Melakukan Interprestasi Pengujian Model Struktrural

Berdasarkan tabel 4.21. Goodness of Fit Index dengan melakukan penambahan garis hubung menunjukkan bahwa model dapat dikatakan relative fit. Hal ini dapat dilihat berdasarkan hasil goodness of fit indeks yang telah memenuhi syarat. Nilai GFI yang marginal yaitu sebesar 0,835. Indeks lain TLI, CFI yang sudah lebih tinggi daripada yang disyaratkan yaitu nilai TLI sebesar 0,928 lebih tinggi dari nilai yang disyaratkan sebesar 0,9 dan CFI sebesar 0,945. Tabel 4.22. Output Loading Factor Menambah Garis Hubung Keterangan Estimate PKG1  PKG .874 PKG2  PKG .863 PKG3  PKG .787 PKG4  PKG .797 PKM6  PKM .725 PKM5  PKM .832 PKM4  PKM .843 PKM3  PKM .876 PKM2  PKM .863 PKM1  PKM .835 PR5  PR .832 PR4  PR .837 PR3  PR .789 PR2  PR .785 PR1  PR .687 KT2  KT .784 KT3  KT .988 MM2  MM .885 MM3  MM .836 Sumber: Data primer yang diolah dengan AMOS 22.0 Loading factor merupakan salah satu cara lain untuk mengetahui apakah suatu dimensi-dimensi dapat membentuk variabel laten. Syarat untuk memenuhi nilai loading factor adalah nilai masing-masing indikator harus lebih tinggi dari 0,50. Hasil uji output loading factor dengan menambahkan garis hubung pada Tabel 4.22. menunjukkan bahwa untuk masing-masing indikator sudah mempunyai nilai loading factor lebih tinggi dari yang disyaratkan yaitu 0,5. Untuk dapat melihat reliabel atau tidak suatu indikator pada konstruknya, maka uji reliabilitas selanjutnya dilakukan dengan menghitung construc reliability.

c. Pengujian Evaluasi Asumsi Model Struktural

1 Uji Normalitas Data Uji normalitas data pada penelitian ini dilakukan menggunakan kriteria critical ratio value atau nilai c.r sebesar ±2,58 pada tingkat signifikan 0,01. Data dapat dikatakan berdistribusi normal jika mempunyai nilai critical ratio skewnees value ±2,58 Ghozali 2014. Berdasarkan nilai critical ratio skewness value menunjukkan semua indikator menunjukkan distribusi normal karena nilainya ±2,58. Hasil uji normalitas multivariate pada penelitian ini memberikan nilai critical ratio sebesar 32,231. Oleh karena itu jika dilihat dari nilai critical ratio multivariate maka data dapat dikatakan belum berdistribusi normal. Tabel 4.23. Output Assesement of Normality Menambah Garis Hubung Variable min max skew

c.r. kurtosis

c.r.

