commit to user
kepada masyarakat. Hal tersebut terbukti dengan adanya komunikaasi dengan masyarakat tentang pelaksanaan kegiatan. Walaupun terdapat hambatan, tapi
hal tersebut dapat diatasi Dinas Tata Ruang Kota dengan memaksimalkan pengawasan.
2. Faktor Penghambat dalam Pelestarian Kawasan Cagar Budaya
Pelestarian Kawasan Cagar Budaya KCB oleh Dinas Tata Ruang Kota Surakarta tidak terlepas dari adanya hambatan dalam memberikan pelayanan
publik. Dari hasil wawancara dengan pihak Dinas Tata Ruang Kota Surakarta, hambatan tersebut berasal dari dalam maupun dari luar.
Hambatan intern antara lain berupa :
a. Pendanaan
Keterbatasan anggaran untuk melestarikan Kawasan Cagar Budaya KCB menjadi masalah yang penting mengingat banyaknya kondisi
bangunan yang sudah mengalami kerusakantidak terawat dan secepatnya harus dilakukan pemugaran. Untuk saat ini dana dalam pelaksanaan
pelestarian Kawasan Cagar Budaya KCB berasal dari pemerintah daerah, pusat maupun luar. Namun jumlah yang digunakan masih mengalami
kekurangan sehingga proses pemugaran dilakukan secara bertahap. Hal ini sesuai dengan penjelasan yang diberikan oleh bapak Ir. Arif Nurhadi, MM
selaku Kabid Konservasi Bangunan Cagar Budaya “kalau bicara masalah anggaran selalu tidak cukup untuk pemugaran,
tapi dengan dana yang ada kami berusaha untuk melakukan upaya yang terbaik, jadi pintar-pintarnya untuk memanfaatkan dana yang ada
untuk memcapai hasil yang maksimal” wawancara 28 Juni 2010
commit to user
Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa walaupun ada keterbatasan dana tetapi semangat dari aparat Dinas Tata Ruang Kota
Surakarta untuk pelestarian Kawasan Cagar Budaya KCB masih besar.
b. Belum adanya Peraturan Daerah Perda
Pemerintah telah melindungi Benda Cagar Budaya BCB melalui UU No. 25 tahun 1992, namun Undang-undang tersebut dinilai kurang efektif
mengingat masih banyaknya Benda cagar budaya yang rusak ataupun hilang. Untuk itu, dalam pelaksanaannya sebuah undang-undang memerlukan
perundang-undangan yang lain untuk menjabarkan dan sebagai petunjuk pelaksanaan serta teknis undang-undang tersebut. Di samping itu dikarenakan
jumlah, bentuk,dan macam cagar budaya banyak serta latar belakang masyarakat yang berbeda, maka di masing-masing daerah diperlukan
perundang-undangan lain sebagai pendukung yaitu peraturan daerah perda. Hal ini sesuai dengan penjelasan yang diberikan oleh bapak Ir. Arif Nurhadi,
MM selaku Kabid Konservasi Bangunan Cagar Budaya “belum adanya perda sedikit banyak juga akan mempengaruhi
kegiatan pelestarian. Perda tentang cagar budaya akan disahkan. Sekarang masih dalam proses. Pengesahannya juga menunggu revisi
UU No. 25 Tahun 1992 tersebut jadi” wawancara 28 Juni 2010
c. Kurangnya sarana dan prasarana