1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Negara Indonesia adalah negara yang sedang berkembang. Salah satu ciri dari negara berkembang adalah pembangunan di segala bidang Pramono,
2014: 1. Krisis moneter yang pernah mengguncang Indonesia 1998 telah menyadarkan banyak pihak tentang pentingnya fundamental ekonomi yang
kuat dan pemberdayaan ekonomi rakyat. Sektor moneter yang tidak ditopang sektor riil yang kuat ditengarai menyimpan bom waktu yang menunggu
momen untuk meruntuhkan capaian-capaian pembangunan ekonomi nasional Nikensari, 2012: 1. Salah satu alternatif jitu dalam pembangunan ekonomi di
Indonesia adalah pasar modal. Keberadaannya menjadi sesuatu yang penting di era globalisasi ini dan semakin berkembang serta membuktikan bahwa
pasar modal semakin dibutuhkan sebagai bagian dari realisasi pemerintah, bukan hanya untuk menghimpun modal akan tetapi juga sebagai alternatif
investasi, sumber dana melalui penjualan saham dan penerbitan obligasi serta indikator makroekonomi Fatmawati Beik, 2013.
Dengan demikian, pasar modal menjadi media investasi dengan mempertemukan pemilik dana investor dan pengguna dana perusahaan go
publicemiten. Namun masih banyak juga kalangan yang kurang menyadari bahwa Indonesia telah memiliki pasar modal sejak tahun 1912 yang dalam
proses perkembangannya
mengalami pasang
surut sesuai
dengan
perkembangan sejarah, kegiatan pasar modal tersebut akhirnya ditutup pada tahun 1942 dan mengalami kevakuman sampai tahun 1977. Kemudian
pemerintah Orde Baru mengaktifkannya kembali. Sejak pasar modal diaktifkan kembali, tepatnya pada bulan Agustus 1977, aktivitasnya sangat
berfluktuasi. Banyak industri dan perusahaan yang menggunakan pasar modal sebagai media untuk menyerap investasi dan media untuk memperkuat posisi
keuangannya Umam, 2013: 33. Berkaitan dengan hal tersebut, Indonesia menjadikan pasar modal sebagai elemen penting dalam laju perekonomian
Indonesia ini yang akhirnya banyak diminati oleh berbagai kalangan, terutama kalangan menengah keatas.
Dalam melakukan investasi di pasar modal, investor perlu informasi mengenai perkembangan saham atau obligasi yang akan menentukan
bagaimana resiko dan imbal hasil yang akan dihadapi kedepannya. Informasi tersebut dapat berupa pergerakan indeks saham, kinerja harga saham, laporan
keuangan perusahaan dan sebagainya dimana data informasi tersebut dapat diperoleh melalui Bursa Efek Indonesia Lawrence, 2013.
Menurut Umam 2013:116 ada 6 jenis saham di Bursa Efek Indonesia, yaitu Indeks Harga Saham Individu IHSI, Indeks Harga Saham Gabungan
IHSG, Indeks Sektoral, Indeks LQ-45, Indeks Syariah Jakarta Islamic Index dan Indeks Papan Utama. Dilihat dari legal formalnya, pasar modal
dengan prinsip-prinsip syariah Islam adalah Jakarta Islamic Index JII yang dibentuk pada bulan Juli 2000 dan pada tanggal 3 juli 2000, BEJ
mengeluarkan daftar perusahaan yang tercantum dalam bursa yang sesuai
dengan syariah Islam.Berikut adalah grafik indeks harga saham Jakarta Islamic Index JII :
Gambar 1.1: Grafik Harga Saham Jakarta Islamic Index JII Periode Januari 2008-Desember 2015
Sumber: www.duniainvestasi.com
diolah
Harga saham di Jakarta Islamic Index JII pada bulan Oktober, November, Desember tahun 2012, 2013, dan 2015 hampir sama. Harga saham
merupakan cerminan dari kegiatan pasar modalsecara umum. Peningkatan harga saham menunjukan pasar saham dalam keadaan bullish dan sebaliknya,
jika menunjukan penurunan pasar saham maka dalam keadaan bearish. Dalam perkembangannya pasar modal syariah di Indonesia telah
mengalami kemajuan. Diantaranya diterbitkan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia DSN-MUI yang berkaitan dengan industri pasar
modal. Perbedaan mendasar antara indeks konvensional dengan indeks Islam adalah bahwa indeks konvensional memasukan seluruh saham yang tercatat di
bursa dengan mengabaikan aspek h}alal-h}aram asalkan saham emiten yang terdaftar listing sudah sesuai aturan yang berlaku.
