuh dengan ion kalsium. Mekanisme dari sabun kalsium ini tidak didasarkan titik cair asam lemak, tetapi
berdasarkan level keasaman atau pH rumen dan usus halus. Sabun kalsium tetap utuh pada lingkungan netral pH 7 tetapi akan terurai dalam lingkungan asam pH 3
Fernandes, 1999.
C. Konsumsi Pakan