KT3 2.000 5.000 -.434 -1.98 .684 1.56 KT2 3.000 5.000 .020 .092 -.394 -.899 MM3 2.000 5.000 -.496 -2.26 -.109 -.249 MM2 2.000 5.000 -.501 -2.28 -.090 -.205 PR1 3.000 5.000 -.029 -.132 .374 .854 PR2 3.000 5.000 -.031 -.140 .031 .072 PR3 3.000 5.000 .018 .082 -.155 -.353 PR4 3.000 5.000 .042 .190 -.269 -.614 PR5 2.000 5.000 -.188 -.857 .047 .107 PKM1 2.000 5.000 -.232 -1.05 -.311 -.709 PKM2 2.000 5.000 -.119 -.542 -.322 -.734 PKM3 2.000 5.000 -.283 -1.29 .188 .430 PKM4 2.000 5.000 -.221 -1.01 .154 .351 PKM5 2.000 5.000 -.192 -.877 -.001 -.003 PKM6 2.000 5.000 -.416 -1.90 .387 .884 PKG4 3.000 5.000 .008 .036 -.092 -.209 PKG3 3.000 5.000 -.022 -.099 -.338 -.770 PKG2 3.000 5.000 -.024 -.108 -.217 -.495 PKG1 2.000 5.000 -.229 -1.04 -.038 -.088 Multivariate 162.874 32.231 Sumber: Data Primer yang diolah dengan AMOS 22.0 2 Evaluasi Outlier Outlier merupakan kondisi observasi dari suatu data yang mempunyai karakteristik unik dan adanya nilai ekstrim yaitu yang terlihat berbeda jauh dari observasi lainnya baik untuk sebuah variabel tunggal maupun variabel kombinasi Hair et.al 1998 dalam Ghozali 2014. Mendeteksi terhadap multivariate outliers dilakukan dengan cara melihat nilai mahalonibis distance. Kriteria yang digunakan yaitu berdasarkan nilai chi-square pada drajat kebebasan 130 yaitu jumlah indikator pada tingkat signifikan p0,005. Nilai mahalonibis 130,0,005 = 155,405, hal ini menunjukkan bahwa semua kasus yang mempunyai nilai mahalanobis distance 155,405 adalah multivariate outlier. Hasil uji pada Tabel 4.24. menunjukkan bahwa tidak adanya nilai mahalobis distance yang melebihi 155,405 untuk masing-masing indikator penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada outlier pada data secara multivariate. Tabel 4.24. Output Mahalonobis Observation Number Mahalonobis d-square p1 P2 97 20.609 .359 .016 95 20.571 .361 .011 80 20.071 .390 .039 73 19.429 .430 .148 111 18.059 .518 .780 59 17.852 .532 .817 124 17.458 .559 .907 Sumber: Data Primer yang diolah dengan AMOS 22.0 Pengujian univariate outliers dalam penelitian ini dilakukan kembali dengan menggunakan alat bantu program SPSS 22.0. Berdasarkan hasil komputasi, pada Tabel 4.25. menunjukkan bahwa nilai zscore data penelitian berkisar antara -2,84333 sampai dengan 1,99198, yang menunjukkan tidak ada nilai yang melebihi nilai ≤ -3 atau ≥ 3. Hal ini mengindikasikan bahwa tidak terdapat univariate outliers dalam data penelitian. Uji zscore pada penelitian dilakukan tiga kali tahap penyeleksian data. Pada uji ke-1 data yang dikeluarkan adalah nomor 9, 70, 72, 82, 83, 101 dan 102 pada uji ke-2 data yang dikeluarkan nomor 1, 4, 7, 18 dan 19 sedangkan uji ke-3 data yang dikeluarkan nomor 8 dan 48. Hasil uji zscore selengkapnya dapat dilihat pada lampiran ke-4. Tabel 4.25. Hasil Uji Outlier Univariate Keterangan N Minimum Maximum ZscorePKG1 125 -2.84333 1.56266 ZscorePKG2 125 -1.79246 1.55168 ZscorePKG3 125 -1.69286 1.56264 ZscorePKG4 125 -1.58790 1.83429 ZscorePKM1 125 -2.23049 1.60636 ZscorePKM2 125 -2.53637 1.63529 ZscorePKM3 125 -2.73905 1.74629 ZscorePKM4 125 -2.86264 1.97290 ZscorePKM5 125 -2.64921 1.82581 ZscorePKM6 125 -2.70946 1.65126 ZscorePR1 125 -1.76221 1.90906 ZscorePR2 125 -1.56513 1.99198 ZscorePR3 125 -1.53785 1.86447 ZscorePR4 125 -1.48346 1.85767 ZscorePR5 125 -2.82804 1.74315 ZscoreKT1 125 -2.28802 1.34760 ZscoreKT2 125 -2.25172 1.41956 ZscoreKT3 125 -2.37265 1.33462 ZscoreMM1 125 -2.61916 1.54264 ZscoreMM2 125 -1.55792 1.66092 ZscoreMM3 125 -2.91544 1.77679 Valid N listwise 125 Sumber: Data Primer yang diolah dengan AMOS 22.0 3 Multikolinearitas atau Singularitas Evaluasi asumsi multikolinearitas mempunyai tujuan untuk menguji apakah ditemukan adanya regresi korelasi antar variabel bebas independen. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi dapat dilakukan langkah berikut Ghozali, 2014 : a Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel bebas. Jika antar variabel bebas ada korelasi yang cukup tinggi umumnya diatas 0,90, maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas. Namun Multikolinearitas dapat disebabkan karena adanya efek kombinasi dua atau lebih variabel bebas. b Multikolinearitas dapat juga dilihat dari 1 nilai tolerance dan kebalikannya 2 variance inflaction factor VIF. Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel bebas manakah yang dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi. Nilai cut-off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance 0,10 atau sama dengan nilai VIF 10. Dari hasil analisis terlihat bahwa hasil perhitungan nilai tolerance menunjukkan tidak ada variabel yang memiliki nilai tolerance 0,10 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel bebas yang nilainya lebih dari 95. Hasil perhitungan nilai