Namun dalam mekanismenya pasar modal tidak lepas dan beruhubungan dari pengaruh faktor-faktor makroekonomi seperti tingkat
inflasi, harga minyak dunia, harga emas dunia, jumlah uang beredar M2 sampai tingkat suku bunga BI Rate terus senantiasa berfluktuasidi setiap
periodenya sehingga terindikasi berpengaruh terhadap kegiatan berinvestasi di pasar modal. Tingkat inflasi yang tinggi biasanya Bank Sentral akan
cenderung meningkatkan suku bunganya untuk meredam inflasi, jika suku bunga naik maka akan membuat investor lebih memilih tidak melakukan
kegiatan investasi pasar modal dan menyebabkan menekannya harga saham karena membesarnya resiko di pasar. Selain itu, kenaikan suku bunga juga
akan memacu jumlah uang yang beredar akan semakin sedikityang akan memperngaruhi iklim investasi tidak lagi menarik bagi investor, sehingga para
investor akan cenderung menarik kembali dana yang telah diinvestasikannya dalam bentuk saham dan beralih ke bentuk investasi yang lainnya misal
investasi dalam bentuk emas karena harga emas cenderung mengalami peningkatan dan merupakan bentuk investasi yang paling likuid. Sehingga
kondisi seperti ini mengakibatkankan turunnya harga saham dan aktivitas pasar modal akan melemah. Berikut adalah grafik harga emas dunia :
Gambar 1.2: Grafik Harga Emas Dunia Periode Januari 2008-Desember 2015
Sumber: www.indexmundi.com
data diolah
Pada bulan Desember tahun 2011, 2013, 2014 dan 2015 menunjukan titik yang sama. Hal ini menunjukan pada bulan tersebut harga emas dunia
hampir menunjukan harga yang sama yaitu sekitar Rp 15.000.000,00. Setiap tahun menunjukan peningkatan harga emas mulai dari bulan Januari hingga
Desember, namun pada tahun 2013 terjadi fenomena penurunan harga emas yang paling rendah pada bulan Juli. Menurut Murtini Amijoyo 2012 nilai
emas mengikuti standar Internasional yang berlaku nilainya pada hari penjualan lagi. Kenaikan harga emas mendorong penurunan indeks harga
saham karena investor yang semula berinvestasi di pasar modal akan mengalihkan dananya untuk berinvestasi di emas yang relatif lebih aman
daripada berinvestasi di bursa saham. Namun pada kondisi sebaliknya jika tingkat inflasi stabil, maka suku
bunga akan turun dan jumlah uang beredar masyarakat tinggi maka akan membawa dampak pada meningkatnya permintaan saham di pasar modal
karena investasi pada kondisi tersebut begitu menarik untuk para investor Rusbariandi dkk, 2012.
Bukan hanya faktor-faktor makroekonomi yang berfluktuasi, namun sama halnya dengan harga minyak mentah dunia. Yang sering dijadikan acuan
harga minyak global adalah West Texas Intermediate WTI yang diperdangangkan pada New York Mercantile Exchane NYMEX.
Gambar 1.3: Grafik
Harga Minyak Dunia West Texas Intermediate WTI Periode 2011-2015
Sumber: www.indexmundi.com
diolah
Pada tabel diatas harga minyak dunia pada tahun 2008 harga minyak WTI mencapai Rp 1.250.000. Harga tertinggi pada tahun 2009 harga turun
sekitar 59 dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2010 harga tertinggi mencapai Rp 800.000,00. Padatahun 2011 harga tertinggi mencapai Rp 900.000,00 per
barel. Pada tahun 2012 harga minyak mencapai Rp 973.000,00 per barel. Pada tahun 2013 harga minyak naik mencapai Rp 1.200.000,00 per barel. Pada
tahun 2014 harga minyak naik sebesar Rp 1.300.000,00 per barel. Dan pada tahun 2015 mengalami penurunan sebesar 61 dari tahun 2014 yakni Rp
800.000,00 per barel. Penelitian yang dilakukan oleh Rusbariandi dkk 2012 menjelaskan bahwa harga minyak dunia berpengaruhpositif dan signifikan
terhadap Jakarta IslamicIndex JII di Bursa Efek Indonesia selama periode Januari 2005-Maret 2012 ditunjukan dengan arah nilai koefisien regresipada
variabel harga minyak dunia yang bernilai positif. Dengan harga yang terus berubah secara tidak langsung akan
mempengaruhi pada kegiatan ekspor impor suatu negara, bagi pihak pengekspor minyak, kenaikan harga minyak mentah merupakan keuntungan
tersendiri bagi perusahaan karena harga minyak yang tinggi membuat para investor cenderung menginvestasikan dananya ke sektor komoditi minyak dan
pertambangan, namun pada kondisi sebaliknya jika harga minyak dunia sedang mengalami penurunan para investor cenderung mencari keuntungan
dengan jalan menjual sahamnya Rusbariandi dkk, 2012. Fluktuasi variabel makroekonomi seperti suku bunga BI Rate, harga
emas dunia, tingkat inflasi, jumlah uang beredar M2, dan harga minyak dunia dapat disimpulkan memiliki peranan yang cukup penting yang akan
menjadi tolak ukur bagi para investor untuk turut mengambil keputusan dalam menanamkan modalnya di pasar modal. Hal ini tentunya tidak terlepas dari
faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pengaruh variabel makroekonomi yang terus
mengalami fluktuasi dan diharapkan dapat menganalisa seberapa besar pengaruh dari masing-masing variabel tersebut sehingga dapat memberikan
informasi kepada para investor dan pelaku pasar modal yang dapat digunakan untuk mengambil keputusan berinvestasi.
B. Rumusan Masalah